Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Kimia fisik 1 tentang hubungan
energi dalam dan perubahannya dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas Kimia fisik 1 agar dapat mengikuti matakuliah selanjutnya
yang ada di pendidikan kimia Universitas Jambi. Selain itu pembuatan makalah
ini adalah sebagai bukti hasil dari metode belajar selama kuliah. Penulisan
makalah ini didasarkan pada hasil literatur-literatur yang ada baik dari buku
maupun sumber lainnya.

Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil yang telah di
cari. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan
makalah ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan
menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari makalah serupa di masa
mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.

Jambi, Oktober 2015

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Energy Dalam

Energi dalam disebut juga internal energy (E) yang merupakan “jumlah energi“
dari semua bentuk energi yang dimiliki oleh sistem molekul atau benda. Energi
dalam terdiri dari energi kinetik dan energi potensial. Energi dalam suatu sistem
dapat berubah bila sistem menyerap atau melepas panas. Energi dalam akan
bertambah apabila:

1. sistem menyerap/menerima panas

2. sistem menerima kerja

Energi dalam berkurang apabila:

 sistem melepaskan panas

 sistem melakukan kerja

Energi dalam dari suatu sistem tidak dapat diukur, namun perubahannya dapat
diukur dan dinyatakan sebagai ΔE dengan perumusan sebagai berikut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu energi dalam?


2. Apa saja hubungan energi dalam dan perubahannya?

1.3 Pemecahan Masalah

1. Mengetahui apa itu energi dalam


2. Mengetahui apa saja hubungan antara energi dalam dengan perubahannya

1.4 Maksud dan Tujuan

2
Kami membuat makalah ini dengan maksud untuk mengetahui tentang apa itu
energi dalam dan apa saja perubahannya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ENERGI DALAM


2.1.1 ENERGI

Energi : Kapasitas sistem untuk melakukan kerja.

Jika kita melakukan kerja pada sistem yang terisolasi, artinya kita
menambah kapasitasnya untuk melakukan kerja, sehingga menambah
energinya.

Jika sistem melakukan kerja, energinya berkurang karena sistem itu dapat
melakukan kerja lebih sedikit dari sebelumnya.

E=M.C2

2.1.2 ENERGI DALAM

Energi dalam, U : Energi total dari suatu sistem.


Istilah lain : energi dakhil, energi internal.
Nilai mutlak energi dalam (U) suatu sistem tidak mungkin diketahui, yang
diketahui adalah ukuran perubahan pada energi dalam (ΔU).
Nilai ΔU untuk perubahan energi dalam jika suatu sistem berubah dari
keadaan awal I dengan energi dalam Ui menjadi keadaan akhir f
dengan energi dalam U adalah
ΔU = Uf - Ui
Energi dalam adalah sifat keadaan :
Artinya nilai energi dalam bergantung hanya pada keadaan akhir sistem
dan tidak bergantung pada cara pencapaian keadaan itu.

Contoh :

1 L sampel hidrogen pada 500 K dan 10 atm, mempunyai energi dalam


yang sama, bagaimanapun cara mengadakan hydrogen itu. Energi dalam,
U, termasuk sifat ekstensif : Yaitu sifat yang tergantung pada kuantitas
(ukuran, luas) dari sistem).

3
Contoh :

2 kg air akan memiliki energi dalam sebesar dua kali energi dalam 1 kg air.

Tambahan :

Sifat intensif : Yaitu sifat yang tidak tergantung pada kuantitas (ukuran,
luas) dari sistem).

Contoh :

Temperatur, rapatan, tekanan, volume molar, energi molar (energy dalam


untuk setiap satu mol-nya)

2.1.3 Sifat Energi Dalam :

1. Energi dalam pada sistem yang terisolasi adalah tetap.


Konsekuensi :
- Adalah mustahil untuk membuat mesin yang bergerak secara terus
menerus tanpa bahan bakar.
- adalah mustahil untuk menciptakan (atau memusnahkan) energi.

2. Bahwa oleh karena kita bisa tahu cara perpindahan energi maka sistemnya
tutup mata terhadap cara yang dipakai.
Energi sistem bisa diubah dalam bentuk kalor dan kerja yang setara.

Energi dalam, U, dari suatu sistem besarnya tetap, kecuali jika


diubah dengan melakukan kerja atau dengan pemanasan.
Secara matematik
ΔU = q + w
Dengan :
w : kerja yang dilakukan pada sebuah sistem
q = untuk energi yang dipindahkan sebagai kalor pada sistem tersebut.
Untuk sistem terisolasi karena tidak ada energi yang dapat keluar
maka nilai ΔU = 0.

2.1 ENERGI DALAM DAN PERUBAHANNYA

2.1.1 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA


Kerja yang dihasilkan pada perubahan siklik merupakan penjumlahan dari
sejumlah kecil kerja dW yang dihasilkan pada setiap tahap siklus. Sama halnya
dengan kalor yang dihilangkan dari lingkungan pada suatu perubahan siklik
merupakan penjumlahan dari sejumlah kecil kalor dQ yang dipakai pada setiap
tahapan siklus. Penjumlahannya dilambangkan dengan integral siklik dari dW dan
dQ:

4
Wcy   dW , Qcy   dQ

Umumnya Wcy dan Qcy tidak bernilai nol; hal ini merupakan karakteristik dari
fungsi langkah.

Sebaliknya, ingatlah jika kita menjumlahkan sembatang sifat keadaan dari sistem
pada sembarang perbedaan, intergral sikliknya haruslah nol. Karena pada
sembarang siklus sistem pada akhirnya kembali ke keadaan awalnya, perbedaan
total untuk sembarang sifat keadaan adalah nol. Sebaliknya, jika kita menemukan
suatu penjumlahan diferensial dy dimana

 dy  0 (keseluruhan siklus), (2.1)

dan dy merupakan diferensial dari sembarang sifat dari keadaan dari sistem. Hal
ini merupakan murni teorema matematika, yang dinyatakan disini dengan bahasa
fisik. Mempergunakan teorema ini dan hukum pertama termodinamik, kita
menemukan adanya suatu sifat dari keadaan sistem, yaitu energi.

Hukum pertama termodinamik merupakan suatu penyataan dari pengalaman


universal: Jika suatu sistem mengalami transformasi siklik, kerja yang dihasilkan
pada lingkungannya sama dengan kalor yang diambil dari lingkungannya. Dalam
bentuk matematis, hukum pertama menyatakan bahwa

 dW   dQ (keseluruhan siklus) (2.2)

Sistem tidak mengalami perubahan jaringan selama siklus, tetapi kondisi dari
lingkungannya berubah. Jika massa dilingkungannya menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan sebelum siklus, maka ada benda yang harus lebih kalor.

Menyusun kembali pers. (2.2) kita mendapatkan

 (dQ  dW )  0 (keseluruhan siklus) (2.3)

Akan tetapi jika pers.(2.3) benar, teorema matematika mengharuskan jumlah


dibawah tanda integral haruslah merupakan diferensial dari beberap sifat dari
keadaan pada sistem. Sifat dari keadaan ini disebut energi, U, dari sisitem;
diferensialnya adalah dU, yang didefinisikan dengan

5
dU = dQ – dW; (2.4)

kemudian tentu saja,

 dU  0 (keseluruhan siklus) (2.5)

Oleh karenanya dari hukum pertama, yang menghubungkan efek kalor dan kerja
yang teramati pada lingkungan dalam suatu transformasi siklik, kita menganggap
adanya suatu sifat dari keadaan dari sistem, yaitu energi. Pers. (2.4) merupakan
suatu persamaan yang ekuivalen dengan pernyataan hukum pertama.

Pers. (2.4) menunjukkan bahwa jika sejumlah kecil kalor dan kerja dQ dan dW
terjadi pada bidang batas, energi dari sistem mengalami perubahan dU. Untuk
perubahan tertentu dari keadaan, kita mengintegrasikan pers.(2.4) :

f f f
i
dU   d   dW
i i ,

U  Q  W (2.6)

dimana ∆U = Uakhir – Uawal. Ingatlah bahwa hanya perbedaan kecil dari energi dU
atau ∆U yang telah didefinisikan, jadi kita dapat memperhitungkan dalam
perubahan keadaan, akan tetapi kita tidak dapat menetapakan suatu niali absolut
pada energi dari sistem dalam keadaan tertentu.

