Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

SPIROMETRI

Pembimbing:
dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P

Oleh:
Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked J510145078
Bentarisukma Damaiswari Rahmaika , S.Ked J510145048
Hasmeinda Marindratama, S.Ked J510145069
Marini Daniar Cesar, S.ked J510145039

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
SPIROMETRI

Diajukan Oleh :

Aulia Luthfi Kusuma, S.Ked J510145078


Bentarisukma Damaiswari Rahmaika , S.Ked J510145048
Hasmeinda Marindratama, S.Ked J510145069
Marini Daniar Cesar, S.ked J510145039

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada hari tanggal

Pembimbing:
dr. Riana Sari, Sp.P (...............................)

Dipresentasikan dihadapan:
dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P (...............................)

Disaahkan Ka. Progdi Profesi:


dr. D Dewi Nirlawati (..............................)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

17
DAFTAR ISI

Judul 1
Halaman Pengesahan 2
Daftar Isi 3
Daftar Gambar 4
Daftar Tabel 5
BAB I Pendahuluan 6
BAB II Tinjauan Pustaka 7
BAB III Kesimpulan 35
Daftar Pustaka 36

17
DAFTAR GAMBAR

Traktus Respiratorius (Gambar 1) 7


Saluran Napas Atas (Gambar 2) 9
Mukosa Trakea (Gambar 3) 11
Laring Trakea, Bronkus dan cabang-cabangnya (Gambar 4) 12
Bronkus dan cabang-cabangnya dan Alveoli (Gambar 5) 13
Alveoli dan Kapiler (Gambar 6) 15
Inspirasi (Gambar 7) 18
Ekspirasi (Gambar 8) 20
Volume dan Kapasitas Paru (Gambar 9) 21
Pemeriksaan Spirometri (Gambar 10) 23
Spirometri (Gambar 11) 25

17
DAFTAR TABEL

Traktus Respiratorius (Tabel 1) 15


Inspirasi (Tabel 2) 19
Ekspirasi (Tabel 3) 21
Volume dan Kapasitas Respirasi (Tabel 4) 22
Hasil menurut derajat keparahan (Tabel 5) 29

17
BAB I
PENDAHULUAN

Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru mempunyai arti
menguji apakah fungsi paru seseorang berada dalam keaadan normal atau
abormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau
keperluan tertentu. Penurunan fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat
menimbulkan keadaan yang disebut gagal napas dan dapat mendatangkan
kematian pada penderita. Paru-paru adalah situs pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara udara dan darah. 1
Saluran napas bagian atas meliputi hidung, faring dan laring. Saluran
napas bagian bawah dimulai dari trakea sampai ke paru. Kedua paru ditutupi oleh
rongga thoraks, yang terbentuk dari iga, sternum dan kolumna vertebrae dengan
diafragma yang berbentuk kubah memisahkan thoraks dan abdomen. Paru kiri
memiliki dua lobus, dan paru kanan memiliki tiga lobus. Jalan napas, pembuluh
darah, dan limfatik memasuki setiap bagian paru pada akar atau hilus. Paru
dilapisi oleh suatu membran tipis yaitu pleura viseralis, yang dilanjutkan oleh
pleura parietalis yang melapisi permukaan bagian dalam tulang rangka thoraks.
Rongga tipis antarpleura berisi cairan pleura sebagai pelumas. 2
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menentukan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai beratnya obstruksi, berat restriksi, dan efek pengobatan.
Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan
obstruksi atau restriksi dan hal ini dapat dijadikan peringatan dini terhadap
gangguan fungsi paru yang kemungkinan dapat terjad sehingga dapat ditentukan
tindakan pencegahan secepatnya. Spirometri merekam secara grafis atau digital
volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. 3

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Traktus Respiratorius

Traktus Respiratorius

Gambar 1
Sistem pernapasan (Traktus respiratorius) dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah.
Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari bagian-bagian luar rongga dada:
saluran udara pada hidung, rongga hidung, sinus, faring, laring, dan trakea

17
bagian atas. Sedangkan saluran napas bagian bawah terdiri dari bagian-bagian
yang ditemukan dalam rongga dada: trakea bagian bawah dan paru-paru
sendiri, yang meliputi bronkial dan alveoli. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 1. 1
Paru kiri memiliki dua lobus, dan paru kanan memiliki tiga lobus.
Jalan napas, pembuluh darah, dan limfatik memasuki setiap bagian paru pada
akar atau hilus. Paru dilapisi oleh suatu membran tipis yaitu pleura viseralis,
yang dilanjutkan oleh pleura parietalis yang melapisi permukaan bagian dalam
tulang rangka thoraks. Rongga tipis antarpleura berisi cairan pleura sebagai
pelumas. 2

Hidung dan Rongga Hidung


Hidung, fitur menonjol dari wajah, adalah satu-satunya eksternal bagian dari
sistem pernapasan. Udara masuk melalui hidung bukaan eksternal disebut
lubang hidung. Hidung berisi dua rongga hidung, yang dipisahkan kanal
sempit dari satu lain oleh septum terdiri dari tulang dan tulang rawan (Gambar
2). Membran mukosa berada di saluran rongga hidung. Konka hidung adalah
tulang punggung bahwa proyek lateral ke dalam rongga hidung. Konka hidung
ini bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan untuk membasahi dan
pemanasan udara selama inhalasi dan untuk menangkap air tetesan selama
pernapasan.4 Dalam rongga hidung atas adalah reseptor olfaktorius, yang
mendeteksi bahan kimia yang telah menguap dihirup. Saraf penciuman
melewati ethmoid tulang ke otak. 1

Sinus
Sinus (paranasal sinus) adalah ruang udara yang terletak pada tulang
maksilaris, frontal, ethmoid, dan sphenoid dalam tulang tengkorak (Gambar
2). Ruang-ruang sinus ini terbuka ke dalam rongga hidung dan dilapisi dengan
membran mukosa yang berkesinambungan dengan dinding rongga hidung.
Akibatnya, lendir-lendir ada saluran dari sinus ke rongga hidung. Selaput yang
meradang dan bengkak karena hidung infeksi atau reaksi alergi (sinusitis)

17
dapat blok ini drainase tekanan, peningkatan dalam sinus dan menyebabkan
sakit kepala. Sinus mengurangi berat tengkorak. Sinus juga digunakan sebagai
ruang resonansi yang mempengaruhi kualitas suara. 5

Saluran napas bagian atas


Gambar 2

Faring
Faring adalah saluran berbentuk lorong yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring. Akibatnya, biasanya disebut sebagai "tenggorokan,"
Faring memiliki tiga bagian: nasofaring, dimana rongga hidung posterior
terbuka ke langit-langit lunak (palatum mole), yang orofaring, dimana
bergabung dengan rongga mulut dengan faring; dan laryngofaring, yang
membuka ke pangkal tenggorokan (laring). Palatum mole memiliki ekstensi
lunak yang disebut uvula yang dapat dilihat proyeksi ke orofaring tersebut.
Amandel (tonsila palatina) membentuk cincin pelindung di persimpangan

17
rongga mulut dan faring. Tonsila palatina menjadi jaringan limfatik,
mengandung limfosit yang melindungi terhadap invasi patogen. Di sini, kedua
sel B dan sel T yang siap untuk menanggapi untuk antigen yang kemudian
dapat menyerang jaringan internal dan cairan. Dengan cara ini, saluran
pernapasan membantu kekebalan tubuh sistem dalam mempertahankan
homeostasis. Di tenggorokan, saluran udara dan saluran makanan bersilangan
karena laring, yang menerima udara, anterior dari kerongkongan (esofagus),
yang menerima makanan. Laring terletak di bagian atas trakea. Laring dan
trakea biasanya terbuka, sehingga udara untuk lewat, tapi kerongkongan
biasanya tertutup dan hanya terbuka ketika seseorang menelan. 4

Laring
Laring ini adalah pembesaran di jalan napas superior dari trakea dan inferior
dari faring. Laring adalah sebuah jalan untuk udara masuk dan keluar dari
trakea dan mencegah benda asing masuk ke trakea. Laring juga rumah pita
suara. Laring yang terdiri dari kerangka otot dan terikat dengan jaringan
tulang rawan elastis. Terbesar dari kartilago adalah tiroid, krikoid, dan tulang
rawan epiglotis (Gambar 4). 5
Saat makanan ditelan, laring bergerak ke atas terhadap epiglotis (katup
tenggorok), sebuah flap jaringan yang mencegah makanan dari melewati celah
suara ke dalam laring. Dapat dideteksi gerakan dengan menempatkan tangan
dengan lembut pada pangkal tenggorokan dan menelan. 4

Trakea
Trakea (tenggorokan) adalah tabung fleksibel sekitar 2,5 cm dengan diameter
dan 12,5 cm panjang. Memanjang ke bawah anterior kerongkongan dan masuk
ke rongga dada, di mana terbagi menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan
(Gambar 4). Mukosa dari trakea diisi dengan silia yang mengandung banyak
sel goblet. Membran ini terus menyaring udara yang masuk dan untuk partikel
yang terjebak bergerak ke faring dimana lendir dapat ditelan. 5

