Anda di halaman 1dari 3

- Bncana ind

Intensitas bencana alam di Indonesia dalam beberapa kurun waktu terakhir mengalami
peningkatan hingga mencapai 60%. Jumlah peningkatan kejadian bencana diketahui ada
2010 terjadi 1.945 kejadian dan dari tahun 2018 – 2019 meningkat hingga 3.398 kejadian
(DIBI BNPB, 2019). Intensitas kejadian bencana pada tahun 2019 terkonsentrasi pada Pulau
Jawa, khususnya Jawa Timur dengan populasi penduduk besar yakni mencapai 39,29 juta
jiwa (BPS Jatim, 2017). kejadian bencana yang terdiri dari 1) banjir, 2) longsor, 3)
gelombang pasang, 4) puting beliung, 5) kekeringan, 6) kebakaran hutan, dan 7) gempa bumi
yang tersebar di seluruh Jawa Timur.

- gersik

Jawa T8imur terdiri dari beberapa kabupaten dengan besaran luas wilayah yang beragam
dengan salah satunya merupakan Kabupaten Gresik. Sebagian wilayah Kabupaten Gresik
merupakan daerah pesisir pantai salah satunya dengan panjang pantai 71 km di Kecamatan
Sangkapura dan Tambak yang berada di Pulau Bawean. (RPIJM Bidang Cipta Karya
Kab.Gresik , 2019-2023)

- rb

risiko bencana

berdasarkan informasi dari Dinas Kelautan Perikanan Jawa Timur yang diperkuat dengan
hasil penelitian terdahulu, didapatkan informasi bahwa di beberapa bagian pulau mempunyai
berbagai risiko bencana. khususnya sebelah selatan telah mengalami dampak akibat kenaikan
muka air laut. Dampak yang dirasakan antara lain abrasi pantai, banjir, banjir air pasang (rob)
dan intrusi air laut yang terjadi hampir di sepanjang tahun baik terjadi di musim hujan
maupun di musim kemarau

Berdasarkan informasi dari BMKG setempat banjir rob dan banjir bandang
terjadi 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2014 sampai tahun 2016 yang tepatnya
pada bulan desember, bulan Januari Tahun 2021 puncak tertinggi terjadinya banjir rob
dan banjir bandang yang menggenangi seluruh wilayah di Pulau Bawean. Dampak
yang dirasakan diantaranya beberapa fasilitas umum beberapa ruumah mengalami
kerusakan, terhambatnya aktivitas dikarenakan jalan raya tertutup akibat banjir.
Sejarah bencana tersebut merupakan jenis bencana alam geologi yang diikuti oleh
faktor hidrometeorologis.

Strategi penanggulangan bencana alam menjadi salah satu fokus perhatian


oleh pemerintah Kabupaten Gresik khususnya pada kecamatan Sangkapura di Pulau
Bawean. Strategi mitigasi bencana alam yang diterapkan terdiri dari mitigasi
struktural dan nonstruktural. Mitigasi struktural berupa pemberdayaan vegetasi pantai
seperti penanaman hutan mangrove, pembangunan tanggul penahan air. Sedangkan
bentuk dari mitigasi non-struktural melalui penetapan Keputusan yang disampaikan
oleh Bupati Gresik Bapak Sambari Halim Radianto yaitu pembentukan Tim
Investigasi Apel siaga bencana yang melibatkan BPD, TNI, Polri, Damkar Pemkab
Gresik, Satpol-PP, Tagana, Pramuka dan sejumlah relawan lainnya (Pemkab Gresik,
2017).

- Strategi mitigasi dan penanggulangan ini diprediksi berjalan optimal apabila


pendidikan kebencanaan juga diterapkan di sekolah formal. Hal tersebut diketahui
bahwa melalui pendidikan bencana dapat membantu dalam mengambil tindakan
untuk mengurangi resiko bencana.

Pendidikan kebencanaan lokal di Kabupaten Gresik salah satunya di Pulau


Bawean mempunyai peran penting dalam pengurangan risiko bencana. Pendidikan
bencana dapat dikembangkan mulai dari berbagai jenjang pendidikan. Fokus utama
saat ini pembelajaran kebencanaan berada pada jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA) khususnya dalam lingkup mata pelajaran geografi.

Faktanya di lapangan menunjukkan bahwa, kegiatan pembelajaran di sekolah


saat ini masih menggunakan buku teks dan lembar kerja siswa (LKS) sebagai sumber
belajar. LKS hanya berisi rangkuman materi yang sangat dangkal dan tidak dilengkapi
dengan gambar/ ilustrasi tentang materi yang dipelajari. Buku teks dan LKS yang
digunakan tersebut dirasakan oleh siswa masih kurang memberikan pemahaman
terhadap materi yang dipelajari, sehingga dibutuhkan media pembelajaran pendukung
yang dapat membantu memperjelas materi (Merdekawati, dkk., 2014; Pramana &
Dewi, 2014, Widayat, dkk., 2014).

Bngaruh bahan ajar dalam proses mentransfer konsep dan keterampilan dari
guru ke siswa. Bahan ajar yang dipakai siswa sangat berpengaruh dalam proses
mentransfer konsep dan keterampilan dari guru ke siswa. Menurut Lestari (2013)
bahan ajar adalah sumber belajar yang sampai saat ini memiliki peranan penting untuk
menunjang proses pembelajaran. Bahan ajar menurut Majid (2013) adalah segala
bentuk bahan, informasi, alat, dan teks yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan tersebut dapat tertulis seperti buku
maupun bahan tidak tertulis. Dengan adanya bahan ajar, guru dapat mengelola
kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien, selain itu semua kompetensi yang
telah ditentukan sebelumnya akan tercapai (Lestari, 2013).

Multimedia interaktif merupakan kombinasi dua atau lebih media (audio, teks,
grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk
mengendalikan perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi (Majid, 2013).
Penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran dapat membuat konsep yang
tidak dapat divisualisasikan menjadi lebih konkrit sehingga siswa mudah memahami
konsep yang diajarkan (Fathiyati & Utami, 2012; Munir, 2012). Selain itu, dengan
adanya multimedia potensi indera siswa dapat diakomodasikan sehingga hasil belajar
siswa akan meningkat (Deliyannis, 2012). Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi baru
berupa pengembangan bahan ajar yang dilengkapi dengan multimedia interaktif atau
dapat disebut dengan bahan ajar digital.

Bagaimana pengaruh penting Spesifikasi bahan ajar yang dibutuhkan oleh


siswa dan guru. Pada era revolusi industri 4.0 kemajuan IPTEK/

Spesifikasi bahan ajar yang dibutuhkan oleh siswa dan guru. Pada era revolusi
industri 4.0 kemajuan IPTEK memiliki pengaruh penting dalam kehidupan termasuk
dalam dunia pendidikan. Bahan ajar yang diharapkan dalam bentuk softfile yang
memiliki kemampuan untuk terkoneksi dengan internet. Kategori bahan ajar softfile
ini bertujuan agar memudahkan siswa untuk membaca kapanpun dan dimanapun
melalui ponsel atau laptop. Bentuk pemanfaatan internet dalam bahan ajar salah
satunya dengan penyematan barcode atau hyperlink website. Inovasi bahan ajar lain
adalah tampilan bahan ajar berbasis flipbook sehingga mampu memberikan
visualisasi yang lebih baik bagi pengguna.

Flipbook merupakan Salah satu teknologi yang dapat menciptakan suasana


belajar menarik dan mudah dipahami  yang merupakan perangkat lunak atau software
yang digunakan untuk membuat tampilan buku atau bahan ajar lainnya menjadi
sebuah buku elektronik digital berbentuk flipbook. Flipbook merupakan visualisasi
buku yang berupa teks, gambar, grafik, musik, animasi, video, interaksi dan lain-lain,
yang dikemas menjadi file digital perangkat lunak/software yang bersifat open source 
(Sugianto dkk, 2013:103). Berdasarkan pengertian dari flipbook pada penyajian bahan
ajar interaktif, maka spesifikasi pengembangan bahan ajar dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan belajar abad 21.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengembangkan bahan ajar


digital sebagai upaya mewujudkan kualitas pembelajaran yang efektif dan
mempermudah siswa dalam memahami materi sistem ekskresi manusia. Sehingga
penelitian dan pengembangan ini diberi judul “Pengembangan Bahan Ajar Materi
Mitigasi Bencana Lokal Berbasis Spasial Pada Siswa SMA/MA Kelas XI”

Anda mungkin juga menyukai