Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan
semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan batin. Sedangkan
Herbet Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang
bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Dari uraian diatas dapat
diketahui bahwa puisi sebenarnya adalah ungkapan dari batin seorang penyair dalam
penglaman yang digeluitnya.

Sedangkan Apresiasi adalah sebuah cara untuk menghargai, mengindahkan dan


sekaligus memahami sebuah karya. Selanjutnya, Tarigan (1984: 233) mengatakan bahwa
apresiasi sastra adalah penafsiran kualitas karya sastra pemberian nilai yang wajar kepadanya
berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis. Dalam sebuah puisi,
istilah apresiasi itu sangat kental, dimana sebuah tindakan untuk menghargai, mengindahkan
dan
sekaligus memahami isi Hakikat puisi menurut  Herman J. Waluyo adalah karya sastra yang
mengungkapkan dari sebuah puisi.

Sebuah puisi pasti memiliki maksud yang ingin disampaikan oleh pengarangnya.
Seperti halnya pusi-puisi karangan W.S. Rendra yang merupakan ungkapan kepedulian dan
pemikiran kritis terhadap realita-realita sosial yang terjadi di sekitarnya. Begitu pula puisi
yang berjudul “Sajak Pertemuan Mahasiswa” karya W.S. Rendra. Puisi yang ditulis tahun
1977 ini tergolong puisi ekspresif. Dikatakan demikian sebab dalam puisi tersebut penyair
berusaha mengungkapkan keluh-kesahnya terhadap kenyataan yang terjadi pada mahasiswa
indonesia.

Penulis memilih puisi yag berjudul “Sajak Pertemuan Mahasiwa” ini karena puisi ini
memiliki keindahan citaraan dan imaji. selain itu puisi ini tidak banyak menggunakan kata-
kata atau istilah-istilah sulit. Namun tidak menenggelamkan keindahan dari puisi ini. Semoga
apa yang disampaikan penulis dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
rekan-rekan mahasiswa.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana gaya penulisan W.S. Renrda dalam puisinya yang berjudul “Sajak
Pertemuan Mahasiswa”?
2. Apa saja yang menjadi penanda dari gaya penulisan puisi “Sajak Peretemuan
Mahasiswa” tersebut?

1.3 Tujuan penulisan


1
Page

Mengetahui gaya penulisan W.S. Rendra dalam Sajak Pertemuan Mahasiswa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Stilistika

Stilistika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mnegkaji unsur-unsur kebahasaan
yang digunakan sastrawan sebagai medium untuk menuangkan gagasannya dalam karya
sastra tersebut. Stilistika menurut Sudjimman(dalam Satoto, 1995:6) adalah ilmu yang
meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Dalam stilistika tersebut
akan dibahas beberapa hal, antara lain:

 Gaya bunyi
 Irama
 Gaya kata (diksi)
 Citraan
 Majas
 Tipografi

2.2 Pembahasan
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kebahasaan pada puisi yang berjudul “Sajak
Pertemuan Mahasiswa” karya W.S. Rendra. Sebelum menelaah lebih jauh, berikut akan
dipaparkan puisi “Sajak Pertemuan Mahasiswa”.

Sajak Pertemuan Mahasiswa

Oleh : W.S. Rendra

Matahari terbit pagi ini


mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.


Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
2

Orang berkata “ Kami ada maksud baik “


Page

Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

2
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Kenapa maksud baik dilakukan


tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”

Sekarang matahari, semakin tinggi.


Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.


Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.

Dan esok hari matahari akan terbit kembali.


Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.

Di bawah matahari ini kita bertanya :


Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !

Jakarta 1 Desember 1977


3
Page

3
Puisi diatas adalah salah satu sajak W.S. Rendra yang memiliki kekhasan dari gaya berpuisi
seorang W.S. Rendra. Dalam pengkajiannya makalah ini menggunakan teori stilistika sebagai
alat untuk menganalisis faktor-faktor kebahasaan dalam puisi tersebut. Oleh karena itu akan
dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan pengkajian stilistika, yaitu:

1. Gaya Bunyi:
Rachmat Djoko Pradopo menjelaskan bahwa gaya bunyi meliputi penggunaan bunyi-
bunyi tertentu untuk menimbulkan efek tertentu, dalam hal ini efek estetis. Bunyi
disini erat kaitannya dengan penggunaan fonem pada setiap kata yang akan
membedakan artinya.
Jika dilihat sekilas puisi Sajak Pertemuan Mahasiswa ini tidak terlalu memperhatikan
penggunaan bunyi. Tetapi jika dicermati bait-bait dalam puisi ini banyak
menggunakan bunyi (a) disetiap barisnya. Seperti yang terdapat pada bait keempat
pada puisi ini yang hampir setiap barisnya di akhiri dengan fonem (a)

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Pada bait ketiga dan keempat terdapat pengulangan fonem (a)

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Pada bait keempat juga terdapat pengulangan fonem (u)

Ada yang duduk, ada yang  diduduki. 


4
Page

4
2. Irama
Irama adalah bunyi-bunyi yang teratur, berulang-ulang dan bervariasi. Irama dalam
bahasa adalah pergantian naik-turun, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi
bahasa secara teratur. Irama pada puisi ini dihaasilkan dengan adanya pengulangan-
pengulangan. Baik pengulangan bunyi maupun pengulangan yang bersifat
paralelisme.
Contoh pengulangan yang besifat paralelisme terdapat pada:
 Bait ketiga
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
 Bait keempat
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.

Selain itu juga terdapat pengulangan yang berupa aliterasi, seperti berikut:

Ada yang menangis, ada yang mendera.


Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !

3. Gaya kata (diksi)

Pemilihan kata dalam puisi sangatlah berperan penting dalam upaya menyampaikan maksud
dari penyair itu sendiri. Sebab dari pemilihan kata ini akan menimbulakn dan menguatkan
unsur estetis dari puisi tersebut. Gaya kata disini tidak haya sebatas pemilihan kata saja tetapi
juga penyusunan dan penempatan kata dalam setiap kalimat puisi. Sebab melalui kata itulah
sebuah puisi akan membawa pembacanya kedalam dunia imajinasi yang luas.

Puisi “Sajak Pertemuan Mahasiswa” ini juga cermat dalam pemilihan kosakatanya.

Seperti puisinya yang lain, dalam puisi ini W.S. Rendra tidak banyak menggunakan kosakata
yang sulit. Kata-kata yang digunakan cenderung sederhana, namun ada beberapa kosakata
yamg terkesan kurang sopan jika diucapkan dalam percakapan. Tetapi itulah yang menjadi
kekuatan sekaligus dan kekhasan dari puisi-puisi W.S. Rendra. Seperti pada bait berikut:

Matahari terbit pagi ini


mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan

4. Citraan
5

Citraan adalah suatu gambaran mental atau kesan yang terbentuk dalam ruang imajinasi melalui
Page

sebuah kata atau rangkaian kata. Citraan dibagi menjadi:

5
a. Citraan penglihatan(visual imagery)

Matahari terbit pagi ini

Baris ini mengandung citraan penglihatan karena dengan membacanya menimbulkan


bayangan matahari terbit di ruang imajinasi pembaca

b. Citraan pendengaran(auditory imagery)

Contoh citraan pendengaran dalam puisi “Sajak Pertemuan Mahasiswa” adalah sebagai:

dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.(bait pertama)

Orang berkata “ Kami ada maksud baik “(bait ketiga)

Cicak-cicak berbunyi di tembok.(bait ketujuh)

c. Citraan perabaan

Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :


Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?

Pada baris ini pembaca diajak untuk merasakan udara panas yang menyengat kulit.

d. Citraan penciuman(smell imagery)

mencium bau kencing orok di kaki langit,


baris ini membuat pembaca seolah mencium bau pesing dari kencing bayi sehingga tergolong
mengandung citraan penciuman.

e. Citraan gerak(kinaesthetic imagery)

Alat-alat kemajuan yang diimpor


tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

Melalui baris ini akan muncul bayangan tentang orang-orang menggarap sawah
menggunakan alat-alat canggih yang hanya cocok untuk ladang-ladang besar dan tidak
mungkin digunakan pada ladang para petani kecil yang sempit.

