Anda di halaman 1dari 47

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN UJIAN TENGAH SEMESTER


MANAJEMEN PROYEK INDUSTRI-01

PROJECT SELECTION DAN PROJECT APPRAISAL

Disusun oleh

Ade Andita Putri


Arnindito Rizhandi
Nisa Methilda A.R.
Sholeh Nur Udin
Tasya Ulfa Y.

3 November 2020

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
NOVEMBER 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBARiv

DAFTAR TABEL v

BAB 1 PROJECT IDENTIFICATION 1

1.1. Latar Belakang dan Tujuan......................................................................1

1.2. Visi dan Objektif Jangka Panjang............................................................2

1.3. Project Selection Criteria.........................................................................2

1.4. Brainstorming dan Pemilihan Kandidat Proyek.......................................3

1.5. Project Scoring: Analisis SWOT dari Usulan Ide-Ide Baru....................5

1.6. Scoring dan Screening 3 Ide Besar..........................................................8

BAB 2 PROJECT APPRAISAL 2

2.1. Layar Anti Blue-Light..............................................................................2

2.1.1. Market Appraisal..............................................................................2

2.1.2. Technical Appraisal.........................................................................3

2.1.3. Financial Appraisal..........................................................................7

2.1.4. Economical Appraisal......................................................................8

2.1.5. Ecological Appraisal........................................................................9

2.2. Handcream Anti-Bakteri..........................................................................9

2.2.1. Market Appraisal..............................................................................9

2.2.2. Technical Appraisal.......................................................................12

2.2.3. Economical Appraisal....................................................................15

2.2.4. Financial Appraisal........................................................................16

2.2.5. Ecological Appraisal......................................................................17

2.3. Degradable Bubble Wrap......................................................................17


ii Universitas Indonesia
2.3.1. Market Appraisal............................................................................17

2.3.2. Technical Appraisal.......................................................................18

2.3.3. Economical Appraisal....................................................................21

2.3.4. Financial Appraisal........................................................................22

2.3.5. Ecological Appraisal......................................................................23

2.4. Eye Mask................................................................................................23

2.4.1. Market Appraisal............................................................................23

2.4.2. Technical Appraisal.......................................................................24

2.4.3. Economical Appraisal....................................................................26

2.4.4. Financial Appraisal........................................................................26

2.4.5. Ecological Appraisal......................................................................27

BAB 3 KESIMPULAN 28

3.1. Kesimpulan............................................................................................28

3.2. Rencana ke Depan..................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA 30

iii Universitas Indonesia


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Layar Anti Blue-Light.........................................................................2


Gambar 2.2. Langkah Pembuatan Layar Anti Blue-Light.......................................3
Gambar 2.3. Produk yang mengalami peningkatan pembelian pada bulan Februari
dan Maret...............................................................................................................10
Gambar 2.4. Penjulan pada segmen hand sanitizer...............................................10
Gambar 2.5. Vaseline Hand Cream + Anti Bac 2 In 1..........................................11
Gambar 2.6. Langkah Pembuatan Hand Cream....................................................14
Gambar 2.7. Alat Utama Proses Homogenasi........................................................15
Gambar 2.8. Prediksi peningkatan pengguna e-commerce di Indonesia...............18
Gambar 2.9. Proses Pembuatan Biodegradable Plastic Secara Umum.................20
Gambar 2.10. Alat Pembuat Bubble Wrap............................................................21
Gambar 2.11. MegRhythm Steam Eye Mask..........................................................24
Gambar 2.12. Bentuk penampang eye mask..........................................................25
Gambar 2.13. Elemen Heating source pada eye mask...........................................26

iv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Zat Pewarna dan Panjang Gelombang Cahaya yang Dapat Disaringnya
..................................................................................................................................4
Tabel 2.2. Berbagai Jenis Film Polimer...................................................................4
Tabel 2.3. Kapasitas produksi PVC dari berbagai supplier di Indonesia................6
Tabel 2.4. Bahan baku blue dye layer dan sumbernya.............................................7
Tabel 2.5. Financial Appraisal Produk Anti Blue-Light..........................................8
Tabel 2.6. Contoh Formulasi hand cream..............................................................14
Tabel 2.7. Kapasitas produksi gliserin di Indonesia..............................................15
Tabel 2.8. Financial Appraisal Produk Hand Cream Anti-bakteri.......................17
Tabel 2.9. Kapasitas produksi PET dari beberapa supplier di Indonesia..............22
Tabel 2.10. Financial Appraisal produk Degradable Bubble Wrap.......................23

v Universitas Indonesia
BAB 1
PROJECT IDENTIFICATION

Latar Belakang dan Tujuan


Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan bagi
masyarakat di seluruh penjuru dunia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
mencegah dan mengontrol penyebaran virus yang sangat menular ini. Dalam
usaha mencegah penularan yang semakin luas, berbagai kegiatan sehari-hari
manusia terpaksa harus dibatasi. Pembatasan kegiatan ini memberikan dampak
yang signifikan dalam penurunan laju ekonomi masyarakat. Dengan ini dapat
dikatakan kesehatan dan ekonomi merupakan sektor yang sangat terpengaruh oleh
adanya pandemi COVID-19.
Namun di samping itu, pandemi COVID-19 juga mempengaruhi hingga
bagian terkecil dari kebiasaan hidup manusia saat ini. Pertama, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa orang harus
menggosok tangan setidaknya selama 20 detik dengan sabun dan air mengalir atau
menggunakan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60% alcohol
secara rutin untuk mencegah penyebaran kuman. Sementara itu Dr. Marry
Stevenson, asisten professor dermatologi d NYU Langone Health mengatakan
bahwa sering mencuci tangan dapat membuat kulit menjadi kering dan hal ini
dapat diatasi dengan melembabkan tangan. Kekhawatiran akan hal ini
membuahkan satu ide proyek yang akan dibahas pada bagian 1.4.
Selanjutnya salah satu bentuk usaha pengendalian penyebaran COVID-19
adalah dengan imbauan untuk tetap di rumah. Hal ini menimbulkan beberapa
masalah baru. Pertama, berada di rumah menyebabkan mode jual-beli yang
biasanya dilakukan secara langsung berpindah menjadi mode daring. Hal ini
meliputi pembelian makanan lewat layanan pesan antar, maupun pembelian
barang-barang lewat situs jual-beli online. Seluruh proses ini membutuhkan
kemasan yang umumnya berbahan dasar plastik. Hal ini menyebabkan banyaknya
plastik yang dikonsumsi dan nantinya dapat berakhir sebagai sampah. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh LIPI (2019) yang menyatakan
bahwa selama pandemi, produksi sampah plastik domestic meningkat dari 1 – 5
1 Universitas Indonesia
2

gram menjadi 5 – 10 gram per hari per individu. Pernyataan ini tentu menjadi
masalah yang bertolak belakang dengan usaha pengurangan penggunaan plastik
yang sedang digencarkan belakangan ini.
Kedua, pandemi mengakibatkan sekitar satu juta pekerja menjalankan work
from home (WFH) serta sekitar 45.5 juta siswa juga diharuskan melakukan
pembelajaran jarak jauh (PJJ) (Media Indonesia, 2020). Kedua hal ini
menyebabkan baik pekerja maupun siswa diharuskan bekerja di depan layar
perangkat elektronik setiap harinya. Menurut seorang dokter spesialis mata di
Siloam Hospital, menatap layar perangkat elektronik terlalu lama dapat
menimbulkan computer vision syndrome yang meliputi berbagai keluhan seperti
mata kering, mata merah, mata lelah, dan sebagainya.
Dari ketiga masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pandemi COVID-19 juga berdampak pada aspek-aspek kecil dari kebiasaan hidup
manusia sehari-hari. Maka dari itu di sini penulis memiliki tujuan membuat ide-
ide proyek yang dapat mengurangi dampak samping yang disebabkan oleh
pandemi COVID-19.

Visi dan Objektif Jangka Panjang


Di tengah pandemi global COVID-19 yang telah berlangsung selama
beberapa bulan, tentunya telah mengubah beberapa aspek dari kebiasaan hidup
manusia sehari-hari. Dilansir dari BBC News, para pakar mengatakan bahwa
masih diperlukan waktu yang lama untuk kembali ke kehidupan normal seperti di
awal tahun ini, yaitu sebelum adanya pandemi. Menurut WHO, diperlukan
adaptasi kebiasaan baru untuk menghindari COVID-19 yang tentunya akan
berdampak kepada kehidupan manusia hingga setelah berakhirnya pandemi
COVID-19.
Visi dan objektif jangka panjang yang ingin dituju oleh penulis pada
manajemen proyek kali ini adalah “Melaksanakan proyek pembuatan produk yang
bermanfaat tinggi dengan perencanaan dan monitoring yang baik untuk mencapai
mutu yang bersaing di tingkat regional, dengan biaya yang efisien dan tepat
waktu”.

