Pembebanan
Pembebanan suatu bangunan merupakan bagian penting dalam memodelkan suatu
struktur bangunan. Setelah seluruh beban didefinisikan kemudian dikombinasikan, maka
akan didapatkan gaya dalam ultimate yang harus ditahan struktur dalam kondisi elastik.
Adapun salah satu pembebanan yang perlu diperhitungkan untuk bangunan TES
Tsunami antara lain adalah beban gravitasi, beban gempa, beban angin, serta beban
tsunami itu sendiri.
2. Beban-beban Tsunami
Beban tsunami yang akan direncanakan pada struktur bangunan TES Tsunami
harus memperhitungkan beban–beban berikut: gaya hidrodinamik, gaya hidrostatik, gaya
apung (buoyant), gaya gelombang, gaya akibat pembendungan air dari puing–puing yang
terbawa air (damming of waterborne debris), gaya benturan, gaya angkat (uplift), dan
penambahan beban gravitasi karena adanya air yang tertahan pada lantai yang
ditinggikan. Dalam menentukan efek-efek beban tsunami, terdapat beberapa asumsi yang
digunakan, di antaranya adalah:
a. Arus tsunami terdiri dari campuran sedimen dan air laut. Dengan mengasumsikan
konsentrasi volume sedimen yang terbawa dalam arus tsunami adalah 5%, kepadatan
fluida dari arus tsunami harus diambil sebesar 1,1 kali lipat dari kepadatan air murni, atau
_S = 1100 kg/m3
b. Kedalaman arus tsunami bervariasi tergantung dari batimetri dan topografi pada lokasi
yang ditinjau.
c. Terdapat perbedaan signifikan dari ketinggian kenaikan air tsunami setempat, tergantung
dari pengaruh batimetri dan topografi setempat, serta ketidakpastian pada simulasi
numerik dari penggenangan tsunami. Berdasarkan pengalaman empiris dari data survey
tsunami sebelumnya, elevasi desain kenaikan air, R, direkomendasikan mengambil angka
sebesar 1,3 kali dari elevasi kenaikan air maksimum yang diprediksi, R*.
3. Gaya Hidrodinamik
Beban hidrodinamik pada suatu objek diaplikasikan ketika terdapat aliran air
disekitar objek tersebut.Pada pembahasan ini objek yang dimaksud adalah struktur atau
komponen struktur. Beban hidrodinamik merupakan fungsi kerapatan fluida yang
mengalir, kecepatan alir, dan geometri struktur. Gaya hidrodinamik ini juga disebut gaya
drag, yang merupakan kombinasi gaya lateral yang dihasilkan oleh gaya tekan dari
sejumlah air yang berpindah dan gaya friksi yang dihasilkan oleh aliran air disekitar
struktur atau komponen struktur. Gaya hidrodinamik dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.19 berikut:
Selain nilai di atas, FEMA dan CCH memberikan nilai rekomendasi Cd untuk
ukuran yang lebih besar berdasarkan perbandingan lebar dan tinggi (w/h) seperti yang
diberikan pada Tabel 2.19.
D. Gaya Hidrostatik
Gaya hidrostatik terjadi ketika terdapat genangan air atau air yang mengalir
dengan lambat yang bertemu dengan sebuah struktur atau komponen struktur. Gaya ini
selalu bekerja dalam arah tegak lurus dengan permukaan komponen struktur dimana gaya
ini bekerja. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan tekanan yang disebabkan
adanya perbedaan kedalaman air pada sisi yang berlawan dari struktur atau
komponennya. Gaya hidrostatik tidak perlu diperhitungkan, pada komponen struktur atau
struktur dengan luasan yang relatif kecil. Gaya hidrostatik ini biasa diperhitungkan untuk
struktur yang panjang seperti seawall dan bendungan atau untuk mengevaluasi individu
panel dinding yang memiliki ketinggian air yang berbeda antara satu sisi dengan sisi
lainnya.