17
Mukosa Trakea
Gambar 3

Dinding trakea berisi 16-20 potongan-potongan tulang rawan berbentuk C,


yang membuat trakea tetap terbuka. Kesenjangan dalam cincin tulang rawan
posterior tidak lengkap, untuk memungkinkan perluasan kerongkongan ketika
makanan menelan ludah. 1

Bronkus serta cabang-cabangnya


Bronkus kanan dan bronkus kiri adalah cabang-cabang dari trakea yang masuk
ke paru-paru. Strukturnya adalah seperti yang trakea, dengan tulang rawan
berbentuk C dan epitel silia. Dalam paru-paru, masing-masing bercabang
menuju ke masing-masing lobus paru-paru (tiga kanan, dua kiri). 1
Berturut-turut divisi dari cabang-cabang dari trakea (Gambar 4 dan 5) ke
mikroskopis kantung-kantung udara (alveoli) berikut:
1. Bronkus utama (bronchus principalis) kiri dan kanan.
2. Bronkus sekunder, atau bronchus lobaris. Tiga cabang dari bronchus
principalis kanan, dan dua cabang dari kiri.
3. Bronkus tersier, atau bronchus segmentalis. Masing-masing cabang
memasok sebagian dari paru-paru disebut bronkopulmonalis segmen.
Biasanya ada sepuluh di segmen paru kanan dan delapan di segemen paru
kiri.
4. Intralobular bronkiolus (intralobular bronchioles). Cabang kecil ini dari
bronchus segementalis yang masuk ke unit dasar paru, yaitu lobulus. 5

17
Laring, Trakea, Bronkus dan cabang-cabangnya
Gambar 4

5. Bronkiolus terminal (bronchiolus terminalis). Cabang dari bronkiolus. 50 -


80 bronchiolus terminalis menempati lobulus paru-paru.
6. Bronchiolus respiratorius. Dua atau lebih bronchiolus respiratorius
cabang dari setiap bronchiolus terminalis. Pendek dan sekitar 0,5
milimeter dengan diameter, ini struktur disebut "pernapasan" karena
beberapa kantung udara dari sisi, membuat dapat mengambil bagian dalam
pertukaran gas.
7. Duktus alveolar (ductus alveolar). Panjang dua sampai sepuluh,
merupakan cabang dari bronchiolus respiratorius.
8. Kantung alveolar (sacus alveolar). kantung alveolar yang berdinding tipis,
erat dikemas dari duktus alveolar.

17
9. Alveoli. Alveoli yang berdinding tipis, mikroskopis kantung udara yang
terbuka ke kantung alveolar. Dengan demikian, udara dapat berdifusi
bebas dari duktus alveolar, melalui kantung alveolar dan masuk ke alveoli.
5

Bronkus dan cabang-cabangnya dan alveoli


Gambar 5
Paru-paru
Paru-paru berjumlah 2 (berpasangan), merupakan organ berbentuk kerucut
yang menempati rongga dada kecuali untuk mediastinum, daerah pusat yang
berisi bronkus utama, jantung, dan organ lainnya. Paru kanan memiliki tiga
lobus dan paru-paru kiri memiliki dua lobus, memungkinkan ruang untuk
apeks hati. Lobus kemudian dibagi menjadi lobulus, dan setiap lobulus

17
memiliki bronkiolus yang melayani banyak alveoli. Apeksnya (puncak) adalah
bagian sempit superior dari paru-paru, dan basis adalah bagian inferior yang
luas kurva agar sesuai dengan diafragma berbentuk kubah, otot yang
memisahkan rongga dada dari rongga perut. Lateral permukaan paru-paru
mengikuti kontur tulang rusuk dalam rongga dada.
Setiap paru tertutup oleh lapisan ganda membran serosa disebut pleura. Pleura
viseralis melekat ke permukaan paru-paru, sedangkan pleura parietalis yang
melekat ke permukaan rongga toraks. Pleura ini menghasilkan cairan pelumas
serosa yang memungkinkan dua lapisan untuk bergeser terhadap satu sama
lain. Permukaan ketegangan adalah kecenderungan untuk molekul air untuk
berpegang teguh pada masing-masing lain (karena ikatan hidrogen antara
molekul) dan untuk membentuk sebuah tetesan. Tegangan permukaan
memegang dua lapisan pleura bersama-sama ketika paru-paru melakukan
ekspirasi. 4