Universitas Indonesia
3

Project Selection Criteria


Dari latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat
dilakukan seleksi proyek dengan beberapa pertimbangan berdasarkan proses
scoring terhadap kriteria dan bobot yang juga telah tentukan masing-masing
nilainya.
Dalam pemilihan proyek ini, dibuat lima buah kriteria yang masing-
masingnya dikategorikan berdasarkan tingkat kepentingan yang dapat dilihat dari
pembobotan yang dibebankan kepadanya. Secara umum kriteria dipilih dari
bagaimana performa proyek untuk memenuhi atau mencapai tujuan yang telah di
sebutkan sebelumnya. Secara lebih rinci akan dipaparkan dibawah ini bagaimana
kriteria pemilihan tersebut dibebankan kepada tiap-tiap proyek.
1. Likely Profit, yaitu bagaimana proyek ini kedepannya dapat memberikan
keuntungan. Karena dilatar belakangi kondisi pademi Covid-19, maka
diharapkan produk-produk yang dihasilkan dapat memenuhi kekosongan
sebagaian pasar selama pademi dan memperoleh profit.
2. Implementation, meliputi kemudahan tahapan proses untuk proyek
berbasis proses, dan meliputi kemudahan pemakaian hingga keamanan
untuk proyek berbasis produk.
3. Time of Impact, merupakan waktu yang dibutuhkan hingga dampak dari
suatu proyek dirasakan oleh masyarakat luas.
4. Environmental Impact, merupakan dampak yang disebabkan oleh proyek
kaitannya dengan lingkungan.
5. Flexibility, meliputi fleksibilitas implementasi proyek atau penggunaan
produk.

Brainstorming dan Pemilihan Kandidat Proyek


Meninjau kembali jika berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat diperoleh poin-poin penting yang dapat menginisiasi tujuan
dilakukannya proyek. Lalu untuk mencapai tujuan tersebut muncul ide-ide yang
cukup bervariasi dan beragam dari berbagai sudut pandang hingga akhirnya dalam
tulisan ini diperoleh 8 ide yang akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.

Universitas Indonesia
4

1. Handcream dengan kandungan Antibakteri


Penggunaan bahan sanitasi berdasar alkohol dapat menyebabkan
kerusakan kulit jangka panjang sehingga dikembangkan sebuah formulasi
untuk menjaga kesehatan kulit sekaligus mengandung bahan antibakteri
dan antiviral sehingga mendukung kegiatan sehari-hari selama pademi.
2. Daur ulang kemasan primer produk skincare
Penggunaan produk kecantikan terus bertambah seiring tahun hingga
tahun ini mencapai 22.2 juta produk yang berasal dari tiga e-commerce.
Kemasan produk kecantikan dapat digolongkan pada sampah yang dapat
di daur ulang.
3. Daur ulang kemasan sekunder produk skincare
Hampir serupa dengan ide sebelumnya, namun ide ini kaitannya dengan
kemasan sekunder yang digunakan untuk melindungi kemasan produk
didalamnya, misalnya penggunaan kemasan kardus dll. Sampah ini juga
tergolong dapat didaur ulang.
4. Plastik antibakteri untuk pesan antar makanan
Selama periode ini, peningkatan penggunaan plastik cukup terlihat
meningkat pesat seiring dengan tren pasar menggunakan jasa antar
makanan dimana tiap restoran akan memerlukan plastik dalam kapasitas
besar. Plastik antibakteri dirasa akan memberi rasa aman bagi konsumen
dan terjaganya makanan dari kontaminasi.
5. Degradable bubble wrap
Pembelian produk secara online terus meningkat, per 2020 di tiga e-
commerce terbesar di Indonesia. Pemakaian bubble wrap yang semakin
melonjak dikhawatirkan menjadi sumber sampah baru yang tergolong
plastik yang sulit didegradasi secara alami. Maka dikembangkan bubble
wrap yang ramah lingkungan.
6. Lapisan layar filter blue light
Masa WFH membuat masyarakat menghabiskan waktu lebih lama di
depan layar yang berpengaruh buruk terhadap mata. Produk ini dapat
digunakan untuk berbagai jenis gadget dengan pengaplikasian yang

Universitas Indonesia
5

mudah. Kemudahan penggunaan tidak mengurangi manfaat yang


diperoleh dan mencegah terjadinya kerusakan mata.
7. Obat tetes mata untuk iritasi akibat blue light
Ide ini juga dilatar belakangi penerapan WFH di hampir semua sektor
dan durasi penggunaan perangkat digital meningkat sehingga
kecenderungan kerusakan mata juga mengingkat. Maka dikembangkan
produk yang dapat mengobati iritasi mata tersebut dangan kemasan yang
praktis dan mudah digunakan.
8. Eye mask untuk mata yang terpapar blue light
Dilatarbelakangi masalah WFH seperti 2 ide sebelumnya, namun ide ini
mengembangkan sebuah produk yang memberikan kenyaman terhadap
mata yang lelah dan memanjakan kuilt di sekitar mata termasuk
menutrisi kulit dan mencegahh mata panda muncul bagi yang meliliki
masalah kesulitan tidur.

Project Scoring: Analisis SWOT dari Usulan Ide-Ide Baru


1.1 Hand cream anti bakteri
 Strength
Proses manufaktur sudah diketahui dan kemasannya yang kecil sangat
fleksibel untuk dibawa serta dipakai di mana saja.
 Weakness
Tidak mampu untuk meningkatkan investasi yang besar, karena produk
yang jarang digunakan serta cukup mahal.
 Opportunities
Pendapatan per kapita Indonesia untuk produk skincare pada produk
hand & body terus meningkat, dan diprediksi akan bertumbuh sebesar
5,7% (CAGR 2020-2023)
 Threat
Harga produk hand cream cukup mahal dibandingkan hand sanitizer
biasa yang telah familiar di masyarakat untuk membasmi bakteri.
1.2 Daur ulang kemasan primer produk skincare

Universitas Indonesia
6

 Strength
Proses manufaktur daur ulang sudah diketahui dan bahan utama murah
serta mudah didapatkan
 Weakness
Pengelolaan sampah masih kurang baik, sehingga dapat mempengaruhi
tingkat kontaminasi.
 Opportunities
Pembelian produk kecantikan terus meningkat, per 2020 pada tiga e-
commerce terbesar di Indonesia mencapai 22,2 juta produk.
 Threat
Kandungan kimia yang terkandung dalam berbagai jenis skincare dapat
berbahaya apabila tidak di treatment dengan benar.
1.3 Daur ulang kemasan sekunder produk skincare
 Strength
Proses manufaktur daur ulang sudah diketahui dan bahan baku utama
murah serta mudah didapatkan.
 Weakness
Pengelolaan sampah masih kurang baik, sehingga dapat mempengaruhi
tingkat kontaminasi.
 Opportunities
Pembelian produk kecantikan terus meningkat, per 2020 pada tiga e-
commerce terbesar di Indonesia mencapai 22,2 juta produk.
 Threat
Lapisan tambahan pada karton dapat mempengaruhi proses daur ulang
1.4 Plastik anti bakteri untuk pesan antar makanan
 Strength
Produk dibutuhkan untuk mencegah adanya bakteri pada makanan saat
diterima oleh pelanggan.
 Weakness
Penjualan produk plastik anti bakteri akan lebih mahal dibandingkan
dengan plastik pada umumnya.

Universitas Indonesia
7

 Opportunities
Peningkatan jumlah penggunaan plastik untuk jasa pesan antar makanan
pada masa pandemi.
 Threat
Adanya pembatasan jumlah plastik untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dan kurang sadarnya penggunaan atas jenis plastik.
1.5 Degradale bubble wrap
 Strength
Lebih mudah terdegradasi dibandingkan dengan bubble wrap biasa
sehingga tidak akan menumpuk menjadi sampah plastik.
 Weakness
Belum adanya penelitian terkait bubble wrap yang bisa terdegradasi dan
keuntungan yang dihasilkan jika memproduksi bubble wrap ini tidak
besar.
 Opportunities
Pembelian produk online terus meningkat, per 2020 pada tiga e-
commerce terbesar di Indonesia.
 Threat
Kurangnya pengetahuan konsumen terhadap jenis bubble wrap.
1.6 Lapisan layar filter blue-light
 Strength
a. Dapat digunakan untuk berbagai jenis gadget
b. Dapat digunakan oleh semua kalangan
c. Pengaplikasian yang mudah
d. Proses manufaktur sudah diketahui
 Weakness
Karena terbuat dari plastik, maka produk ini akan menambah jumlah
sampah plastik di lingkungan.
 Opportunities
Selama pandemi, kegiatan perkantoran dan sekolah dilakukan secara
online yang dapat menghabiskan waktu lebih lama di depan layar dan
berpengaruh buruk terhadap mata.
Universitas Indonesia
8

