Nama Kelompok :
Abelia Azahra
Anjelina
Fajar Safitri
Karina Annisa Putri
Revaldo Megi Pratama
Salsabilah Athira Azahra
Yola Vernanda Laurenza
DOSEN PENGAMPU:
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu penyakit dimana
terdapat ketidaknormalan berupa peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi),
tergantung seberapa tinggi gula darah yang dimiliki oleh seorang penderita dan akan
menentukan apakah perlu mendapat perawatan dirumah sakit1. Diabetes melitus
merupakan salah satu penyakit utama penyebab terjadinya Penyakit Ginjal Kronis (PGK),
yakni sekitar 30% dari penderita DM tipe-1 dan 40% dari DM tipe-2 2. Data yang
diperoleh dari WHO (World Health Organization) 2016, memperkirakan sebanyak 422
juta orang dewasa hidup dengan DM. Sedangkan menurut International Diabetic
Foundation (IDF) 2015, menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup
dengan DM, dari 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta diantaranya belum
terdiagnosa sehingga dimungkinkan berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa
disadari dan tanpa pencegahan. pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh
didunia untuk prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi di dunia bersama dengan
Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang
dengan diabetes melitus sebesar 10 juta 3. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15
tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes
melitus pada penduduk 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun
prevalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9%
pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar
25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes 4. Adapun
jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) bedasarkan provinsi Sumatera Selatan sebesar
5,220 jiwa. Wilayah dengan penderita terbanyak adalah Kota Lubuk Linggau sebanyak
1,176 penderita DM. Sedangkan wilayah dengan penderita paling rendah adalah
1
Masharani, U. 2011. Diabetes Melitus. In McPhee, S. J., Papadakis, M. A., &Rabow, M.
W. 2011. Current Medical Diagnosis and Treatment 2012.New York: McGrawHill.
2
Iseki, K. (2008) Gender differences in chronic kidney disease. Kidney Internasional.74,
415-417.
3
IDF. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition: Internasional Diabetes Federation;2015
4
Riskesdas 2013
Kabupaten Empat Lawang sebanyak 15 penderita. Cakupan penderita DM mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar sebesar 100%.5
Hubungan antara hipertensi dengan DM sangat kuat karena beberapa kriteria yang
sering ada pada pasien hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas dislipidemia
dan peningkatan glukosa darah6. Hipertensi adalah suatu faktor resiko yang utama untuk
penyakit kardiovaskular dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati.
Prevalensi populasi hipertensi pada diabetes adalah 1,5-3 kali lebih tinggi daripada
kelompok pada non diabetes. Penyebab hipertensi dapat diketahui sering berhubungan
dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung coroner, diabetes dan kelainan system
saraf pusat7. faktor obesitas Pola makan berupa asupan makanan tinggi energi dan tinggi
lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik yang teratur akan mengubah keseimbangan
energi dengan disimpanya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan, asupan
energi yang berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin sekalipun belum terjadi
kenaikan BB yang signifikan. Terjadinya peningkatan DM di Negara-negara berkembang
dikarenakan adanya perubahan pola makan, yaitu dari makanan tradisional yang sehat,
tinggi serat, rendah lemak, rendah kalori dengan meningkatnya konsumsi makanan
mengandung kalori seperti KH sederhana, lemak, daging merah dan rendah serat
8
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
Studi Kasus tentang “Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Melitus di
Wilayah Lubuk Linggau”.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan antara Hipertensi dengan kejadian Diabetes Melitus di Wilayah
Lubuk Linggau.
5
PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2019 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
6
Saseen, J. J., dan Carter, B. L. (2005). Hypertension. Dalam: Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Aproach. Editor: Joseph T. Dipiro, Robert L. Talbert,Gary C.
Yee, Gary R. Matzke, dan Barbara G. Wells. Edisi ke-6. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc. Hal. 185-214.
7
Sunardi, Tuti. 2000. Hidangan sehat untuk penderita hipertensi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
8
Badawi, Hasan , 2009. Melawan Dan Mencegah Diabetes Mellitus.Yogyakarta :
Penerbit Araska.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan Hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus di wilayah
Lubuk Linggau.
b. Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian Hipertensi dengan kejadian
Diabetes Mellitus di wilayah Lubuk Linggau.
c. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian Hipertensi dengan
kejadian Diabetes Mellitus di wilayah Lubuk Linggau.
d. Menganalisis hubungan obesitas dengan kejadian Hipertensi dengan kejadian
Diabetes Mellitus di wilayah Lubuk Linggau.
e. Menganalisis faktor risiko dominan kejadian Hipertensi dengan kejadian Diabetes
Mellitus di wilayah Lubuk Linggau.
f. Mendeskripsikan riwayat hipertensi yang dimiliki responden.
g. Mendeskripsikan pola makan responden.
h. Mendeskripsikan aktivitas fisik responden.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah
wawasan sebagai calon ahli gizi khususnya mengenai asuhan gizi klinik pada
pasien Diabetes Mellitus dengan Hipertensi.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi dan bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu gizi sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa/i sebagai
panduan dalam memberikan asuhan gizi klinik pada pasien Diabetes Melitus
dengan Hipertensi
3. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menerima tatalaksana diet sesuai dengan penyakitnya
dan dapat menerapkan edukasi yang diberikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defeksekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah (Gustaviani, 2006). Diabetes melitus adalah suatu
penyakit dimana kadar glukosa (glukosa sederhana) didalam darah tinggi karena terdapat
gangguan pada kelenjar pankreas dan insulin yang dihasilkan baik secara kualitas
maupun kuantitas ( Tjokroprawiro, 2006). Lebih lanjut, pada penderita yang kronisakan
timbul gejala lain, yaitu terjadinya penurunan berat badan, timbulnya rasa kesemutan atau
rasa nyeri pada tangan atau kaki, timbulnya luka gengren pada kaki, serta hilangnya
kesadaran diri (Supryanto, 2010). American Diabetes Asociation (2012) mendefinisikan
diabetes melitus adalah salah satu kelompok metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduannya. Keadaan hiperglikemia
kronis dari diabetes berhubungandengan kerusakan jangka panjang, ganguan fungsi dan
kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. 8
Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel
terhadap insulin yang sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe II dianggap sebagai Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus(NIDDM) (Slamet S., 2008) Diabetes melitus tipe II
adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin atau
resistensi insulin (Departemen Kesehatan, 2005).