Alveoli
Ada jutaan alveoli di masing-masing paru-paru, dan luas permukaan total
1
diperkirakan 700 sampai 800 kaki persegi. Setiap inhalasi, udara lewat
melalui bronkus serta cabang-cabangnya menuju alveoli. Sebuah kantung
alveolar (sacus alveolar) terdiri dari skuamosa epitel yang dikelilingi oleh
kapiler darah (Gambar 6). Pertukaran gas terjadi antara udara dalam alveoli
dan darah dalam kapiler. Oksigen berdifusi melintasi alveolar dan dinding
kapiler untuk masuk ke aliran darah, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari
darah di dinding-dinding untuk masuk ke alveoli. Alveoli harus tetap terbuka
untuk menerima udara dihirup jika gas pertukaran terjadi. Pertukaran gas
terjadi di seluruh selaput selular yang lembab namun tegangan permukaan air
lapisan alveoli yang mampu menyebabkan menutup. Alveoli dipenuhi dengan
surfaktan, sebuah film dari lipoprotein yang menurunkan tegangan permukaan
dan mencegah dari penutupan. 4

17
Alveoli dan kapilernya
Gambar 6

Tabel 1 Traktus Respiratorius 4-5


Bagian Deskripsi Fungsi
Saluran napas bagian atas
Hidung Bagian dari wajah Menyediakan pintu masuk ke
berpusat di atas mulut dan rongga hidung; bulu-bulunya
di antara kedua mata mulai filter udara yang masuk
Rongga Rongga di belakang Meneruskan udara ke faring;
Hidung hidung Lapisan mukosanya memfilter,
menghangatkan, menyamakan
suhu dari udara yang masuk
Sinus Rongga-rongga dalam Mengurangi berat tengkorak;
tulang tengkorak berfungsi sebagai ruang
resonansi
Faring Ruang posterior rongga Jalan untuk udara bergerak dari
mulut dan antara rongga rongga hidung ke tenggorokan
hidung dan laring dan makanan bergerak dari
rongga mulut ke kerongkongan
Laring Pembesaran di bagian atas Jalan untuk udara; mencegah

17
trakea benda asing dari memasuki
trakea; tempat pita suara
Saluran napas bagian bawah
Trakea Saluran fleksibel yang Jalan untuk udara; lapisan
menghubungkan laring mukosa lanjut memfilter udara
dengan bronkus
Bronkus Paduan saluran yang lebih Jalan untuk udara menuju
rendah daripada trakea paru-paru
yang masuk paru-paru
Bronkiolus Cabang saluran yang Jalan untuk udara menuju ke
mengarah dari bronkus setiap alveolus
menuju ke alveoli
Paru-paru Lembut, berbentuk Terdiri dari saluran udara,
kerucut organ yang alveoli, pembuluh darah,
menempati sebagian besar jaringan ikat, pembuluh
dalam rongga dada limfatik, dan saraf pada saluran
pernafasan bagian bawah;
Pertukaran udara

B. Mekanisme bernafas
Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan udara dari luar tubuh ke
dalam bronkus beserta cabangnya dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari
gerakan udara. Tindakan bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara
disebut inspirasi atau inhalasi dan ekspirasi atau ekshalasi. 5

Inspirasi
Inspirasi adalah fase aktif ventilasi karena ini adalah fase di mana diafragma
dan musculus intercostalis externus kontraksi (Gambar 7). Dalam keadaan
yang santai, diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma
kontraksi dan mendatar (menurun). musculus intercostalis externus kontraksi,

17
dan tulang rusuk bergerak ke atas dan ke luar. Setelah kontraksi diafragma
dan musculus intercostalis externus, volume rongga dada akan lebih besar
daripada sebelumnya. Dengan meningkatnya volume toraks, memperluas
paru-paru. Sekarang udara tekanan dalam alveoli (disebut tekanan
intrapulmonari) menurun, menciptakan vakum parsial. Dengan kata lain,
tekanan alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar
paru-paru), dan udara secara alami akan mengalir dari luar tubuh ke saluran
pernapasan dan masuk ke alveoli.
Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena
telah membuka; udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya
mengapa terkadang dikatakan bahwa manusia bernapas dengan tekanan
negatif. Pembentukan vakum parsial dalam alveoli menyebabkan udara
masuk paru-paru. Sementara inspirasi adalah fase aktif bernapas, aliran udara
aktual ke alveoli bersifat pasif. 4

17
Inspirasi
Gambar 7

Tabel 2 Inspirasi 5
1. Impuls saraf perjalanan pada saraf frenikus untuk serat otot di diafragma, dan
diafragma kontraksi
2. Diafragma bergerak ke bawah berbentuk kubah, rongga dada mengembang
3. Pada saat yang sama, musculus intercostalis externus kontraksi, meningkatkan
dan memperluas rusuk torakalis sehingga rongga lebih luas.
4. Penurunan tekanan intra-alveolar.
5. Tekanan atmosfer yang lebih besar di luar, membuat udara masuk ke saluran
pernapasan menuju alveoli.
6. Paru-paru terisi oleh udara.