 Threat
Sudah terdapat kompetitor di pasaran.
1.7 Obat tetes mata untuk iritasi akibat blue-light
 Strength
a. Produk sudah dikenal oleh masyarakat
b. Proses manufaktur sudah diketahui
c. Kemasan praktis dan mudah digunakan
 Weakness
Masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai efek negatif jika
digunakan secara berlebihan.
 Opportunities
Akibat pandemi berbagai kegiatan perkantoran dan pendidikan dilakukan
secara online. Hal ini menyebabkan kegiatan menatap layar memakan
waktu lebih lama dan dapat berakibat buruk terhadap mata.
 Threat
Beberapa produk serupa sudah diproduksi oleh manufaktur yang cukup
besar.
1.8 Eye mask untuk mata lelah akibat terpapar blue-light
 Strength
Produk eye mask mudah digunakan dan nyaman dipaki oleh pengguna.
 Weakness
a. Produk tidak menjangkau seluruh masyarakat, karena jenis produk
ini biasanya digunakan oleh orang-orang tertentu seperti pekerja
kantoran atau mahasiswa yang sering menatap layar cukup lama.
 Opportunities
Potensi penggunaan eye mask meningkat selama pandemi, karena
kegiatan WFH dan belajar online yang dilakukan selama pandemi.
Kegiatan tersebut menyebabkan seseorang menatap layar lebih lama dari
biasanya dan menyebabkan mata mudah lelah.
 Threat
Produk serupa sudah ada di pasaran dan diproduksi oleh prusahaan cukup
besar.
Universitas Indonesia
9

Scoring dan Screening 3 Ide Besar


Pemberian scoring menggunakan 5 kriteria sebagai berikut serta besar
pembobotannya:
Tabel 1.1. Kriteria Pemilihan Proyek

Criteria Description Weight (%)


Perkiraan keuntungan yang bisa
Likely Profit 25
didapatkan dari proyek
Meliputi kemudahan proses
untuk proyek berbasis proses,
Implementation dan meliputi kemudahan 20
pemakaian hingga keamanan
untuk proyek berbasis produk
Waktu yang dibutuhkan hingga
Time of impact dampak proyek dirasakan oleh 25
masyarakat luas
Dampak yang disebabkan oleh
Environmental Impact 20
proyek kepada lingkungan
Fleksibilitas implementasi
Flexibility 10
proyek atau penggunaan produk

Hasil dari project screening ditunjukkan pada tabel 1.2. di bawah ini.
Keterangan:
1. Handcream dengan kandungan Antibakteri
2. Daur ulang kemasan primer produk skincare
3. Daur ulang kemasan sekunder produk skincare
4. Plastik antibakteri untuk pesan antar makanan
5. Degradable bubble wrap
6. Lapisan layar filter blue light
7. Obat tetes mata untuk iritasi akibat blue light
8. Eye mask untuk mata yang terpapar blue light

Universitas Indonesia
Tabel 1.2. Penilaian Proyek

Project Ideas
Criteria
1 2 3 4 5 6 7 8

Likely Profit (25%) 2 2 2 3 3 4 4 3

Implementation (20%) 4 1 2 3 4 3 2 3

Time of impact (20%) 3 3 1 1 1 5 4 5

Environmental Impact (25%) 3 5 5 2 5 3 2 2

Flexibility (10%) 5 2 3 2 3 5 2 3

Total score (Score x Weight) 3.15 2.75 2.65 2.25 3.3 3.85 2.9 3.15

Berdasarkan hasil screening, dihasilkan 4 produk yang memiliki hasil tertinggi, yaitu Blue Light Filter Screen, Degradable Bubble
Wrap, Anti-Bacterial Hand Cream, dan Eye Mask.

1 Universitas Indonesia
BAB 2
PROJECT APPRAISAL

Layar Anti Blue-Light


Layar anti blue-light merupakan sebuah lapisan film yang ditempelkan
pada layar perangkat elektronik dengan tujuan menyaring cahaya layar yang
menyilaukan mata. Berikut adalah bentuk produknya.

Gambar 2.1. Layar Anti Blue-Light


Sumber: Barrett et al., 2019.

Market Appraisal
 Demand
Pada masa pandemi ini banyak merubah tatanan yang ada di masyarakat,
salah satunya adalah sistem yang diterapkan pada kantor dan sekolah. Pada tahun
2020, diterapkan sistem pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Di
mana PSBB mengharuskan perusahaan dan sekolah memberlakukan sistem work
from home (WFH). Berdasarkan data yang didapat, 3992 perusahaan
melaksanakan WFH, sekitar 1.063.609 pegawai diharuskan bekerja di depan layar
hampir setiap harinya (Media Indonesia). Sedangkan pelajar (SD-SMA) juga
diharuskan belajar di rumah sebanyak 45,5 juta siswa.
 Competitor
Pada saat ini banyak beredar di pasaran produk screen protector, namun
kebanyakan dari produk masih belum memiliki kemampuan untuk menyaring
blue light.

2 Universitas Indonesia
3

 Production Possibilities
Pembuatan blue light filter screen ditujukan untuk penduduk di Indonesia
yang berada pada usia produktif, yaitu sekitar 42,17 penduduk. Dengan
menerapkan market share, produksi ditargetkan menghasilkan 2,11 juta produk
per tahunnya.

Technical Appraisal
Penilaian aspek teknis dari ide proyek ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu
dari analisis proses produksi dan ketersediaan bahan baku.
 Analisis Proses
Layar anti blue-light secara umum tersusun dari lapisan yang menyaring
berbagai jenis gelombang cahaya. Maka dari itu proses pembuatan layar anti blue-
light adalah sebagai berikut.

Gambar 2.2. Langkah Pembuatan Layar Anti Blue-Light


Sumber: Barrett et al., 2019.

Jenis-jenis pewarna layar (dyes) berdasarkan panjang gelombang cahaya


yang dapat disaringnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Universitas Indonesia
4

Tabel 2.1. Zat Pewarna dan Panjang Gelombang Cahaya yang Dapat Disaringnya

Sumber: Barrett et al, 2019.

Jenis-jenis bahan film yang digunakan sebagai pondasi layar anti blue-light
beserta karakteristiknya masing-masing dapat dilihat di Tabel 2.2. berikut.
Tabel 2.2. Berbagai Jenis Film Polimer

Sumber: Barrett et al., 2019.

Layar anti blue-light pada umumnya terdiri dari 6 lapisan dasar berikut.
Universitas Indonesia
5

1.) Matte topcoat


Matte topcoat adalah lapisan terluar layar yang bersifat opsional.
Lapisan ini juga dapat berfungsi memberikan sifat tahan-minyak, anti-
sidik jari, serta memberikan efek layer buram.
2.) Blue dye layer
Blue dye layer yang dimaksud dapat berupa pewarna apa saja dari
Tabel 2.1. Fungsi utama lapisan ini adalah menghalau sinar dengan
energi tinggi sebanyak 30-60%.
3.) PET layer
PET layer yang dimaksud dapat berupa film polimer apa saja dari
Tabel 2.2. Fungsi utama lapisan ini adalah memberikan struktur yang
lebih kuat untuk layer dan dapat menghalau hingga 15% sinar
berenergi tinggi.
4.) UV Protection Layer
UV protection layer bersifat opsional. Lapisan ini berfungsi untuk
menghalau 99% sinar UV.
5.) Pressure Sensitive Adhesive (PSA)
Lapisan ini berfungsi sebagai perekat saat aplikasi layer ke perangkat
elektronik. Lapisan ini juga berfungsi mencegah terbentuknya
gelembung antara film dengan layar perangkat elektronik
6.) White Paper/Clear Liner
Lapisan ini berfungsi untuk melindungi lapisan PSA selama film
belum diaplikasikan ke perangkat elektronik.
Dari 6 lapisan tersebut yang menjadi fokus dari layar anti blue-light adalah
blue dye layer dan PET layer. Pembuatan kedua lapisan utama ini adalah sebagai
berikut.

Setelah absorbing film layer terbentuk, layar anti blue-light utama yang
terdiri dari 6 total lapisan dibuat menggunakan 1 alat besar yang disebut extrusion

Universitas Indonesia
6

coating machine. Berikut adalah contoh alatnya beserta harga dan spesifikasinya
yang didapat dari situs jual-beli indiamart.com.

