Anda di halaman 1dari 26

1.

Pembebanan
Pembebanan suatu bangunan merupakan bagian penting dalam memodelkan suatu
struktur bangunan. Setelah seluruh beban didefinisikan kemudian dikombinasikan, maka
akan didapatkan gaya dalam ultimate yang harus ditahan struktur dalam kondisi elastik.
Adapun salah satu pembebanan yang perlu diperhitungkan untuk bangunan TES
Tsunami antara lain adalah beban gravitasi, beban gempa, beban angin, serta beban
tsunami itu sendiri.

2. Beban-beban Tsunami
Beban tsunami yang akan direncanakan pada struktur bangunan TES Tsunami
harus memperhitungkan beban–beban berikut: gaya hidrodinamik, gaya hidrostatik, gaya
apung (buoyant), gaya gelombang, gaya akibat pembendungan air dari puing–puing yang
terbawa air (damming of waterborne debris), gaya benturan, gaya angkat (uplift), dan
penambahan beban gravitasi karena adanya air yang tertahan pada lantai yang
ditinggikan. Dalam menentukan efek-efek beban tsunami, terdapat beberapa asumsi yang
digunakan, di antaranya adalah:
a. Arus tsunami terdiri dari campuran sedimen dan air laut. Dengan mengasumsikan
konsentrasi volume sedimen yang terbawa dalam arus tsunami adalah 5%, kepadatan
fluida dari arus tsunami harus diambil sebesar 1,1 kali lipat dari kepadatan air murni, atau
_S = 1100 kg/m3
b. Kedalaman arus tsunami bervariasi tergantung dari batimetri dan topografi pada lokasi
yang ditinjau.
c. Terdapat perbedaan signifikan dari ketinggian kenaikan air tsunami setempat, tergantung
dari pengaruh batimetri dan topografi setempat, serta ketidakpastian pada simulasi
numerik dari penggenangan tsunami. Berdasarkan pengalaman empiris dari data survey
tsunami sebelumnya, elevasi desain kenaikan air, R, direkomendasikan mengambil angka
sebesar 1,3 kali dari elevasi kenaikan air maksimum yang diprediksi, R*.
3. Gaya Hidrodinamik
Beban hidrodinamik pada suatu objek diaplikasikan ketika terdapat aliran air
disekitar objek tersebut.Pada pembahasan ini objek yang dimaksud adalah struktur atau
komponen struktur. Beban hidrodinamik merupakan fungsi kerapatan fluida yang
mengalir, kecepatan alir, dan geometri struktur. Gaya hidrodinamik ini juga disebut gaya
drag, yang merupakan kombinasi gaya lateral yang dihasilkan oleh gaya tekan dari
sejumlah air yang berpindah dan gaya friksi yang dihasilkan oleh aliran air disekitar
struktur atau komponen struktur. Gaya hidrodinamik dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.19 berikut:

Fd = ½ x ρs x cd x B x (hu2)max .................................................................................... (2.19)

DenganFdmerupakan gaya hidrodinamik, _Smerupakan kerapatan fluida


termasuk endapan (1100 kg/m3), Cd Pada perhitungan gaya pada komponen struktur,
nilai B merupakan lebar struktur tersebut. FEMA P646 merekomendasikan Nilai C
merupakan koefisien drag,B merupakan lebar struktur pada bidang normal dari arah
aliran atau arah paralel terhadap pantai, h merupakan kedalaman aliran, dan u merupakan
kecepatan aliran pada lokasi struktur berada. dsebesar 2.0, sedangkan CCH (The City and
Country Honolulu Building Code) dan FEMA CCM (Coastal Construction Manual)
membedakan nilai rekomendasi Cd berdasarkan geometri penampang komponen struktur
yang diberikan pada Tabel 2.18 berikut:

Tabel 2. 18 Penentuan Nilai Koefisien Drag Berdasarkan Bentuk Geometri


Penampang Komponen Struktur
Geometri Penampang Dd
Komponen Struktur CCH FEMA CCM
Tiang Persegi 2.0 2.0
Tiang Bundar 1.0 1.2
Dinding 1.5

Selain nilai di atas, FEMA dan CCH memberikan nilai rekomendasi Cd untuk
ukuran yang lebih besar berdasarkan perbandingan lebar dan tinggi (w/h) seperti yang
diberikan pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19Penentuan Nilai Koefisien Drag Berdasarkan Perbandingan w/h


w/h Cd
01-12 1.25
13-20 1.3
21-32 1.4
33-40 1.5
41-80 1.75
81-120 1.8
>120 2.0

Resultan gaya hidrodinamik diaplikasikan pada sentroid permukaan basah


komponen struktur seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.11.
Kombinasi hu2 pada persamaan 2.19 merepresentasikan besarnya momentum flux
per unit massa. Perlu diingat bahwa (hu2)max tidak sama dengan hmax u2 max. Kedalaman
aliran maksimum, hmax, dan kecepatan aliran maksimum, umax, mungkin terjadi secara
tidak bersamaan. Perhitungan gaya hidrostatis harus menggunakan nilai (hu 2)max dimana
menghasilkan nilai momentum per unit massa terbesar pada suatu waktu selama tsunami.
Nilai maksimum (hu2) dapat dihasilkan dengan menggunakan pemodelan numerik
pada zona runup, dengan ukuran grid yang kecil untuk menghasilkan nilai perdiksi hu 2
yang lebih akurat.
Nilai (hu2)max dapat diestimasi secara kasar dengan menggunakan persamaan 2.20
berikut:
(hu2)max = g x R2 (0.125 – 0.235 x z/R + 0.11 x (z.R) 2)......................................
(2.20)
Dengang merupakan percepatan gravitasi sebesar 9,81 m/s2, R merupakan elevasi
desain runup, dan z merupakan elevasi tanah pada dasar struktur.
Nilai R diambil sebesar 1.3 kali elevasi maksimum runup, R*, yang merupakan
elevasi maksimum rendaman pada struktur dari model simulasi numerik atau elevasi
tanah pada penetrasi maksimum tsunami dari peta rendaman tsunami yang tersedia.
Meskipun solusi analisis berdasarkan padateori air dangkal non-linear 1 dimensi
untuk kemiringan pantai yang seragam, tidak adanya variasi topografi arah lateral, dan
tidak ada friksi, nilai maksimum hu2 yang dihasilkan dari persamaan 2.20 di atas dapat
digunakan untuk:
1. Perancangan awal (Preliminary Design)
2. Perkiraan perancangan dengan ketidaktersediaan informasi pemodelan lain
3. Untuk mengevaluasi kebijaksanaan dari hasil simulasi numerik.
Nilai R* dan z dapat dihasilkan dari peta rendaman tsunamiyang dapat dilihat
pada Pedoman 1: Pedoman Pembuatan Peta Genangan Tsunami. Karena adanya
ketidakpastian pada pemodelan rendaman tsunami, direkomendasikan untuk
membandingakn nilai hu2 secara numerik dengan nilai yang dihitung dengan Persamaan
2.20. Ketika simulasi numerik tidak dilakukan, nilai hu2 ditentukan dari Persamaan 2.20.