Gaya hidrostatik dan gaya apung (buoyant) harus diperhitungkan dalam kondisi
dimana lantai dasar pada struktur tersebut kedap air atau cukup terisolasi dan kedap udara
untuk menahan atau memperlambat masuknya air. Pada kondisi ini, gaya hidrostatik
dievaluasi untuk individu panel dinding dengan menggunakan persamaan 2.21 di bawah
ini:
Fh = Pc x Aw = ½ x ρs x g x b x hmax2 ................................................................
(2.21)
dengan Pc merupakan tekanan hidrostatik, Aw merupakan luasan panel yang basah, b
merupakan lebar dinding, dan hmax merupakan ketinggian maksimum air yang diukur dari
bagian dasar dinding pada struktur.
Bila terdapat kondisi dimana panel struktur terendam secara keseluruhan setinggi hw
maka gaya hidrostatik dapat diperhitungkan dengan persamaan
Fh = Pc x Aw = ρs x g x (hmax - hw/2) x b x hw .....................................................
(2.22)
dengan:
hmax = perbedaan antara elevasi kenaikan air tsunami rencana (R) dengan elevasi
dasar dinding pada struktur (zw atau sesuai dengan persamaan 2.23 di bawah ini:
hmax = 1.3 R* - zw = R - zw ................................................................................
(2.23)
R* = elevasi kenaikan air tsunami maksimum yang diambil berdasarkan estimasi
elevasi genangan air pada struktur dengan menggunakan model rinci simulasi numerik
atau elevasi tanah saat penetrasi tsunami maksimum dari peta genangan tsunami yang
tersedia.
R = 1,3 kali elevasi maksimum kenaikan air yang sudah diprediksi.
Momen yang terjadi pada dasar dinding dapat diperhitungkan berdasarkan resultan gaya
hidrostatik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12.
gaya apung, gaya tarik pada pile dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan
dalam melawan efek dari gaya apung ini, namun friksi pada pile perlu dikurangi untuk
mengantisipasi terjadi penggerusan di bagian atas pile.
F. Gaya Gelombang
Beban gelombang merupakan beban yang dihasilkan gelombang air yang
menyebar di atas permukaan air yang menghantam bangunan atau stuktur lainnya. Pada
dasarnya gaya gelombang tersebut dapat mempengaruhi perilaku bangunan–bangunan
pesisir. Jenis beban gelombang yang memberikan kerusakan paling parah adalah beban
gelombang pecah. Namun gelombang pecah ini biasa terjadi pada bangunan yang
letaknya di pesisir pantai. Seperti yang kita ketahui, bangunan TES Tsunami dirancang
berada pada wilayah yang tidak terlalu dekat dari pesisir pantai, namun tetap dapat
dijangkau oleh para korban bencana. Hal ini menyebabkan pada bangunan ini tetap akan
bekerja beban–beban yang direncanakan terjadi akibat tsunami namun tidak sebesar bila
bangunan tersebut berada di pesisir pantai karena semakin jauh jarak bangunan dari
lokasi terjadinya tsunami maka kecepatan gelombang tsunami yang terjadipun semakin
kecil.
Di sisi lain, bangunan TES Tsunami tetap mengalami beban yang disebabkan oleh
bagian terdepan gelombang yang menghantam struktur. Beban ini disebut sebagai gaya
impulsif. Gaya Impulsif merupakan gaya yang disebabkan oleh gelombang air terdepan
yang menghantam sebuah struktur sehingga memberikan beban tumbuk terhadap
struktur. Berdasarkan pengetesan di laboratorium, beban impulsif ini tidak terlalu
signifikan bila terjadi pada gelombang pertama dari tsunami, namun gaya impulsif yang
signifikan terjadi pada gelombang yang tinggi yang terjadi ketika lokasi bangunan TES
Tsunami sudah terbanjiri sebelumnya. Dengan kata lain, bila bangunan TES Tsunami
sudah terbanjiri akibat gelombang tsunami yang lebih awal terjadi, maka gelombang
tsunami yang selanjutnya terjadi akan menumbuk bangunan TES Tsunami dalam bentuk
gelombang yang tinggi dan perlu diperhitungkan efeknya sebagai gaya impulsif.