Nama alat : Extrusion Coating Machine


Automation Grade : Semi-Otomatis
Mode Pemanasan : Listrik, Diesel
Diameter Roll : 1000 mm approx.
Harga : Rp298,283,020

 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan-bahan baku utama yang diperlukan dalam proses pembuatan layar
anti blue-light adalah blue dye layer dan PET layer. Ketersediaan dari bahan-
bahan baku tersebut dapat dilihat dari keberadaan supplier di Indonesia.
Untuk PET layer, terdapat beberapa jenis yang dapat digunakan seperti
yang tertera pada Tabel 2.2., dan salah satunya adalah polyvinyl chloride.
Ketersediaan dari polyvinyl chloride di Indonesia dapat dilihat dari beberapa
supplier dan kapasitas produksinya di bawah ini.
Tabel 2.3. Kapasitas produksi PVC dari berbagai supplier di Indonesia

Kapasitas Produksi
Nama Supplier
(ton/tahun)
PT. Eastern (Mitsubishi) Polymer 36.000
PT. Asahimas Subentra Chemical 550.000
PT. Standard Toyo Polymer 176.000
PT. Satomo Indovyl Polymer 70.000
Total 832.000
Sumber: cci-indonesia.com, 2020

Universitas Indonesia
7

Untuk blue dye layer, masih sulit untuk menemukan keberadaan supplier-
nya di Indonesia. Supplier untuk bahan baku blue dye layer yang diperoleh adalah
Epolin Inc. yang berada di China dan Jepang, dan juga beberapa ingeredients dari
blue dye layer yang dapat diperoleh dari beberapa sumber di bawah ini.
Tabel 2.4. Bahan baku blue dye layer dan sumbernya

Sumber: WANG et al., 2018

Financial Appraisal
Layar anti blue-light merupakan produk yang belum terlalu popular,
sehingga belum ada pabrik penghasil layar anti blue-light yang bisa dijadikan
pembanding untuk financial appraisal layar anti blue-light di makalah ini. Namun
sudah ada produk anti blue-light yang lebih popular, yaitu berbentuk kacamata
anti blue-light. Maka dari itu financial appraisal produk layar anti blue-light
dilakukan dengan membandingkan nilainya terhadap financial appraisal kacamata
anti blue-light. Acuan yang dipakai disini adalah analisis keuangan bisnis optik
yang dilakukan oleh Lukas Marwito (2018). Pada analisis tersebut terdapat
beberapa kategori produk yang ditawarkan, yaitu empat jenis lensa, tiga jenis
frame, dan softlens. Lensa yang ditawarkan berupa lensa biasa, lensa anti-radiasi,
lensa anti blue-light, dan lensa progresif. Lensa anti-radiasi juga merupakan salah
satu variasi dari produk lensa anti blue-light seperti yang sudah dijelaskan di
bagian technical appraisal. Kemudian diasumsikan bahwa kacamata anti blue-
light dan anti-radiasi dapat dibuat untuk ketiga jenis frame yang ada, sehingga
total produk yang relevan dalam appraisal ini adalah 5 (layar anti radiasi dan anti
blue-light, frame low, frame medium, dan frame high). Karena jumlah produk
yang relevan lebih dari setengahnya (5/8), perhitungan pada Marwito (2018)

Universitas Indonesia
8

dianggap dapat merepresentasikan produk kacamata anti-radiasi dan anti blue-


light. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 2.5. berikut.
Tabel 2.5. Financial Appraisal Produk Anti Blue-Light

Parameter Nilai Total


Modal Awal (Rp) 331,392,315
Harga Pokok Produksi (Rp) 222,572,415
Net Present Value (Rp) 355,002,249
Payback Period (tahun) 2.6
Internal Rate of Return 22.37%
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa NPV bernilai positif yang berarti
proyek dinilai untung. Kemudian jika diambil acuan payback period yang lazim
adalah 5 tahun dan tingkat suku bunga adalah 8%, proyek ini memang terbukti
akan menghasilkan untung.
Maka dapat disimpulkan bahwa bisnis produk layar anti blue-light yang
serupa dengan kacamata anti-radiasi dan anti blue-light juga dapat menghasilkan
untung dan layak untuk dijalankan.

Economical Appraisal
 Social-Cost Benefit Analysis
Produk ini ditujukan bagi masyarakat yang menggunakan gadget selama
masa pandemi demi melaksanakan WFH. Penggunaan produk ini sangat
membantu mengurangi dampak yang disebabkan oleh blue light yang dipancarkan
oleh gadget yang digunakan. Diketahui pula blue light merupakan salah faktor
yang dapat menyebabkan computer vision syndrome. Sehingga, penggunaan
produk ini akan sangat bermanfaat dalam mencegah hal tersebut terjadi.
 Impact of project on distribution of income in society
Dengan adanya pembuatan produk ini, memungkinkan adanya pembukaan
lapangan pekerjaan baru yang dapat menurunkan tingkat pengangguran. Hal ini
dikarenakan dibutuhkannya manusia untuk mengoperasikan alat yang digunakan
dalam proses pembuatan produk.

 Impact on fulfilment of national goals

Universitas Indonesia
9

Penggunaan blue light filter screen dapat menangkal blue light dengan
panjang gelombang kurang dari 450 nm yang mana akan membuat pengguna
lebih nyaman dalam menggunakan gadget dalam waktu yang lebih lama.

Ecological Appraisal
Proses pembuatan layar anti blue-light, seperti yang telah dijelaskan pada
bagian analisis proses di technical appraisal, tidak menimbulkan dampak bagi
lingkungan secara langsung. Namun jika dilihat secara lebih dalam, bahan baku
layar anti blue-light umumnya berasal dari polimer. Polimer merupakan material
turunan minyak bumi. Karakteristik material polimer adalah kuat dan tahan lama.
Sifat tahan lama ini dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan jika
dibuang sembarangan, yaitu material tidak dapat terdegradasi dan akan bertahan
di lingkungan untuk waktu yang lama. Namun dampak negatif ini tentunya dapat
dikendalikan dengan tidka membuang layar berbahan polimer secara sembarangan
ke lingkungan. Setelah diaplikasikan ke perangkat elektronik layar bersifat tahan
lama, dan jika memang sudah berkurang kualitasnya, layar dapat didaur ulang
untuk menghasilkan produk berbahan dasar polimer lainnya.

Handcream Anti-Bakteri
Market Appraisal
Berdasarkan panduan CDC (Centers for Disease Control and Prevention)
mengatakan bahwa setiap orang harus menggosok tangan setidaknya selama 20
detik untuk mencegah penyebaran kuman. Pembersih tangan berbahan dasar
alkohol yang mnegadung setidaknya 60% alkohol juga dapat digunakan,
meskipun tidak seefetif sabun dan air dalam menghilangkan kotoran atau bahan
kimia berbahaya. Selama masa pandemi, kegiatan mencuci tangan dan
penggunaan hand sanitizer dilakukan sesering mungkin. Sering mencuci tangan,
walaupun merupakan cara terbaik untuk menangkal penyakit, dapat menyebabkan
dan memperburuk masalah kulit kuring menurut dokter kulit. Dr. Marry
Stevenson asisten profesor dematologi di NYU Langone Health, mengatakan
bahwa melembabkan tangan setelah mencucinya akan membantu mengatasi kulit
kering.

Universitas Indonesia
10

 Demand
Berdasarkan pejelasan di atas, kelompok kami merencanakan
pengembangan hand cream anti bakteri yang dapat membantu menangkal bakteri
sekaligus dapat melembabkan kulit. Oleh karena itu, demand hand cream anti
bakteri menggunkan demand hand sanitizer.
Fenomena panic buying pada ecommerce menyebabkan peningkatan
penjualan produk sanitasi secara online menigkat hingga 500%. Berdasarkan
sirclo, peningkatan terbesar terjadi pada penjualan produk sanitasi tangan atau
hand sanitizer, yang meningkat hingga 531% pada bulan Feberuari 2020.
Peningkatan pembelian sanitasi di ecommerce dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 2.3. Produk yang mengalami peningkatan pembelian pada bulan Februari dan
Maret
(sumber: Dok. Sirclo)
Data dari statista menggambarkan pejualan hand sanitizer dari 2012 hingga 2025
yang di representasikan dalam grafik berikut.

Gambar 2.4. Penjulan pada segmen hand sanitizer


(sumber: statista.com)
Berdasarkan grafik diatas, penjualan hand sanitizer dari tahun 2012 hingga
tahun 2020 terus meningkat. Pada tahun 2021, penjualan akan mulai menurun
Universitas Indonesia
11

akan tetapi penurunan yang terjadi tidak terlalu signifikan dan masih lebih tinggi
dibandingkan penjulan sebelum pandemi. Dan hingga 2025 diperkirakan penjulan
hand sanitizer akan terus meningkat hingga 236, 64 USD.
Penjualan hand sanitizer mengalami peningkatan yang sangat signifikan
pada masa pandemi. Hand cream mungkin kedepannya masih akan terus eksis di
kalangan masyarakat walaupun pandemi sudah berakhir. Karena pada dasarnya
hand cream adalah produk skincare yang dapat digunkan sehari-hari untuk
membantu melembabkan tangan. Berdasarkan data statista (CARG 2020-2023),
pendapatan per kapita Indonesia untuk produk skincare pada hand & body terus
meningkat, dan diprediksi bertumbuh sebesar 5,7%. Oleh karena itu, penjulan
hand cream dapat memasuki pasar sanitasi dan skincare yang kedepannya
diperkirakan akan terus bertumbuh.
 Competitor
Produk hand cream yang dikembangkan akan memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai pelembab dan anti bakteri. Salah satu kompetitor yang paling mudah
ditemukan di Indonesia adalah Vaselin Hand Cream + Anti Bac 2 in 1. Produk ini
mengklaim dapat melembabkan kulit dengan kandungan Glycerin & Vitamin E
untuk kulit lebih lembab hingga 8 jam. Produk ini memiliki formulasi Anti-bac
Active dari Benzrthonium Chloride, produk antiseptik, dapat meilindungi hingga
99,99% dari kuman dan teruji in vitro terhadapt bakteri P. Aerugonisa dan E.coli.
Serta produk ini mengklaim dapat menyerap cepat, tidak lengket dan cocok untuk
pemakiana sehari-hari.