D. Gaya Hidrostatik
Gaya hidrostatik terjadi ketika terdapat genangan air atau air yang mengalir
dengan lambat yang bertemu dengan sebuah struktur atau komponen struktur. Gaya ini
selalu bekerja dalam arah tegak lurus dengan permukaan komponen struktur dimana gaya
ini bekerja. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan tekanan yang disebabkan
adanya perbedaan kedalaman air pada sisi yang berlawan dari struktur atau
komponennya. Gaya hidrostatik tidak perlu diperhitungkan, pada komponen struktur atau
struktur dengan luasan yang relatif kecil. Gaya hidrostatik ini biasa diperhitungkan untuk
struktur yang panjang seperti seawall dan bendungan atau untuk mengevaluasi individu
panel dinding yang memiliki ketinggian air yang berbeda antara satu sisi dengan sisi
lainnya.
Gaya hidrostatik dan gaya apung (buoyant) harus diperhitungkan dalam kondisi
dimana lantai dasar pada struktur tersebut kedap air atau cukup terisolasi dan kedap udara
untuk menahan atau memperlambat masuknya air. Pada kondisi ini, gaya hidrostatik
dievaluasi untuk individu panel dinding dengan menggunakan persamaan 2.21 di bawah
ini:
Fh = Pc x Aw = ½ x ρs x g x b x hmax2 ................................................................
(2.21)
dengan Pc merupakan tekanan hidrostatik, Aw merupakan luasan panel yang basah, b
merupakan lebar dinding, dan hmax merupakan ketinggian maksimum air yang diukur dari
bagian dasar dinding pada struktur.
Bila terdapat kondisi dimana panel struktur terendam secara keseluruhan setinggi hw
maka gaya hidrostatik dapat diperhitungkan dengan persamaan
Fh = Pc x Aw = ρs x g x (hmax - hw/2) x b x hw .....................................................
(2.22)
dengan:
hmax = perbedaan antara elevasi kenaikan air tsunami rencana (R) dengan elevasi
dasar dinding pada struktur (zw atau sesuai dengan persamaan 2.23 di bawah ini:
hmax = 1.3 R* - zw = R - zw ................................................................................
(2.23)
R* = elevasi kenaikan air tsunami maksimum yang diambil berdasarkan estimasi
elevasi genangan air pada struktur dengan menggunakan model rinci simulasi numerik
atau elevasi tanah saat penetrasi tsunami maksimum dari peta genangan tsunami yang
tersedia.
R = 1,3 kali elevasi maksimum kenaikan air yang sudah diprediksi.
Momen yang terjadi pada dasar dinding dapat diperhitungkan berdasarkan resultan gaya
hidrostatik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12.

E. Gaya Apung (Buoyant)


Gaya apung atau gaya hidrostatik vertikal akan bekerja secara vertikal pada
sentroid dari volume yang dipindahkan dari struktur atau komponen struktur yang
terendam parsial atau total. Besarnya gaya apung ini sama dengan berat air total yang
dipindahkan. Gaya apung ini dapat ditahan oleh berat komponen itu sendiri atau gaya
lainnya yang dapat melawan efek gaya apung ini. Gaya apung ini biasanya
diperhitungkan pada struktur dengan tahanan yang kecil terhadap gaya ke atas, seperti
bangunan portal kayu ringan, basement, tangka kosong yang terletak di atas atau di
bawah tanah, kolam renang, serta komponen struktur yang hanya memperhitungkan
beban gravitasi.
Untuk struktur kedap air, gaya apung dapat diperhitungkan sesuai Gambar 2.13
dan dengan persamaan 2.24 di bawah ini:
Fb = ρs x g x v.................................................................................................. (2.24)
Dengan ρs adalah masa jenis lida termasuk sedimen (1100 kg/m 3) dan v merupakan
volume air yang dipindahkan oleh bangunan (volume yang berada di bawah hmax, dimana
hmax didapatkan dari persamaan 2.23)
Gaya apung yang bekerja pada seluruh struktur ditunjukkan melalui gambar di bawah.
Bila terdapat kondisi dimana bangunan tidak memiliki berat yang cukup dalam menahan

gaya apung, gaya tarik pada pile dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan
dalam melawan efek dari gaya apung ini, namun friksi pada pile perlu dikurangi untuk
mengantisipasi terjadi penggerusan di bagian atas pile.

F. Gaya Gelombang
Beban gelombang merupakan beban yang dihasilkan gelombang air yang
menyebar di atas permukaan air yang menghantam bangunan atau stuktur lainnya. Pada
dasarnya gaya gelombang tersebut dapat mempengaruhi perilaku bangunan–bangunan
pesisir. Jenis beban gelombang yang memberikan kerusakan paling parah adalah beban
gelombang pecah. Namun gelombang pecah ini biasa terjadi pada bangunan yang
letaknya di pesisir pantai. Seperti yang kita ketahui, bangunan TES Tsunami dirancang
berada pada wilayah yang tidak terlalu dekat dari pesisir pantai, namun tetap dapat
dijangkau oleh para korban bencana. Hal ini menyebabkan pada bangunan ini tetap akan
bekerja beban–beban yang direncanakan terjadi akibat tsunami namun tidak sebesar bila
bangunan tersebut berada di pesisir pantai karena semakin jauh jarak bangunan dari
lokasi terjadinya tsunami maka kecepatan gelombang tsunami yang terjadipun semakin
kecil.
Di sisi lain, bangunan TES Tsunami tetap mengalami beban yang disebabkan oleh
bagian terdepan gelombang yang menghantam struktur. Beban ini disebut sebagai gaya
impulsif. Gaya Impulsif merupakan gaya yang disebabkan oleh gelombang air terdepan
yang menghantam sebuah struktur sehingga memberikan beban tumbuk terhadap
struktur. Berdasarkan pengetesan di laboratorium, beban impulsif ini tidak terlalu
signifikan bila terjadi pada gelombang pertama dari tsunami, namun gaya impulsif yang
signifikan terjadi pada gelombang yang tinggi yang terjadi ketika lokasi bangunan TES
Tsunami sudah terbanjiri sebelumnya. Dengan kata lain, bila bangunan TES Tsunami
sudah terbanjiri akibat gelombang tsunami yang lebih awal terjadi, maka gelombang
tsunami yang selanjutnya terjadi akan menumbuk bangunan TES Tsunami dalam bentuk
gelombang yang tinggi dan perlu diperhitungkan efeknya sebagai gaya impulsif.
Untuk mendapatkan nilai yang konservatif maka direkomendasikan besarnya nilai
gaya impulsifadalah 1,5 kali gaya hidrodinamik seperti dituliskan pada persamaan 2.25 di
bawah ini:
Fz = 1.5 x FD.....................................................................................................
(2.25)
Gaya Impulsif akan bekerja pada member dimana bagian terdepan dari gelombang
tersebut menghantam, sedangkan gaya hidrodinamik akan bekerja pada seluruh member
setelah dilalui oleh ujung gelombang. Seperti terlihat pada Gambar 2.14 di bawah ini:

G. Gaya Angkat pada Lantai yang Ditinggikan (Uplift )


Gaya angkat akan bekerja pada lantai bangunan yang terendam oleh genangan
tsunami. Selain itu, dalam merencanakan beban gravitasi yang mungkin terjadi, bangunan
TES Tsunami harus dirancang agar dapat menahan gaya angkat yang disebabkan oleh
gaya apung dan gaya hidrodinamik. Ketika memperhitungkan gaya apung pada pelat
lantai, harus mempertimbangkan adanya tambahan volume air yang dipindahkan akibat
adanya udara yang terperangkap dalam lantai sistem portal. Di sisi lain, dinding eksterior
pada lantai di atasnya akan mengeluarkan air sampai tahanan lateralnya terlewati akibat
adanya tekanan hidrostatik. Kondisi ini dapat meningkatkan volme air yang dipindahkan
yang berkontribusi terhadap daya apung secara signifikan, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.15.
Besarnya gaya apung ke atas total dapat diestimasi menggunakan persamaan
2.26di bawah ini:
Fb = ρz x g Af x Hb......................................................................................... (2.26)
Dengan Af merupakan luas dari panel lantai, hb merupakan ketinggian air yang
dipindahkan oleh lantai (termasuk udara berpotensi untuk terperangkap)
Besarnya nilai hmax ditentukan menggunakan persamaan 2.23.
Besarnya gaya apung ke atas total per satuan luas yang bekerja pada sistem lantai
dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan 2.27 berikut:
Fb = ρz x g x hb................................................................................................ (2.27)

Gaya hidrodinamik dapat juga bekerja vertikal pada pelat lantai. Selama air
mengalir dengan cepat, air yang naik dapat mengangkat soffitpada komponen horisontal
struktur, menambah gaya apung ke atas. Adanya dinding dan kolom struktural pada
bangunan dapat menghambat aliran tsunami untuk melewati bangunan. Beberapa
eksperimen telah menunjukkan bahwa kondisi seperti ini akan menghasilkan gaya angkat
pada pelat lantai yang signifikan secara tiba–tiba di hadapan hambatan tersebut. Oleh
sebab itu, direkomendasikan agar pada bangunan TES Tsunami, komponen struktural
direncanakan agar dapat mengurangi hambatan aliran tsunami pada lantai bangunan yang
rendah.
Dari hasil riset, disimpulkan bahwa total gaya angkat pada sistem lantai dapat
diestimasi dengan menggunakan persamaan 2.28 berikut:
Fu = ½Cu x ρz x Af x Uz2 ...................................................................................
(2.28)
dengan Cu merupakan koefisien yang nilainya diambil 3,0, Af merupakan luas dari panel
lantai, Uv merupakan estimasi kecepatan vertikal, tingkat kenaikan air (diadaptasi dari
American Petroleum Institute, 1993).
Gaya angkat hidrodinamik per satuan luas dapat ditentukan menggunakan persamaan
2.29 di bawah ini:
fu = ½Cu x ρz x Uz2............................................................................................
(2.29)
Dari persamaan 2.29 di atas terdapat pengecualian yaitu bila kondisi yang
ditemukan menunjukan bahwa bagian bangunan memiliki medan yang miring, sehingga
terdapat studi yang menentukan nilai uv didapat melalui persamaan 2.30 berikut:
uv = u × tan a.....................................................................................................
(2.30) dengan u merupakan kecepatan horizontal dari aliran berdasarkan kedalaman air
(hs ), hs merupakan elevasi soffit pada sistem lantai, G merupakan rata–rata kemiringan
pada suatu tingkat di lokasi yang ditinjau (ditunjukkan pada Gambar 2.15).
Nilai u dapat diestimasi dengan menggunakan Gambar 2.17 dengan mengubah
d/R menjadi hs/R.
H. Gaya Benturan
Gaya benturan dari puing-puing yang terbawa air (seperti batang pohon, potongan
kayu, kapal, kontainer, kendaraan, bangunan) dapat menjadi penyebab utama kerusakan
bangunan. Namun, gaya benturan ini sulit untuk diestimasi.
Gaya benturan dari puing-puing dapat diestimasi menggunakan persamaan 2.31
berikut ini:
Ft = 1.3 umax √ kmd (1+ c) ............................................................................. (2.31)
Dengan

1,3 merupakanKoefisien Kepentingan struktur pada Kategori Risiko IV yang dijelaskan


pada ASCE 7 Bab 5 tentang gaya benturan,

umaks merupakan kecepatan aliran maksimum yang membawa puing-puing ke lokasi


bangunan (puing diasumsikan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan arus),
kecuali untuk puing yang mengalir pada bagian dasar arus di mana kecepatan boleh
direduksi hingga 50%,

c merupakan koefisien massa hidrodinamik yang merepresentasikan efek dari pergerakan


luida pada puing (lihat Tabel 2.20),
k merupakan kekakuan gabungan bersih efektif dari puing penghantam dan elemen
struktur terhantam yang berdeformasi akibat hantaman (yakni 1/k = 1/ks + 1/kd ),

md merupakan massa dari puing.

Tidak seperti gaya-gaya lainnya, gaya benturan diasumsikan bekerja secara lokal pada
suatu elemen struktur pada ketinggian permukaan air, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.16.

Gaya benturan harus dievaluasi dengan mempertimbangkan lokasi struktur


evakuasi vertical dan puing-puing yang berpotensial muncul dari lingkungan sekitar.
Misalnya, di lokasi dekat dengan laut, puing-puingyang terbawa air berupa batang pohon,
potongan kayu, dan tiangtiang pilar. Sementara untuk daerah pelabuhan, puing-
puingdapat berupa kontainer. Lokasilokasi yang dekat dengan pelabuhan kapal motor dan
pelabuhan ikan kemungkinan tertumbuk oleh kapal-kapal yang lepas dari sandarannya.
Pada persamaan 2.31, dibutuhkan massa dan kekakuan puing-puing. Nilai _ dan
_pendekatan untuk beberapa puing-puing yang terbawa air dapat dilihat pada Tabel 2.20.
dan kekakuan untuk tipe puingpuingyang lain perlu diturunkan atau diestimasi.