Kita dapat menunjukkan bahwa energi dipertahankan selama sebarang perubahan


keadaan. Anggaplah suatu perubahan sistem pada sistem A; maka

U A  Q  W

dimana Q dan W merupakan kalor dan efek kerja yang diwujudkan dengan
perubahan temperatur pada benda dan perubahan ketinggian pada massa. Jika
memungkinkan untuk memilih suatu batas yang menutupi sistem A dan
lingkungannya , dan tidak terjadi efek yang dihasilkan dari perubahan A yang bisa
diamati diluar batas ini. Batas ini memisahkan dua sistem komposit-dibuat dari
sistem asli A dan M, lingkungannya yang berdekatan-dari sisa alam semesta.

6
Karena tidak ada kalor atau akibat dari kerja yang teramati diluar sistem ini,
sehingga perubahan energi pada sistem komposit adalah nol.

U AM  0

Tetapi perubahan energi pada sistem komposit merupakan penjumlahan dari


perubahan energi subsistem, A dan M. Sehingga

U A M  U A  U M  0 atau U A   U M

Persamaan ini menyatakan bahwa dalam sebarang transformasi, sebarang


peningkatan energi sistem A diseimbangkan dengan tepat penurunan yang sama
pada lingkungannya.

Hal ini sesuai dengan

U A (akhir )  U A (awal )  U M (akhir)  U A (awal )  0,

atau

U A (akhir )  U A (awal )  U M (akhir)  U A (awal ),

yang menyatakan bahwa energi dalam sistem komposit adalah konstan.

Jika kita membayangkan alam semesta disusun oleh banyak sistem komposit,
yang masing-masing ΔU nya = 0, maka kumpulannya mestinya juga ΔU = 0.
Sehingga kita mendapatkankan pernyataan terkenal dari hukum pertama
Termodinamika oleh Clausius: “Energi dari alam semesta bernilai konstan.”

2.1.2 PERUBAHAN ENERGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN SIFAT


DARI SISTEM
Mempergunakan hukum pertama dalam bentuk

U  Q  W ,

kita dapat memperhitungkan ΔU untuk perubahan keadaan dari nilai Q dan W


yang diukur, efek pada lingkungannya. Akan tetapi suatu perubahan keadaan dari
sistem berakibat perubahan sifat dari sistem, seperti T dan V. Sifat dari sistem ini
dapat diukur pada keadaan awal dan akhir, dan hal ini sangat bermanfaat untuk
menghubungkan perubahan energi, anggaplah perubahan pada temperatur dan
volume. Permasalahan inilah yang saat ini sedang menarik perhatian kita.

Dengan memilih sistem dengan massa tetap, kita dapat menggambarkan keadaan
dengan T dan V. Maka U = U(T, V), dan perubahan energi dU dihubungkan
dengan perubahan temperatur dT dan volume dV melalui ungkapan diferensial
keseluruhan

7
 U   U 
dU    dT    dV .
 T  V  V  T (2.7)

Diferensial dari sebarang sifat keadaan, sebarang diferensial eksak, dapat


dituliskan dalam bentuk dari pers. (2.7) . Ungkapan jenis ini seringkali
dipergunakan sehingga sangat penting untuk memahami pengertian fisik dan
matematisnya. Pers. (2.7) menyatakan jika temperatur sistem meningkat sejumlah
dT dan volume sistem meningkat sejumlah dV, maka perubahan energi
keseluruhan dU merupakan penjumlahan dari kedua kontributor: suku pertama,
(∂U∂T)V dT dikalikan dengan perubahan temperatur dT.

Dimana Pop dV telah menggantikan nilai dari dW, dan kerja


ekspansi telah diabaikan.(jika jenis kerja lain disertakan, maka di tetapkan bahwa
dW = Pop dV + dWa, dimana dWa mewakili jumlah kecil dari jenis kerja lain).
Berikutnya kita menetapkan pers (2.8)

2.1.3 PERUBAHAN KEADAAN VOLUME KONSTAN

Jika volume sistem berubah konstan , maka dV = 0 dan pers 2.4 menjadi

dU = dQv Pers 2.8

dimana subkrip menunjukkan pembatasan volume konstan, maka pers (2.7)


menjadi

dQv = ( ∂U
∂T )
v dT Pers 2.9

yangmana suhu panas yang diserap dari lingkungan, dQv, dengan peningkatan
suhu

dT dari sistem pada volume konstan. Kedua dQv dan dT mudah terukur,

dQv / dT, panas ditarik dari lingkungan dengan peningkatan suhu

sistem Cv, kapasitas panas dari sistem pada volume konstan. Dengan demikian,
membagi Persamaan. (2.9)

oleh dT, kita memperoleh

8
Cv = ( ∂Qv
∂T )
= ( ∂U
∂T )
v Pers 2.10

Baik anggota dari Persamaan. (2.10) adalah definisi setara Cv 'Titik penting
tentang