Sindrom metabolik biasanya tidak memiliki gejala langsung. Sebagian besar faktor risiko terkait
dengan sindrom metabolik tidak memiliki tanda-tanda atau gejala, kecuali pinggang besar yang
mudah terlihat. Dokter dapat mendiagnosis sindrom metabolik dengan mengukur tekanan darah
dan lingkar pinggang Anda dan meminta tes darah sederhana untuk mengetahui kadar kolesterol,
trigliserida, dan gula darah. Masalah medis yang terkait sindrom metabolik berkembang secara
bertahap dari waktu ke waktu. Beberapa orang mungkin memiliki gejala gula darah tinggi (jika
memiliki diabetes) atau gejala tekanan darah tinggi (jika memiliki hipertensi). Gejala gula darah
tinggi yang mungkin hadir adalah rasa haus yang meningkat, sering buang air kecil, terutama
pada malam hari, kelelahan dan penglihatan kabur. Tekanan darah tinggi umumnya tidak
memiliki tanda-tanda atau gejala. Namun, beberapa orang pada tahap awal hipertensi mungkin
merasakan sakit kepala, pusing, atau mimisan lebih sering dari biasanya. Penderita diabetes
melitus mengalami kondisi kadar gula darah yang tidak terkontrol yang cenderung menyebabkan
kadar zat lemak dalam darah meningkat yang mempercepat terjadinya aterosklerosis. Kondisi ini
dapat menyebabkan sirkulasi ke berbagai organ dapat memburuk yang mengakibatkan terjadinya
berbagai komplikasi. (Jurnal Ners Indonesia 6 (2), 1-7, 2020)
C. Penyebab
D. Patofisiologi
a. DM tipe 1
DM tipe-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik yang
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Ditandai dengan ketidakmampuan pankreas
untuk mensekresikan insulin dikarenakan kerusakan sel beta yang disebabkan oleh
proses autoimun.
b. DM tipe 2
DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Pada DM terjadi gangguan pada reaksi RIS (Receptor Insulin Substrate)
sehingga menurunkan jumlah transporter glukosa terutama GLUT 4 yang
mengakibatkan berkurangnya distribusi glukosa kejaringan yang
menyebabkan penumpukan glukosa darah yang pada akhirnya akan
menimbulkan hiperglikemia atau meningkatnya kadar gula darah dalam
tubuh.
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa
faktor yaitu :
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan
dengan IMT > 25 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200 mg%.
2. Hipertensi
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada
sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga DM
Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita DM.
4. Dislipedimia
Dislipidemia dalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >
250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35
mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes. Selain itu timbunan lemak bebas yang tinggi dapat
menyebabkan meningkatnya uptake sel terhadap asam lemak bebas dan memacu oksidasi lemak
yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa dalam otot yang menyebabkan
resistensi insulin (Miftahul,2013)
5. Usia
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah > 45 tahun. Resiko seseorang
untuk menderita diabetes melitus tipe 2 akan bertambah seiring berjalannya usia terutama usia
diatas 45 tahun. Hal ini dikarenakan jumlah sel beta pankreas produktif semakin berkurang
dengan bertambahnya usia (Arisman, 2011).
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000 gram.
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah lama
dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2
akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakit ini.
Alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu
metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula
darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml
wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor
genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh (Powers,
2005).
SKRINING GIZI dengan MST (Malnutrisi Screening Tools)
Usia : 35 tahun
Alamat :-
Agama :-
Pendidikan :-
Suku :-
A. ASSESMEN GIZI
e. Riwayat personal
Nama : Ny Nila
Tgl lahir : 10
November 1986
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : P
Suku :
Pendidikan :
Status Perkawinan :
Janda
Kondisi : Bedrest
Sosial budaya :
Tinggal bersama anak
perempuan yg sudah
menikah
Pekerjaan : Penjual
Kelililing Agama : -
Riwayat penyakit
sebelumnya : Tidak
ada
Riwayat penyakit
keluarga : tidak ada
Diagnosis medis : DM,
Hipertensi
B. DIAGNOSA GIZI
1. Jenis diet : Diet Diabetes Melitus 1300 kkal dan diet rendah natrium
2. Bentuk makanan : Makanan biasa
3. Cara pemberian : Oral
4. Frekuensi pemberian : 3x makanan utama, 2x selingan
5. Tujuan diet
6. Prinsip diet : Tepat jumlah, Tepat jenis, Tepat jadwal, Rendah natrium
7. Syarat diet :
= 50,5 kg
= 1245
= 2054 kkal
= 77 g
= 45 g
= 65% x 2054/4
= 333 g
= 25 x 45
= 1125
Factor Aktvitas = 20% ( ringan ) x 1125
= 225
= 10% x 1125
= 112,5
= 20% x 1125
= 225
= 1238 kkal
= 62 g
= 28 g
= 60% x 1238/4
= 186 g
Lemak = 78 gram
Karbohidrat = 244 gram
Persentase kebutuhan