Abstract
The formulation of the problem in this study is how the role of internal audit on the
effectiveness of risk management and the role of Internal Audit on Risk Management in an
Islamic Perspective. Risk Management in Islamic Perspective. The method used is
quantitative associative with the sample. The results show that the role of internal audit does
not directly affect the effectiveness of financing risk management, internal audit has a
positive effect on the competence of account officers, and the competence of account officers
mediates the effectiveness of risk management. and the Role of Internal Audit in an Islamic
Perspective where sharia auditing, apart from referring to national and international
auditing standards, also refers to sharia principles and must be guided by the Qur'an and As-
Sunnah.
Key words: Internal Audit, Risk Management, Effectiveness, Islamic Bank
Abstrak
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana peran audit internal terhadap
efektivitas manajemen resiko dan Peran Audit Internal terhadap Manajemen Resiko dalam
Prespektif Islam.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis peran audit internal terhadap efektivitas manajemen resiko pada perbankan
syariah dan Peran Audit Internal terhadap Manajemen Resiko dalam Prespektif Islam.
Metode yang digunakan adalah kuantitatif asosiatif dengan sampel. Hasil penelitian
menunjukkan peran audit internal tidak berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas
manajemen risiko pembiayaan, audit internal berpengaruh positif terhadap kompetensi
account officer, dan kompetensi account officer memediasi efektivitas manajemen risiko.
dan Peran Audit Internal dalam Prespektif Islam dimana audit syariah selain mengacu pada
standar audit nasional dan internasional juga mengacu pada prinsip-prinsip syariah dan harus
berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kata kunci: Audit Internal, Manajemen Risiko, Efektivitas, Bank Syariah
Pendahuluan
Mengingat kualitas dan unsur-unsur bank, dapat dikatakan bahwa bisnis keuangan tidak
dapat dibedakan dari bisnis berbahaya. Dengan demikian, aksesibilitas kerangka dan
metodologi yang mengendalikan dan mengawasi manjemem resiko merupakan kebutuhan
yang esensial untuk masing masing bank, supaya bank terlepas dengan musibah material
dan non material, misalnya runtuhnya figur atau kemasyhuran bank menurut masyarakat
umum. Pada tingkat yang lebih signifikan, manjemem resiko dapat diawasi sehingga
menghasilkan pendapatan yang lebih besar bagi bank. Untuk dapat mengambil bagian ini,
pemeriksa interior suka atau tidak suka harus memahami gagasan bahaya para eksekutif dan
memahami pendekatan tinjauan berbasis bahaya, sebagai panduan untuk mengevaluasi
kelangsungan hidup siklus dewan yang direncanakan dan diselesaikan oleh dewan. .
Bahayanya sistem dewan mengharuskan kapasitas tinjauan orang dalam menjadi salah satu
bagian yang bertanggung jawab untuk memeriksa penyajian siklus administrasi, sebagai
alasan untuk memberikan kontribusi perbaikan tanpa henti.
Pengenalan perbankan syariah merupakan reaksi yang berfungsi terhadap keinginan untuk
memiliki pilihan yang berbeda untuk kerangka keuangan di Indonesia. Bank syariah
dibangun mempunyai kerangka kerja, eksekutif atau item yang lebih baik dari bank biasa.
Anggapan ini bertolak belakang pada realita yang terjadi di lapangan. Data di tahun 2017
membuktikan bahwa manfaat financing manajemen resiko (Non Performing Money/NPF)
bank syariah jauh lebih besar dibandingkan Non Performing Advances (NPL) bank
tradisional, yaitu 4,66% berbanding 2,57% (OJK, 2017). Meski tengah berada sejauh
mungkin dibesaran 5% bertimbal dengan pedoman OJK (Pedoman OJK No. 29, 2014),
Dengan ini mengembangkan tanggapan bahwa eksekusi manajen resiko pembiayaan bank
syariah ditaksirkan dewan. sebagai tidak mampu.
Manajemen resiko pengurus mempunyai hubungan dengan kegiatan SKAI (Satuan Kerja
Tinjauan Batin) sejauh mengawasi pelaksanaan organisasi. Bank-bank bisnis yang telah
benar-benar melakukan eksekusi Manajemen resiko para eksekutif atau pada akhirnya telah
melakukan semua tahapan hazard board, maka pada saat itu inspektur interior pada bank
tersebut diminta untuk mengikuti cara-cara yang telah didiktekan dengan mempertimbangkan
sudut pandang bahaya dalam cara yang diatur dalam latihan review lakukan.
