Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan nikmat,berkah,
dan rahmatnya sehingga dapat menyusun makala dengan judul” pengembangan
manajemen perkotaan, praktek di indonesia”
Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan kepada rasullah saw,yang telah
membebaskan kita dari zaman yang penuh kezaliman dan kebodohan dan
membawa kita menuju zaman yang zarat dengan imu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat ini.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula saya mengucapkan teriama kasih kepada
teman-teman anggota kelompok, karena sudah mau bekerja sama dan konsisten
dalam mengerjakan tugas ini guna untuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah
Managemen perkotaan yang dibimbing oleh ibu Leni Nurul kariyani,
S.ip.,M.ip.semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat kepada saya dan
teman-teman selaku penyusun,para pembabaca,dan pihak masyarakat.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Untuk lebih memahami tentang konsep managemen perkotaan diindonesia.
2. Untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang managemen perkotaan
diindonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Kawasan Kumuh
Kategori kawasan kumuh menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1992
adalah kawasan yang dihuni masyarakat dengan kondisi sosial-ekonomi
rendah, kondisi lingkungan rawan akan penyakit, bencana, dan keamanan
serta kualitas dan kuantitas infrastruktur belum memadai (Andini, 2013).
Selain itu, kawasan kumuh di perkotaan memiliki jumlah penduduk yang
padat, permukiman kuldesak, kondisi hunian tidak layak dan semi permanen,
serta pelayanan infrastruktur yang minim. Andini (2013) mengklasifikasikan
karakter penduduk yang tinggal di kawasan kumuh sebagai penduduk belum
sejahtera dengan pekerjaan di sektor informal atau bahkan pengangguran.
Padatnya area permukiman di kawasan kumuh menyebabkan masyarakat yang
menempatinya tidak memiliki ruang terbuka yang memadai untuk melakukan
interaksi sosial atau aktivitas fisik anak-anak dan lansia. Hal tersebut
disebabkan keterbatasan lahan yang tersedia untuk pembangunan
permukiman, kondisi ekonomi masyarakat masih rendah, permukiman
terbangun secara spontan dan sporadis tanpa perencanaan, serta terbatasnya
kemampuan pemerintah daerah menyediakan lahan perumahan yang layak.
a. Urban Renewal
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kota
yang mengalami kebobrokan atau kota kumuh adalah urban renewal atau
regenerasi kota. Kebijakan urban renewal diterapkan Gubernur DKI Jakarta
pada Kampung Petogogan yang merupakan permukiman kumuh. Metode
pendekatan yang dilakukan adalah integrasi sosial, ekonomi, dan organisasi
yakni dengan melibatkan dana corporate social resposibility dari perusahaan
swasta. Dana tersebut diberikan kepada masyarakat melalui pembangunan
rumah yang diterima dalam tiga tahap sebesar 40%, 40%, dan 20% (Setiadi
dkk, 2016).
Program strategi kelayakan huni dan daya saing kota adalah menyediakan
sarana prasarana sesuai tipologi dan fungsi kotanya, meningkatkan sektor
perdagangan dan jasa seperti pasar tradisional, koperasi dan UMKM,
meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya,
menyediakan sarana permukiman yang layak dan terjangkau, mengembangkan
integrasi sistem transportasi publik, membangun kapasitas masyarakat yang
inovatif, kreatif, dan produktif; serta meningkatkan keamanan kota berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
c. E-government
Perkembangan teknologi di lini masa diikuti ketanggapan masyarakat
masa kini dalam menggunakan beragam pelayanan berbasis teknologi.
Kemampuan masyarakat mengikuti perkembangan teknologi secara cepat perlu
diikuti oleh sistem pelayanan pemerintah. Selain memberikan kemudahan bagi
kedua pihak, teknologi pada pelayanan pemerintah dianggap lebih efisien,
efektif, dan transparan. Sebagai wujud tanggapan pemerintah atas keadaan
tersebut, maka muncul istilah electronic government atau e-government yakni
pemanfaatan teknologi internet didalam kegiatan pemerintahan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan pelaksanaan urban management yang ada di indonesia, yang
dicatat dalam karya tulis ini misalnya terkait dengan program urban renewal di
kampung Petogogan Jakarta dan kampung vertikal Manggarai, yang berhasil
mengembangkan kelembagaan penyediaan perumahan permukiman, kerjasama
antar kota, pengembangan akses data informasi, peningkatan peran pemangku
kepentingan. Pengembangan e-government di Indonesia misalnya telah
dilakukan di kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta, telah
memberikan manfaat, yaitu mengurangi biaya administrasi layanan publik,
meningkatkan efisiensi layanan birokrasi, keterbukaan informasi, akuntabilitas
dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan.
Peraturan yang ada disusun untuk pembangunan kota antara lain terkait
dengan pengelolaan kota, pengelolaan sampah, penyelenggaraan perumahan
dan permukiman, rumah susun dan pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan urban
management mulai dari perencanaan kebijakannya, penerapan dan
pengembangannya perlu lebih diperhatikan dalam pengelolaan kota di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA