Kisah ku ini dimulai setelah acara resepsi kami lewati malam pengantin, kami
langsung menempati rumah baru yang berada disamping rumah mertua, dengan
rasa canggung serta malu-malu kami berdua yang belum berpengalaman saling
menunggu untuk memulai, awalnya kami lepas baju kami masing2 tapi tidak
semuanya untuk berganti baju tidur, kemudian di atas kasur kita berciuman,
sepertinya suamiku belum pengalaman juga untuk hal itu
“Gimana kalau lampunya dimatikan sayang” kata suamiku “Gak usahlah mas…
aku takut!” jawabku, karena rumah itu memang lingkungan baru buatku “Kamu
gak malu Sinta?” tanya dia “Tapi aku takut massh! Biarin deh lampunya nyala…
entar kalo ada apa2 gimana?” tanpa menjawab kita lanjutkan lagi permainan
baru itu.
Sambil kita lepaskan baju kita masing-masing, kulihat penis suamiku sudah
tegang ketika kulucuti seluruh pakaian yang menutup tubuhku, sepertinya dia
sudah horny duluan saat melihatku melepas pakaian.
“Lho kok udahan??” dalam hatiku, padahal aku sudah mulai terbiasa dengan ,
rasa sakit itu dan sama sekali belum menikmatinya, setelah itu suamiku telah
menyudahi dan tanpa bicara kemudian tertidur pulas, aku masih membersihkan
sisa darah keperawananku dengan tysu dan bertanya2 tentang kejadian itu
sambil melamun penasaran, tiba2 aku lihat sosok seseorang dari jendela kecil di
bagian atas dinding kamar,.
Segera aku tutup tubuhku dengan selimut dan berlari ke arah saklar lampu
untuk kumatikan, tetapi bayangan itu sudah lari dan entah siapa gerangan?
Inikah yang dicari orang pada saat malam pertama aku menjadi heran dan
bertanda tanya besar…dimana letak nikmatnya?
Hari2 berikutnya kita lakukan aktivitas sexual kami, maklum pengantin muda,
tetapi tetap saja aku tidak tahu dimana kenikmatan dalam berhubungan sex,
karena setiap berhubungan yang kudapat tidak ada bedanya dengan malam
pertama, akupun tidak mengerti dimana letak nikmat itu harus kuraih, mas
Ridho selalu cepat selesai dan sama sekali tidak pakai foreplay, jadi aku merasa
sangat tidak nyaman tapi dia nggak peduli in perasaanku itu.
Semua itu akhirnya ku lewati begitu saja, tanpa pernah protes atau
mempermasalahkan apa yang aku rasa selama itu, seminggu setelah menikah
mas Ridho memulai bekerja untuk menghidupi keluarga, dan yang paling
mengagetkan dia harus berangkat selama dua minggu di luar kota untuk
mendatangi kolega2 ayahnya yang menjadi pelanggan batik, akupun kaget
kenapa harus selama itu, tetapi ayahnya bilang
“Berat memang harus berpisah dengan suami dalam waktu yang lama, apalagi
kalian baru menikah” kata dia untuk menenangkan diriku.
“Tapi disini kan ada Ibu yang bisa menemanimu…” lanjutnya lagi “Papa juga
harus menemani Ridho untuk mengenalkan dia kepada semua kolega papa” dan
pada saat itu tanganya membelai pundaku dan tangan satunya memegang
tanganku.
“Ah kenapa mas Ridho diam saja sih???istrinya dipegang2 begitu,” umpatku
waktu itu “kamu yang sabar yah?…udah gak usah takut dirumah sendirian, nanti
papa nemenin Ridho paling cuman seminggu saja…” lanjutnya dan tiba2
matanya mengerling kepadaku, akupun tidak tahu maksud dari kerlingan
matanya, aku hanya merasa sedih kenapa mas Rido tidak pernah menjelaskan
ini semua kepadaku sebelumnya, sehingga aku siap dan bisa menerima semua
ini…
Aku relakan mas Rido pergi dengan bapaknya meskipun hatiku teramat berat,
sementara aku melanjutkan kehidupan baru yang bersahabat dengan kesepian
dan kesendirianku, memang terkadang aku juga mengajak bicara dengan ibu
mertuaku, tetapi karena kondisinya yang kurang sehat atau sakit2an jadi beliau
lebih banyak dikamar.