Gambar 2.5. Vaseline Hand Cream + Anti Bac 2 In 1


(sumber: vaseline.com)
 Production Possibilities
Produk hand cream anti bakteri ditujukkan untuk memenuhi kebetuhan
dalam negri dengan sasaran golongan menengah ke atas yang memiliki rata-rata
pengeluaran perhari 6-20 dolar, yaitu sekitar 14 juta jiwa. Jika ingin menguasai
Universitas Indonesia
12

5% pasar, maka jumlah konsumen potensial yang dimiliki adalah 700.000 jiwa.
Jika hand cream dengan kapasitas 50 ml digunakan dalam waktu satu bulan, maka
diperlukan setidaknya 35.000.000 ml/ bulan atau 1166,67 liter/ hari produk hand
cream anti bakteri. Apabila pabrik dioperasikan selama 300 hari dalam satu tahun,
maka kapasitas produksi produk hand cream anti bakteri sekitar 1419, 45 liter/
hari.

Technical Appraisal
 Analisis Proses
Secara umum proses manufaktur handcream adalah proses homogenasi
atau mixing dari semua formulasi baik fasa minyak dan fasa air hingga
membentuk suatu konsistensi krim yang stabil. Dalam prosesnya dilakukan
penambahan senyawa aktif antibakteria sehingga selain menutrisi kulit juga
sekaligus memberi efek dekontaminasi mikroba pada kulit. Secara lebih rinci, fasa
cair dan fasa minyak dapat dibagi kedalam beberapa jenis sebagai berikut untuk
mencapai formulasi hand cream yang baik.
Pertama, preservative, yaitu Bahan antimikroba ditambahkan ke formulasi
produk untuk menjaga keamanan mikrobiologis produk dengan cara menghambat
pertumbuhan dan mengurangi jumlah kontaminan mikroba. Jenis yang umum
digunakan: Parabens, Formaldahyde Releasers, Isothiazolinones. Dalam formulasi
produk ini diperkirakan akan menggunakan benzethonium chloride. Preservative
ada dalam komposisi sekitar 0.1 sampai sekitar 3 wt%.
Kedua, thickener, yang berfungsi membuat hasil formulasi membentuk
cairan kental, gel, atau setengah padat yang dapat dengan mudah dioleskan dan
dioleskan pada kulit. Pengental yang sesuai dapat berupa organik atau anorganik.
Jenis pengental organic yang umum; pengental cellulostic dan turunannya, natural
gums, starches, fatty acid alcohols. Sedangkan jenis pengental anorganic yang
umum; clays dan salts. Formulasi dapat mengandung satu atau campuran dua atau
lebih pengental. Pengental yang baik tidak bereaksi dengan raw material lain.
Jumlah pengental yang ada dalam formulasi tergantung pada viskositas komposisi
yang diinginkan (0.01-5 wt. %).

Universitas Indonesia
13

Ketiga, emulsifier, sebagaimana dibahas sebelumnya, formulasi


menghasilkan bentuk suatu emulsi yang merupakan kombinasi dari dua komposisi
yang tidak bercampur. Komposisi tersebut harus mencakup setidaknya satu
pengemulsi untuk membantu menstabilkan emulsi. Jenis yang umum; nonionic,
anionic, cationic, amphoteric, and zwitterionic surfactants. Pengemulsi yang baik
tidak bereaksi merugikan atau membentuk persenyawaan negatif dengan raw
material lain di dalam formulasi. Pengemulsi dapat berada dalam jumlah sekitar
0,1 sampai sekitar 8 wt. %.
Keempat, terpenoids, yang membantu dalam penyerapan senyawa
antimikroba dan preservative oleh sel bakteri dan jamur, sehingga meningkatkan
khasiat senyawa antimikroba atau preservatif. Terpenoid dalam jumlah dari
sekitar 0,005 sampai sekitar 5 wt %.
Kelima, skin conditioner, yang mencakup setidaknya satu pelembab kulit
seperti emolien (Vit. E), humektan (glucose, honey), zat oklusif (shea butter, olive
oil), atau pelembab lain. Fungsinya untuk melembabkan kulit, melembutkan,
memelihara pelindung kulit, anti iritasi, atau manfaat kesehatan kulit lainnya.
Pada praktiknya, pelembab kulit berupa campuran dari setidaknya satu emolien,
dan satu humektan.
Keenam, additional functional ingredients, yaitu berupa senyawa
tambahan seperti dyes, antioxidant, fragnance dll.
Lalu proses manufaktur yang dilakukan akan dijelaskan sebagai berikut.
Pada table dibawah terdapat contoh formulasi handcream yang akan melalui
proses homogenasi.

Universitas Indonesia
14

Tabel 2.6. Contoh Formulasi hand cream

Sumber: World Intellectual Property Organization International Bureau, 2010

Gambar 2.6. Langkah Pembuatan Hand Cream


Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Sedangkan alat yang digunakan dalam proses tersebut dapat dlihat di bawah ini.

Universitas Indonesia
15

Gambar 2.7. Alat Utama Proses Homogenasi


Sumber: made-in-china.com

Nama alat : Cosmetic Cream Emulsifier Machine


Mixer Type : Homogenizer
Mixing Speed : 0-63 rpm
Homogenizer spd : 0-3000 rpm
Harga : Rp90.850.584

 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hand cream anti bakteri
adalah bahan anti-bac active, yaitu benzethonium chloride, dan gliserin.
Ketersediaan bahan baku tersebut dapat dilihta dari keberadaan supplier di
Indonesia dan juga kapasitas produksinya. Untuk benzethonium chloride, terdapat
beberapa supplier di Indonesia, diantaranya:
- PT. SamirasChem Indonesia
- PT. Joint Alfara Chemical
- PT. Harapan Kemika Indo Lestari
Untuk gliserin, supplier yang terdapat di Indonesia adalah PT.
SamirasChem Indonesia dan PT. Sinar Antjol, sedangkan di luar Indonesia
terdapat perusahaan Univar Solutions yang berada di China dan Singapore.
Kapasitas produksi gliserin di Indonesia adalah sebagai berikut.

Universitas Indonesia
16

Tabel 2.7. Kapasitas produksi gliserin di Indonesia

Tahun Kapasitas Produksi (ton)


2014 567.562
2015 697.863
2016 474.875
2017 707.995
Total 649.291
Sumber: cci-indonesia.com, 2018

Economical Appraisal
 Social-Cost Benefit Analysis
Penggunaan pembersih tangan yang mengandung alcohol dapat
menyebabkan dan memperburuk masalah kulit kuring menurut dokter kulit.
Sehingga terobosan berupa hand cream antibakteri merupakan sebuah solusi yang
dapat menguntungkan bagi masyarakat, di mana tangan dapat terhindar dari
bakteri, namun tetap melembabkan tangan setelah pemakaian.
 Impact of project on distribution of income in society
Dengan adanya pembuatan produk ini, memungkinkan adanya pembukaan
lapangan pekerjaan baru yang dapat menurunkan tingkat pengangguran. Hal ini
dikarenakan dibutuhkannya manusia untuk mengoperasikan alat yang digunakan
dalam proses pembuatan produk.
 Impact on fulfilment of national goals
Salah satu cara perlindungan diri pada masa pandemi seperti sekarang ini
salah satunya menyediakan produk sanitasi yang mudah digunakan dan dibawa
saat keluar rumah. Produk ini mampu memberikan sanitasi kepada pengguna dan
juga dapat tetap menjaga kelembaban kulit pengguna setelah penggunaan.