Tabel 2.20Massa dan Kekakuan pada Puing-puing yang Terbawa Air

Massa Koefisien Masa Kekuatan Puing


Hidrodinamik
(md) dalam kg (c) (Kd) dalam N/m
Potongan kayu – 450 0 2.4 x 106*
terorientasi secara
longitudinal
Kontainer standar 20- 2200 (kosong) 0.30 85 x 106**
ft
– terorientasi secara
Longitudinal
Kontainer standar 20- 2200 (kosong) 1.00 80 x 106**
ft
– terorientasi secara
transversal dari arus
Kontainer berat 20-ft 2400 (kosong) 0.30 93 x 106**

terorientasi secara
longitudinal
Kontainer berat 20-ft 2400 (kosong) 1.00 87 x 106**

terorientasi secara
transversal dari arus
Kontainer standar 40- 3800 (kosong) 0.20 60 x 106
ft
– terorientasi secara
longitudinal
Kontainer standar 40- 3800 (kosong) 1.00 40 x 106
ft
– terorientasi secara
transversal dari arus
*Haehnal dan Daly, 2002; **Peterson dan Naito, 2012
Besarnya gaya benturan bergantung pada massa dan kecepatan. Puing-puing yang
semakin kecil memerlukan sedikit ataupun tidak perlu kedalaman air tertentu/draft
untukmengapung dapat bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan
puing-puingyang lebih besar yang membutuhkan kedalaman air yang jauh lebih besar
untuk dapat mengapung. Perancangan dengan penggunaan kecepatan maksimum tanpa
mempertimbangkan kedalaman yang dibutuhkan untuk mengapungkan puing-puingyang
besar akan menghasilkan perhitungan yang terlalu konservatif. Kecepatan alir
maksimum, umax, untuk kedalaman aliran tertentu dapat diperoleh dengan melakukan
analisis dengan model simulasi numerik atau denganmengambil data simulasi yang sudah
ada. Perlu diketahui bahwa, prediksi numerikal pada kecepatan aliran kurang akurat
dibandingkan prediksi kedalaman rendaman, dan ukuran grid pada simulasi numerik pada
zona runup harus sangat kecil agar dapat diperoleh akurasi yang cukup untuk prediksi
kecepatan.
Ketika model simulasi numerik yang layak tidak tersedia, kecepatan aliran
maksimum yang membawa kayu (tidak memerlukan kedalaman air yang signifikan untuk
mengapung) dapat diestimasi menggunakan solusi analitik untuk tsunami runup pada
pantai dengan kemiringan seragam tanpa variasi topografis lateral, dapat menggunakan
persamaan 2.32 berikut:
z

umaks = 2 x g x R x(1− )........................................................................... (2.32)
N
dengan R merupakan kedalaman runup desain yang besarnya adalah 1,3 kali
elevasi tanah pada penetrasi tsunami maksimum dan z adalah elevasi tanah pada struktur
(datum merupakan ketinggian muka air laut).
Untuk kontainer kapal atau puing-puing besar lainnya dengan draft (d), rasio draft
ddengan ketinggian runup R dapat dihitung, dan Gambar 2.17 dapat digunakan untuk
memperkirakan kecepatan aliran maksimum. Draft (d) dapat diperkirakan dengan
persamaan 2.33 berikut:
D = w /ρs x g x Af..............................................................................................
(2.33)
Dengan w adalah berat puing-puingdan Af adalah luas penampang paralel
terhadap permukaan air, sehingga hasil perkalian d x Af menghasilkan volume air yang
digantikan oleh puing-puing.

Berdasarkan kurva d/R yang sesuai, dan rasio antara elevasi struktur relatif
terhadap elevasi runup desain (z/R), Gambar 2.17menyediakan nilai perkiraan kecepatan
aliran maksimum. Grafik pada Gambar 2.17dibangun berdasarkan solusi analitikal untuk
ketinggian air rendaman tsunami (tsunami runup) pada pantai dengan kemiringan
seragam, tanpa variasi topografis lateral, dan tanpa friksi. Nilai yang dihitung dapat
berbeda dengan kecepatan aktual, dan evaluasi engineering tambahan dan judgment perlu
dipertimbangkan.
Gaya benturan dari kendaraan telah dipelajari dan ditetapkan sebagai code untuk
kasus benturan kendaraan pada pagar pengaman di struktur parkir. Kendaraan didesain
untuk mampu menahan benturan dengan deformasi inelastis yang signifikan agar gaya
yang dialami penumpang dapat tereduksi. Direkomendasikan gaya sebesar 2800 kg (6000
lbs)yang digunakan untuk keamanan pembatas pada struktur parkir diperhitungkan
sebagai efek pada elemen struktur yang tenggelam pada tsunami (ASCE 7, 2010).

I. Penambahan Beban Gravitasi pada Lantai yang Ditinggikan


Selama proses penyurutan,air yang tertahan berada pada bagian atas lantai yang
ditinggikan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.18 gravitasi di bawah akan memberikan
penambahan beban gravitasi yang melebihi beban yang bekerja pada sistem lantai yang
direncanakan sebelumnya. Kedalaman air yang tertahan (hr) akan bergantung pada
kedalam genangan maksimum pada lokasi yang ditinjau (hmax), dan kekuatan lateral
pada sistem dinding yang berada pada lantai yang ditinggikan. Kondisi ini terjadi, dengan
asumsi bahwa sistem dinding eksterior dapat terganggu pada beberapa titik sehingga air
dapat membanjiri lantai yang terendam. Karena proses penyurutan yang cepat, maka akan
menghasilkan air yang tertahan dengan jumlah yang banyak pada lantai di atasnya dan
menghasilkan penambahan beban gravitasi yang signifikan pada sistem lantai tersebut.
Nilai maksimum dari beban dengan arah ke bawah per satuan luas (fr) dapat diestimasi
dengan persamaan 2.34 berikut:

fr = ρz x g x hr................................................................................................. (2.34)

dengan hr merupakan kedalaman air yang berpotensi untuk tertahan maksimum


pada lantai yang ditinggikan dan ditentukan menggunakan persamaan 2.35 berikut:

hr = hmax – ht < hbw..........................................................................................


