Anda di halaman 1dari 17

PIAGET DAN TEORINYA

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual
sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang
individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif
dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan
hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya
interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah
kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa
memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak
dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya
dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. beradaptasi
2. organisasi ( tindakan penataan )
untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu
sebagai berikut :

1. Skema
istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan
mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan
banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri
terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.
Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi
2. Asimilasi
asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan
persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi
berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan
memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata,
tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian
dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama.
Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh
Piaget adalah keseimbangan.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan
intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
Ø Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system
penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
Ø Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati
sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Ø Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi
didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
Ø Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia
dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.

Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan
kognitif :
a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-
stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk
menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.
B. Implikasi teori Piaget dalam pendidikan
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat
hubungannya dengan belajar, sehhingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan
untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya
pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas
4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang
belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan
kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram
berikut :
Berdasark
an diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman yang khas,
yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang
sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran
anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan
yang dapat terjadi yaitu :
Ø Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam
pikiran anak
Ø Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada
dalam pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian ssimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema
yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam
skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti
keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini
anak mempunyai 2 pilihan :
Ø Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak
berbuat aa-apa (jalan buntu)
Ø Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun
mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat
dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut
akomodasi.

ERIK ERIKSON DAN TEORINYA

Dalam bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson membuat sebuah bagan
untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam
psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “Delapan Tahap Perkembangan Manusia”.
Terdapat 8 jenis tahap-tahap perkembangan psikososial Erickson.
Psikososial Tahap 1
Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan)
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy).
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan rasa
percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga (yang
merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa percaya terhadap si
penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam kehidupannya. Akan tetapi, jika
penjagaannya tidak stabil & emosi terganggu dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak
nyaman dan tidak percaya pada lingkungan sekitar.
Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi akan merasa takut dan yakin
bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut, sehingga bayi
tersebut akan selalu curiga pada orang lain.
Psikososial Tahap 2
Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu.
Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages), masa ini disebut masa
balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood).
Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk
tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu
memberikan kebebasan melakukan apapun yang dia mau.
Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan
tidak dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Begitu pun sebalikny, jika
anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung bertindak sesuai yang dia inginkan
tanpa memperhatikan baik buruk tindakan tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak
pada usia ini harus seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak.
Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
Psikososial Tahap 3
Inisiatif vs kesalahan
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age)
Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungak sekitarnya sehingga
menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya.
Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang mereka alami. Akan
tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang salah, mereka cenderung
merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan
bertujuan untuk menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.
Psikososial Tahap 4
Kerajinan vs inferioritas
Tahap ini merupakan tahp laten usia 6-12 tahun (school age) ditingkat ini anak mulai
keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga semua aspek memiliki peran
misal orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus
menerima kehadirannya. Pada usia ini anak dituntut untuk dapat merasakan bagaimana
rasanya berhasil melalui tuntutan tersebut. Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak
tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat
mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangat penting
untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini usaha yang sangat baik
pada tahap ini adalah dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu
ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi yakni
kompetensi.
Psikososial Tahap 5
Identitas vs kekacauan identitas
Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber dan
berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup lingkungan semakin luas,
tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah, namun juga di masyarakat. Pencarian jati
diri mulai berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya
bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun
sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul
kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.
Psikososial Tahap 6
Keintiman vs isolasi
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult), usia sekitar 18/20-30 tahun.
Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk memunculkan nilai positif yaitu
cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya dengan kekasih melainkan cinta secara luas dan
universal (misal pada keluarga, teman, sodara, binatang, dll).
Psikososial Tahap 7
Generatifitas vs stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang berusia yang berusia
sekitar 20 tahunan sampai 55 tahun (middle adult). Dalam tahap ini juga terdapat salah satu
tugas yang harus dicapai yaitu dapat mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara
sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan
yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya keseimbangan antara generatifitas dan
stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi
generational dan otoritisme. Generational merupakan interaksi yang terjalin baik antara
orang-orang dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan interaksi
yang terjalin kurang baik antara orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya aturan-
aturan atau batasan-batasan yang diterapkan dengan paksaan.
Psikososial Tahap 8
Integritas vs keputus asaan
Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia lanjut). Ini merupakan tahap yang sulit
dilewati karena orang pada masa ini cenderung melakukan introspeksi diri. Mereka akan
memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan
maupun kegagalan. Jika dalam masa sebelumnya orang tersebut memiliki integritas yang
tinggi dalam segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan menimbulkan
kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak mengalami
kegagalan maka akan timbul keputus asaan

