Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, salah satu indikatornya adalah angka harapan

hidup (DepKes RI, 2008)

Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) adalah salah satu indikator

utama tingkat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai indikator tersebut dilakukan

upaya kesehatan dengan pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif),

peningkatan kesehatan (promotif) tanpa mengabaikan upaya penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Upaya kesehatan

tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat

termasuk swasta, salah satunya Puskesmas berupa pelayanan kesehatan untuk

lansia (DepKes RI, 2009).

Lanjut usia (lansia) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap

kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra school, school, remaja, dewasa, dan

lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila,

2013)

1
2

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan

Upaya Peningkatan Kesejateraan Lansia, maka pemerintah dan masyarakat harus

mengupayakan peningkatan kesejateraan sosial kesehatan bagi kelompok

penduduk lansia. Upaya tersebut berupa serangkaian kegiatan yang dilaksanakan

secara terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan

lansia agar lansia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif

secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan

lansia adalah program pos pembinaan terpadu lansia. Pos pembinaan terpadu

merupakan salah satu program Puskesmas melalui kegiatan peran serta

masyarakat yang ditujukan pada masyarakat setempat, khususnya lansia. Jenis

pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan

aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi,

pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein

dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan

lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat dengan

memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia dan olah raga seperti senam lanjut

usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Grahacendikia, 2009)

Kegiatan pos pembinaan terpadu yang berjalan dengan baik akan memberi

kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga

kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal.

Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak

memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia
3

berupaya memanfaatkan adanya pos pembinaan terpadu tersebut sebaik mungkin,

agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal

(Grahacendikia, 2009).

Pendekatan dalam melaksanakan program kesehatan lansia adalah

pendekatan keluarga dan masyarakat, serta prioritas pertamanya adalah

memelihara dan menjaga yang sehat tetap sehat serta yang sakit agar menjadi

seha. Berbagai upaya yang telah dilaksanakan oleh pemerintah, para profesional

kesehatan serta berkerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk

mengurangi angka kesakitta (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.

Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan telah dikerjakan pada beberapa

tingkat individu lansia, kelompok, keluarga, panti jompo untuk mengatasi tingkat

individu lansia, kelompok lansia, keluarga, panti jompo untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi pada lansia (Maryam, 2008)

Pemberdayaan penduduk usia lanjut mengacu pada pemberdayaan potensi

diri mereka sehingga para usia lanjut dapat menigkatkan kemampuanya dalam

berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi maupun politis sehingga diperlukan

suatuinterversi dari pihak luaruntuk mengembangkannya ini semua dapat

mengurangi ketergantungan terhadap anggota rumah tangga yang lain dengan kata

lain mendorong para lansia untuk andiri karena usila bukan objek tapi subjek yang

berdaya (Sudirman, 2011)

Dalam Undang-undang kesehatan No. 36 Th 2009 pasal 139 mengatakan

pemerintah wajib menjamin ketersedia fasilitas pelayanan kesehatan dan

memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif
4

secara sosial dan ekonomis oleh karena itu diperlukan upya pelayanan kesehatan

terhadap lansia dengan membentuk Pos Pelayanan Terpadu Lanjut/posbindu

lansia (Kemenkes, 2010).

Penduduk lanjut usia mengalami peningkatan yang signifikan di dunia, pada

tahun 1950 sebanyak 130 juta (4% dari total populasi), tahun 2000 sebanyak 16

juta (7,2% dari total populasi) dan terus bertambah berkisar 8 juta setiap tahunya,

diperkirakan pada tahun 2025 tahun menjadi 41,5 juta (13,6%) dan pada tahun

2050 sebanyak 79,6 juta (23,7%) (Herawati, 2008)

Di Indonesia jumlah lansia meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009

jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penduduk lansia pada tahun 2020

mendatanng sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang

(Sigalingging, 2011). Berdasarkan data basis bina keluarga jumlah lansia di

Propinsi Aceh berjumlah7344 orang lansia (BKKBN, 2013). Kota Lhokseumawe

dari data jumlah penduduk lansia terdapat 886 orang. Desa Cot Girek salah satu

termasuk dalam Pos pembinaan lansia di wilayah kerja Puskesmas Rawatan

Muara Dua terdapat 303 orang usia lanjut (BPS Lhokseumawe, 2014). Menurut

Menkes (2013) jumlah posyandu lansia mulai betambah dimana terdapat 71,426

posyandu yang sudah terbentuk di Indonesia, dimana Provinsi Jawa Timur

posyandu lansia terbanyak dengan jumlah 52.450 posyandu lansia.

Puskesmas Rawatan Muara Dua Kota Lhokseumawe telah terbentuk posbindu

lansia yaitu 10 desa termasuk dengan desa Cot Girek sudah aktif dan masih

terdapat 7 desa yang belum terbentuk posbindu lansia, disamping itu rendahnya
5

kehadiran lansia dalam pemafaatan posbindu oleh masyarakat khususnya para

lansia untuk berobat hal ini dapat dilihat dari laporan bulanan puskesmas muara

dua tahun 2014 di mana jumlah kunjungan lansia di posyandu binaan sebanyak

107 (15,049%) dari 711(100%) orang. penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui hubungan kendala posbindu lansia dengan kehadiran

lansia di Desa Cot Girek Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe tahun 2015

Gambaran mengenai derajat kesehatan lansia dilihat dari beberapa indikator

yakni angka keluhan kesehatan, angka kesakitan, rata-rata lama sakit dan cara

berobat penduduk lansia. Hasil pengamatan peneliti tingginya angka kesakitan

lansia rawat jalan di Puskesmas Muara Dua dengan lansia berumur 45 sampai 69

tahun dan lansia diatas 70 tahun. Cakupan kunjungan lansia pada posbindu lansia

di wilayah kerja Puskesmas Muara pengamatan peneiti masih rendah. Indikator

keberhasilan program pelayanan kesehatan lansia asalah satunya yaitu 50% desa

memiliki kelompok lansia dan skrining kesehatan pada lansia yakni 70%

(Kemenkes, 2010)

1.2. Rumusan Maslah

Masih rendahnya cakupan kunjungan lansia di puskesmas terutama desa

cot girek maka perlu untuk dilakukan penelitian mengatahui kendalan mengetahui

hubungan kendala posbindu lansia dengan kehadiran lansia di Desa Cot Girek

Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2015.


6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kendala posbindu lansia dengan kehadiran lansia di

Desa Cot Girek Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kehadiran pemafaatan

posbindu lansia di Desa Cot Girek Kecematan Muara Dua Kota

Lhokseumawe tahun 2015.

1.3.2.2 Mengetahui hubungan antara jarak posbindu lansia dengan kehadiran

pemafaatan posbindu lansia di Desa Cot Girek Kecematan Muara Dua

Kota Lhokseumawe tahun 2015.

1.3.2.3 Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kehadiran

pemafaatan posbindu lansia di Desa Cot Girek Kecematan Muara Dua

Kota Lhokseumawe tahun 2015.

1.3.2.4 Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan kehadiran

pemafaatan posbindu lansia di Desa Cot Girek Kecematan Muara Dua

Kota Lhokseumawe tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan posbindu

lansia diwilayah kerja Puskesmas Rawatan Muara Dua Kota

Lhokseuamawe khususnya desa Cot Girek


7

1.4.2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan

tinggi dalam menambah pengetahuan tentang kegiatan pembedayaan

masyarakat melalui kegiatan pelayanan posbindu lansia.

1.4.3. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan agar masyarakat ikut merasakan pelayanan yang

diberikan melalui kegiatan posbindu lansia.

1.4.4. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai