Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Indah Permatasari

NPM : 71200811047

Semester : III (Tiga)

Tugas Pakar Minggu 4 Modul 10 Darah Dan Keganasan

HIPERSENSITIVITAS

“dr. M. Arief Pratama, M.Ked (ClinPath), Sp.PK”

 Reaksi Hipersensitivitas  peningkatan reaktivitas atau sensitivitas thp antigen yang


pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.
 Reaksi hipersensitivitas  (-) pernah timbul pada pemaparan pertama
 Terjadi jika :
- Jumlah antigen yang masuk relatif banyak
- Bila status imunologi seseorang meningkat, baik selular maupun humoral

 Etiologi
Penyebab reaksi hipersensitivitas diantaranya :
- Infeksi persisten pada infeksi, terdapat antigen mikroba. Pada proses infeksi ini akan
muncul kompleks imun pada organ yang terinfeksi
- Autoimun Terjadi kompleks imun yang berasal dari tubuh sendiri. Kompleks imun
mengendap pada ginjal, sendi dan pembuluh darah
- Ekstrinsik Pada reaksi ini, antigen yang berperan adalah antigen lingkungan.

 Menurut Gell dan Coombs ada 4 tipe reaksi hipersensitivitas yaitu :


1. Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi anafilaktif
 Reaksi cepat
 Terjadi dlm waktu detik/menit (< 1 jam) setelah terpapar antigen
 Reaksi timbul akibat interaksi antibodi IgE spesifik dengan sel mast dan
eosinofil
 Menimbulkan peradangan (inflamasi)
Tanda radang : tumor (membengkak), calor (menghangat), dolor (nyeri),
rubor (memerah), functio laesa (daya pergerakan menurun)
 Gejala hipersensitivitas tipe 1, antara lain:
- Urtikaria atau biduran
- Angioedema
- Rhinitis
- Asma
- Anafilaksis

2. Reaksi hipersensitivitas tipe II  reaksi sitotoksik


 Reaksi Intermediet
 Penyebab : akibat interaksi antibodi IgM dan IgG dengan allergen 
menimbulkan kerusakan pada dinding sel atau jaringan
 Utk meningkatkan diagnosa, diperiksa kadar IgG dan IgM nya
- Kronis (IgG meningkat, IgM normal)
- Akut (IgM meningkat, IgG normal)
 Penyakit reaksi hipersensitivitas jenis ini : anemia hemolitik autoimun,
penolakan transplantasi organ, dan penyakit Hashimoto.

3. Reaksi hipersensitivitas tipe III  reaksi kompleks imun


 Reaksi intermediet
 Timbul : 4 - 10 hari
 Penyakit kompleks imun
 Yang terjadi : pengaktifan sel basophil  mempengaruhi dinding pembuluh
darah (Pembuluh darahnya melebar, pengeluaran plasma darah ke
jar.eksraseluler, menyebabkan edema, jika ke paru paru menyebabkan paru
paru basah, persendian meradang/membengkak)
 Penyakit yang terjadi karena reaksi hipersensitivitas tipe 3 : lupus,
glomerulonefritis, dan rheumatoid arthritis.

4. Reaksi hipersensitivitas tipe IV  reaksi yang diperantarai oleh sel


 Merupakan reaksi tipe lambat
 Bersifat kronis
 Timbul > 10 hari, ± 2 minggu
 penyakit yang terjadi karena reaksi hipersensitivitas tipe 4 adalah dermatitis
kontak, dan TB

 Pemeriksaan Laboratorium
- Hipersensitivitas Tipe I  Prosedur tes kulit, seperti skin prick testing (SPT) dan tes
intradermal (tes dimana alergen diinjeksikan ke dalam dermis kulit)
- Hipersensitivitas Tipe II  pemeriksaan Coombs indirek
- Hipersensitivitas Tipe III  Pemeriksaan hemaglutinasi dan komplemen
- Hipersensitivitas Tipe IV  pemeriksaan lab sangat rumit dilakukan dan hasilnya
sering tidak memuaskan

Anda mungkin juga menyukai