Kalau pagi memang ada beberapa pembantu yang mengerjakan memasak dan
mencuci untuk kedua mertuaku tetapi kalau sore mereka pulang ke rumah
masing2, tapi mereka bukan untuku jadi aku harus memasak dan mencuci
sendiri pakaian kami.
Selama seminggu aku biasakan kondisi ini berjalan tanpa ada kendala, suatu
saat siang hari setelah menemani dan menyuapi ibu mertua, aku merasa
kegerahan…badanku terasa berkeringat dan apalagi sejak pagi telah
kuselesaikan seluruh cucianku, jadi aku putuskan untuk mandi dirumah biar
segar.
Karena kupikir dirumah gak ada orang, maka saat mandi aku biarkan pintu
kamar mandi terbuka biar udara segar bisa masuk, saat aku bersihkan tubuhku
dengan sabun, aku rasakan ada rasa menggetarkan pada rabaanku sendiri di
daerah bukit kembarku yang montok dan kenyal. Ah mungkin ini dikarenakan
aku yang jarang dibelai, jadi rasa itu muncul tiba-tiba pikirku.
Dengan tergesa-gesa aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang
menutup kurang sempurna aku lilitkan ke tubuhku dan. Ketika keluar kamar
mandi aku cek pintu belakang rumah yang tembus ke rumah mertuaku, ternyata
tidak kutemukan seseorang atau apa2, aku lega dan merasa aman akhirnya
setelah kututup pintu tersebut dan kukunci dari dalam, karena merasa aman aku
gunakan handuk yang terlilit pada tubuh polosku untuk mengeringkan badan
serta rambutku sambil berjalan menuju kamarku…
“Habis mandi Sinta…??” aku yang masih mengeringkan rambut kaget karena
tubuhku yang polos tidak tertutup apapun, aku cepat2 berusaha menutup
tubuhku dengan handuk “Oh pak?! Ma’af pak…!” aku malu dan lari ke kamar dan
hampir menabraknya, didalam kamar aku bingung kapan dia datang dan masuk
ke rumahku, kalau sejak aku mandi pasti sudah melihat tubuh telanjangku sejak
dari tadi.
“Ooh harus bagaimana ini?” dalam kondisi bingung aku masih belum berpakaian
dan lupa mengunci pintu kamar, tiba2 pintu kamarku dibuka oleh mertuaku “Lho
kok belum berpakaian Sin? Kenapa hah? Mau dipakai in bajunya nih ? hahaha…”
aku tekaget lagi dan dia masuk ke dalam kamarku dengan tanpa permisi dulu
serta tanganya menutup pintu.
“Aku mau memberikan oleh-oleh dari luar kota…nih” sambil dia mendekatiku,
aku menyambar handuk dan hendak menutup tubuhku tetapi tanganya yang
kekar menahannya dan merayuku “Kamu cantik sekali Sinta…hehehe” ujarnya,
karena dia masuk hanya mengenakan sarung saja dan aku nggak tahu dia
lepaskan dimana pakaiannya dan mengapa dilepas, aku langsung berpikir ini
tidak wajar dan kucoba memperingatkannya.
“Pak ma’af pak!…bapak harus keluar dari sini!! Atau aku berteriak?!” ancamku
kepadanya, “Silahkan berteriak Sinta dan itu gak ada gunanya…hehehe” dia
mencoba mendekap tubuh polosku tapi berhasil kutepiskan.
“Rumah ini halamanya luas dan jauh dari tetangga, tidak ada yang akan
mendengar teriakanmu sayaaang” sialan! Ibu mertuaku pun sudah tertidur
setelah kuberikan makan siang tadi, harus bagaimana aku oh!