(2.35)

dengan hmax merupakan tingkat genangan maksimum yang diprediksi pada lokasi
yang ditinjau, ht merupakan elevasi lantai di atas tanah, dan hbw merupakan kedalaman air
maksimum yang dapat tertahan sebelum terjadinya kegagalan pada dinding akibat tekan
hidrostatik.
Untuk lantai yang ditinggikan tanpa adanya dinding, seperti misalnya struktur
parkir dengan pagar (guardrail) terbuka, air akan tetap berada pada lantai yang
ditinggikan sampai memiliki waktu untuk keluar dari struktur. Sistem drainase harus
disediakan untuk memastikan agar berat dari air yang tertahan tidak melebihi besarnya
beban hidup pada lantai yang sudah direncanakan sebelumnya.
J. Gaya Akibat Pembendungan Air dari Puing-puing yang Terbawa Air
Pembendungan yang disebabkan oleh akumulasi dari puing-puing yang terbawa
air dapat menghasilkan suatu gaya yang berasal dari air yang membawanya yang
diperlakukan sebagai gaya hidrodinamik. Nilai dari gaya ini ditentukan oleh luasnya
puing-puing yang membendung tersebut terhadap permukaan struktur. Besarnya efek
pembendungan ini dihitung dengan mengacu pada persamaan yang digunakan saat
menghitung besarnya gaya hidrodinamik, yaitu sebagai berikut:

fdm = ½ x ρz x Cd x Bd x (hu2)max....................................................................... (2.36)

Dengan Fdm merupakan gaya akibat pembendungan puing-puing, Bd merupakan


lebar dari puing-puing yang membendung, h merupakan kedalaman aliran, dan u
merupakan kecepatan aliran pada lokasi struktur berada. Penentuan nilai (hu 2)max, yang
merepresentasikan besarnya momentum flux per unit massa, sama dengan penentuan
(hu2)max pada perhitungan gaya hidraulik.
Karena pembendungan puing-puing merepresentasikan akumulasi dari puing-
puing yang melewati portal struktur, maka total dari gaya pembendungan puing-puing
akan ditahan oleh sejumlah komponen struktur yang besar tahanannya akan tergantung
pada dimensi dan ukuran dari puing-puing yang membendung tersebut. Gaya akibat
pembendungan air dari puing-puing yang terbawa air, Fdm , diasumsikan bekerja sebagai
beban yang terdistribusi merata pada luasan puing-puing yang membendung. Beban ini
harus diaplikasikan pada setiap komponen penahan struktur dengan lebar tributari yang
sesuai dan terdistribusi seragam setinggi komponen struktur yang terendam. Lebar
minimum puing-puing yang membendung yang direkomendasikan adalah Bd = 12 m,
yang merepresentasikan panjang sisi dari kontainer atau bongkahan kayu yang
mengapung. Besarnya efek pembendungan puing-puing harus dievaluasi pada beberapa
lokasi yang dianggap kritis pada struktur.
K. Sasaran Kinerja
Bangunan TES harus kuat tidak hanya dalam menahan beban gelombang tsunami
dan hantaman puing-puing, tapi juga dalam menahan gempa bumi yang terjadi
sebelumnya dan tetap berfungsi.Pada struktur tidak boleh tampak kerusakan yang cukup
besar akibat gempa yang dapat menyebabkan para penghuni takut untuk masuk ke dalam
bangunan TES. Contoh kerusakan besar yang dapat memberikan kepanikan pada
penghuni adalah keretakan pada dinding yang cukup terlihat.
Sasaran kinerja struktur bervariasi terhadap frekuenksi kejadian beban. Sasaran
kinerja struktural yang diperbolehkan terbagi menjadi 3 kondisi sebagai berikut:
1. Tidak ada kerusakan atau hanya kerusakan kecil, untuk frekuensi kejadian
yang tinggi atau tingkat risiko rendah.
2. Kerusakan menengah, untuk ukuran kejadian menengah, dan frekuensi
kejadian yang lebih kecil atau tingkat risiko menengah.
3. Kerusakan besar tapi tidak runtuh, untuk ukuran kejadian besar dan kejadian
yang langka atau tingkat risiko tinggi.

L. KombinasiPembebanan

1. Kombinasi Beban Tsunami


Gaya-gaya yang timbul sebagai efek beban tsunami tidak selalu terjadi secara
bersamaan. Pada pembahasan di bawah ini akan dijelaskan tentang kombinasi gaya
tsunami yang harus dipertimbangkan untuk keseluruhan struktur dan masing-masing
komponen struktur. Kombinasi lain yang dianggap berpontensi harus diperhitungkan
sesuai yang dibutuhkan berdasarkan sistem struktur, penentuan lokasi tertentu, dan
desain struktur yang masih dalam tahap pertimbangan.

2. Kombinasi Gaya Tsunami pada Struktur secara Keseluruhan


Gaya tsunami dikombinasikan pada keseluruhan struktur sebagai berikut:
a. Gaya angkat akibat gaya apung, Fb, dan gaya angkat hidrodinamik, Fu, berefek
mengurangi total berat mati dari struktur, yang akan berakibat mengurangi
ketahanan. Gaya apung dan gaya angkat yang sesuai dengan elevasi rendaman
rencana harus ipertimbangkan dalam semua kombinasi beban.
b. Gaya Impusit, Fu adalah beban dengan durasi sangat pendek yang disebabkan
oleh gelombang air terdepan yang menghantam sebuah struktur sehingga
menghasilkan beban tumbuk terhadap struktur. Selama gelombang melewati
struktur, gaya impulsive diaplkasikan pada seluruh komponen struktur tapi bukan
pada waktu yang bersamaan. Ketika gelombang terdepan telah melewati
komponen struktur,perilakunya bukan lagi sebagai gaya impulsif melainkan gaya
drag hidrodinamik. Total dari gaya horizontal hidrodinamik pada struktur
merupakan kombinasi dari gaya impulsif pada komponen yang dikenai bagian
terdepan gelombang, dan gaya drag pada seluruh komponen yang terendam yang
dikenai bagian belakang gelombang. Gambar 2.20di bawah ini menunjukan
bagaimana kombinasi ini akan diaplikasikan pada struktur dengan jumlah kolom
yang banyak dan adanya dinding geser. Kondisi terburuk yang terjadi adalah
ketika bagian terdepan dari gelombang menghantam komponen terakhir pada
portal.

c. Gaya benturan puing-puing, Fi, adalah beban berdurasi pendek akibat tumbukkan
dari benda berukuran besar yang mengapung dengan komponen struktur. Selama
benda berukuran besar tersebut tidak terbawa oleh bagian terdepan gelombang,
efek dari Benturan puing-puing dikombinasikan dengan gaya drag hidrodinamik,
Fd, bukan gaya impulsif, Fs, Meskipun benda yang mengapung tersebut dapat
menumbuk struktur selama tsunami terjadi, kemungkinan terjadinya 2 benturan
atau lebih secara bersamaan hanya kecil. Maka dari itu, hanya satu gaya benturan
yang diperhitungkan pada waktu tertentu. Baik masing-masing komponen struktur
maupun struktur secara keseluruhan harus didesain untuk menahan Gaya
Benturan yang dikombinasikan dengan beban lainnya, kecuali gaya impulsif.