5. Majas

Majas atau gaya bahasa (figurative language) merupakan salah satu sarana penting dalam
penulisan puisi. Menurut Abrams(1957:60) majas adalah penggantian arti dari apa yang kita
pahami sebagai makna standar menjadi makna lain untuk memperolah makna baru atau efek
tertentu. Dengan memakai majas, puisi akan hadir sebagai dunia baru yang menarik, bukan
sekedar dunia keseharian. Dalam puisi “Sajak Pertemuan Mahasiswa” majas-majas yang
digunnakan antara lain:

a. Personifikasi
6
Page

Majas yang mengumpamakan benda mati dapat berlaku seperti benda hidup.

6
melihat kali coklat menjalar ke lautan,

b. Paralelisme anafora

Majas yang menempatkan kata atau kelompok kata yang sama secara berulang di
depan setia baris puisi.

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras

c. Retorik

Majas yang memunculkan kalimat tanya yanng tidak memerlukan jawaban.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

d. Repetisi

Majas yang mengulang kata atau kelompok yang sama pada kalimat yang berbeda.

Kata yang sering diulang pada puisi diatas adalah kata “Maksud baik”, yang
ditemukan di beberapa bait.

Majas yang dibahas pada makalah ini hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan
majas yang terdapat dalam puisi tersebut.
6. Tipografi

Tipografi adalah pembeda yang penting antara puisi dengan karya sastra lainnya.
Tipografi dapat pula dipahami sebagai perwajahan puisi. Dalam perwajahannya, puisi ada
yang ditulis dalam paragraf seperti prosa, berbaris-baris, atau dalam bentuk lain seperti
yang banyak ditemukan pada puisi kontemporer. Dalam puisi “Sajak Pertemuan
Mahasiswa” karya W.S. Rendra ini tipografinya tidak terlalu menggunakan tipografi yang
aneh. Puisinya ditulis dalam bentuk beberapa bait dengan jummlah baris yang berbeda
pada setiap baitnya. Hal itu disesuaikan dengan satuan makna kata, frase bahkan kalimat
dalam puisi tersebut. Satu bait berakhir sama halnya dengan penanda titik dalam puisi
tersebut.

Matahari terbit pagi ini


mencium bau kencing orok di kaki langit,
7
Page

melihat kali coklat menjalar ke lautan,


dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

7
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

BAB III
Page

8
PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa gaya bahasa yang digunakan W.S.
Rendra dalam puisinya yang berjudul “Sajak Pertemuan Mahasiswa” adalah gaya bunyi,
irama, gaya kata (diksi), citraan, majas, dan tipografi. Namunn yang paling menonjol dari
puisi tersebut adalah gaya kata, dan irama yang digunakan. Sebab gaya kata pada puisi W.S.
Rendra memiliki kekhasan yang lain dari penyair lain. Mungkin masih lebih banyak lagi
keunikan dan keindahan yang dapat dikaji dari puisi W.S. Rendra tersebut. Mengingat karya
sastra bagaikan lautan yang menghadirkan banyak ilmu dan banyak hal yang bisa kita
temukan di dalamnya. Namun, pnulis hanya bisa menyuguhkan kajian seperti yang telah
tertera di atas.

9
Page

9
DAFTAR PUSTAKA
 http://puisi-rickaqiel23.blogspot.com/2012/11/hakikat-puisi.html - diakses pada 04
Desember 2013, 22:15 WIB
 Tjahjono, Tengsoe.2011. Mendaki Gunung Puisi ke Arah Kegiatan Apresiasi. Malang:
Bayumedia.
 Pradopo, Rachmat Djoko. 2000.Pengkajian PUISI. Jogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
 http://peperonity.com/go/sites/mview/kias.prosa/33639921- diakses pada 04
Desember 2013, 2156 WIB

10
Page

10

Anda mungkin juga menyukai