Financial Appraisal
Hand cream anti-bakteri merupakan sebuah produk yang baru beredar di
pasaran, bahkan hanya terdapat satu produser hand cream anti-bakteri di
Indonesia. Financial appraisal untuk handcream anti-bakteri dapat dilakukan
melalui benchmarking dengan produk hand and body lotion. Sumber yang

Universitas Indonesia
17

digunakan untuk financial appraisal adalah sebuah perancangan pabrik hand and
body lotion dengan pengawet alami oleh Randy Irawan dan Gianto Wijaya, yang
dianggap dapat merepresentasikan produk handcream anti-bakteri. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 2.8. berikut.
Tabel 2.8. Financial Appraisal Produk Hand Cream Anti-bakteri

Parameter Nilai Total


Total Capital Investment Rp16.286.778.708
Total Production Cost Rp76.201.270.444
Net Profit Rp6.784.144.211
Rate of Return 29.21%
Payback Period 3 tahun 11 bulan
Break Even Point 61.50%
Sumber: Randy dan Gianto, 2007
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa net profit bernilai
positif, yang berarti proyek ini menguntungkan. Nilai ROR yang lebih besar
daripada MARR juga menunjukkan bahwa proyek ini layak untuk dilaksanakan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bisnis produk hand cream anti-bakteri
yang serupa dengan hand and body lotion dengan pengawet alami juga dapat
menghasilkan untung dan layak untuk dijalankan.

Ecological Appraisal
Jika meninjau formulasi yang digunakan, hand cream cenderung ramah
lingkungan karena bahan dasar yang digunakan sebagian besar fasa air yang
mudah diuraikan lingkungan sedangkan fasa minyaknya juga tidak terbuat dari
bahan-bahan yang berpotensi mencemari lingkungan pada skala kecil. Namun,
kemasaan yang digunakan menjadi permasalahan utama atau isu lingkungan
dimana terbuat dari polimer yang tidak dapat terurai secara alami. Isu ini sudah
lama diangkat dan telah ada pengembangan kemasan produk kosmetik yang
ramah lingkungan sebagaimana Kemenperin sangat mendukung dan memberi
dorongan terhadap pengembangan desain pengemasan. Banyak produsen
kosmetik dan produk herbal mulai memperhatikan masalah perlindungan
lingkungan, dan juga mempertimbangkan perlindungan lingkungan saat memilih
bahan kemasan kosmetik. Tren kemasan untuk produk kosmetik dan produk
herbal saat ini mulai berkembang menjadi ramah lingkungan, seperti

Universitas Indonesia
18

menggabungkan tutup kemasan natural atau tidak berwarna, tutup kemasan dari
bambu, serta plastik daur ulang berkualitas tinggi (Wibawaningsih, 2020).
Berdasarkan data dari Indonesia Packaging Federation (2020), kinerja industri
kemasan di Indonesia diproyeksi tumbuh dengan kisaran 6 persen pada 2020 dari
nilai realisasi tahun lalu sebesar Rp98,8 triliun. Ditinjau dari materialnya,
kemasan yang beredar sebesar 44 persen dalam bentuk kemasan flexible, 28
persen kemasan paperboard, dan 14 persen kemasan rigid plastic. Proporsi ini
diyakini akan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya,
didorong oleh pesatnya peningkatan pasar digital yang membuat mobilitas produk
semakin tinggi.

Degradable Bubble Wrap


Market Appraisal
Pembelian barang pada situs e-commerce selama tahun 2020 terus
meningkat, salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini terjadi adalah
berkurangnya mobilitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
dikarenakan pandemi. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat menggunakan
situs e-commerce sebagai sarana pembelian kebutuhan sehari-hari.
 Demand
Berdasarkan situs statista.com, jumlah penggunaan e-commerce semakin
meningkat setiap tahunnya. Di mana terkhususnya pada tahun 2020, jumlah
transaksi secara daring meningkat hingga 98,3 juta transaksi pada bulan Maret
(Pikiran-Rakyat) dan 96% barang yang dibeli secara daring membutuhkan bubble
wrap untuk melindungi barang selama ekspedisi.

Gambar 2.8. Prediksi peningkatan pengguna e-commerce di Indonesia


Sumber : www.statista.com
Universitas Indonesia
19

 Competitor
Di Indonesia, sudah terdapat banyak produsen bubble wrap, di mana salah
satu dari produsennya sudah memiliki paten atas bubble wrap yang ramah
lingkungan (PT. GMP Sukses Makmur Indonesia). Namun, bahan dasar yang
digunakan pada paten tersebut untuk membuat bubble wrap berasal dari daur
ulang bubble wrap.
 Production Possibilities
Berdasarkan data yang didapatkan, 96% barang yang dibeli secara daring
membutuhkan bubble wrap, berdasarkan situs statista 5 barang yang sering dibeli
secara daring meliputi; produk pakaian, elektronik, mainan anak dan hobi,
furniture, dan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Di mana dengan menggunakan
market share dan menargetkan penjualan bubble wrap pada penjual e-commerce
yang berpusat di pulau Jawa, ditentukan memproduksi sebanyak 11.000 gulungan
bubble wrap perbulannya.

Technical Appraisal
Penilaian aspek teknis dari ide proyek ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu
dari analisis proses produksi dan ketersediaan bahan baku.
 Analisis Proses
Hingga saat ini belum ada produksi bubble wrap yang bersifat degradable
secara komersil. Maka dari itu di sini proses produksi degradable bubble wrap
merupakan gabungan dari dua proses pembuatan, yaitu pembuatan biodegradable
plastic dan pembuatan bubble wrap itu sendiri.
1.) Pembuatan biodegradable plastic
Biodegradable plastic merupakan plastik yang telah
ditambahkan aditif biodegradable. Aditif ini memungkinkan plastik
terdekomposisi secara berangsur-angsur dengan kehadiran air dan
mikroorganisme dimana mikroorganisme menggunakan karbon pada
rantai polimer plastik untuk metabolismenya. Jenis aditif yang paling
umum digunakan adalah oxo-biodegradable additives, dimana aditif
ini mendegradasi plastik saat terpapar oksigen, panas, sinar matahari,
dan/atau stress mekanis. Aditif ini umumnya tersusun dari komponen

Universitas Indonesia
20

logam yang berlaku sebagai katalis proses degradasi plastik,


contohnya adalah cobalt stearate, ferric stearate, dan sebagainya.
Untuk mendapat produk yang lebih ramah lingkungan,
kebanyakan produsen biodegradable plastic juga menginkorporasikan
plastik daur ulang sebagai bahan baku pembuatan plastik baru.
Dengan sistem ini, langkah pembuatan biodegradable plastic dapat
dilihat pada Gambar 2.3. berikut. Sampah plastik dipisahkan
berdasarkan jenis-jenisnya dahulu. Plastik ini kemudian dipisahkan
dari material non-plastik yang mungkin menempel pada plastik, lalu
dibersihkan. Selanjutnya masing-masing jenis plastik ini diekstrusi
dahulu agar menghasilkan particulated plastics atau sederhananya
adalah plastik berbentuk pellet. Pembentukan pellet plastik ini
bertujuan untuk mempermudah proses pencampuran. Setelah plastik
dicampurkan, barulah ditambahkan biodegradable additive.
Campuran plastik ini biasanya menghasilkan produk berupa film yang
kemudian diteruskan ke proses selanjutnya.

Gambar 2.9. Proses Pembuatan Biodegradable Plastic Secara Umum


Sumber: Drummond, 2016.
Alat utama yang terlibat dalam tahap ini adalah plastic scrap
grinder dengan bentuk dan spesifikasi yang didapat dari situs jual beli
indiamart.com sebagai berikut.

Universitas Indonesia
21

Nama alat : Plastic Scrap Grinder


Automation Grade : Semi-Otomatis
Mode Pemanasan : Listrik, Diesel
Ukuran blade : 15 inch to 30 inch
Harga : Rp272,345,732

2.) Pembuatan bubble wrap


Proses pembuatan bubble wrap sejatinya adalah proses yang
sederhana dan hanya memerlukan satu alat yang disebut air bubble
film production line. Pada alat ini terdapat dua screw conveyor yang
berdekatan, dan di tengah-tengahnya terdapat film plastik hasil proses
sebelumnya. Screw conveyor memiliki cetakan berbentuk bulatan-
bulatan, sehingga ketika film mengenai screw conveyor, akan
terbentuk bulatan plastik dan ketika dua lapisan film ini segera
bertemu, udara terjebak di dalamnya dan terbentuklah bubble wrap.
Bentuk alat dilihat dari jarak dekat adalah seperti pada Gambar 2.10.
berikut.

`
Gambar 2.10. Alat Pembuat Bubble Wrap
Sumber: Yuxiao, 2017.