Ekspirasi
Biasanya, ekspirasi adalah fase pasif dari ventilasi, dan tidak ada upaya
dibutuhkan untuk mewujudkannya. Selama ekspirasik, diafragma dan otot-
otot interkostal relaksasi. Oleh karena itu, diafragma membentuk kubah dan
tulang rusuk bergerak ke bawah (Gambar 8). Saat volume rongga toraks
berkurang, paru-paru bebas untuk mundur. Sekarang tekanan udara dalam

17
alveoli (tekanan intrapulmonari) meningkat di atas tekanan atmosfer udara
secara alami akan mengalir ke luar tubuh .
Kehadiran surfaktan menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli.
Surfaktan juga, sebagai pengerut paru-paru, tekanan antara dua lapisan pleura
menurun, dan ini cenderung membuat alveoli tetap terbuka. Pentingnya
tekanan intrapleural dikurangi ditunjukkan saat kecelakaan, yaitu udara
memasuki ruang intrapleural.
Sementara inspirasi adalah fase aktif pernapasan, ekspirasi biasanya pasif
yaitu, diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi saat berakhir.
Namun, ketika bernapas lebih dalam dan / atau lebih cepat, berakhirnya juga
dapat aktif. Kontraksi musculus intercostalis internus dapat memaksa tulang
rusuk bergerak ke bawah dan ke dalam. 4

17
Ekspirasi
Gambar 8

Tabel 3 Ekspirasi 5
1. Diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi.
2. Jaringan elastis paru-paru dan toraks kandang, yang yang membentang selama
inspirasi, tiba-tiba mengerut, dan tegangan permukaan dinding alveolar
menurun
3. Jaringan sekitar paru-paru meningkatkan tekanan intra-alveolar.
4. Udara keluar dari paru-paru.

C. Volume dan Kapasitas Respirasi

17
Volume dan kapasitas paru
Gambar 9

Tabel 4 Volume dan Kapasitas Respirasi6


Nama Nama lain Volume Deskripsi
(mL)
Volume Tidal Volume 500 Volume udara yang diinspirasi atau
Tidal (VT) (TV) diekspirasi setiap kali bernapas normal
Volume Inspiratory 3000 Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi
Cadangan Reserve setelah dan diatas volume tidal normal bila
Inspirasi Volume dilakukan inspirasi kuat
(VCI) (IRV)
Volume Expiratory 1100 Volume udara ekstra maksimal yang dapat
Cadangan Reserve diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir
Ekspirasi Volume ekspirasi tidal normal
(VCE) (ERV)
Volume Residual 1200 Volume udara yang masih tetap berada
Residu (VR) Volume (RV) dalam paru setelah ekspirasi paling kuat
Kapasitas Inspiratory 3500 Jumlah udara yang dapat dihirup seseorang,
Inspirasi Capacity (IC) dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
(KI) pengembangan paru sampai jumlah
maksimum
Kapasitas Functional 2300 Jumlah udara yang tersisa dalam paru pada

17
Residu Residual akhir ekspirasi normal
Fungsional Capacity
(KRF) (FRC)
Kapasitas Vital Capacity 4600 Jumlah udara maksimum yang dapat
Vital (KV) (VC) dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya
Kapasitas Total Lung 5800 Volume maksimum yang dapat
Paru Total Capacity mengembangkan paru sebesar mungkin
(KPT) (TLC)

Keterangan tambahan:
 Kapasitas Inpirasi merupakan jumlah dari volume tidal ditambah volume
cadangan inspirasi
 Kapasitas Residual Fungsional merupakan jumlah dari volume residual
ditambah volume cadangan ekspirasi
 Kapasitas vital merupakan kapasitas paru total dikurangi volume residual.
Kapasitas vital juga merupakan jumlah dari kapasitas inspirasi ditambah
volume cadangan ekspirasi.