Ilmu Psikologi dalam Pandangan Imam al-Ghazali

Dalam dunia tasawuf, psikologi dikembangkan bukan hanya untuk tujuan teoritis belaka.
Melainkan untuk melakukan transformasi jiwa. Karena bagi sufi transformasi jiwa merupakan
hal yang paling urgen dalam suatu disiplin ilmu. Ilmu yang tidak menghasilkan sebuah
transformasi jiwa akan dipandang rendah, bagaimanapun sistematisnya ia secara teoritis. J. Rumi
pernah mengeritik teologi dan fiqh karena kecendrungannya pada “formalisme”. Ia gagal dalam
melakukan transformasi jiwa. Hanya tasawuflah yang akan mampu melakukan transformasi jiwa
seseorang.[Lynn Wilcox, Criticism of Islam Psychology]

Sepanjang sejarah pemikiran tasawuf, banyak teori psikologi yang dikembangkan oleh para sufi.
Istilah-istilah yang dikemukakan oleh para sufi juga berbeda-beda. Tetapi sudah menjadi
semacam kesepakatan bahwa psikologi sufi berkisar pada tiga konsepsi dasar kejiwaan. Yaitu,
hati, diri (nafs), dan jiwa (ruh).[Robert Frager, Hati, Diri, dan Jiwa: Psikologi Sufi untuk
Transformasi. 1999. Serambi.]

Psikologi atau 'ilm al-nafs dalam pandangan Imam al-Ghazali (w.505H/1111M), termasuk dalam
kategori ilmu-ilmu terapan. Psikologi pada hakekatnya bertujuan melatih jiwa dan pengendalian
hawa nafsu. Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana melatih jiwa dalam bermuamalah kepada
seluruh anggota keluarga, pembantu dan budak. (lihat: Mizanul 'Amal)

Dalam sejarah pemikiran filsafat dan keagamaan Islam, Al-Ghazali menempati kedudukan yang
sangat unik, karena pertimbangan kedalaman pengetahuannya, orisinilitas, dan pengaruh
pemikirannya. Sehingga ia dijuluki the proof of Islam (hujjat al-Islam), the ornament of faith
(zain al-din), dan the renewer of religion (mujaddid). Juga dalam dirinya terkumpul hampir
semua jenis pemikiran dari berbagai gerakan intelektual dan keagamaan. Maka, tidaklah
mengherankan jika ia terkenal sebagai seorang pakar dalam berbagai disiplin ilmu seperti
teologi, fikih, filsafat, dan tasawuf.

Dalam kitabnya Ihya 'Ulumiddin, beliau menjelaskan bahwa mempelajari disiplin ilmu jiwa ini
adalah wajib. Sebab dengan menguasai ilmu inilah tercapainya cara-cara pensucian jiwa.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu" (QS. 91:9). Sedangkan
mengabaikan ilmu ini akan berakhir pada kerugian. "Dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotori jiwanya" (QS. 91:10). Hal ini dikarenakan bahaya penyakit kalbu lebih parah daripada
penyakit fisik. Sebab penyakit fisik hanya merenggut kehidupan yang fana, sementara penyakit
hati menyebabkan kehancuran pada kehidupan yang abadi. Maka perhatian terhadap kecermatan
tentang kaedah-kaedah penyembuhan penyakit kalbu harus lebih diutamakan.

Di samping itu, al-Ghazali menjelaskan bahwa ilmu jiwa pada intinya difokuskan untuk
mengarahkan tiga kekuatan dalam diri manusia, yakni

1. kekuatan fikir, 

2. kekuatan syahwat dan 

3. kekuatan amarah. 

Maka jiwa yang sehat akan terwujud, jika ketiga kekuatan tersebut terarah dan terbina dengan
baik.

Fokus pertama adalah pembinaan kekuatan fikir. 