“Ayolah sayang…kamu ternyata sexi sekali! aku sudah tertarik padamu sejak
pertama Sinta…bagaimana jika kita manfaatkan kesempatan ini hemm??” dia
merayuku dan menarik tubuhku kedalam pelukanya “Jangan pakkk!! Aku ini
menatumuu…” sambil aku berusaha berontak dari pelukannya dan itu membuat
handuk yang menutup tubuh polosku terlepas.
“Bukan Sinta..Rido bukan anaku sendiri!, tunggu apa lagi hah? Ayolah…aku tahu
kamu juga menginginkanya sayaaaang” ternyata bandot tua ini sudah melihat
tubuh polosku sejak dikamar mandi tadi.
“Kurang ajar!! Tidak lepaskan!!” aku bertahan dan mencoba menutup tubuhku,
dia berhasil mendekapku dan menggosokkan penisnya yang sudah tegang ke
selangkanganku “Aku sudah gak sabar Sinta dan ini kesempatan terbaik…
ayolahhh kamu juga menginginkannya sayaaang!” aku terus bertahan dan
menhindar dari ciumanya.
“Sleebbh”, aku merintih dan menangis ketika benda itu berhasil masuk “ Aachhh
..Saaakitttt paakk” tetapi dia tidak peduli dan terus menggenjotnya “Sssudaah
laah sayaaang, kammmu tadii meminta ini khaaann, aaku ssudah berusaaahaa
lembuut tapi kamuu menolak?!” bisiknya ke telingaku pelan sambil
menggenjotku.
“Tidaaak paakk !?” tetapi dia terus menghujamkan penisnya dan membuatku
kuwalahan, sesekali dia menciumi bibirku tapi tidak berhasil, akhirnya kedua
bukit kembarku menjadi serangannya “Aaahh sayaaang milikmu ternyataaa
enaaakk” aku tidak menghiraukan kecuali hanya menangis sejadinya dengan tak
berdaya.
Dia melangkah untuk menghidupkan AC, saat dia berjalan aku memperhatikan
tubuh mertuaku itu ternyata masih kekar dan atletis untuk orang seumur dia,
ukuran penisnya sangat besar dibandingkan milik suamiku.
Setelah AC nyala dia menhampiriku dan berkata “Ma’af kan aku Sinta”, sambil
dia tutup tubuhku dengan selimut yang sudah acak2an “Aku sudah lama tidak
mendapatkan ini dari ibu, ibu sudah lama sakit dan tidak bisa melayaniku” aku
diam saja dengan pandangan kosong.
“Sudah setahun ini aku tidak pernah melakukan ini…Sinta”, dia berbaring di
sebelahku sambil mengelus rambutku dengan penuh perasaan “Aku diam-diam
telah memperhatikan hubungan kalian diatas ranjang selama ini Sinta”
sambungnya.
“Dan aku tahu, kamu tidak mendapatkan kebahagiaan itu bukan??” aku tidak
menjawabnya meskipun itu benar, ternyata sosok yang selama ini terlihat dari
jendela kecil diatas kamar itu ternyata dia. Tetap dia mengelus rambutku
dengan perasaan “Aku ingin sekali memberikan kebahagiaan itu padamu
sayang, crupp” sambil mengecup mesra rambutku, aku tidak mengerti maksud
dia, aku cuman diam seribu bahasa dan tidak berani menjawab, dia beranjak
kemudian menatapku
“Mari kita ulangi lagi sayang?…aku masih mampu memberikan lagi” akupun
masih diam dan lemas untuk menjawab ajakannya. “Tidak seperti suamimu, dan
kali ini kamu yang akan meraih kenikmatan itu sayang” dan anehnya kulihat
penisnya masih tetap tegang dan tenagaku telah habis…aku yang terdiam
mungkin dianggapnya setuju.