D. Spirometri
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan
mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang
disebut spirometri. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di
atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum
terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa
yang menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari
dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang
sesuai di atas gulungan kertas yang berputar.6

17
Pemeriksaan Spirometri
Gambar 10
1. Definisi
Spirometri
merupakan
tes fungsi paru yang paling sering dilakukan, yang mengukurfungsi paru,
khususnya volume dan/atau kecepatan aliran udara yang dapat dihirupdan
dibuang. Tes ini menggunakan mesin yang disebut spirometer untuk
mengukur volume udara terinspirasi dan berakhir dengan paru-paru.
Spirometri merupakan metode pengukuran yang penting yang digunakan
untuk membuat pneumotachographs yang berguna dalam menilai
beberapa keadaanseperti asma, fibrosis paru, cystic fibrosis, dan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK). Spirometri merupakan tes fungsi paru
yang klasik, yang mengukur volume udara yangdiinspirasikan atau
diekspirasikan dalam suatu waktu. 12
2. Indikasi
Beberapa indikasi untuk melakukan uji spirometri yaitu 5
Diagnostik:
- Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal
- Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
- Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru
- Untuk menilai risiko pra-operasi
- Untuk menilai prognosis
- Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat
program
Monitoring
- Untuk menilai intervensi terapeutik

17
- Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi
fungsi paru-paru
- Untuk memantau orang terkena agen merugikan
- Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui
Penurunan Nilai Evaluasi
- Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
- Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi
- Untuk menilai orang karena alasan hukum
Kesehatan Masyarakat
- Survei epidemiologi
- Penurunan persamaan referensi
- Penelitian klinis (PFT2)

Spirometri
Gambar 11

Pada spirometri, dapat dinilai 4 volume paru dan 4 kapasitas paru:13


a. Volume paru:
1. Volume tidal, yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan
ke luardari paru pada pernapasan biasa.

17
2. Volume cadangan inspirasi, yaitujumlah udara yang masih
dapatmasuk ke dalam paru pada inspirasimaksimal setelah
inspirasi biasa.
3. Volume cadangan ekspirasi, yaitujumlah udara yang
dikeluarkan secaraaktif dari dalam paru setelahekspirasi
biasa.
4. Volume residu yaitu jumlah udarayang tersisa dalam paru
setelah ekspirasi maksimal.
b. Kapasitas paru:
1. Kapasitas paru total, yaitu jumlahtotal udara dalam paru
setelah inspirasi maksimal.
2. Kapasitas vital, yaitu jumlah udarayang dapat diekspirasi
maksimal setelahinspirasi maksimal.
3. Kapasitas inspirasi, yaitu jumlahudara maksimal yang dapat
masukke dalam paru setelah akhir ekspirasibiasa.
4. Kapasitas residu fungsional, yaitujumlah udara dalam paru
pada akhirekspirasi biasa.

3. Kontraindikasi
- Pneumotoraks : Pengumpulan udara atau gas dalam rongga
pleura yang berada antara paru dan thoraks.
- Hemoptisis : Darah yang keluar dari system pernafasan
atau paru-paru.
- Infark miokard : nekrosis miokard akibat aliran darah ke
otot jantung yang terganggu.
- Status kardiovaskuler tidak stabil
- Emboli Paru : kondisi medis yang ditandai dengan
pernafasan pendek yang mendadak.

4. Prosedur Pemeriksaan 14

17
Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun
sering kali hasilnya tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa
persiapan sebagai berikut:
- Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan
pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan
manuver yang benar
- Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan
arus udara minimal 1 kali seminggu
- Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman.
Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan
dan manuver yang akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2
jam sebelumnya, tidak makan terlalu kenyang, tidak berpakaian
terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam
sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang.
- Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem
ventilasi yang baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap
waktu akibat manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi
di layar monitor untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek
benar dan maksimal :
- Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan
kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.
- Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan
kemudian udara dikeluarkan dengan dihentakkan serta
melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal. Apabila subjek merasa
pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat menyebabkan
subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous return
ke rongga dada.
- Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP1
adalah volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama
pemeriksaan KVP. Manuver VEP1 seperti manuver KVP.

17
- Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus
ekpirasi maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik
napas semaksimal mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal
segera setelah kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
- Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah
volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas
melalui spirometri dengan sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin
selama minimal 10-15 detik

5. Interpretasi hasil pemeriksaan


Sebelum membaca hasil atau interpretasi hasil dari spirometri,
terdapat beberapa kriteria hasil pemeriksaan spirometri yang dapat
diterima :14
Minimal terdapat 3 hasil acceptable
- Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai
- Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan
tidak ragu-ragu
- Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama
- Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15
detik pada subjek dengan kelainan obstruksi
- Tidak terjadi kebocoran
- Tidak terjadi obstruksi pada mouthpiece
Hasil yang reproducible
- Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan
diantaranya kurang dari 5% atau 0,1 liter
- Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
- Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan
dihentikan dan interpretasi hasil yang didapat dengan menggunakan 3
hasil terbaik yang acceptable
Seleksi nilai untuk interpretasi
- Pilih hasil yang acceptable dan reproducible

17
- Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan
pemeriksaan yang digunakan
- Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan
dengan nilai terbesar kombinasi KVP dan VEP1.

Interpretasi hasil spirometri bias langsung dibaca pada print out


setelah hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai
dengan tinggi badan, umur, berat badan, jenis kelamin, dan ras yang
datanya terlebih dahulu dimasukkan kedalm spirometri sebelum
pemeriksaan dimulai.15

Tabel 5. Hasil menurut derajat keparahan


RESTRIKTIF PENGGOLONGAN OBSTRUKTIF
FCV/nilai FEV1/FVC (%)
prediksi (%)

≥80 NORMAL ≥75

17
60-79 RINGAN 60-74

30-59 SEDANG 30-59

<30 BERAT <30

a) Jenis Gangguan Paru Obstruktif


Tidak dapat menghembuskan udara (Unable to get air out).
FEV1/FVC <75%. Semakin parah obstruksinya jika :
 FEV1 : 60-75% = mid
 FEV1 : 40-29% = moderate
 FEV1 : <30% = severe

Jalan nafas yang menyempit akan mengurangi volume udara


yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi. Amati
bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang panjang.
Ratio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama
dengan peningkatkan kurva, dan plateau tidak tercapai sampai
waktu 15 detik.

b) Jenis Gangguan Paru Restriktif


Tidak dapat menarik nafas (Unable to get air in).

17
 FVC rendah ; FEV1/FVC normal atau meningkat.
 TLC berkurang sebagai Gold Standar.
FEV1 atau FVC menurun, karena jalan nafas tetap
terbuka, ekspirasi bias cepat dan selesai dalam waktu 2-3
detik. Rasio FEV1/FVc tetap normal atau malah
meningkat, tetapi volume udara yang terhirup dan
terhembus lebih kecil dibandingkan normal.
c) Gangguan Fungsi Paru Gabungan (Mixed)
Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan
mencapai plateau. Kapasitas vital berkurang signifikan
dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak
terlalu parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif.

6. Volume Ekspirasi Pertama satu detik pertama


FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) atau VEP1
adalah volume maksimal udara dari ekspirasi paksa pada satu detik
pertama, inspirasi penuh. VEP1 menurun pada keadaan dimana nilai
VEP1 berada di bawah normal (=/> 70%). Bila nilai VEP1 < 70% terjadi
pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis, emfisema dan asma
bronkial.
FVC (Force Vital Capacity) adalah volume maksimal udara
dihembuskan dengan maksimal upaya paksa dari inspirasi maksimal. 2
% FEV1 dapat dicari menggunakan rumus :

Penyakit paru obstruktif


Bronkitis kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestrasi
sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan
dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut.

17
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai
oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta
destruksi dinding alveolar.
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas
cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan dan keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan jalan napas secara periodic dan reversible
akibat bronkospasme. Gejalanya antara lain mengi (wheezing), batuk
produktif sering pada malam hari, napas atau dada seperti tertekan. 8-9

Data-data yang mempengaruhi Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama


 Usia (tahun)
Makin dewasa seseorang makin besar volume respirasinya
 Tinggi badan (cm)
Makin tinggi badan seseorang membuat rongga thorax akan menjadi
bertambah besar yang berpengaruh terhadap volume respirasi
 Berat badan (kg)
Pada orang obesitas volume respirasi akan semakin kecil
 Jenis kelamin
Pada pria volume respirasi lebih besar dari wanita karena perbedaan
rongga thorax dan kontraksi otot pada saat inspirasi lebih kuat

7. Kapasitas Vital
Kapasitas vital (VC =Vital Capacity) adalah jumlah udara maksimum yang
dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru
secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya 6
Kapasitas Vital (KV) paru-paru menurun pada keadaan dimana nilai KV
berada dibawah normal (=/> 80%). Bila nilai KV < 80% terjadi pada penyakit
paru restriktif, yaitu TB paru, skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya
otot-otot pernapasan.
% VC dapat dicari menggunakan rumus :

17
Penyakit paru restriktif
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang
menyerang
jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium tuberkulosis,
dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan
nodus limfe, dll) dengan lokasi terbanyak di paru, yang biasanya merupakan
lokasi primer. 10
Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk
darah.
Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang. Tidak
menimbulkan rasa nyeri, tetapi bisa mengganggu rasa percaya diri anak.
Pleuritis adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada
dua pleura: satu yang melindungi paru (visceral pleura) dan yang lain
melindungi dinding bagian dalam dari dada (parietal pleura). Dua lapisan-
lapisan ini dilumasi oleh cairan pleural. Pleuritis seringkali dihubungkan
dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara dua lapisan dari
pleura. Cairan ini dirujuk sebagai efusi pleura. Serat-serat nyeri dari paru
berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu berakibat pada nyeri
yang tajam pada dada yang memburuk dengan napas, atau pleuritis. Gejala-
gejala lain dari pleuritis dapat termasuk batuk, kepekaan dada, dan sesak
napas.11
Tumor paru diakibatkan oleh sel yang membelah dan tumbuh tak terkendali
pada organ paru, dan biasanya tumor ini berkembang disaluran nafas namun,
bisa pula menyebar keseluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium
yang lebih berbahaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kapasitas Vital

17
Kapasitas paru akan yang meningkat bergantung kepada bentuk anatomi
pasien, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernafasan,
pengembangan rangka dada dan paru, dan kebiasaan berolah raga.
Pada pasien yang mempunyai postur tubuh besar, kapasitas vital paru akan
meningkat bila pasien tersebut mempunyai bentuk paru yang normal.
Kebiasaaan olah raga juga meningkatkan kapasitas paru dikarenakan saat
berolah raga, nafas akan menjadi teratur dan juga membiasakan paru-paru
untuk mengembang maksimal.
Sedangkan faktor-faktor yang menurunkan kapasitas paru ialah kebiasaan
merokok, riwayat pekerjaan, dan pada penderita penyakit paru restriktif (tidak
bisa mengembang dengan baik) seperti TBC paru, skoliosis, pleuritis, tumor
paru, dan otot-otot pernafasan yang lumpuh.
Pasien yang bekerja di daerah yang tingkat polusinya tinggi mempunyai resiko
menurunkan kaapsitas vital parunya. Hal ini disebabkan karena beban polutan
akan terhirup, sehingga jika terlalu sering menghirup polusi, suplai oksigen
bagi tubuhnya akan berkurang dan mengganggu proses bernafas.
Pasien dengan TBC paru mengalami gangguan pada jaringan paru, yaitu
alveol. Skoliosis adalah penyakit paru-paru yang disebabkan karena rusaknya
vertebra thoracalis. Pleuritis merupakan radang pada rongga pleura. Pada
pleuritis, pasien akan merasa nyeri dibagian paru-parunya. Otot-otot
pernafasan yang lumpuh dapat dijumpai pada pernderita stroke.

17
BAB III
KESIMPULAN

1. Spirometri adalah metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah


dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
menggunakan alat yang bernama spirometer dan hasil pengukurannya disebut
spirogram.
2. Volume udara pernafasan terdiri dari Volume Tidal (VT), Volume Cadangan
Inspirasi (VCI), Volume Cadangan Ekspirasi(VCE),Volume Residu (VR).
3. Kapasitas paru terdiri Kapasitas Inspirasi (KI), Kapasitas Residu Fungsional
(KRF), Kapasitas Vital (KV), dan Kapasitas Paru-Paru Total (KPT).
4. Nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif yang terdiri dari TBC
paru, skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan
5. Nilai VEP1 < 70% terjadi pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis
kronis, emfisema dan asma bronkial.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed.


Philadelphia ; F. A. Davis ; 2007
2. Ward JP, Clark RW, Linden RW. At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga
: 2009
3. Miller MR. Standaritation of Spirometry. Available :
http://www.thoracic.org/statements/resources/pfet/PFT2.pdf Accessed Jun
2010
4. Mader, Sylvia S. Understanding Human Anatomy and Physiology. 5th ed.
Albany: Tim McGraw-Hill ; 2004
5. Shier, David. Butler, Jackie. Lewis, Ricki. Hole’s Human Anatomy and
Physiology. 9th ed. Albany: Tim McGraw-Hill ; 2004
6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. In: Irawati,
editor. Jakarta: EGC; 2007.
7. Scribd staff.[updated Jun 2010]Available :
http://www.scribd.com/doc/16869197/VitaLoMeTry , Accessed Jun 2010
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. 6th ed. In : Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani D.
Jakarta : EGC ; 2005
9. Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI ; 2009
10. Soewondo ES. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing; 2009

17
11. Pleuritis. [updated Jun 2010] Available :
http://www.totalkesehatananda.com/pleurisy1.html , Accessed Jun 2010
12. Mawi, M. 2006. Nilai Rujukan Spirometri Untuk Lanjut Usia Sehat.
Universa Medica.Vol.24.no.3
13. Harahap, F dan Endah A. 2012. Uji Fungsi Paru. Continuing Medical
Education. CDK-197/vol.39.no.4
14. Subagyo, A. 2013. Spirometri. Available at : www.klikparu.com (access :
maret 2015)
15. Balai Hiperkes. 2013. Pedoman Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Paru
Menggunakan Spirometri. Balai Hiperkes Surabaya

17

Anda mungkin juga menyukai