Dan terbinanya potensi fikir membuka manusia meraih hikmah. Dengan hikmah, manusia tidak
lagi mencampuradukkan antara keimanan terhadap yang hak dan batil, antara perkataan yang
benar dan dusta, antara perbuatan yang terpuji dan tercela, dst. Hikmah juga menjaga akal
manusia agar tidak terjerumus kedalam limbah relativisme dan belantara purba sangka dalam
berislam.
Yang kedua, fokus ilmu jiwa ditujukan pada pengendlian dan pengarahan kekuatan
syahwat. 
Dengan terarahnya potensi ini, maka tercapailah kesederhanaan jiwa ('iffah). 'Iffah akan
membentengi manusia dari perbuatan maksiat dan senantiasa mendorongnya untuk
mendahulukan perilaku yang terpuji. Sedangkan fokus ketiga diarahkan untuk mengendalikan
kekuatan amarah hingga tercapainya kesabaran (hilm) dan keberanian (syaja'ah).

Maka keadilan akan bersemai dalam jiwa seseorang, jika dia telah berhasil mengelola ketiga
kekuatan di atas. 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. 49:15)

Keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya pada ayat di atas disertai dengan menafikan keraguan.
Dan keraguan hanya bisa dinafikan dengan adanya keyakinan ilmu dan hikmah, yang diperoleh
dari terarahnya potensi fikir. Berjihad dengan harta terlaksana berkat 'iffah yang lahir dari
potensi syahwat yang telah dikendalikan. Sedangkan berjihad (mujahadah), tidak terlaksana
kecuali adanya keberanian dan kesabaran yang merupakan buah pengendalian potensi amarah.

Dengan demikian jiwa yang sehat itu menurut imam al-Ghazali, jika ia dihiasi dengan empat
induk kesalehan, yakni :

1. hikmah, 

2. kesederhanaan ('iffah), 

3. keberanian (syaja'ah) dan 

4. keadilan ('adalah). 

Beliau menjelaskan bahwa kerelaan memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah
kesabaran dan keberanian (syaja'ah) yang sempurna. Kesempurnaan 'iffah terlihat dengan
kemauan untuk tetap memberi pada orang yang terus berbuat kikir terhadapnya. Sedangkan
kesediaan untuk tetap menjalin silaturrahim terhadap orang yang sudah memutuskan tali
persaudaraan adalah wujud dari ihsan yang sempurna. (lihat: Mizanul 'Amal). Sebaliknya, ciri-
ciri jiwa yang sakit adalah kosongnya jiwa dari keempat induk kesalehan di atas. Sakit jiwa
bukan sekedar hilangnya akal (gila), tetapi ia juga hilangnya ketaatan pada Sang Khalik.
Arti Ruh,Nafs dan Akal menurut Imam Al-Ghazali

Ruh
Berbicara tentang Ruh maka tidak bisa dilepaskan dari salah satu faktor pendukung yang tak
kalah penting, yaitu Hati.

Dalam hal ini hati mempunya dua makna, 

1. Pertama adalah hati sebagai salah satu organ tubuh berupa sepotong daging yang terdapat
pada tiap – tiap makhluk hidup.

2. Kedua adalah makna hati (Qalb, kalbu) sebagai sesuatu yang tak kasat mata (Lathifah),
tidak dapat diraba dan bersifat Rabbani ruhani, dia adalah bagian utama dari manusia
yang berpotensi mencerap ( memiliki daya tanggap atau persepsi) untuk mengenal dan
mengetahui yang di tujukan kepadanya segala pembicaraan dan penilaian, yang di kecam
dan yang di mintai pertanggung jawaban, meskipun dua makna hati dia tas berbeda akan
tetapi tetap memiliki keterkaintan seperti keterkaitan antara Aradh (sifat yg berubah
ubah) dengan Jisim,

Kesimpulannya adalah :

1. pertama sesuatu yang abstrak yang bersemayam di dalam rongga hati biologis dan
mengalir melalui urat –urat serta pembuluh ke seluruh anggota tubuh. Adapun
mengalirnya membawa limpahan cahaya kehidupan , perasaan, penglihatan, pendengaran
dan penciuman.kedalam semua anggota badan adalah ibarat melimpahnya cahaya dari
pelita yang menerangi seluruh ruangan sehingga menjadi terang. Adapun permisalan
kehidupan adalah ibarat cahaya di atas dinding rumah, sedangkan ruh ibarat pelita. Maka
melimpahnya ruh serta geraknya dalam batin seseorang, sama seperti geraknya pelita di
seluruh penjuru rumah akibat gerakan si penggerak.