Aku merontapun akan sia-sia, akupun berada disimpang jalan dimana dia
menawarkan sesuatu yang aku dambakan selama ini, akan tetapi dilain pihak
hati kecilku menolaknya. Dia singkap selimut yang menutupi tubuh polosku tapi
tetap kutahan, dia biarkan dan membelai bibirku pelan2, kemudian dia kecup
keningku, ciumanya mulai turun ke telingaku dan berbisik
“Mari kita nikmati ini sayaanghh”, lidahnya yang lembut mengalir di tengkukku
dan berakhir di leherku….aku terdiam dan tak terasa karena cumbuanya atau
karena pesona tubuhnya, selimut yang kutahan sudah terlepas, tanganya mulai
meraba pinggangku bak seperti gitar.
Kemudian bibirnya mengecup bibirku tapi aku tidak memberikan balasan, dan ini
seperti perkosaan yang ku restui karena aku diam saja dengan mata tertutup,
tetapi setelah bibirnya menyentuh kedua bukit kembarku aku merasakan desiran
yang sangat menggodaku, tapi aku berusaha untuk tidak bersuara meskipun
kondisi itu merangsangku…
Serangan yang kedua ini lain, tidak ada kekerasan dan benar-benar lembuut,
tanganya yang kekar telah membelai paha mulusku, dan ciumanya turun ke
jari2 kakiku naik terus senti demi senti menyusuri menuju ke lutut dan berakhir
di pangkal pahaku…oohh, apalagi ini, aku tidak pernah mendapatkan yang ini
dari suamiku, dan ketika tanganya membuka pahaku aku tidak melakukan
penolakkan dan malahan aku memberikan jalan dengan meregangkan pahaku…
ohh aku terlena atau juga ingin tahu kelanjutan dari aksi yang belum pernah
kurasakan,
“Oh mmhh sssstss..” aku sudah nggak tahan mengeluarkan suara itu tanpa
sadar “Nikmatilah sayaaaangh,” kata mertuaku pelan dan dia lanjutkan menjilati
vaginaku sampai aku merasa dibawa ke awang2, tanganku tanpa terasa
memegang tanganya yang sibuk memilin kedua pentilku, tapi kidahnya yang
kasar tetap menjilati vaginaku tanpa ada rasa jijik, kemudian jilatanya pindah ke
buah dadaku dan tanganku tanpa sadar meremas rambutnya.
“….Ehmm sssst, akuu ngggak kuaaaat ppaak emmhhssstt” tapi dia tidak
menuruti untuk memulainya, bahkan ciumannya kembali turun ke perut, aku
juga terangsang didaerah itu…dia benar-benar paham letak daerah sensitifku…
ouh “Kali ini kamu yang harus memulainya sayaaaang…” balasnya dan kembali
menciumi vaginaku, Oh serangan itu lagi!
Aku terbawa ke awang2 lagi, aku mengeliat sambil kuremas rambutnya, aku
sudah lupa kalau dia mertuaku dan aku bingung bagaimana car memulainya dan
ketika dia puas dengan vaginaku, dia kembali menciumi buah dadaku sambil
kuremas rambutnya
Yang terjadi sekarang bukan lagi pemerkosaan kepadaku, aku sudah lupa diri
mertuakupun sibuk dengan kedua bukit kembarku… dan aku sibuk
menggoyangkan pantat dan pinggulku mengikuti iramanya, akupun menikmati
permainan ini dan semakin liar karena aku juga menginginkannya, meskipun
aku hanya menerima perlakuannya pada tubuhku,
“Oh sintaaa teruusss sayaaanghh” dia genjot vaginaku dari bawah “Ohhhh
nikkkmatt paaak” racauku tanpa sadar, karena seluruh penisnya telah
menyeruak masuk kedalam vaginaku dan itupun aku yang memulainya.
Kemudian aku tergolek lemas diatas tubuh kekar mertuaku, dia ciumi wajahku
dengan lembut, dia membalikan badanku yang lemas, kukira saat itu dia ingin
melampiaskan hasratnya karena cuman aku saja yang mendapatkan kepuasan,
ternyata tidak, malahan dia melepaskan penisnya perlahan dari liang vaginaku
yang sudah basah oleh cairan kenikmatanku, mungkin karena dia melihatku
masih lemas, dia seka seluruh keringat di tubuhku dan cairan kenikamatan di
vaginaku dengan handuk, kemudian dia keluar dari kamarku hanya memakai
handuk tanpa berpakaian…..
mengapa perlakuan dia berbeda dengan suamiku yang biasanya langsung tidur
mendengkur setelah berhubungan intim denganku….mengapa dia kuat sekali
dan tidak egois dalam menggapai kenikmatan, yang terakhir malahan hanya aku
yang mereguk kenikmatan dan dia yang mangantarkan aku untuk
mendapatkanya.