Eq. (2.10) adalah bahwa hal itu mengidentifikasi turunan parsial (dU / dT) v

dengan mudah diukur

kuantitas Cv 'Menggunakan Cv untuk turunan dalam Pers. (2.6) , dan karena dV =


0, kita memperoleh

dU = Cv dT (perubahan yang sangat kecil)pers 2.11

atau di integralkan menjadi

( perubahan terbatas) pers 2.12

Menggunakan Persamaan. (2.13) kita dapat menghitung ΔU secara eksklusif dari


sifat-sifat sistem. mengintegrasikan

Pers (2.9) , kita memperoleh hubungan tambahan

ΔU = Qv (perubahan terbatas) pers. 2.14

Kedua pers. (2.13) dan (2.14) mengungkapkan perubahan energi dalam


perubahan konstan

Volume dalam hal jumlah terukur. Persamaan ini berlaku untuk sistem apapun
berupa padatan,

cairan, gas, campuran, dan sebagainya.

Catatan di Persamaan. (2.14) yang ΔU dan Qv memiliki tanda yang sama.


Menurut konvensi

untuk Q, jika panas mengalir dari lingkungan, Qv> 0, dan sebagainya ΔU> 0;
energi dari

sistem meningkat. Jika panas mengalir ke lingkungan, baik Qv dan ΔU yang


negatif, itu

energi dari sistem menurun. Selanjutnya, karena Cv selalu positif, Persamaan.


(2.12) menunjukkan

9
bahwa jika suhu meningkat, dT> 0, energi dari sistem meningkat. Sebaliknya,

penurunan suhu, dT <0, berarti penurunan energi sistem, ΔU <O. Untuk sistem
dipertahankan pada volume konstan, suhu adalah refleksi langsung dari

energi dari sistem.

Karena energi dari sistem adalah yang luas, kapasitas panas

juga. Kapasitas panas per mol C adalah jumlah yang ditemukan dalam tabel

data. Jika kapasitas panas dari sistem adalah konstan. maka Persamaan. (2.13)
mengurangi ke bentuk khusus

ΔU = Cv ΔT pers 2.15

Persamaan ini berguna terutama jika kisaran suhu ΔT tidak besar. Dengan entang suhu
kapasitas panas dari zat yang palin tidak berubah banyak. Meskipun pers. 2.13 dan 2.14
benar-benar umum untuk proses volume konstan, kesulitan timbul jika seluruh sistem
terdiri dari padatan atau cairan. Jika cairan atau padatan terbatas dalam wadah volume
tetap dan suhu meningkat dengan jumlah yang kecil, tekanan naik ke nilai yang
tinggi karena kompresibilitas sangat kecil dari cairan. Dari sudut pandang
eksperimental, proses volume konstan praktis hanya untuk sistem-sistem yang,
setidaknya sebagian, gas.

Contoh

Hitung ΔU dan Qv untuk perubahan 1 moal helium pada volume konstan dari 25
3
°C – 45 °C, Ć v = R ?
2

Jawab :

Pada volume konstan


T2
3 3 3
Cv dT =¿ R ∫ dT= R ∆ T = R (20 K )
2 T1 2 2
T2
ΔU =∫ ¿
T1
K mol
8,314 J /¿ 20 K )=250 J /mol
(
3
Qv=∆ U= ¿
2

∂V
2.1.4 pengukuran ∂ U /¿ t , percobaan joule
¿

10
∂V
Penggambaran koefisien pembagian ∂ U /¿ t, dengan mudah diukur. Untuk gas dapat
¿
dilakukan pada percobaan ini yaitu dua kontainer A dan B yang terhubung melalui kran
A. Dalam keadaan awal, A diisi dengan gas di sebuah p tekanan, sementara B
dipindahkan. Kemudian direndam dalam tong besar air dan diperbolehkan untuk
menyeimbangkan dengan air pada suhu T, yang dibaca pada termometer . Air diaduk
untuk mempercepat pencapaian kesetimbangan termal. Kran dibuka dan gas
mengembang untuk mengisi wadah A dan B serempak. Setelah memungkinkan waktu
untuk sistem keseimbangan panas dengan air di dalam tong, suhu air dibaca lagi. Joule
mengamati tidak ada perbedaan suhu di dalam air sebelum dan setelah membuka kran
tersebut. Penafsiran percobaan ini adalah sebagai berikut. Untuk mulai dengan, ada
pekerjaan yang diproduksi disekitarnya yang awalnya di sepanjang dinding interior kapal
A, bergerak sedemikian rupa sehingga selalu membungkus seluruh massa gas. Oleh
karena itu batas mengembang terhadap tekanan nol lawan sehingga tidak ada pekerjaan
yang dihasilkan. Ini disebut ekspansi bebas dari gas. Pengaturan dw = 0, kita melihat
bahwa hukum pertama menjadi du = dq.

Percobaan eksperimen joule

Karena suhu lingkungan


(air) tidak berubah, berarti dq = 0.
Oleh karena itu, du = 0. Karena
sistem dan air berada dalam
kesetimbangan termal, suhu sistem juga tidak berubah; dt = 0. Dalam situasi ini,
Persamaan menjadi :
∂U
∂V )t dV = 0
dU =¿

Sehingga,
∂U
( )T = 0
∂V

Jika turunan dari energi sehubungan dengan volume nol, energi konstan dari volume. Ini
berarti bahwa energi gas merupakan fungsi hanya suhu. Ini aturan perilaku hukum joule,

11
yang dapat dinyatakan dengan
Kemudian terutama pada percobaan joule-Thomson, telah menunjukkan bahwa hukum
joule adalah tidak tepat benar untuk gas nyata. Dalam hukum joule ini kapasitas panas
dari tong air dan kapasitas panas kecil sehingga gas berkurang besarnya efek di bawah
batas pengamatan. Untuk gas nyata, (du / dv) t adalah jumlah yang sangat kecil, biasanya
positif. Gas ideal mematuhi hukum joule .
Sampai kita memiliki persamaan dari hukum kedua termodinamika, masalah
mengidentifikasi turunan (du / dv) t dengan jumlah mudah terukur. Percobaan Joule, yang
tidak bekerja dengan baik dengan gas, dan tidak cocok untuk cairan dan padatan. Sebuah
keadaan untuk menyederhanakan hal-hal untuk cairan dan padatan. Tekanan yang sangat
besar diperlukan untuk efek bahkan perubahan kecil dalam volume cairan atau padat
disimpan pada suhu konstan. Perubahan energi yang menyertai perubahan isotermal
dalam volume cairan atau padat, dengan mengintegrasikan pers 2.3 dengan dt = 0.

v2
∆ U =∫
v1
( ∂∂VU ) t dV
Awal dan akhir volume v1 dan v2 begitu hampir sama bahwa derivatif adalah konstan
selama rentang ini kecil volume; mengeluarkannya dari bawah tanda integral dan
mengintegrasikan dv, persamaan menjadi

∆U= ( ∂∂ xy ) t dV
Akibatnya, untuk pendekatan yang baik energi semua zat dapat dianggap sebagai fungsi
temperatur saja. Pernyataan itu justru benar hanya untuk gas ideal. Untuk menghindari
kesalahan dalam turunan akan dilakukan bersama. Sehingga turunannya ialah

dU =Cv dT + ( ∂∂VU ) t dV

12
BAB III

KESIMPULAN

Nilai mutlak energi dalam (U) suatu sistem tidak mungkin diketahui, yang
diketahui adalah ukuran perubahan pada energi dalam (ΔU).
Nilai ΔU untuk perubahan energi dalam jika suatu sistem berubah dari keadaan
awal I dengan energi dalam Ui menjadi keadaan akhir f
dengan energi dalam U adalah
ΔU = Uf - Ui
Energi dalam adalah sifat keadaan :
Artinya nilai energi dalam bergantung hanya pada keadaan akhir sistem dan tidak
bergantung pada cara pencapaian keadaan itu.

ENERGI DALAM DAN PERUBAHANNYA


1. Perubahan energi dalam dan hukum termodinamika satu
2. Perubahan energi dari sifat ke sistem
3. Perubahan kedaan dalam volume konstan
∂V
4. Pengukuran ∂ U /¿ t , percobaan joule
¿

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Terjemahan buku karangan Catellan. Lampung : UNLAM


2. Castellan. 1987. Physical Chemistry. California : University Of Maryland
3. http://iqmaltahir.wordpress.com

14

Anda mungkin juga menyukai