Untuk mendapatkan nilai yang konservatif maka direkomendasikan besarnya nilai
gaya impulsifadalah 1,5 kali gaya hidrodinamik seperti dituliskan pada persamaan 2.25 di
bawah ini:
Fz = 1.5 x FD.....................................................................................................
(2.25)
Gaya Impulsif akan bekerja pada member dimana bagian terdepan dari gelombang
tersebut menghantam, sedangkan gaya hidrodinamik akan bekerja pada seluruh member
setelah dilalui oleh ujung gelombang. Seperti terlihat pada Gambar 2.14 di bawah ini:
Gaya hidrodinamik dapat juga bekerja vertikal pada pelat lantai. Selama air
mengalir dengan cepat, air yang naik dapat mengangkat soffitpada komponen horisontal
struktur, menambah gaya apung ke atas. Adanya dinding dan kolom struktural pada
bangunan dapat menghambat aliran tsunami untuk melewati bangunan. Beberapa
eksperimen telah menunjukkan bahwa kondisi seperti ini akan menghasilkan gaya angkat
pada pelat lantai yang signifikan secara tiba–tiba di hadapan hambatan tersebut. Oleh
sebab itu, direkomendasikan agar pada bangunan TES Tsunami, komponen struktural
direncanakan agar dapat mengurangi hambatan aliran tsunami pada lantai bangunan yang
rendah.
Dari hasil riset, disimpulkan bahwa total gaya angkat pada sistem lantai dapat
diestimasi dengan menggunakan persamaan 2.28 berikut:
Fu = ½Cu x ρz x Af x Uz2 ...................................................................................
(2.28)
dengan Cu merupakan koefisien yang nilainya diambil 3,0, Af merupakan luas dari panel
lantai, Uv merupakan estimasi kecepatan vertikal, tingkat kenaikan air (diadaptasi dari
American Petroleum Institute, 1993).
Gaya angkat hidrodinamik per satuan luas dapat ditentukan menggunakan persamaan
2.29 di bawah ini:
fu = ½Cu x ρz x Uz2............................................................................................
(2.29)
Dari persamaan 2.29 di atas terdapat pengecualian yaitu bila kondisi yang
ditemukan menunjukan bahwa bagian bangunan memiliki medan yang miring, sehingga
terdapat studi yang menentukan nilai uv didapat melalui persamaan 2.30 berikut:
uv = u × tan a.....................................................................................................
(2.30) dengan u merupakan kecepatan horizontal dari aliran berdasarkan kedalaman air
(hs ), hs merupakan elevasi soffit pada sistem lantai, G merupakan rata–rata kemiringan
pada suatu tingkat di lokasi yang ditinjau (ditunjukkan pada Gambar 2.15).
Nilai u dapat diestimasi dengan menggunakan Gambar 2.17 dengan mengubah
d/R menjadi hs/R.
H. Gaya Benturan
Gaya benturan dari puing-puing yang terbawa air (seperti batang pohon, potongan
kayu, kapal, kontainer, kendaraan, bangunan) dapat menjadi penyebab utama kerusakan
bangunan. Namun, gaya benturan ini sulit untuk diestimasi.
Gaya benturan dari puing-puing dapat diestimasi menggunakan persamaan 2.31
berikut ini:
Ft = 1.3 umax √ kmd (1+ c) ............................................................................. (2.31)
Dengan
Tidak seperti gaya-gaya lainnya, gaya benturan diasumsikan bekerja secara lokal pada
suatu elemen struktur pada ketinggian permukaan air, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.16.
Berdasarkan kurva d/R yang sesuai, dan rasio antara elevasi struktur relatif
terhadap elevasi runup desain (z/R), Gambar 2.17menyediakan nilai perkiraan kecepatan
aliran maksimum. Grafik pada Gambar 2.17dibangun berdasarkan solusi analitikal untuk
ketinggian air rendaman tsunami (tsunami runup) pada pantai dengan kemiringan
seragam, tanpa variasi topografis lateral, dan tanpa friksi. Nilai yang dihitung dapat
berbeda dengan kecepatan aktual, dan evaluasi engineering tambahan dan judgment perlu
dipertimbangkan.