Aku masih belum percaya bahwa kejadian barusan benar2 terjadi begitu saja
dan tiba2 pintu kamarku terbuka lagi “Sayang, kubawakan air minum, minumlah
dulu biar badanmu segar” dituangkannya air putih kedalam mulutku, kemudian
dia belai rambutku dan mengecupku, ketika aku mau bangun dilaranganya.
“Istirahatlah dulu, kamu belum pulih betul…” Dalam hatiku masih malu
bercampur dengan perasaan puas telah menepis rasa benci pada dia, tetapi aku
aku diperlakukan lembut olehnya dan setelah segar badanku diapun
mengambilkan oleh2 yang tadi dibawanya.
“Aku tadi membelikan baju untukmu nanti setelah kamu pulih dan segar cobalah
bajunya…yah? kamu pasti cantik memakainya” ujarnya, sambil mengambil
bungkusan oleh2 itu di meja riasku.
“Kejadian ini harus kita rahasiakan berdua, jangan sampai ada yang tahu…nduk”
akupun bingung menanggapi perkataanya barusan, karena akupun takut jika
mas Rido mengetahui ini semua, tadipun aku juga ikut andil dalam permainan
itu.
“Kasihan suamimu dan ibu, mereka gak perlu tahu…apakah kamu setuju?”
tanyanya dan akupun akhirnya menganggukan kepalaku “Ya sudah, sekarang
bapak mau mandi dulu…kamu aku tinggal ya?” dan dia beranjak sambil
mencium keningku, tiba2 kuberkata.
“Pak aku juga mau mandi…” oh kenapa aku bisa mengatakan itu? Atau aku gak
mau ditinggalnya, atau mungkin karena perlakuannya padaku, atau apa aku
sudah terpesona pada dirinya…oh gila! Kenapa aku ini
“Baiklah…kamu gak usah berdiri sayang…” dia langsung membuka selimut dan
menggendong tubuhku yang polos, akupun merangkul pundaknya yang berotot
itu, oh romantis sekali dia…kenapa suamiku berbeda denganya.
“Kita mandi bersama hemm?” dan aku menganggukan kepalaku, ah kita berdua
sudah benar2 gila, mungkin ini yang sebenarnya kudambakan saat malam
pengantin dulu, dia begitu mesra dan romantis ternyata.
“Kenapa Sinta? Kamu menginginkanya lagi sayang hemm?” pertanyaan itu tidak
kujawab tetapi langsung kucium mesra bibirnya dan diapun membalas ciumanku
dan melanjutkan berjalan ke kamar mandi…benar2 kuat tenaganya, pagutan2
kecil itu berlangsung hingga masuk ke kamar mandi.
“Ahhh sayanghh aaapakah kaamu suudah pulihhh ?” tanganya yang kasar tidak
mau kalah memberikan rangsangan juga di buah dadaku yang sintal dan tangan
kananya meremas-remas pantatku yang bundar, akupun terangsang dan
menjawab “Sssudahhh paakk, aakuu ingiinn lakukannnn lagiiihh sssts ahhh”
racuku manja dan genit padanya “Baik sayaaanghh” tangan kananya tiba2
meninggalkan pantatku dan memutar kran shower dibelakangku,
kemudian gemiricik air menelan desahan2 kita berdua, tanganku memilin dan
meraba daerah2 sensitif miliknya begitu juga dia, bibirnya pun tidak kalah
ketinggalan memberikan rangasangan pada tubuhku dan kita arungi kepuasan
lagi berdua di kamar mandi itu dibawah guyuran air shower.