Air bubble film production line salah satunya tersedia di situs jual-beli
alibaba.com dengan gambar dan spesifikasi sebagai berikut.
Universitas Indonesia
22

Nama alat : Air Bubble Film Production Line


Automation Grade : Otomatis
Mode Pemanasan : Listrik, Diesel
Screw diameter : 65 – 90 mm
Ketebalan film : 28 – 80 mm
Harga : Rp219,768,150

 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan degradable bubble
wrap adalah aditif oxo-biodegradable dan PET (Polyethylene terephthalate).
Ketersediaan dari bahan-bahan baku tersebut dapat dilihat dari keberadaan
supplier untuk setiap bahan baku di Indonesia. Untuk bahan aditif oxo-
biodegradable, supplier yang dapat digunakan adalah PT. Harapan Interaksi
Swadaya yang memproduksi Oxium, aditif oxo-biodegradable yang telah
memiliki paten US. Volume produksi dari Oxium tersebut mencapai 1.000
ton/tahun dan berada di Tangerang.
Untuk PET, terdapat banyak sekali supplier PET di Indonesia yang dapat
digunakan, dua perusahaan paling besar diantaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.9. Kapasitas produksi PET dari beberapa supplier di Indonesia

Nama Supplier Lokasi Kapasitas Produksi (ton/tahun)


PT. Petnesia Resindo Tangerang 85.000
PT. Mitsubishi
Banten 58.000
Chemical Indonesia
Sumber: ChemOrbis, 2018

Economical Appraisal
 Social-Cost Benefit Analysis
Universitas Indonesia
23

Penggunaan bubble wrap dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan


yang terjadi selama masa ekspedisi atau pengantaran barang dari penjual ke
pembeli. Namun, penggunaan bubble wrap dapat menjadi permasalahan karena,
walaupun bahan yang digunakan merupakan bahan yang mudah terurai, namun
hasil uraian plastik tersebut akan menjadi microplastic yang mana akan lebih
mudah masuk ke dalam sistem pencernaan hewan laut.
 Impact of project on distribution of income in society
Dengan adanya pembuatan produk ini, memungkinkan adanya pembukaan
lapangan pekerjaan baru yang dapat menurunkan tingkat pengangguran. Hal ini
dikarenakan dibutuhkannya manusia untuk mengoperasikan alat yang digunakan
dalam proses pembuatan produk.
 Impact on fulfilment of national goals
Penggunaan bubble wrap yang mudah terdegradasi akan mengurangi
penumpukan jumlah sampah, hal ini dikarenakan bubble wrap akan lebih cepat
terdegradasi dengan bantuan lingkungan.

Financial Appraisal
Analisis finansial dilakukan untuk menghitung biaya produksi, harga
pokok produksi, harga jual, analisis untung rugi dan kriteria kelayakan usaha.
Analisis finansial yang dilakukan berdasarkan referensi pada analisis kelayakan
usaha eco plastik oleh Darmawan (2020). Hasil perhitungan finansial pada produk
degradable bubble wrap dapat dilihat pada Tabel 2.10. berikut.
Tabel 2.10. Financial Appraisal produk Degradable Bubble Wrap

Uraian Degradable Bubble Wrap


Biaya tetap (Rp) 708.060,93
Biaya tidak tetap (Rp) 22.540.562
Harga Pokok Produksi (Rp) 1.064
BEP (Produksi) 4.216,58
BEP (Rp) 5.059.897,66
ROI (%) 12,17
PBP (bulan) 7,86
BC Ratio 1,13
Berdasarkan tabel di atas, usaha akan mencapai titik impas pada tingkat
produksi 4.216,58. Mengikuti dari referensi yang digunakan, produksi bubble
wrap untuk perhitungan finansial diasumsikan permeter. Usaha ini akan mencapai
Universitas Indonesia
24

titik impas pada tingkat penjualan Rp 5.059.897,66. Return on investment adalah


12,17%, diamana modal 100% akan kembali sebesar 12,7%. Produksi bubble
wrap akan kembali modal berdasarkan payback period adalah 7,86 bulan. Dan
hasil perhitungan menunjukkan nilai Benefit Cost Rasio 1,13 yang artinya usaha
sudah layak untuk dijalankan.

Ecological Appraisal
Produk bubble wrap ini selain bersifat biodegradable, juga dibuat dari
hasil daur ulang. Sampai disini tentu dapat dilihat bahwa produk ini memberikan
dampak yang positif bagi lingkungan karena mengurangi keberadaan sampah di
lingkungan. Namun setelah ditelusuri lagi, aspek biodegradable pada produk ini
belum tentu memberikan dampak positif bagi lingkungan. Sebuah organisasi non-
profit yang telah bergerak di bidang lingkungan selama 50 tahun, Ecology Center,
memberikan penjelasan mengenai biodegradable plastics sebagai berikut.
Biodegradable plastics dibuat dari bahan yang sama dengan plastik konvensional
berbahan dasar minyak bumi, bahkan dengan lebih banyak campuran zat kimia.
Zat kimia ini menyebabkan plastik hancur lebih cepat saat terpapar udara dan
cahaya. Namun beberapa jenis biodegradable plastics bukan mengalami
degradasi, melainkan mengalami fragmentasi. Dengan fragmentasi, plastik
terpecah menjadi bagian-bagian yang kecil yang justru semakin mudah terlarut
dalam tanah dan air, sehingga dapat berisiko memasuki rantai makanan ketika
diserap oleh tumbuhan maupun ketika plastik ini berakhir di laut dan dikonsumsi
oleh hewan laut. Jika sudah tersebar di lingkungan seperti ini, proses recovery-nya
pun akan sangat sulit. Maka pada akhirnya, biodegradable plastics yang masih
menggunakan polimer turunan minyak bumi sebagai bahan bakunya masih
memberikan dampak negatif yang lebih banyak dibanding dampak positifnya
terhadap lingkungan.

Eye Mask
Market Appraisal
 Demand

Universitas Indonesia
25

Berdasarkan data oleh Media Indonesia, terdapat 3992 perusahaan


melaksanakan WFH, di mana dari 3992 perusahaan tersebut sekitar 1.063.609
pegawai diharuskan bekerja di depan layar hampir setiap harinya. Dan selama
pandemi, setidaknya sekitar 45,5 juta siswa pelajar SD-SMA diharuskan belajar
secara online.
 Competitor
Salah satu competitor yang paling banyak dan mudah ditemukan di
Indonesia adalah MegRhythmm eye steam mask. Produk eye steam mask ini

menggunakan teknologi uap hangat dengan uap sekitar 40 , uap hangat pada eye

mask akan berlangsung selama 20 menit. Produk ini mengklaim dapat

membantu mengurangi ketegangan pada mata leleah akibat mata yang lelah
bekerja keras.

Gambar 2.11. MegRhythm Steam Eye Mask


Sumber: web. Kao.com
 Production Possibilities
Produk eye mask di tujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negri
dengan sasaran penduduk usia produktif, yaitu sekitar 185,34 juta jiwa. Dari
penduduk usia produktif 23% diataranya aktif menggunakan gadget, yaitu sekitar
42,63 juta jiwa. Jika produk eye mask ingin menguasai 5% pasar, maka jumlah
konsumen potensial adalah 2,13 juta jiwa. Apabila produk dikemas dalam box
yang berisi 5 pcs eye mask dan produk digunakan setiap hari saat bekerja (5 hari/
minggu), maka setidaknya diperlukan 2,13 juta box/ minggu. Jika pabrik
beroperasi 300 hari dalam satu tahun, maka kapasitas produksi eye mask adalah
365.000 box/hari.

Universitas Indonesia
26

Technical Appraisal
Penilaian aspek teknis dari ide proyek ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu
dari analisis proses produksi dan ketersediaan bahan baku.
 Analisis Proses
Dalam proses manufakturnya, eye mask didesain akan memiliki sumber
panas yang melibatkan proses oksidasi suatu senyawa yang diletakan diantar
lapisan yang dapat dilihat pada skema dibawah. Sumber panas akan menguapkan
kandungan air di dalamnya menjadi steam yang akan membiri rasa nyaman pada
area sekitar mata. Eye mask akan mengikuti bentuk wajah pemakai dan memiliki
penahan di telinga agar tetap nyaman saat bergerak dan tidak mudah lepas.

Gambar 2.12. Bentuk penampang eye mask


Sumber: Hidaka et al., 2017
Lembaran sheet memiliki sifat elastis yang dapat dengan mudah dilewati
udara. Masing-masing sisi pertama dan sisi kedua elemen penghasil panas
dibentuk dari bahan lembaran yang mengatur permeance udara dan mencegah
powder dari kebocoran yang dapat berbentuk melt blown fabric dan lapisan
moisture permeable film.