Gaya benturan dari kendaraan telah dipelajari dan ditetapkan sebagai code untuk
kasus benturan kendaraan pada pagar pengaman di struktur parkir. Kendaraan didesain
untuk mampu menahan benturan dengan deformasi inelastis yang signifikan agar gaya
yang dialami penumpang dapat tereduksi. Direkomendasikan gaya sebesar 2800 kg (6000
lbs)yang digunakan untuk keamanan pembatas pada struktur parkir diperhitungkan
sebagai efek pada elemen struktur yang tenggelam pada tsunami (ASCE 7, 2010).
fr = ρz x g x hr................................................................................................. (2.34)
dengan hmax merupakan tingkat genangan maksimum yang diprediksi pada lokasi
yang ditinjau, ht merupakan elevasi lantai di atas tanah, dan hbw merupakan kedalaman air
maksimum yang dapat tertahan sebelum terjadinya kegagalan pada dinding akibat tekan
hidrostatik.
Untuk lantai yang ditinggikan tanpa adanya dinding, seperti misalnya struktur
parkir dengan pagar (guardrail) terbuka, air akan tetap berada pada lantai yang
ditinggikan sampai memiliki waktu untuk keluar dari struktur. Sistem drainase harus
disediakan untuk memastikan agar berat dari air yang tertahan tidak melebihi besarnya
beban hidup pada lantai yang sudah direncanakan sebelumnya.
J. Gaya Akibat Pembendungan Air dari Puing-puing yang Terbawa Air
Pembendungan yang disebabkan oleh akumulasi dari puing-puing yang terbawa
air dapat menghasilkan suatu gaya yang berasal dari air yang membawanya yang
diperlakukan sebagai gaya hidrodinamik. Nilai dari gaya ini ditentukan oleh luasnya
puing-puing yang membendung tersebut terhadap permukaan struktur. Besarnya efek
pembendungan ini dihitung dengan mengacu pada persamaan yang digunakan saat
menghitung besarnya gaya hidrodinamik, yaitu sebagai berikut:
L. KombinasiPembebanan
c. Gaya benturan puing-puing, Fi, adalah beban berdurasi pendek akibat tumbukkan
dari benda berukuran besar yang mengapung dengan komponen struktur. Selama
benda berukuran besar tersebut tidak terbawa oleh bagian terdepan gelombang,
efek dari Benturan puing-puing dikombinasikan dengan gaya drag hidrodinamik,
Fd, bukan gaya impulsif, Fs, Meskipun benda yang mengapung tersebut dapat
menumbuk struktur selama tsunami terjadi, kemungkinan terjadinya 2 benturan
atau lebih secara bersamaan hanya kecil. Maka dari itu, hanya satu gaya benturan
yang diperhitungkan pada waktu tertentu. Baik masing-masing komponen struktur
maupun struktur secara keseluruhan harus didesain untuk menahan Gaya
Benturan yang dikombinasikan dengan beban lainnya, kecuali gaya impulsif.
d. Breakaway walls bukan bagian dari komponen pendukung struktural pada bangunan, dan
memang sengaja direncanakan untuk runtuh pada saat dikenakan beban lateral. Jika
dinding pengisi dengan tinggi yang lebih rendah direncanakan sebagai breakaway walls,
maka beban lateral maksimum adalah beban dimana dinding tersebut akan runtuh, dan
struktur secara keseluruhan, yang merupakan komponen struktur pendukung dinding,
harus direncankan untuk menahan gaya runtuh ini.
e. Perancangan sistem lantai untuk menahan efek dari gaya Fr yang diperlakukan sebagai
gaya lateral pada struktur.
Fb = ρz x g x V = ρz x g x Af x hb
= 1100 kg/m3 x 9.81 m/s2 x (4.5 m x 4.5 m) x (14.3 m – 3 m – 3 m)
= 284.1 kN
Dengan hb adalah tinggi dari air yang terpindahkan oleh lantai termasuk
efek dari udara yang tersekap dibawah lantai.
