Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


NISAM ANTARA KABUPATEN ACEH UTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


MelaksanakanTugas Akhir

Disusun oleh :

CUT WAHYUNI
NIM: 1807201108

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021
HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NISAM ANTARA KABUPATEN ACEH UTARA

1.1 Latar Belakang

Menua (menjadi tua) merupakan suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam

memenuhi kebutuhan dalam hidup. Dengan kata lain menua ditandai dengan kulit

yang mengendur, rambut yang memutih, penurunan pendengaran, penglihatan

yang menjadi semakin buruk dan sensitivitas emosi. Proses menua merupakan

proses yang terus – menerus (berlanjut) secara alamiah (Pasaribu, 2020).

Menurut data WorId PopuIation Prospects pada tahun 2015 ada

901.000.000 orang yang berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 12 % dari

jumlah populasi global. Asia menjadi urutan teratas dengan populasi lanjut usia

terbanyak, dimana saat tahun 2015 jumlahnya 508 juta lanjut usia, mencapai 65 %

dari jumlah populasi lanjut usia didunia. Indonesia menempati lima besar di dunia

dengan penduduk lansia yang tinggi. Indonesia pada tahun 2016 jumlah penduduk

Ianjut usia 8,69 % dari total penduduk yaitu 22,48 juta lebih jiwa. Proporsi

tersebut diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2050 (Aprilia, 2019).

Pengaruh globalisasi, perkembangan teknologi dan industri telah banyak

membawa perubahan pada prilaku gaya hidup lansia serta situasi lingkungannya,

misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan

meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah

memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi penyakit dengan terus

meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker

dan diabetes mellitus (Kementerian Kesehatan, 2020).


Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja atau sekresi

insulin (Bhatt, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019, diabetes

mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab

kematian tertinggi ke empat didunia. Setiap tahun terdapat 3,2 juta kematian yang

disebabkan langsung oleh diabetes.

Organisasi International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan pada

tahun 2019 terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita

diabetes atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9.3% dari total penduduk

pada usia yang sama. Prevalensi diabetes di perkirakan meningkat seiring

penambahan umur penduduk pada usia 65-79 tahun menjadi 19.9% atau 111.2

juta orang. Angka tersebut di prediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta

di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045 (IDF, 2019).

IDF juga memproyeksikan jumlah penderita diabetes pada penduduk umur

20-79 tahun pada beberapa negara di dunia dan terdapat 10 negara dengan jumlah

penderita tertinggi. Negara Cina menempati peringkat pertama dengan 116,4 juta

penderita, India pada peringkat kedua dengan 77 juta penderita dan Amerika

Serikat menempati peringkat ketiga dengan 31 juta penderita. Indonesia

merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk kedalam daftar 10

negara dengan jumlah penderita DM tertinggi dan berada diperingkat ketujuh

dengan 10,7 juta penderita (IDF, 2019 dalam PUSDATIN, 2020).


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi diabetes melitus di Indonesia pada umur ≥15 tahun meningkat dari

1.5% pada 2013 menjadi 2% pada Tahun 2018. Namun prevalensi diabetes

melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6.9% pada 2013

menjadi 8.5% pada tahun 2018.

Prevalensi tertinggi DM di Indonesia yaitu DKI Jakarta 3,4%, Kalimantan

Timur 3,1%, DI Yogyakarta 3,1%, dan Sulawesi Utara 3% dan prevalensi

terendah yaitu Nusa Tenggara Timur dengan 0,9%. Sedangkan Provinsi Aceh

berada diperingkat kedelapan dengan jumlah penderita DM sebesar 2,2%

(Riskesdas, 2018).

Menurut Profil Kesehatan Aceh (2019) Provinsi Aceh menduduki peringkat

ke-4 dengan prevalensi kejadian diabetes melitus mencapai 138.291 penderita dan

yang mendapat pelayanan sesuai standar sebanyak 95.005 penderita atau sebesar

69%. Aceh Utara menempati peringkat pertama dengan kejadian mencapai 29.703

dan Banda Aceh menempati urutan kedua dengan angka kejadian mencapai

14.052 penderita serta kejadian urutan ketiga.

Salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi DM adalah dengan

melakukan penatalaksanaan secara kompherensif untuk menghindari komplikasi

seperti Komplikasi yang dijumpai pada pasien diabetes melitus meliputi

hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis, neuropathy yang meningkatkan risiko

luka gangren yang berdampak pada amputasi, retinopati yang berpotensial

mengalami kebutaan, nefropati yang dapat berujung pada gagal ginjal (Hidayah,

2019).
Masalah-masalah tersebut dapat diminimalkan apabila lansia dengan DM

memiliki pengetahuan yang baikdan kemampuan dalam melakukan pengontrolan

secara tepat terhadap penyakitnya yaitu dengan cara melakukan self care(Putra &

Suari, 2018). Self care adalah bentuk perilaku yang dilakukan oleh setiap individu

dalam menjaga kesehatan, perkembangan, dan kehidupan di sekitarnya (Baker &

Denyes, 2008). Perawatan diri (self care) yang dilakukan sebagai upaya seseorang

dalam mengendalikan, mempertahankan, dan meningkatkan status kesehatan dan

kesejahteraan (Alligood, 2014). Lansia dengan diabetes melitus harus terlibat

dalam serangkaian aktivitas self care yang kompleks untuk mengelola diabetes

mereka sehingga mampu mencegah terjadinya komplikasi (Rosiek, et al., 2016).