Tinjauan Batin memainkan beberapa bagian dalam mendukung kelangsungan kontrol interior,
termasuk pekerjaan afirmasi dan konseling. Sesuai hasil penelitian dari para ahli, terdapat
penyesuaian cara berpikir evaluasi ke dalam dari wawasan dunia lama ke wawasan dunia
baru. Perubahan ini dipisahkan oleh perubahan arah dan tugas pemanggilan pemeriksa dalam.
Pandangan dunia lama menyatakan bahwa inspektur lebih ditempatkan untuk memenuhi
posisi pionir, sementara saat ini kapasitas evaluator interior tidak hanya bertindak sebagai
anjing penjaga, tetapi harus memiliki opsi untuk bertindak sebagai kaki tangan untuk
eksekutif. Kehadiran tugas internal review akan sangat membantu organisasi dalam melihat,
menilai ringkasan fiskal dan membatasi berbagai bahaya kemalangan yang mungkin muncul.
Dalam sebuah organisasi tanpa pekerjaan Interior Review and Manajemen resiko Para
eksekutif, organisasi tidak akan dikoordinasikan dan dibuat.
Tinjauan Literatur
Beberapa penelitian sebelumnya akan digambarkan sebentar sebab penelitian ini
menentukan pada penelitian terdahulunya. walaupun ekstensinya bisa dibilang serupa,
disebabkan beberapa faktor, item, dan rentang periode yang dipakai, ada beberapa hal
yang belum setara, kemudian peroleh digunakan seperti mana batu loncatan guna
menyempurnakan satu sama lain. Ini sedikit sinopsisnya belajar:
1. Penelitian yang disutradarai dengan Muhammad Ardi berjudul “The Job of Inside
Review on the Execution of Good Administration in Islamic Banking”. Ujung-
ujungnya adalah untuk memberikan klarifikasi tentang dampak tinjauan ke dalam bagi
administrasi yang hebat, baik sampai taraf tertentu atau selama ini. Tinjauan ke dalam
secara mendasar mempengaruhi administrasi yang baik, baik sedikit maupun pada saat
yang sama, yang menunjukkan bahwa kedua tinjauan orang dalam dapat memperluas
pembuatan administrasi yang baik. Hal yang penting adalah bahwa dalam tinjauan ini
penekanannya adalah pada administrasi bank di mana tugas eksekutif dan tinjauan ke
dalam sehingga menolong organisasi saat membatasi beragam bahaya kemalangan
yang barang kali muncul.
3. Penelitian yang diarahkan dengan Suroso berjudul “Posisi dan Kapasitas Inside
Reviewer dalam Organisasi”. Bagian akhir memberikan klarifikasi saat membentuk
apresiasi untuk para pemengang dan pimpinan organisasi, atas bermaknanya kehadiran
kerja Inside Examiner bagi sebuah organisasi. Dengan sebab itu, diperlukan saat
memainkan peran atau kerangka kerja peninjau interior pemeriksaan intern dalam
perusahaan. Guna sistem pemeriksaan intern ini adalah cara aksi pengaman, invensi
kekeliruan dari pemeriksaan ulang lapangan dengan internal auditor yang dipunyai
perusahaan, dan pengamat internal control, juga meningkatkan metode pengawasan
intern secara berkala.
Metode Penelitian
Tinjauan ini memasukkan pemeriksaan kausal, yang perlu melihat hubungan sebab akibat
antara faktor otonom dan lingkungan (Suryabrata, 2005). Metodologi kuantitatif digunakan
untuk menjawab tujuan pemeriksaan (Hadi, 1994:202). Jumlah penduduk dalam tinjauan ini
adalah semua pekerja kantor tinjauan internal, pejabat akun, pejabat unit pembiayaan dan
dewan hazard. Metode pengujian yang digunakan adalah uji terendam (Sugiyono, 2008).