Pada permainan di kamar mandi itu kita berdua sama2 terpuaskan, bahkan aku
sampai dua kali merasakan orgasme…gila!, padahal dalam kondisi berdiri
mertuaku menuntaskan permainan itu, memang benar2 hebat tenaga dia.
Setelah itu kita pun selesai dan keluar dari kamar mandi bersama dengan wajah
yang sama2 ceria dalam kepuasan, akupun masuk ke kamarku dengan hati yang
ceria tidak ada penyesalan atau apapun, kemudian dia selesai berpakaian dan
mengatakan
“Sinta aku ke rumah sebelah mau melihat ibu…jangan lupa untuk menjaga
rahasia kita berdua” ucapnya “Baik pak, cruuppp!” kucium bibirnya dan diapun
membalas secepat kilat ciumanku kemudian meninggalkanku.
Kubersihkan seluruh kamarku dan kuganti sprei yang acak2an bekas tempat
kami berdua menenggak kepuasan tadi, kemudian kuperiksa oleh2 dari
mertuaku, aku heran kenapa dari dia lagi kudapatkan bukanya dari mas Rido
suamiku, kubuka bungkusan itu ternyata berisi baju2 tidur yang seksi tanpa
lengan dengan bahan kain yang tipis, lingeri yang seksi dan kucoba
semuanya….kenapa semua baju2 itu begitu pas dan kelihatan cocok padaku, aku
semakin seksi dan cantik mengenakannya, kurasa harganyapun sangat mahal
kulihat dari bahan dan mereknya…
”Ah kusimpan saja baju2 ini, pasti ada pertanyaan besar kalau kupakai saat ada
mas Rido” pikirankupun sudah ingin menjaga rahasia hubungan itu agar ini
semua bisa tersimpan dengan baik, inilah awal dari kegilaan itu semua.
Hari2 berikutnya kujalani dengan ceria daripada sebelumnya, entah kenapa aku
menjadi periang…sampai2 ibu mertuakupun bertanya “Kamu kelihatan beda
beberapa hari ini Sinta…kamu lebih ceria dan cantik kenapa? Apa ada kabar dari
suamimu?” tanyanya saat kusuapi dia.
“I iya bu, mas Rido menelepon tadi malam…katanya dia mau pulang” jawabku
berbohong, padahal aku tidak mendapatkan kabar apapun dari dia…uh aku jadi
kesal karenanya, kok suamiku gak ada kasih kabar juga kepadaku, apa dia
sudah lupa telah memiliki istri.
“Sinta kok melamun?” tegur ibu mertuaku membuyarkan lamunanku “Maaf bu,
aku tadi lupa belum membersihkan rumah” jawabku seadanya “Bu saya balik
dulu yah, setelah makan ibu tiduran saja yah?” cepat2 aku berpamitan sebelum
dia tanya2 hal lain.
“Nanti obat ini diminum ya bu, sudah Sinta siapkan di sebelah ibu” kataku “Iya
Sin, terimakasih yah” jawab mertuaku, akupun keluar dari kamarnya kemudian
kucoba kucari ayah mertua ternyata dia belum kembali dari berolah raga, dia
rajin untuk berolah raga lari2 dipagi hari.
Entah rasanya diriku ada rasa kangen denganya, sudah tiga hari ini dia tidak
menggodaku lagi, padahal tiap saat aku sudah berdandan cantik untuknya
supaya dia tertarik melihatku dan memulai permainan itu, sampai2 waktu
mencuci bajupun kusengaja tidak menggunakan mesin cuci dan apabila dia
bertanya akan kujawab mesinya rusak…kupakai baju yang minim dan sexy
untuk menarik perhatiannya, memang usahaku berhasil dia mendekatiku dan
menggodaku, tapi ternyata dia hanya membantuku menimbakan air untuk
mencuci saja, dan tidak ada kelanjutanya…ah sebel jadinya, udah gak berhasil
mengajaknya ke tempat tidur, malahan badanku capek semua.