d. Puing-puing yang membendung menghasilkan efek meningkatkan area yang


terekspose pada beban hidrodinamik. Gaya akibat puing-puing yang terbendung,
Fdm, harus dipertimbangkan pada lokasi terkritis pada struktur ketika gaya
hidrodinamik beraksi pada seluruh komponen struktur. Gambar 2.21di bawah ini
menunjukkan tipikal lokasi dari puing-puing yang membendung yang dapat
diperhitungkan dengan gaya drag pada seluruh komponen struktur. Nilai yang
lebih konservatif akan didapatkan dengan mengabaikan efek perlindungan yang
berasal dari komponen puing-puing yang terbendung pada bagian hilirnya.

d. Breakaway walls bukan bagian dari komponen pendukung struktural pada bangunan, dan
memang sengaja direncanakan untuk runtuh pada saat dikenakan beban lateral. Jika
dinding pengisi dengan tinggi yang lebih rendah direncanakan sebagai breakaway walls,
maka beban lateral maksimum adalah beban dimana dinding tersebut akan runtuh, dan
struktur secara keseluruhan, yang merupakan komponen struktur pendukung dinding,
harus direncankan untuk menahan gaya runtuh ini.
e. Perancangan sistem lantai untuk menahan efek dari gaya Fr yang diperlakukan sebagai
gaya lateral pada struktur.

3. Kombinasi Beban Tsunami pada Masing-masing Komponen Struktur


Gaya tsunami dikombinasikan pada masing-masing komponen struktur (kolom,
dinding, dan balok) sebagai berikut:
a. Gaya impulsif, Fs, yang disebabkan oleh bagian terdepan dari gelombang
tsunami, untuk nilai maksimum hu2
b. Gaya drag hidrodinamik, Fd ditambah dengan Gaya Benturanan puing-puing, Fi,
pada lokasi terkritis pada komponen , untuk nilai maksimum hu
c. Efek dari puing-puing yang membendung, Fdm yang disebabkan oleh puing-puing
dengan lebar minimum sebesar 12 m menyebabkan kemungkinan pembebanan
terburuk pada komponen, untuk nilai maksimum hu2.
d. Tekanan hidrostatis, Fh pada area dinding kedap air pada struktur, untuk nilai
maksimum

Untuk gaya angkat pada komponen lantai pada portal, kombinasi-


kombinasi gaya tsunami berikut harus dipertimbangkan:
a. Gaya apung, Fb, dari komponen lantai pada portal yang terendam termasuk efek
dari udara yang terperangkap dan dinding dan balok yang terangkat, untuk nilai
maksimum h.
b. Gaya angkat hidrodinamik, Fu, yang disebabkan oleh tinggi banjir yang naik
secara tibatiba, untuk nilai kecepatan alir yang dihitung pada kedalaman yang
setara dengan ketinggian soffit pada sistem lantai, hs
c. Kasus gaya angkat maksimum: Nilai beban gaya angkat yang lebih besar dari
nilai di atas dikombinasikan dengan 90% beban mati dan tanpa beban hidup pada
sistem lantai, untuk desian dalam melawan keruntuhan akibat gaya angkat pada
lantai, balok, dan hubungan antar elemen.
Untuk beban dengan arah ke bawah pada komponen lantai pada portal yang
disebabkan oleh air yang tertahan, kombinasi yang harus dipertahankan adalah sebagai
berikut: Beban dengan arah ke bawah akibat air yang tertahan oleh dinding luar, fr,
dikombinasikan dengan 100% beban mati.
.
4. Kombinasi Beban Tsunami dengan Beban Lainnya
Adapun kombinasi beban tambahan yang memperhitungkan beban tsunami
mengacu pada FEMA P646 yaitu sebagai berikut:
a. 1,2D + 1,0 Ts + 1,0 LREF + 0,25 LS
b. 0,9 D + 1,0 Ts
dengan D adalah beban mati, Ts adalah beban tsunami yang merupakan resultan
dari semua beban yang sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya, LREF adalah beban
hidup di area pengungsian, dan L adalah beban hidup di luar area penghunian.
Faktor beban tsunami diambil sama dengan 1,0 dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
a. Untuk mengantisipasi besarnya beban tsunami yang diperhitungkan akan
konsisiten terhadap nilai MCT (Maksimum Considered Tsunami) dengan periode
ulang 2500 tahun yang juga digunakan pada beban gempa (MCE).
b. Untuk mencegah perancangan yang berlebihan karena pada perhitungan elevasi
runup nilai yang diambil sudah ditingkatkan sebesar 30%.
c. Perancangan pada pembebanan tsunami hanya mempertimbangkan respon elastik
dari komponen, tanpa memperhitungkan respon inelastik seperti yang dilakukan
pada analisis beban gempa yang juga menggunakan faktor reduksi beban.
Pada kombinasi beban tsunami 1 mempertimbangkan area pengungsian pada
bangunan TES yang besar bebannya diambil sebagai beban hidup pada ruang pertemuan
yang nilainya sama dengan 4,79 kN/m2. Beban hidup pada ruang pertemuan
merepresentasikan nilai kerapatan maksimum pengungsi yang mengisi bangunan TES
saat evakuasi. Pada kombinasi 1 juga dapat dilihat bahwa beban hidup yang biasanya
diperhitungkan pada perecanaan direduksi sampai hanya 25% nya saja yang
diperhitungkan. Kombinasi beban tsunami 2 digunakan ketika beban gravitasi
berlawanan dengan beban tsunami. Pada pembebanan tsunami, faktor kepentingan I tidak
diperhitungkan karena pedoman perancangan ini memang sengaja dibuat untuk bangunan
TES, sehingga pertimbanganpertimbangannya sudah diperhitungkan dalam formulasi
beban. Beban gempa tidak dikombinasikan dengan beban tsunami karena kemungkinan
kedua beban tersebut terjadi secara bersamaan sangat kecil.

