Anda di halaman 1dari 7

PROJECT WORK DAN MINI RESEARCH PSG DI POSYANDU

NAMA MAHASISWA : Rahimi EL Yunusiyah


NIM : 5203240023
DOSEN PENGAMPU : Dra Rasita Purba, M.Kes
Erni Rukmana, S.Gz, M.Si
Nila Reswari Haryana, S.Gz, M.Si
MATA KULIAH : Penilaian Status Gizi

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2021
1. Judul Praktikum: Praktik Lapangan Penilaian Status Gizi di Posyandu
2. Tujuan Praktikum:
- Mahasiswa mampu mempraktikkan langsung pengukuran antropometri pada bayi dan
balita di Posyandu
- Mahasiswa mampu mempraktikkan langsung pengukuran antropometri pada ibu hamil
di Posyandu
3. Alat dan Bahan - Alat tulis - Notes - Pita Lila (Lab) - Microtoise (Lab) - Solasi bolak-
balik dan/atau lakban - Alat dokumentasi (kamera/Hp)
4. Cara Kerja
- Mahasiswa datang sebelum Posyandu dimulai dan melakukan briefing kelompok.
- Mahasiswa membagi individu yang bertanggungjawab pada beberapa bagian, yaitu :
a. BB bayi/balita menggunakan dacin : 2 orang
b. PB dan lingkar kepala pada bayi/balita menggunakan infantometer dan pita lila : 2
orang
c. Pengukuran BB, TB dan lila pada ibu hamil dan balita (yang sudah mampu berdiri)
menggunakan timbangan badan, microtoise : 2 orang
- Selain melakukan pengukuran, setiap individu yang diukur wajib dituliskan pada notes
masing-masing mahasiswa (Format seperti poin no. 5)
- Setiap 10 balita atau 5 ibu hamil, mahasiswa diwajibkan untuk rolling/bertukar dengan
urutan Dacin (BB bayi)  Infantometer (PB dan Lingkar kepala)  Timbangan, microtoise
pita ukut (BB, TB, Lila)
5. Hasil Pengamatan

Tanggal kegiatan : Sabtu, 13 November 2021

Nama Posyandu : Posyandu Saung PTP 2 WKSS PKK Marelan

Tempat : Medan Marelan

Alamat : Jalan Kapten Rahmad Buddin Gg. Sawo, Kelurahan Paya Pasir,
Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

No. Nama TTL (usia) JK BB TB/PB LK LILA


1. Aura Zahra 12 Perempuan 11 kg PB = 90 50,5 cm -
Ratifa (Balita) Februari cm
2019 TB = 89,3
cm
2. Latifah 16 Perempuan 3,6 PB = 55 34 cm -
Kholijah (Bayi) Oktober gram cm
2021 TB = 54,3
cm
3.. Bella Shafira 06 Juli Perempuan 53 kg PB = 150 - 31,5 cm
(Ibu Hamil) 1987 cm Normal
TB = : 23,5
149,3 cm cm
(WHO)
4. Riri 25 Perempuan 50 kg PB = 150 - 30 cm
Desember cm Normal
1983 TB = : 23,5
149,3 cm (WHO)

Hasil SKDN :

KETERANGAN :

D/S= 12/16×100=75 %

N/D= 11/12×100=91,66 %

K/S= 12/16×100=75 %

N/S= 11/16×100=40.8 % = 68,75%

S (Sasaran Balita) : 16 anak

K(Kartu Menuju Sehat) : 12anak


D (Balita yang ditimbang BB nya) : 12 anak

N (Balita yang naik BB nya) : 11 anak

6. Pembahasan
Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya manusia dan metri yang
berarti ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus
berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan
perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya.
Perbandingan Teori dengan Praktik lapangan :
a. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada masa bayi dan
balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan
sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 1995, p.38).
- Pada teori, pengukuran berat badan bisa dilakukan dengan menggunakan
timbangan manual, dan digital, tetapi lebih disarankan untuk menggunakan
timbangan digital untuk hasil yang lebih akurat. Namun pada praktik di
lapangannya, yang tersedia hanya timbangan manual.
- Pada teori, pengukuran berat badan, bayi harus dalam keadaan tenang, tidak
boleh bergerak-gerak. Namun pada praktik di lapangannya, bayi terus menerus
menangis ketika tidak bersama ibunya, sehingga jarum timbangan tidak bisa
optimal berhenti lama.
- Pada pencatatan pengukuran berat badan, praktik pada lapangannya sudah sesuai
dengan teori, yaitu dengan pengukuran ulang 2-3 kali, hingga mendapatkan rata-
rata.
b. Tinggi Badan
Tinggi badan (TB) merupakan komponen yang fundamental sebagai indikator status
gizi, dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan. Sehingga
pengukuran tinggi badan seseorang secara akurat sangatlah penting untuk
menentukan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), selain itu tinggi badan dapat
digunakan sebagai pengukur Basal Metabolism Rate (BMR) (N. Yabanci et al.,
2009).
- Pada teori, pengukuran tinggi badan subjek harus berdiri tegak, dengan
pandangan lurus kedepan. Namun pada praktik dilapangannya, subjek balita
tidak berdiri tegak dan pandangannya tidak lurus kedepan.
- Pada pencatatan pengukuran tinggi badan, praktik pada lapangannya sudah
sesuai dengan teori, yaitu dengan pengukuran ulang 2-3 kali, hingga
mendapatkan rata-rata.
c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala diukur dengn pita ukur yang elastis, melingkar dari bagian paling
menonjol dahi, melewati bagian atas telinga, sampai bagian paling menonjol
dibagian kepala.
• Pada pengukuran lingkar kepala sudah tepat secara teori dan praktik lapangan
dengan menggunakan pita pengukur yang tidak elastic atau tidak bisa
diregangkan.
• Pada pengukuran lingkar kepala sudah tepat secara teori dan praktik lapangan
dengan melingkarkan pita di atas alis dan telinga serta melingkar di sekitar bagian
kepala yang menonjol.
• Pada pencatatan pengukuran lingkar kepala sudah tepat secara teori dan praktek
dengan pengulangan pengukuran 2-3 kali sampai menemukan rata-rata.
d. Lingkar Lengan Atas
Pengukuran lingkar lengan atas merupakan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas juga mencerminkan
tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh
cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein untuk
mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR.
o Pada pengukuran LILA sudah tepat secara teori dan praktik lapangan dengan
melingkarkan pita pengukur pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan
ujung siku dalam ukuran cm.
o Pada pengukuran LILA sudah tepat secara teori dan praktik lapangan dengan
melingkarkan pita pengukur dengan tidak terlalu ketat dan tidak terlalu
longgar.
o Pada pencatatan pengukuran LILA sudah tepat secara teori dan praktek
dengan pengulangan pengukuran 2-3 kali sampai menemukan rata-rata.
- Sebutkan kendala dan bagaimana mengatasinya
Jawab :
• Saat sebelum hari H kader posyandu sulit untuk dihubungi, maka cara
mengatasinya dengan kami datang langsung menemui kader posyandu tersebut.
• Untuk anak-anak sulit untuk diarahkan serta terlihat takut, maka kami
mengatasinya dengan memberikaan hadiah seperti jajanan agar anak-anak patuh
dan tidak takut kepada kami.
• Dan aalt-alat yang digunakan di posyandu tidak lengkap dan tidak banyak, maka
cara mengatasinya dengan menyiapkan alat sendiri.
- Hasil pengukuran SKDN dan interpretasikan
Jawab :
• Saat sebelum hari H kader posyandu sulit untuk dihubungi, maka cara
mengatasinya dengan kami datang langsung menemui kader posyandu tersebut.
• Untuk anak-anak sulit untuk diarahkan serta terlihat takut, maka kami
mengatasinya dengan memberikaan hadiah seperti jajanan agar anak-anak patuh
dan tidak takut kepada kami.
• Dan alat-alat yang digunakan di posyandu tidak lengkap dan tidak banyak, maka
cara mengatasinya dengan menyiapkan alat sendiri.

7. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Dari hasil pengukuran antropometri dan pemeriksaan pada balita, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara semuanya. Semua balita berstatus
gizi baik dan normal, jika dilihat dari indeks antropometri BB/U, BB/TB, dan IMT/U.
Selama penelitian, kendala yang dialami oleh tenaga kesehatan yaitu adanya bayi yang
menangis, balita yang sulit diatur dan kesulitan mendapatkan ibu hamil memeriksakan
kandungannya ke posyandu
Alat yang kurang lengkap menjadikan tenaga kesehatan menjadi sulit untuk mendapatkan
hasil yang akurat.
Saran
Disarankan kepada kader posyandu agar lebih mengkordinasi alat dan bahan untuk
pengukuran balita dan ibu hamil pada saat pelaksanaan posyandu.
Disarankan agar kader posyandu untuk lebih mempelajari ilmu dalam pengukuran yang
di butuhkan pada saat pelaksanan posyandu.
Seperti memberikan masukan kepada petugas kesehatan dan kader posyandu agar
memberikan penyuluhan kepada para orang tua balita dan ibu hamil dan menyesuaikan
metode dan materi penyuluhan agar sederhana dan mudah dipahami oleh responden.
Dengan mengetahui jenis pekerjaan responden, dapat diketahui waktu luang yang
tersedia bagi responden, sehingga dapat digunakan sebagai patokan dalam
menyelenggarakan Posyandu atau penyuluhan massai, sehingga pada saat pelaksanaan
akan banyak yang hadir. Karena Salah satu penyebab kurangnya partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan Posyandu adalah kurangnya informasi. Oleh karena itu, masih
diperlukan peranan Kader, petugas kesehatan dalam menyebarluaskan informasi yang
lebih mendalam mengenai Posyandu, kegiatan, dan sasarannya.

8. Daftar Pustaka
Vitriani Okta, Tegar Prastiwi A. (2018). Hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) Ibu
Hamil Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di Rumah Bersalin Cempedak Tahun 2013.
Jurnal Ibu dan Anak. Vol. 2 No.1 . 2721-0499.

Shabariah Rahmini, Farsida, Parameswari Indri. (2019). Hubungan Ukuran Lingkar Kepala
dengan Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan di Posyandu RW 03 Mustika Jaya.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 15 No.1. 2549-6883.

Lembong Elazmanawati, Lara Gemilang U., Ardiansah Irfan. (2019). Penilaian Status
Gizi Balita dan Ibu Hamil RW 01 Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten
Sumedang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.

Rusdiarti. (2019). Analisis Pengukuran Ketepatan Antropometri Tinggi Badan Balita


Pada Pelatihan Kader Posyandu Di Panduman Kecamatan Jelbuk. Jurnal
Penelitian Informasi Kesehatan. Vo. 11 No.2. 2622-5905.

Anda mungkin juga menyukai