Sampai esok harinya keinginanku itu tidak terkabulkan, dalam hal ini tidak
mungkin aku yang memulai duluan untuk memintanya, aku benar2
mendambakan sentuhan itu lagi…ah aku benar2 sudah tergila2 padanya.
“Iya nih aku bawain kamu sesuatu…” jawabnya sambil memberikan padaku
bungkusan
“Aku barusan mandi habis bersihin rumah jadi belon sempet pake baju” godaku
padanya
“Baik kalau begitu…bapak juga pengen kopi buatanmu nih” hatikupun berbunga-
bunga melihat dia memasuki rumahku
“Aku mau numpang mandi disini ya Sin? Gak apa2 kan?” kilahnya padaku
“Ya gak apa2 to pak…lagian inikan juga rumah bapak…aku ganti baju dulu pak”
jawabku sambil kedua tanganku pura2 membetulkan ikatan rambutku membuat
buah dadaku menonjol sehingga handuk yang melilit tubuhku terangkat keatas
yang akhirnya tubuh polosku bagian bawah terlihat sedikit, memang gerakan itu
sengaja kulakukan, kulihat matanya memandangiku berbinar melihat sekelebat
belahan pangkal pahaku tanpa penutup apapun berlalu dengan langkah sexi
yang kusengaja untuk menarik libidonya, kemudian diapun langsung berjalan ke
kamar mandi sambil melepaskan kausnya…dia juga tak mau kalah memamerkan
kekekaran tubuhnya didepanku, akupun tertegun melihat tubuhnya yang masih
menawan, begitu kekar dan jantan.
Akupun dikamar bingung memakai baju yang mana…ini adalah saat yang di
tunggu2 olehku dan dia juga, akhirnya kupakai baju pemberianya, daster tipis
yang sexi serta celana dalam yang menerawang, kukenakan tanpa memakai bra
didalamnya untuk merangsang dirinya agar berbuat semaunya padaku, tidak
lupa kupakai parfum sehingga membuat tubuhku wangi dan segar, kemudian
baru kumasak air untuk membuatkan kopi untuknya.
Dari dapur kulihat dia telah selesai mandi “Kok cepet pak mandinya ?” sergahku
padanya, karena kopi yang kusiapkan belum selesai
“Iya Sin…habis gak ada yang nemenin sih…” kelakarnya saat keluar dari kamar
mandi
“Iih bapak bisa aja…yaudah bapak tunggu saja di ruang tamu nanti Sinta
temenin minum kopinya gimana ?” jawabku genit, aku pun bingung blingsatan
dengan keadaan itu, entah rasanya aku takut kehilangan kesempatan lagi
denganya.
Setelah selesai kuantarkan kopi ke ruang tamu kulihat dia hanya menggunakan
sarung saja sambil duduk di sofa
“Ini pak kopinya, silahkan diminum…” kataku sambil aku membungkukan badan
agar terlihat belahan buah dadaku di hadapanya, diapun tersenyum lebar “Loh
kok kopi yang ini sih Sint?” katanya, akupun bingung dibuatnya.
“Maksud bapak kopi apa ? Sinta gak ngerti pak” jawabku padanya, akupun
masih berdiri merunduk dan bingung, aku yakin dia melihat buah dadaku tanpa
berkedip karena kusengaja gak pake bra dan memang itu yang kuharapkan.
“Duduklah sini manis akan kuberitahu kopi yang mana” tanganya pun membelai
tanganku sambil menuntunku duduk disampingnya, ketika ku duduk disofa
dasterku yang minim itu jadi terangkat sehingga pahaku yang mulus terlihat
jelas dan kuregangkan sedikit sehingga terlihat menantang
“Pak, nanti dilihat orang loh, pintunya masih terbuka”, ingatku padanya “Oh iya
sebentar ya kututup dulu biar aman…” diapun melepaskan pelukannya dan tidak
hanya ditutup tapi sekalian dikunciny pintu rumahku…ah berarti dia kesini
memang untuku, kemudian dia duduk kembali disampingku
“Kopi yang kuminta adalah kopi milikmu manis” katanya, akupun bingung.