Fd = ½ x ρz x Cd x B x (hu2)max
= ½ x (1100kg/m3) x 2 x 12m x 29 m3/s2
= 382.8 Kn
Bila komponen dinding nonstruktural pada lantai rendah dirancang untuk hancur
selama tsunami terjadi, maka hidrodinamik dragdan gaya impulsif akan
diperhitungkan pada seluruh member struktural dan dikombinasikan seperti
terlihat pada Gambar 2.17.
d) Gaya Benturan
Sebelum memperhitungkan adanya gaya benturan yang berasal dari puing
kayu, terlebih dahulu dilakukan estimasi besarnya kecepatan maksimum aliran
yaitu sebagai berikut:
z
√
U max = 2 x g x R x(1− )
R
m 10 m
√(
= 2 9.81
= 9.2 m/s
s )
2
(14.3 m)(1−
14.3 m
)
= 393 kN
ζ = z/R = 10/14.3 = 0.7 ; d/R = 0.2/14.3 maka dengan menggunakan kurva batas
dari Gambar 2.17:
umax /√ 2 gR = 0,05
9.81 m
umakz = 0,05 √ 2 x g x R = 0.05 2 x
= 35.9 kN
√ ( s2 )
x ( 450 kg ) x (1+0)
= 35.9 kN
dengan, gaya benturan ini lebih realistis dibandingkan gaya benturan yang
diestimasi sebelumnya. Gaya total impak yang bekerja pada struktur, secara
konservatif dapat dihitung dengan mengkombinasikan gaya benturan ini dengan
gaya drag hidrodinamik yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
D = w/ρgAbox
= (3800 kg)g/(1100 kg/m3) x g x (12.2 m x 2.44 m)
= 0.12 m
dengan W menunjukkan berat dan Abox adalah luas dari penampang pada arah
horizontal dan nila g dapat dihilangkan. Kecepatan maksimum aliran dengan nilai
draft di atas dapat diketahui dengan menggunakan Gambar 2.17 adalah sebagai
berikut:
Gaya total impak yang bekerja pada struktur, secara konservatif dapat
dihitung dengan mengkombinasikan gaya benturan ini dengan gaya drag
hidrodinamik yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
Fdm = ½ x ρz x Cd x Bd x (hu2)max
Persamaan ini sama dengan persamaan yang digunakan untuk
memperhitungkan gaya hidrodinamik pada bangunan TES Tsunami yang
memiliki lebar 12 m. Karena lebar dari bangunan TES Tsunami dan lebar dari
puing–puing yang membendung yang direkomendasikan sama besar yaitu 12 m,
maka nilai Fdm sama dengan Fd yang sudah diperhitungkan sebelumnya, yaitu
sebesar 382,8kN.
Bila bangunan TES Tsunami lebih lebar dari 12 m, maka efek dari puing–
puing yang membendung harus diperhitungkan pada lokasi–lokasi yang berbeda
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.20 dan Gambar 2.21 untuk menuntukan
kondisi terburuk dari pembebanan yang terjadi pada struktur secara keseluruhan
dan pada masing–masing elemen struktur.
Fu = ½ x Cu x ρz x Af x Uv2
Dengan mengasumsikan kedalaman air pada soffit di lantai pertama (hs ) adalah
sebesar 3 meter dan lokasi dari bangunan TES Tsunami, maka didapatkan nilai ζ
=z/R =10/14.3 =0,7 dan besarnya d/R dapat diganti dengan nilai hs/R untuk
mendapatkan kecepatan maksimum air yaitu sebesar h s/R =3/14.3 =0,21, maka
besar nya kecepatan maksimum berdasarkan Gambar 2.14 berdasarkan nilai ζ
=0,7 dengan menggunakan kurva batas adalah sebagai berikut:
U = 0.05 √ 2 x g x R
M
√ (
= 0.05 2 x 9.81
= 0.84 m/s
s2 )
x ( 14.3 m)
uv = u x tan a
= (0.84 m/s) x (1/50)
= 0.017 m/s
Fu = ½ x Cu x ρz x Af x uv2
= ½ x 3 x (1100 kg/m3) x (4.5 m x 4.5 m) x (0.017 m/s)2
= 9.6 N