Universitas Indonesia
27

Gambar 2.13. Elemen Heating source pada eye mask


Sumber: Hidaka et al., 2017
 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan eye mask adalah
hydrogel dan kolagen. Ketersediaan bahan baku dapat dilihat dari keberadaan
supplier masing-masing bahan baku tersebut di Indonesia. Untuk hydrogel,
supplier yang terdapat di Indonesia adalah PT. Mabuchi Indonesia. Untuk
kolagen, terdapat beberapa supplier di Indonesia, diantaranya adalah sebagai
berikut.
- PT. Insoclay Acidatama Indonesia
- Cortico Mulia Sejahtera
- CV. Cipta Anugerah Bakti Mandiri
- PT. Nzk International Indonesia
- PT. Sumber Berlian Kimia

Economical Appraisal
 Social-Cost Benefit Analysis
Produk yang sangat dibutuhkan pada masa pandemi seperti ini,
dikarenakan hampir setiap harinya intensitas masyarakat dalam menggunakan
gadget meningkat. Penggunaan gadget yang terlalu lama dapat menyebabkan
mata kelelahan, sehingga penggunaan produk ini dapat menyegarkan kembali
mata yang lelah.
 Impact of project on distribution of income in society
Dengan adanya pembuatan produk ini, memungkinkan adanya pembukaan
lapangan pekerjaan baru yang dapat menurunkan tingkat pengangguran. Hal ini
dikarenakan dibutuhkannya manusia untuk mengoperasikan alat yang digunakan
dalam proses pembuatan produk.
 Impact on fulfilment of national goals
Produk ini mampu mengembalikan mata yang lelah akibat terlalu lama
menggunakan gadget. Di mana penggunaan produk ini dapat membuat mata lebih
rileks.

Universitas Indonesia
28

Financial Appraisal
Produk ini belum cukup popular di Indonesia mengingat masyarakat masih
terpaku pada pendapat bahwa cold treatment adalah cara terbaik untuk mengatasi
mata lelah seperti menggunakan kompres es batu maupun cara lainnya yang
serupa. Namun dokter dari rumah sakit universitas di Jepang menemukan bahwa
heat treatment dapat memberikan efek positif. Untuk pembuktiannya dilakukan
penelitian dari Japanese Ophthalmological Society yang mendapati bahwa warm
treatment dapat membantu merawat mata kering, ketegangan pada mata, dan
kesulitan tidur. Lalu 80% orang menyatakan lebih menyukai warm treatment dari
pada cold treatment pada area mata sehingga produk ini memiliki pasar sendiri
yang cukup luas. Saat ini contoh perusahaan yang telah memproduksi steam eye
mask sebagai referensi finansial appraisal adalah Kao, sebuah korporasi yang
berfokus pada produk kimia dan kosmetik dengan headquarter di Tokyo, Jepang.
Namun karena produk yang masih cukup baru dan masih jarang sehingga data
finansial appraisal sangat terbatas. Namun hal tersebut berarti juga akan membuka
peluang yang luas karena market yang cenderung masih kosong dan hanya ada
beberapa korporasi yang memiliki produk sejenis.
Dari laporan finansial tahunan tahun 2017, Kao Corporation menyatakan
bisnis penjualan steam eye mask sebagai jenis produk Human Health Care
tumbuh baik di Jepang dan China. Lalu laporan keuangan juga menyebutkan
bahwa tahun 2016 hingga 2017, produk human health care sendiri mengalami
pertumbuhan sebesar 6% untuk pasar Jepang saja, sedangkan pasar Asia mencapai
19.3%, artinya jika produk serupa dicoba dikembangkan di Indonesia dengan
modifikasi tertentu memiliki peluang yang besar untuk tumbuh.
Ecological Appraisal
Produk steam eye mask merupakan produk sekali pakai yang dapat
digunakan selama 20 menit dalam kondisi mensuplai panas yang cukup sampai
proses oksidasi metal didalamnya berhenti. Terkait sifatnya yang hanya sekali
pakai, maka bahan lembaran yang digunakan perlu dilakukan peninjauan agar
tidak menjadi sumber limbah baru bagi lingkungan. Selain itu bahan kimia yang
digunakan sebagai sumber heating juga perlu ditinjau agar tidak menjadi senyawa
berbahaya yang mencemari lingkungan.

Universitas Indonesia
29

Universitas Indonesia
BAB 3
KESIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil project selection dan appraisal yang telah dilakukan,
terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik:
1. Tujuan dari proyek yang akan dilakukan adalah untuk membuat ide-ide
proyek yang dapat mengurangi dampak samping yang disebabkan oleh
pandemi COVID-19.
2. Berdasarkan hasil brainstorming yang dilakukan, terdapat 8 ide yang
selanjutnya akan dilakukan project selection.
3. Terdapat 5 kriteria dalam project selection, yaitu likely profit,
implementation, time of impact, environmental impact, dan flexibility.
4. Terdapat 4 proyek yang berhasil melewati proses project selection,
yaitu layer anti blue light, hand cream anti bakteri, degradable bubble
wrap, dan eye mask.
5. Setelah dilakukan project selection, dilakukan appraisal terkait dengan
aspek market, technical, economic, financial, dan ecological.
6. Dari keempat proyek hasil project selection, dilakukan appraisal
terhadap keempat proyek tersebut. Dari hasil appraisal yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa, proyek layer anti blue light merupakan
proyek yang memiliki potensi terbesar untuk dilanjutkan.

Rencana ke Depan
Setelah proyek tersebut terpilih, kami sebagai pengusul proyek akan
melakukan beberapa hal sebagai berikut yang tersusun dalam bagan di bawah ini.

30 Universitas Indonesia
31

Gambar 3.1. Bagan pelaksanaan kegiatan setelah proyek terpilih

Pada tahap pertama kami akan melakukan studi lanjutan terkait produk
terpilih, agar kedepannya tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan. Jika sudah
selesai melakukan studi lanjutan, kami akan melakukan pembuatan proposal yang
akan ditujukan kepada calon investor, di mana kami berharap investor akan
membantu mendanai proyek kami. Setelah mendapatkan dana proyek, kami akan
melakukan pilot project atas proyek kami, untuk memastikan bahwa yang kami
telah lakukan saat studi lanjutan dapat diproduksi. Jika hasil dari pilot project
berhasil, maka proyek akan kami scale up untuk memproduksi barang secara
massal dan dapat dijual ke masyarakat. Jika gagal, maka kami akan melakukan
peninjauan ulang terhadap proses yang sudah dilakukan lalu mengulangi tahap
trial lab hingga produk yang akan kami hasilkan layak untuk di scale up.

Universitas Indonesia
32

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Inside Product Development: MegRhythm Steam Eye Mask by
Kao: Combining Value-Creation in Product Development with R&D.
Elsevier: Chemicals Scientific and Engineering Research Solutions

Avila Rodríguez, M. I., Rodríguez Barroso, L. G., & Sánchez, M. L.


(2017). Collagen: A review on its sources and potential cosmetic
applications. Journal of Cosmetic Dermatology, 17(1), 20–26. 

Barrett, J., Moe, S.D., Simmons, B.G., Tolle, J., and Harris, D. Patent Light
Emission Reducing Compounds for Electronic Devices. US010495795B2,
United States Patent and Trademark Office, 3 December 2019.

Briggiler-Marcó, M., Capra, ML., Quiberoni, A., Vinderola, G., Reinheimer, J.A.,
& Hynes, E. (2007). Nonstarter Lactobacillus strains as adjunct cultures for
cheese making: in vitro characterization and performance in two model
cheeses. J Dairy Sci 90, 4532-4542

Drummond, Jeferson. Patent Biodegradable Plastic and Manufacture Thereof


from Recyclable Plastic. US20160108217A1, United States Patent and
Trademark Office, 21 April 2016.

Hikada et al. 2017. HEAT GENERATING EYE MASK. United States Patent No.
US 9,592,149 B2

Igaki et al. 2004. Steam Generating Heating Sheet for Eyes. United State Patent
No. US 6,823,860 B2

Kao. 2020. MegRhythm Steam Eye Mask Indonesia. [online]. Tersedia di


https://web.kao.com/id/megrhythm [Diakses 1 November 2020]
Marwito, Lukas. 2018. Perencanaan Bisnis Optik Yobel. Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata.

Media Indonesia. 2020. 23% Penduduk Target Sensus Daring. [online]. Tersedia
di https://mediaindonesia.com/read/detail/290381-23-penduduk-target-
sensus-daring [Diakses 1 November 2020]

Universitas Indonesia
33

Sirclo. 2020. Penjualan Meningkat di Masa Pandemi? Optimalkan dengan


Berjualan di Marketplace. [online] Tersedia di
https://www.sirclo.com/optimalkan-penjualan-di-marketplace/ [Diakses 29
Oktober 2020]

Vaseline. 2020. Vasaline Hand Cream + Anti Bac 2 iIn 1. [online]. Tersedia di
https://www.vaseline.com/id/id/products/lotions-and-moisturizers/vaseline--
hand-cream---anti-bac-2- in-1.html [Diakses 28 Oktober 2020]

Wibowo, Ilham, 2020. Kemenperin Dorong Kemasan Produk Kosmetik Berbahan


Ramah Lingkungan [WWW Document]. medcom.id. URL
https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/yKXAno6N-kemenperin-dorong-
kemasan-produk-kosmetik-berbahan-ramah-lingkungan (accessed 11.3.20).

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai