Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Uji Chi- Kuadrat


Uji chi kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang diamati (O) dengan frekuensi
yang diharapkan (E) (Rachmat, 2012).

X² = Σ(O-E)²
E

Contoh:
Sebuah koin yang memiliki dua permukaan yaitu gambar (G) dan angka, koin tersebut
dilembar sebanyak 100 kali. Setelah pelemparan 100 kali , setelah diamati permukaan
gambar keluar sebanyak 65 kali. Jika koin tersebut imbang maka permukaan gambar
yang diharapkan akan keluar sebanyak 50 kali. Pada contoh ini dapat kita lihat
perbedaan antara frekuensi yang diamati (O) yaitu 65 kali dan diharapkan (E) yaitu
50. Jadi ada perbedaan antara pengamatan dan yang diharapkan (O-E). Perbedaan
tersebut apakar berarti (signifikan) atau karena dipengaruhi oleh faktor sampel saja.
Tabel 1. Contoh

1 2 3 4 5
Hasil
pelemparan E
(O-E)²
O (diamati) (diharapkan E-O (E-O)²

)
Gambar (G) 65 50 15 225 4,5
Angka (A) 35 50 -15 225 4,5
Total 100 100 0 450 9

Pada tabel dapat dilihat bahwa jika penyimpangan / deviasi (O-E) dijumlahkan seperti pada
kolom 3, makahasilnya adalah 0. Untuk menghindari hal tersebut , maka masing-masing
penyimpangan dikuadratkan terlebih dahulu seperti pada kolom 4 dan jumlahnya tidak akan
sama dengan 0. Cara itu akan membawa konsekuensi hasil kuadrat yang samaakan diperoleh
untuk penyimpangan yang sama besar tanpa memperhitungkan besar frekuensi pengamatan
atau harapan. Sebagai contoh, O-E untuk (65-50) adalah 15 dan (415-400) adalah 15. Secara
aritmatik keduanya adalah tdentik, padahal sebenarnya sangatlah berbeda. Penyimpangan 15
dari nilai harapan 50 cukup besar jika dibandingkan dengan penyimpangan dari harapan 400.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya digunakan deviasi kuadrat yang proporsional yaitu
(O-E)²/ E. Dengan cara ini hasil perhitungan untuk contoh di atas menjadi (62²-50²)/50 adalah
4,5, sedangkan (415²-400²)/400 adalah 0,56. Dapat kita lihat bahwa deviasi baru lebih berarti
secara statistik. Pada contoh kasus pelemparan koin ini didapatkan deviasi kuadrat
proporsionalnya adalah 9.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah nilai 9 ni memiliki kemungkinan besar untuk terjadi
secara kebetulan atau peristiwa yang mungkin jarang terjadi, misalnya kemungkinannya lebih
kecil 5%.

1. Uji Independen antar Dua Faktor


Uji independensi antara 2 faktor adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua faktor. Uji independensi berfungsi
untuk menganalisis frekuensi dari 2 variabel dengan multiple kategori . Pengujian
hipotesis independensi merupakan pengujian hipotesis ketidak tergantungan suatu
pengelompokkan hasil penelitian (sampel) dari populasi terhadap kategori populasi
lain . pengujian tersebut menggunakan tabel kontingensi (tabel silang) b x k, b =baris
dan kolom, dengan b ≥ 2 dan k ≥ 2.
Contohnya, seorang peneliti ingin mengetahui apakah status gizi anak balita
bergantung pada tingkat sosial ekonomi orang tua. Untuk itu ia telah melakukan
pengamatan terhadap 200 keluarga yang memiliki anak balita yang dipilih secara
random . hasil penelitian disajikan dalam tabel 1 berikut ini. Dengan menggunakan α
= 5%buktikan apakah status gizi anak balita bergantung pada tingkat ekonomi sosial
orang tua?

Tabel 1. Distribusi status gizi anak balita berdasarkan tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial Status gizi anak balita
Jumlah
ekonomi Baik Kurang Buruk
Tinggi 37 17 10 64
Sedang 19 42 17 78
Rendah 15 20 23 58
Jumlah 71 79 50 200

a. Formulasi hipotesis :
 Ho : P₁₁ = P ₁₂ = P ₁₃ = P₂₁ = P₂₂ = P₂₃ = P₃₁ = P₃₂ = P₃₃ (Status gizi anak
balitatidak bergantung pada tingkat sosial ekonomi orangtua)
 Ha : P₁₁ ≠ P ₁₂ = P ₁₃ ≠P₂₁ ≠P₂₂≠P₂₃ ≠ P₃₁ ≠ P₃₂ ≠P₃ (status gizi anak balita
bergantung pada tingkat sosial ekonomi orang tua).
b. Menentukan batas kritis berdasarkan nila α 5%, seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa uji kuadrat selalu dilakukan uji satu sisi, maka untuk nilai 5%
dan df = (3-1)(3-1) = 4, nilai χ ² tabel adalah 9,488
c. Kriteria pengujian
Ho ditolak : jika nila statistik hitung > 9,488
Ho diterima : jika nilai statistik hitung ≤ 9,488
d. Perhitungan nilai statistik :
(O−E)²
X ²=∑
E

Untuk menggunakan rumus tersebut kita perlu mencari terlebih dahulu


nilai E (nilai ekspektasi) pada masing-masing sel (E₁₁ sampai E₃₃). Besarnya nilai

jumla h subkolom x jumla h subbaris


E dapat dihitung dengan rumus E= .
total seluri h sampel
Berdasarkan data pada tabel di atas maka nilai E pada masing-masing sel sebagai
berikut :

71 ×64 71× 78 71× 58


E ₁₁= =22,72 E ₂₁= =27,69 E ₃₁= =20,59
200 200 200
79 ×64 79 ×78 79 ×58
E ₁₂= =25,28 E ₂₂= =30,81 E ₃₂= =22,91
200 200 200
50 ×64 50 ×78 50 ×58
E ₁₃= =16,00 E ₂₃= =27,69 E ₃₃= =14,50
200 200 200

Setelah memperoleh nilai E pada masing – masing sel , maka selanjutnya kita mencari
nilai χ² dihitung menggunakan rumus berikut :

(O−E)²
X ²=Σ
E

(37−22,72)² ( 17−25,28 )2 (10−16)² (19−27,69)² (42−30,81)²


X ²= + + + + +
22,72 25,28 16 27,69 30,81

(17−19,5) +(15−20,59)² (20−22,91) ² +(23−14,5)²


+ =29,91
19,5 20,59 22,91 14,5

e. Kesimpulan
 Statistik : karena nilai statistik dihitung X ² (27,91)lebih besar daripada nilai
tabel (9,488) maka nilai Ho ditolak
 Logis : Status gizi anak balita tergantung pada tingkat sosial ekonomi orang
tua.

4. Uji normalitas

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai


sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut
berdistribusi normal ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data
yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji
statistik normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi-Square,Kolmogorov
Smirnov, dan Lilliefors.

Anda mungkin juga menyukai