“Bapak memang suka bikin aku bingung, katanya mau ngasih tau apa sih?”
tanyaku dengan genit, kubarengi dengan menurunkan paha kanaku, sehingga
dudukupun semakin terbuka dan CD ku sedikit terlihat olehnya.
“Kamu cantik sekali Sinta pakai baju ini” dia melihat seluruh tubuhku dari atas
sampai kebawah seperti ingin melucuti semua yang kukenakan “Pak yang tadi
apa kok belum dijawab…bapak memang suka bikin aku penasaran” tanyaku
manja sambil kutempelkan buah dadaku ke bahunya dan mencubit mesra
pinggangnya, membuat dia jadi berani meletakkan tanganya yang kasar di atas
pahaku dan aku diam saja membiarkan apa yang akan terjadi, berarti aku
memberikan lampu hijau kepadanya untuk berbuat semaunya padaku.
oh jadi dia sudah siap juga berhubungan intim denganku “Milikilah Sinntaa…
kapanpuunnhh kammu mauu sayaanghh” bisiknya sambil mencium daerah buah
dadaku, akupun memberikan jalan kepada bibirnya untuk menciumi buah
dadaku dengan menarik bagian atas dasterku yang elastis kebawah sehingga
kedua bukit kembar ku bisa leluasa menerima ciuman ganasnya.
Sudah mulai menyusup kedalam CDku dan meraba lembut vaginaku, aku
memberikan jalan padanya dengan meloloskan Cdku hingga terlepas tanpa
sadar, tangan kananku meremas-remas rambut kepalanya sedang tangan kiriku
mengelus tangan dia yang bergerilya di memeku
“Ohhh paakkk kitaaa pindah ke kaamar Sinntaa saajaa hemmhh” ajaku manja
padanya “Kenapa gak disini aja shhayanghh” jawabnya menengadah padaku
“Ntarr kalau ada yang tahu gimana sayanngh? Aku gak mau hubungan kita
terganggu…kalau dikamar kan aman” jelasku padanya sambil mengelus
tanganya yang masih sibuk di permukaan vaginaku
Begitu memasuki kamar saat itulah kudikenalkan permainan baru untuku, tubuh
polosku diletakan dikasur terlentang kemudian dia naik ke ranjang dengan arah
berlawanan dari atas kepalaku jadi posisi kita saling berbalikan, kemudian kami
berhadapan dan dia berkata
Ciuman2 kami masih pada puting susu dan itu memberikan rangsangan hebat
kepadaku sedangkan tangan kami saling meraba pada daerah sensitif kami
masing2, ini benar2 permainan yang sangat membakar birahiku.
Bergantian kita memberikan rangsangan pada bagian alat vital kami yang paling
membawa kita pada puncak rasa nikmat…oh benar2 permainan baru yang
fantastis….dan aku bisa dua kali orgasme saat itu Ketika vaginaku mula
berdenyut-denyut kali ketiga kuinginkan permainan yang sesungguhnya
“Ssssstt paaak dimasukin yah punya bapak ?” pintaku padanya “Baaik saayangh
kamu sudah nggak tahaann ?” katanya sambil menciumi vaginaku yang sudah
basah, diapun pindah kesampingku
Ketika aku diatas, aku benar2 menikmati penisnya yang bisa memenuhi
vaginaku…goyangan pantatku pun liar…oh nikmatnya
“Enntaar ajaaa paaakk, Sinta masih kangen” pintaku sambil menahan pantatnya
agar penisnya gak tercabut “Iyaa Sint, bapak juga” jawabnya sambil menusuk
nusukan perlahan lahan ke dalam vaginaku yang masih ada sisa denyutan
kenikmatan
Sejak kejadian itu kami sering mengulangi perbuatan itu secara sembunyi2,
terkadang dia yang datang kekamarku sewaktu suamiku tidak ada dirumah,
bahkan akupun sering mendatangi kekamarnya atau kita lakukan dikebun
belakang rumah apabila suamiku berada dirumah.
Unknown di 06.25
Berbagi
Diberdayakan oleh Blogger.