Informasi penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan survei ke 34 responden
Kajian ini memiliki batasan antara lain dalam metode pengumpulan informasi, hanya
melibatkan survei sebagai sumber fundamental, sehingga informasi yang diperoleh masih
bersifat abstrak karena hanya menilai kearifan yang representatif. Sedangkan tata cara
pertemuan yang digunakan tidak luas dan hanya sebagai pelengkap; Faktor-faktor utama yang
diperhatikan adalah tinjauan orang dalam dan kemampuan resmi catatan untuk melihat
dampaknya terhadap kecukupan risiko pembiayaan para eksekutif. Jadi untuk pemeriksaan
lebih lanjut, kendala-kendala ini dapat dilengkapi dengan kombinasi metode pengumpulan
informasi yang lebih luas dan menambahkan faktor-faktor observasional yang diidentifikasi
dengan kelayakan risiko para eksekutif dalam membatasi pembiayaan bermasalah, misalnya,
perkembangan moneter, tingkat ekspansi dan lain-lain.
Mengingat efek samping dari uji spekulasi di atas, sangat baik dapat disimpulkan bahwa
eksekusi bahaya memaksa eksekutif harus ditegakkan oleh kemampuan petugas catatan.
Penemuan Al-Makki (2010) mengungkapkan bahwa pembiayaan berisiko dapat terjadi karena
petugas catatan tidak berdaya dalam mengelola dan melatih, membutuhkan pemahaman atau
pemahaman tentang pembiayaan berbahaya dan perawatannya.
Dari hasil perhitungan koefisien jalan, nilai koefisien tinjauan orang dalam lebih rendah
daripada nilai duplikasi koefisien jalan antara tinjauan interior ke keterampilan pejabat akun
dan dari kemampuan pejabat keuangan untuk membiayai risiko kecukupan eksekutif (0,159 <
0,393). Hal ini menunjukkan bahwa tugas internal review dalam menurunkan jumlah
pembiayaan bermasalah tidak dirasakan secara langsung, namun melalui kemampuan petugas
rekam. Tugas keterampilan petugas rekam sangat mendasar dan sebagai ujung tombak dalam
mengurangi jumlah pembiayaan bermasalah. Pekerjaan tinjauan orang dalam tidak berarti
bahwa itu tidak diperlukan, tetapi tugas kemampuan petugas catatan sebagai pemindai dasar
dalam sistem pembiayaan untuk klien harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah uang
muka yang macet.
Ide kecukupan pada dasarnya diisolasi menjadi dua metodologi, yaitu metodologi yang benar
dan pendekatan kerangka kerja. Metodologi objektif, untuk memutuskan dan menilai
kecukupan target yang telah dicapai. Sedangkan pendekatan kerangka, asosiasi dipandang
sebagai komponen dari berbagai komponen baik informasi maupun hasil yang saling
berhubungan satu sama lain. Asosiasi mengambil sumber (kontribusi) dari kerangka kerja
yang lebih luas (iklim) dan kemudian memproses sumber-sumber ini menjadi item baru
(hasil) (Donnelly, Gibson, dan Ivancevich, 1997). Viabilitas hazard board harus terlihat dari
tingginya dan umumnya aman dari default dari pemegang rekening. Sebagaimana
dikemukakan oleh Muhamad (2015) penyebab terjadinya financing hazard adalah karena
terlalu mudahnya bank memberikan pembiayaan karena likuiditas yang melimpah sehingga
penilaian pembiayaan kurang tepat dalam memperkirakan potensi bahaya yang berbeda dari
usaha yang dibiayai. pertimbangan yang luar biasa, tidak dapat diterima, dibuat-buat dan
mandek (Pedoman Bank Indonesia No. 13/13/PBI/2011, Tentang Penilaian Kualitas
Pembiayaan, Pasal 8 Pembiayaan seharusnya rumit jika dikenang untuk golongan ketiga,
khususnya tidak memadai. Dalam prosesnya menjadi berbahaya dan setelah itu jelas didahului
oleh tanda-tanda bahaya yang dapat dibedakan oleh bank syariah. Bukti yang dapat dikenali
dari tanda-tanda risiko ini harus dimungkinkan dengan berfokus pada sudut pandang moneter
dan non-moneter. Untuk melakukan tindakan balasan, jelas, penting untuk mengarahkan dan
mengarahkan klien agar tidak ada default.
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kecukupan financing manjemen resiko para
eksekutif adalah kemampuan bank untuk mengawasi aset yang ada untuk mencegah dan
mengendalikan bahaya gagal bayar nasabah yang disebabkan oleh variabel-variabel tertentu.
Hasibuan (2006) berpendapat bahwa bank dianggap menarik atau tidak dilihat dari bagaimana
bank menghadapi bahaya pembiayaan yang mungkin muncul, termasuk investigasi
pembiayaan melalui standar 5C dan 1S, pengamatan aktivitas yang dibiayai, penilaian dan
survei penjaminan, penyelesaian pembiayaan bermasalah. terlebih lagi menggambar garis
tertentu untuk semua bukaan untuk setiap orang.
Kajian ini perlu melihat tanda-tanda kelangsungan hidup hazard para eksekutif yang
telah disampaikan Hasibuan (2006). Penanda-penanda ini adalah pemeriksaan pembiayaan,
pengamatan usaha yang dibiayai, penilaian dan survei asuransi, pembayaran kembali
pembiayaan bermasalah dan penarikan garis-garis tertentu yang diberikan kepada pemegang
utang untuk mencoba tidak mengurangi peluang. Dari pengujian hipotesis dan penelitian
terdahulu yang telah dipaparkan, tinjauan ini perlu mengkaji dampak tinjauan interior (X1)
terhadap kecukupan pembiayaan hazard dewan (Y); dampak tinjauan ke dalam (X1) terhadap
kemampuan petugas kearsipan (X2), dampak kemahiran petugas kearsipan (X2) terhadap
kelangsungan pembiayaan hazard eksekutif (Y) dan dampak tinjauan batin (X1) terhadap
kecukupan pembiayaan hazard dewan (Y) dengan kemampuan petugas rekam (X2) sebagai
perantara. Adapun teori dan sistem teoretis ujian yang diajukan sebagai berikut:
H1 : Ada hasil konstruktif langsung dari tinjauan interior (X1) pada kecukupan
H2 : Ada hasil konstruktif langsung dari tinjauan ke dalam (X1) pada kemampuan resmi
akun (X2)
H3 : Ada dampak positif langsung dari Record Official Capability (X2) tentang
H4 : Ada pengaruh review interior (X1) terhadap kecukupan manajemen resiko papan
pembiayaan (Y) dengan kemampuan pejabat rekening (X2) sebagai variabel mediasi.
Kesimpulan
Dari konsekuensi pengujian spekulasi, dampak tinjauan batin tidak berdampak langsung pada
kecukupan pembiayaan hazard dewan. Hal ini mendukung penilaian Sawyer, Dittenhofer dan
Scheiner (2006;7) bahwa tujuan mendasar dari penugasan tinjauan batin adalah untuk
membantu kelompok hakim dan dewan terkemuka dalam melakukan kewajibannya secara
memadai. Realitas ditemukan dari konsekuensi pengujian teori. Dari wawancara dengan Dwi
dan Najib2 (2017), tinjauan internal mengasumsikan bagian backhanded dalam mendukung
kelangsungan hidup pembiayaan hazard dewan di lebih dari satu cara, termasuk tinjauan ke
dalam terus melihat kebenaran catatan dan laporan anggaran organisasi klien, mengevaluasi
kekuatan legitimasi keamanan yang dijamin oleh klien, mensurvei kewajiban pejabat
pembiayaan dalam mengarahkan aset agar kasus-kasus seperti overfinancing, side streaming,
dll tidak terjadi.
Hasil uji spekulasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan besar dari variabel
record official ability terhadap kecukupan pembiayaan manajen resiko dewan. Ini berarti
bahwa semakin terampil petugas catatan, semakin mendukung pelaksanaan risiko keuangan
yang sukses para eksekutif. Efek samping dari uji spekulasi tersebut memperkuat konsekuensi
dari penelitian yang dipimpin oleh Hasan (2015) bahwa catatan kemampuan pejabat secara
signifikan mempengaruhi pelaksanaan pembiayaan. Variabel pelaksanaan pembiayaan yang
dianggapnya memiliki kemiripan dengan kelayakan pembiayaan para eksekutif dari beberapa
penanda yang digunakan. Di antara mereka, pejabat catatan harus fokus pada metode dalam
menyelesaikan kewajibannya sebagai pembiayaan iklan dan fokus pada jumlah dan sifat
pembiayaan secara adil.
Daftar Pustaka
Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Keuangan;
Arista, Vicky. 2012. Pengaruh Peran Auditor Internal terhadap Efektivitas Pengelolaan
Enterpise Risk Management: Studi Kasus pada PT. Bank X di Bandung. Tesis Universitas
Kristen Maranatha,Bandung.
Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press. Boynton, William C.,
Johnson, Raymond N., Kell, Walter G.2001. Modern Auditing. New York: John Willey &
Sons Inc.
Basuki, Agus Tri dan Nano Prawoto, Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi& Bisnis,