2. Makna kedua bagi “ruh” adalah bagian manusia yang berupa lathifah ( sesuatu yang
sangat halus dan lembut, tidak kasat mata dan tidak dapat di raba) yang mempunyai
kemampuan untuk mengetahui dan mencerap. Allah berfirman dalam surat Al-isra : 85
“Mereka bertanya ke padamu (Nabi Muhamad) tentang ruh, katakanlah ruh itu adalah
urusan khusus tuhanku.

Nafs
Kata Nafs mengandung beberapa makna ( jiwa, diri, nafsu, sukma, dsb). Namun yang berkaitan
dalam pembahasan ini hanya ada dua makna saja , 

pertama yang mencakup emosi atau amarah dan ambisi atau hasrat dalam diri manusia (biasa
disebut ‘nafsu”). Makna inilah yang biasa digunakan para ahli tasawuf , karena mereka
mengartikan kata nafs sebagai sesuatu sifat yang tercela pada diri manusia. Itulah sebabnya
mereka mengharuskan untuk melawan hawa nafsu atau pun mengekangnya.

Makna tersebut juga di isyaratkan oleh nabi Muhamad SAW seperti dalam sabdanya “musuhmu
yang terbesar adalah hawa nafsu yang ada dalam dirimu”.

Makna kedua dari Nafs adalah seperti makna hati di atas, yaitu sesuatu yang abstrak yang
membentuk diri manusia secara hakiki.

Sehingga dalam hal ini boleh dikatakan bahwa Nafs mempunyai dua makna Yaitu : 

1. “Hawa nafsu” yang selalu menyuruh kedalam kejahatan dan tindakan tidak terpuji

2. Nafs sebagai jati diri manusia yang terpuji karena memiliki potensi untuk mengetahui
tentang ALLAh dan segala sesuatu yang lain.

Akal 
Kata ini juga mengandung beberapa makna, akan tetapi dalam hal ini hanya akan kita bahas dua
makna saja

1. Pertama adalah “pengetahuan yang berkaitan tentang hakikat segala sesuatu yang
bertempat di dalam hati”.

2. Kedua adalah “bagian dari manusia yang menyerap kemampuan (sama seperti makna
Hati diatas), seperti yang kita ketahui bahwa di dalam dir setiap orang ada semacam
wadah untuk menampung pengetahuan, oleh karena itu kata akal kadang juga digunakan
untuk menyebutkan tentang sifat yang melekat pada diri seseorang yang berpengetahuan.

Nabi Muhamad SAW bersabda “yang pertama kali di ciptakan oleh ALLAH adalah akal”. Sebab
pengetahuan bersifat ‘Aradh (aksiden) tidak dapat dibayangkan sebagai (makhluk) ciptaan yang
pertama, tentunya wadahnya telah tercipta sebelumnya atau bersamaan dengannya.

Wallahu’alam bi-ash-shawab.

ALBERT BANDURA DAN TEORINYA

Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori
ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih
banyak penekanan pada kesan dari isyarat - isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental
internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan
reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana
kita belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial, manusia itu tidak didorong oleh
kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus- stimulus lingkungan.

Teori belajar sosial menekankan, bahawa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada


seseorang secara kebetulan. lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang
itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, S.,
1997: 14) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan
(modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama, pembelajaran
melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious
conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya
kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama
ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang
dialami orang lain atau vicarious reinforcement2. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan
meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan
pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin
dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang
secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan
sebagai model (Nur, M. 1998a:43).

Sama seperti pendekatan teori pembelajaranan terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial
berdasarkan pada hujah yang diutarakan beliau bahawa sebahagian besar daripada tingkah laku
manusia adalah sebahagian daripada hasil pemerolehan, dan prinsip pembelajaranan sudah
mencukupi untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori -teori
sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan
kurang memperihalkan fakta bahawa banyak peristiwa pembelajaranan terjadi dengan
perantaraan orang lain. Maksudnya, semasa melihat tingkah laku orang lain, individu akan
pembelajaran meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai
model bagi dirinya.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi.

Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan tentang
bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan (reinforcement)
dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang kita miliki terhadap
sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi
persekitaran dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh
orang lain (observational opportunity).

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh
lingkungan. Kondisi  lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial
jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia
cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak
baik.

Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam
keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura menghipotesiskan bahwa tingkah laku,
lingkungan dan kejadian -kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi
adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan. menurut Albert Bandura
lagi, tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah
kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri
individu.

Hubungan yang aktif dapat mengubah aktiviti seseorang. Seterusnya, menurut Bandura (1982),
penguasaan kemahiran dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses
perhatian, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur -unsur yang
berdasarkan dari diri pelajar sendiri yaitu sense of self Efficacy dan self regulatory system. Sense
of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai seperti yang berlaku. Self regulatory pula merujuk kepada:
1) Struktur kognitif yang memberi gambaran tingkah laku dan hasil pembelajaran.

2) Sub proses kognitif yang dirasakan, mengevaluasi, dan mengatur tingkah laku kita.

Eksperimen Albert bandura

Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan kanak-
kanak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Albert Bandura, seorang tokoh mazhab sosial ini menyatakan bahawa proses pembelajaran akan
dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan.
Beliau menjelaskan lagi bahawa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau
dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang
optimum kepada kefahaman pelajar.

Eksperimen Pemodelan Bandura

Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul,

menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.

Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif,

Teori Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung

STRUKTUR PSIKE ATAU KEPRIBADIAN


Jung tidak lagi berbicara mengenai kepribadian melainkan tentangpsyche.adapun yang
dimaksud dengan psyche adalah  totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun
yang tidak disadari.jadi disini menurut Jung manusia terdiri dari dua alam yaitu:
1.      Alam Sadar
Alam ini di pengaruhi oleh ego, namun tidak menjadi prioritas dalam psikologi analitik. Menurut
Jung ego adalah pusat kesadaran tetapi bukan inti kepribadian.
2.      Alam Bawah Sadar
o   Alam bawah sadar personal
Mencakup semua pengalaman individual. Karena di bentuk oleh pengalaman individual
untuk diri kita sendiri hal ini terasa unik. Isi alam bawah sadar personal di sebut kompleks –
kompleks. Sebuah kompleks merupakan kumpulan bernada emosional dari ide – ide yang
berkaitan. Sebagai contoh konsep “ibu” bisa dikelompokkan di sekitar inti emsional  sehingga
ibu seseorang, atau bahkan kata “ibu” sudah cukup untuk mengangkat respons emosional yang
dapat menghalangi aliran halus pikiran. Kompleks ini dapat berasal dari pengalaman kolektif
kemanusiaan sebagian juga di bentuk dari imaji sadar kita terhadap ibu. Sehingga kompleks
adalah bagian dari alam bawah sadar dan juga di bentuk oleh alam sadar.
o   Alam bawah sadar kolektif
Ini adalah konsep yang controversial dari Jung karena kkonsep ini berakar pada masa lalu
nenek moyang seluruh spesies tersebut. Kandungan – kandungan fisik alam bawah sadar kolektif
di turunkan dari generasi ke generasi atau turun temurun yang bersifat universal seperti Tuhan,
ibu, air, bumi dan sebagainya. Sehingga kandungan dari alam bawah sadar ini setiap orang sama
di semua budaya. Isi alam bawah sadar kolektif tidak begitu mencolok namun berpengaruh besar
dalam pikiran, emosi dan tindakan seseorang. Dan bertanggung jawab untuk banyak mitos,
legenda dan keyakinan religius manusia. Dan juga menghasilkan “mimpi- mimpi besar” yaitu
mimpi yang pemaknaannya melebihi pemimpi individual dan dipenuhi oleh makna – makna
sisnifikan bagi manusia.
STRUKTUR KESADARAN
            Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa yang
masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.Yang
dimaksud fungsi jiwa oleh Jung adalah  suatu bentuk aktifitas kejiwaan yang secara teori tiada
berubah dalam lingkungan yng berbeda-beda.Jung membedakan empat fungsi pokok yang dua
rasional , yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang dua lagi irasional yaitu pendirian dan
intuisi.
            Kemudian komponen yang kedua yaitu fungsi jiwa adalah arah daripada energy psikis
umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.Arah
energy psikis tersebut bisa keluar atau kedalam, dan demikian pula arah orientasi manusia
terhadap dunianya , dapat keluar maupun kedalam.
           
STRUKTUR KETIDAKSADARAN
            Ada dua macam ketidak sadaran yaitu ketidak sadaran pribadi yang berisikan hal-hal
yang diperoleh oleh individu seama hidupnya.Kemudian yang kedua adalah ketidaksadaran
kolektif yang mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia
seluruh jenis manusia, melalui generasi yang terdahulu.
           
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Terbagi menjadi dua yaitu :
         Kausalitas dan teleologi
Kausaitas adalah peristiwa – peristiwa masa kini memiliki asal – usul di dalam pengalaman –
pengalaman sebelumnya.
Teleology meyakini bahwa peristiwa – peristiwa masa kini di motivasikan oleh tujuan – tujuan
dan aspires – aspirasi ke depan mengarahkan ke tujuan seseorang.
         Progresi dan regresi
Untuk mencapai realisasi diri manusia di hadapakan kepada lingkungan luar dan lingkungan
batin. Progesi adalah adaptasi kepada dunia luar melibatkan aliran maju energy psikis. Regresi
adalah adaptasi dengan dunia batin mengandalkan arus mundur energy psikis.
TIPE  - TIPE PSIKOLOGIS TERBAGI ATAS :
         Sikap – sikap
Di identifikasikan sebagai kecenderungan untuk beraksi atau beraksi secara khas
         Introversi (Tertutup)
Adalah membalikkan energy psikis ke dalam sebuah orientasi terhadap subjektivitas. Orang
dengan tipe seperti ini selalu mendengarkan dunia batin dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan
persepsi yang terindividualisasikan. Orang dengan tipe ini tetap akan bersentuan dengan dunia
eksternal namun melakukan dengan selektif dan di dasari pada pandangan subjektif mereka.
         Ekstraversi (Terbuka)
Adalah sikap yang mengarahkan energy psikis keluar sehingga seseorang diorientasikan menuju
sesuatu yang objektif dan menjauh dari subjektif. Orang denga tipe ini lebih banyak dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar daripada dunia batin mereka, yang berakar  pada realita kehidupan.Tidak
ada orang yang introvert total namun tidak ada juga orang yang terlalu ekstrover. Orang yang
sehat secara psikologis kedua hal ini akan seimbang.
         Fungsi – fungsi
Terdiri dari mengindra, berpikir, merasa, dan mengintuisi
A.    Berpikir (thinking)
Adalah aktifitas intelektual logis yang menghasilkan rantai ide – ide. Orang yang ektrover sangat
mengandalkan pikiran – pikiran konkret, namun mereka juga menggunakan ide abstrak jika ide
di keluarkan oleh orang lain. Orang yang introvert akan bereaksi terhadap stimuli eksternal
namun interpretasi mengenai suatu peristiwa akan lebih berwarna oleh makna internal yang
mereka berikan pada stimuli tersebut daripada fakta – faktaobjektif itu sendiri
B.     Perasaan (feeling)
Untuk menggambarkan proses evaluasi suatu idea tau peristiwa. Orang yang ekstrover akan
menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Mereka akan di tuntun oleh nilai – nilai
eksternal dan standar penilaian yang di terima luas. Mereka akan lebih mudah diterima secara
social namun dalam mengikuti standar social yang ada mereka terlihat seperti dibuat – bat atau
pura – pura. Orang yang introvert akan melandaskan penetapan nilai utama pada persepsi
subjektif lebih daripada fakta objektif. Orang ini memiliki suara hati yang terindividualkan, cara
bersikap yang diam – diam, dan sebuah psike yang tidak mudah dipahami. Orang akan menjauhi
karena tidak nyaman.
C.    Pengindraan (sensing)
Adalah fungsi yang menerima stimuli fisik dan mentransmisikan ke sadar perceptual. Persepsi
ini tidak tergantung pada pemikiran logis atau perasaan, melainkan hadir sebagai fakta dasar
yang absolute pada diri setiap orang. Orang yang ektrover akan memahami secara objektif
terhadap stimuli eksternal,yang sama dengan stimuli eksis dalam realitas. Orang yang introvert
sebagian besar terpengaruh oleh sensasi – sensasi subjektif penglihatan, bunyai, citarasa,
sentuhan, dan sebagainya. Mereka akan dituntun oleh interpretasi tentang stimuli indra lebih
daripada stimuli itu sendiri.
D.    Pengintuisian (intituiting)
Adalah persepsi yang melampauikerja kesadaran. Intuisi berbeda dengan merasa karena lebih
kreatif bahkan sering kali menmbahkan elemen – elemen dari pengindraan alam sadar. Orang
yang ektrover akan berorientasi kea rah fakta – fakta di dunia eksternal, mereka akan memahami
secara subliminal. Orang yang introvert akan berorientasi oleh persepsi bawah sadar fakta – fakta
yang dasarnya subjektif dan memiliki sedikit kemiripan dengan realitas eksternal.

CIRI INTROVERSI DAN EKSTRAVERSI


Introversi
o   Berfikir : Cocok menjadi Ilmuan
  Sibuk dengan pikiranya sendiri
  Emosi datar
  Mengambil jarak dengan orang lain
  Kurang perhatian
  Keras kepala
o   Perasaan : Cocok menjadi Seniman
  Pendiam
  Kreatif
  Perasaan emosionalnya kuat
  Sederhana
  Kekanak-kanakan
o   Pengindraan : Cocok menjadi Pelukis
  Kalem
  Senang terbenam dalam situasi pribadi
  Kontrol pribadi kuat
  Membosankan
  Artistik
o   Pengintuisian : Cocok menjadi peramal
  Terisolir oleh dunia primordial
  Tidak praktis
Ekstraversi
o   Berfikir : Cocok menjadi Matematikawan, Fisikawan
  Dingin tapi angkuh
  Fungsi perasaan berprinsip
  Cenderung kaku
o   Perasaan : Cocok menjadi Politisi ‘
  Senang bergaul
  Senang dipuji
  Mudah menyesuaikan diri
o   Pengindraan
  Realistik
  Praktis
  Keras kepala
o   Pengintuisian : Cocok menjadi Pengusaha
  Eksploratif
  Selalu bergerak
  Kreatif
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Jung menekankan paruh kedua hidup manusia,adalah pada usia 35 atau 40 ketika seseorang
memiliki kesempatan untuk menyatukan beragam aspek kepribadian untuk mencapai 
individuasi. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh tahap – tahap perkembangan dan Jung
membagi masa ini menjadi empat tahap yaitu :
1.      Masa kanak – kanak
Jung membagi masa ini kedalam tiga subtahapan : anarkis; monarkis; dan dualistis.
2.      Masa muda
Adalah periode peningkatan aktivitas, kematangan seksualitas, tumbuhnya kesadaran dan
pemahaman bahwa era kanak – kanak yang bebas masalah tidak pernah kembali.
3.      Paruh baya
Usia ini dimulai pada umur 35 – 40 tahun. Orang pada usia ini mengalami peningkatan
kecemasan namun usia ini juga adalah usia potensial yang menakjubkan.
4.      Usia senja
Jung melukiskan bahwa pada masa ini orang akan mengalami penyusutan kesadaran dan mereka
mengalami rasa takut terhadap kematian.

REALISASI DIRI
Adalah puncak dari proses – proses psike yang di ungkapkan Jung. Dan dapat melihat
kepribadian secara utuh. Orang yang te;lah mencapai tahap ini adalah  orang yang mampu
meminimkan persona, mengenalai anima dan animus, mencapai keseimbangan introversi dan
ekstraversi dan sudah mengembangkan empat fungsi psikologi sampai ke tingkat superior.
Kecenderungan merespons adalah bagian dari potensi bawaan perempuan atau cetak biru
yang diwariskan namun,potensi bawaan semacam itu mensyaratkan pengalaman individual
sebelum dia menjadi aktif.Jung juga yakin bahwa alam sadar kolektif si laki-laki mengandung
impresi-impresi biologis terhadap perempuan semacam itu dan bahwa impresi-impresi itu
diaktifkan ketika si laki-laki bertemu dengannya pertama kali.
Lalu berapa banyak kecenderungan biologis yang dimilki manusia ? sebanyak mereka
mengalami situasi-situasi tipikal dalam hidup mereka.Awalnya mereka adalah “bentuk bentuk
tanpa isi ,hanya mereprentasikan kemungkinan bagi tipe tertentu persepsi dan tindakan”.
(Jung,1937/1959,hlm 48).Dengan semakin banyaknya repetisi,bentuk-bentuk ini mulai
mengembangkan sejumlah isi dan muncul sebagai arketipe-arketipe yang relative otonom.

Anda mungkin juga menyukai