5. Contoh Kasus Perhitungan Beban Tsunami


Sebuah bangunan TES Tsunami berbentuk persegi panjang dengan lebar struktur
sebesar 12 m. Bangunan ini dibangunan di lokasi yang berjarak 500 m dari garis
pantai dimana elevasi bangunan TES Tsunami ini 10 meter dari muka air laut sesuai
yang ditunjukan pada Gambar 2.22. Kemiringan pantai tersebut adalah 1: 50, dimana
tidak ada variasi dari topografi yang signifikan sehingga kemiringan pantai tersebut
dapat ditetapkan sebesar 1:50. Berdasarkan peta banjir tsunami, elevasi maksimum
genangan adalah setinggi 11 m pada titik sejauh 550 meter dari muka air laut.
Terdapat sebuah kayu gelondongan dengan panjang 8,53 meter dan diameter 0,35
meter serta massa 450 kg diperhitungkan sebagai puing–puing yang terbawa air yang
memberikan beban tumbuk. Di sisi lain, terdapat kontainerdengan ukuran 12,2 m x
2,44 m x 2,59 m dengan massa 3800 kg (dalam keadaan kosong) yang juga harus
diperhitungkan sebagai beban pada struktur.
Jawab:
a) Kedalaman banjir
Tinggi kenaikan air rencana yang direkomendasikan (R) adalah 30% lebih
besar dari elevasi kenaikan air maksimum yang diprediksi (R*), hal ini untuk
mengantisipasi adanya amplifikasi lokal dan prediksi lain yang tidak pasti
sehingga besarnya R adalah _R = 1,3 R* = 1,3 (11) =14,3 m. Oleh karena itu,
kedalaman banjir pada struktur adalah sebesar: 14,3 m – 10 m = 4,3 m. Pada
bangunan TES Tsunami, direkomendasikan adanya bagian bangunan yang bebas
baik dari banjir tsunami atau dari tempat evakuasi yaitu setinggi 3 meter, sehingga
tempat erlindungan pada bangunan TES Tsunami ini dilokasikan pada tempat
yang lebih tinggi dari 7,3 meter (4,3 meter + 3 meter) di atas tanah pada
bangunan. Bila tinggi antar lantai sebesar 4 meter, maka tempat perlindungan
yang sesuai berada di lantai ke 2 bangunan atau lebih tinggi lagi.

b) Gaya hidrostatik dan gaya apung


Komponen dinding nonstruktural pada bangunan TES Tsunami pada
tingkat rendah direkomendasikan untuk didesain sebagai breakaway wall. Pada
kasus seperti ini, maka perhitungan gaya hidrostatik dan gaya angkat yang
berpotensi pada keseluruhan bangunan tidak penting untuk diperhitungkan.
Walaupun begitu, bila struktur ataupun komponen struktur pada lantai yang
rendah didesain untuk kedap air, maka panel dinding tersebut harus direncanakan
dengan memperhitungkan gaya hidrostatik sebagai antisipasi. Gaya maksimum
yang bekerja pada panel dinding dengan ukuran lebar sama dengan 5 meter dan
tinggi sebesar 3 meter pada lantai dasar dapat dihitung dengan persamaan 2.23
yaitu sebagai berikut:

Fh=Pc x Au = ρz x g x (R x zw - hw/2) x b x hw = ρz x g x (R x (z +∆z - hw/2) x b x hw


= (1100kg/m3) x (9.81 m/s2) x (14.3 m – (10 m +0.5 m) – 3/2 m) x 5 m x 3 m
= 372 Kn
dengan ∆2 merupakan tinggi dari ujung panel dinding terhadap dari tanah yang
diasumsikan sebesar 0,5 meter serta besar ρz =1100 kg/m3 merupakan kerapatan
fluida yang digunakan dan diasumsikan merupakan campuran dari air laut dan
sedimen. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ketinggian air pada
bangunan adalah sebesar 4,3 meter sehingga pada lantai 1 dan lantai 2 bangunan
akan tenggelam sehingga dapat memberikan adanya gaya apung (Gambar 2.23).
Bila komponen dinding nostruktural pada lantai 1 sudah hancur, maka gaya apung
ini hanya diperhitungkan pada lantai 3 dari bangunan. Bila dimensi dari panel
memiliki kesamaan yaitu sebesar 4,5 m x 4,5 meter dan elevasi lantai setinggi 3
meter dari tanah, maka gaya apung dapatdiperhitungkan dengan persamaan 2.26
sebagai berikut:

Fb = ρz x g x V = ρz x g x Af x hb
= 1100 kg/m3 x 9.81 m/s2 x (4.5 m x 4.5 m) x (14.3 m – 3 m – 3 m)
= 284.1 kN

Dengan hb adalah tinggi dari air yang terpindahkan oleh lantai termasuk
efek dari udara yang tersekap dibawah lantai.

c) Gaya Hidrodinamik dan impulsive


Hidrodinamik drag dan gaya impulsif merupakan gaya yang bekerja pada
bangunan secara bersamaan, dengan mengasumsikan tidak adanya breakaway
walls yang ada pada lantai yang rendah. Nilai maksimum h u2 dapat
diperhitungkan dengan persamaan berikut:

(hu2)max = g x R2 x (0.125 – 0.235 x (z/R)2)


= (9.81m/s2) x (14.3 m)2 x (0.125 – 0.235 x (10m/14.3m) +0.11 x (10m/14.3m)2)
= 29 m3/s2

Sehingga besar gaya hidrodinamik dapat diperhitungkan sebagai berikut:

Fd = ½ x ρz x Cd x B x (hu2)max
= ½ x (1100kg/m3) x 2 x 12m x 29 m3/s2
= 382.8 Kn

dengan B merupakan lebar dari bangunan TES Tsunami yaitu sebesar 12


m, dan Cd direkomendasikan sebesar 2,0. Bila kemudian terjadi kondisi dimana
tsunami yang dating merupakan tsunami terbesar dan terjadi di lokasi yang sudah
terbanjiri sebelumnya, maka bagian terdepan dari tsunami tersebut akan
membentuk gelombang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya gaya
impulsif yang menghantam bangunan dan besarnya adalah 1,5 kali dari gaya
hidrodinamik yang terjadi.

Fz = 1.5 Fd = 1.5 (382.8 kN) = 574.2 Kn

Bila komponen dinding nonstruktural pada lantai rendah dirancang untuk hancur
selama tsunami terjadi, maka hidrodinamik dragdan gaya impulsif akan
diperhitungkan pada seluruh member struktural dan dikombinasikan seperti
terlihat pada Gambar 2.17.

d) Gaya Benturan
Sebelum memperhitungkan adanya gaya benturan yang berasal dari puing
kayu, terlebih dahulu dilakukan estimasi besarnya kecepatan maksimum aliran
yaitu sebagai berikut:

z

U max = 2 x g x R x(1− )
R
m 10 m
√(
= 2 9.81

= 9.2 m/s
s )
2
(14.3 m)(1−
14.3 m
)

Perlu diingat bahwa kecepatan aliran ini merupakan kecepatan pada


bagian ujung dari aliran dimana kedalaman alirannya sebesar nol. Maka dari itu,
besar kecepatan tersebut dapat memberikan hasil yang konservatif. Dengan
kecepatan maksimum yang telah diestimasi sebelumnya dan dengan
mengasumsikan bahwa kekakuan dari benda yang menumbuk, dalam hal ini
adalah batang kayu, adalah sebesar 2,4 x 106 N/m maka gaya benturan yang
terjadi dapat diperhitungkan sebagai berikut:

FI = 1.3 Umax √ kmd ( 1+c )

= 1.3 x (9.2 m/s) x (√ 2.4 x 10 Nm ) x ( 450 kg ) x (1+ 0)


6

= 393 kN

Langkah lain yang dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran


maksimum adalah dengan menggunakan diagram pada Gambar 2.18. Dengan
mengasumsikan nilai draft (d) N/m, pada struktur puing kayu adalah sebesar 0,2
m, maka nilai kecepatan maksimum dapat diperhitungkan sebagai berikut:

ζ = z/R = 10/14.3 = 0.7 ; d/R = 0.2/14.3 maka dengan menggunakan kurva batas
dari Gambar 2.17:
umax /√ 2 gR = 0,05
9.81 m
 umakz = 0,05 √ 2 x g x R = 0.05 2 x

= 35.9 kN
√ ( s2 )
x ( 450 kg ) x (1+0)

Maka, gaya benturan yang dihasilkan berdasarkan kecepatan maksimum


di atas adalah sebesar:
FI = 1.3 Umax √ kmd ( 1+c )

= 1.3 x (0.84 m/s) x (√ 2.4 x 10 Nm ) x ( 450 kg ) x (1+ 0)


6

= 35.9 kN

dengan, gaya benturan ini lebih realistis dibandingkan gaya benturan yang
diestimasi sebelumnya. Gaya total impak yang bekerja pada struktur, secara
konservatif dapat dihitung dengan mengkombinasikan gaya benturan ini dengan
gaya drag hidrodinamik yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

FI + FD = 35.9 kN + 382.9 kN = 418.7 kN

Untuk memperhitungkan gaya benturan akibat dari kontainer, maka


panjang draft harus diperhitungkan terlebih dahulu , yaitu sebagai berikut:

D = w/ρgAbox
= (3800 kg)g/(1100 kg/m3) x g x (12.2 m x 2.44 m)
= 0.12 m

dengan W menunjukkan berat dan Abox adalah luas dari penampang pada arah
horizontal dan nila g dapat dihilangkan. Kecepatan maksimum aliran dengan nilai
draft di atas dapat diketahui dengan menggunakan Gambar 2.17 adalah sebagai
berikut:

ζ = z/R = 10/14.3 = 0.7


d/R = 0.12/14.3 = 0.0084

Dengan menggunakan kurva batas pada Gambar 2.17 didapatkan kecepatan


maksimum aliran adalah sebagai berikut:
Umax/√ 2 xgxR = 0.05
M
√ (
 Umax = 0.05 √ 2 x g x R = 0.05 2 X 9.81
s2 )
x (14.3 m) = 0.84 m/s

Gaya total tumbuk pada struktur karena kontaineradalah sebagai berikut


(asumsi tumbukan terjadi dengan arah transversal, nilai k = 40 x 106 N/m).
FI = 1.3 Umax √ k m d ( 1+0 )
= 1.3 x (0.84 m/s) x √ 40 x 10 6 N /m ¿ x(3800 kg) x (1+1)¿
= 602.1 kN

Gaya total impak yang bekerja pada struktur, secara konservatif dapat
dihitung dengan mengkombinasikan gaya benturan ini dengan gaya drag
hidrodinamik yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

e) Efek pembendungan dari puing yang terbawa air

Efek pembendungan dari puing–puing dapat diperhitungkan dengan


menggunakan persamaan 2.36 sebagai berikut:

Fdm = ½ x ρz x Cd x Bd x (hu2)max
Persamaan ini sama dengan persamaan yang digunakan untuk
memperhitungkan gaya hidrodinamik pada bangunan TES Tsunami yang
memiliki lebar 12 m. Karena lebar dari bangunan TES Tsunami dan lebar dari
puing–puing yang membendung yang direkomendasikan sama besar yaitu 12 m,
maka nilai Fdm sama dengan Fd yang sudah diperhitungkan sebelumnya, yaitu
sebesar 382,8kN.
Bila bangunan TES Tsunami lebih lebar dari 12 m, maka efek dari puing–
puing yang membendung harus diperhitungkan pada lokasi–lokasi yang berbeda
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.20 dan Gambar 2.21 untuk menuntukan
kondisi terburuk dari pembebanan yang terjadi pada struktur secara keseluruhan
dan pada masing–masing elemen struktur.

f) Gaya angkat hidrodinamik


Gaya angkat hidrodinamik dapat di hitung dengan persamaan berikut:

Fu = ½ x Cu x ρz x Af x Uv2
Dengan mengasumsikan kedalaman air pada soffit di lantai pertama (hs ) adalah
sebesar 3 meter dan lokasi dari bangunan TES Tsunami, maka didapatkan nilai ζ
=z/R =10/14.3 =0,7 dan besarnya d/R dapat diganti dengan nilai hs/R untuk
mendapatkan kecepatan maksimum air yaitu sebesar h s/R =3/14.3 =0,21, maka
besar nya kecepatan maksimum berdasarkan Gambar 2.14 berdasarkan nilai ζ
=0,7 dengan menggunakan kurva batas adalah sebagai berikut:

U = 0.05 √ 2 x g x R
M
√ (
= 0.05 2 x 9.81

= 0.84 m/s
s2 )
x ( 14.3 m)

kecepatan vertikal dapat diperhitungkan sebagai berikut:

uv = u x tan a
= (0.84 m/s) x (1/50)
= 0.017 m/s

Sehingga besarnya gaya angkat hidrodinamik berdasarkan persamaan 2.28 yang


telah disebutkan di atas, adalah sebagai berikut:

Fu = ½ x Cu x ρz x Af x uv2
= ½ x 3 x (1100 kg/m3) x (4.5 m x 4.5 m) x (0.017 m/s)2
= 9.6 N

Gaya angkat hidrodinamik yang dihasilkan tidak terlalu signifikan untuk


diperhitungkan. Salah satu faktornya adalah karena kemiringan pantai yang cukup
landai yaitu sebesar 1:50. Bila kemiringan pantai cukup curam, misalkan sebesar
1:3, maka besarnya gaya angkat hidrodinamik akan meningkat, mencapai 2,62kN.

Anda mungkin juga menyukai