The American Association of Diabetes Educators [AADE] (2018) juga

telah mengidentifikasi tujuh perilaku self care diantaranya makan sehat, aktif

secara fisik, pengontrolan kadar gula darah, mematuhi obat yang diresepkan, dan

rutin melakukan perawatan kaki merupakan manajemen diabetes yang penting.

Namun, seringkali dalam melakukan aktivitas ini dan mengintegrasikannya dalam

rutinitas harian pasien bisa sangat menantang dan sulit untuk dipertahankan dalam

jangka waktu yang panjang (Shrivastava, et al., 2013).

Lansia dengan diabetes melitus memerlukan pembatasan diet seumur

hidup, latihan fisik, kepatuhan pengobatan, dan pemantauan glukosa darah.

Selama proses menjalani aktivitas self care dalam jangka panjang tersebut,

membuat banyak lansia mengalami beban emosional termasuk cemas tentang

komplikasi yang terjadi, ketakutan hipoglikemia, perasaan bersalah, hingga

depresi yang berdampak pada penurunan kualitas hidup (Dong, et al., 2020).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan Self Care dengan

Kualitas Hidup Lansia Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam

Antara Kabupaten Aceh Utara” ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.A Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan Self Care dengan Kualitas Hidup Lansia

Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh

Utara.

1.3.B Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Self Care pada lansia diabetes melitus di wilayah Kerja

Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara.

b. Untuk mengetahui kualitas hidup pada lansia diabetes melitus di wilayah

Kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara

c. Untuk mengetahui Untuk mengetahui hubungan self care dengan kualitas


hidup lansia diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas nisam antara
kabupaten aceh utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai masukan bagi peneliti, memberikan pengalaman dalam penerapan

teori, dan wawasan hal penelitian serta penerapan ilmu yang diperoleh peneliti

selama pendidikan.
1.4.2 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penderita diabetes

tentang self care dan peningkatan kualitas hidup lansia diabetes melitus.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan diperpustakaan bagi mahasiswa dalam bidang

keperawatan gerontik khususnya pada lansia dengan diabetes melitus.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

untuk melakukan penelitian berikutnya serta dapat mengembangkannya lebih

dalam lagi.

1.5 KerangkaKonsepPenelitian

Variabel independen Variabel dependen

Self-Care Kualitas Hidup

Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

1.6 Hipotesa

Ho : Tidak ada hubungan Self Care dengan kualitas hidup lansia Diabetes

Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara

Ha : Ada hubungan Self Care dengan Kualitas Hidup lansia Diabetes Melitus

di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara.


1.7 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan studi deskriptif korelasi yaitu

suatu desain untuk mengkaji hubungan antara variabel. Desain penelitian yang

digunakan adalah metode cross sectional,dimana hubungan antara Selfcare

(variabel independent) dengan kualitas hidup (variabel dependent) dilihat dan di

ukur satu kali dalam waktu bersamaan (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini,

peneliti akan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk

pengumpulan data.

1.8 Populasi dan sampel

1.8.1 Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau data dengan karateristik tertentu yang

akan diteliti (Nursalam, 2015).Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara yang

menderita diabetes melitus dan bersedia menjadi responden.

1.8.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti untuk menentukan

jumlah responden. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan teknik Startified random sampling yaitu teknik pengambilan

sampel dengan memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada populasi. Untuk

menentukan besarnya sampel pada setiap desa dilakukan dengan alokasi

proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional (Nursalam, 2015).


1.9 Analisa Data

1.9.1 Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasilpenelitian.

Data analisa disajikan dalam bentuk tabel. Pada umumnya, hasil analisis data

hanya menghasilkan distribusi frekuensi, kemudian akan ditemukan persentase

dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2014).

1.9.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable yang

diduga berhbungan atau berkorelasi. Untuk mengetahui hubungan antar variable

digunakan uji chi square (Notoatmodjo, 2014). Penentuan nilai α (alpha)

tergantung dari tujuan dan kondisi penelitian. Nilai α (alpha) yang sering

digunakan adalah 10%, 5%, atau 1%. Nilai α (alpha) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 5% (0,05).Pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria

yaitu, apabila ρ value ≤ 0,05, H0 ditolak, berarti ada hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Bila ρ value  0,05, H0 gagal dotolak, berarti

tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, dkk. (2019). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Risiko Jatuh Pada
Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1 Juli 2019.
ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-405.

Hastono, S.P. (2010). Statistik Kesehatan.Jakarta: Rajawali Pres.

Machfoedz. (2010). MetodologiPenelitian. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novita (2016). Hubungan Gangguan Kognitif Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia
Di Panti Sosial. Banjarmasin: jurnal stikes Banjarmasin.

Nursalam. (2015). MetodelogiPenelitianIlmuKeperawatan.Jakarta:


SalembaMedika.

Pasaribu, Dewi. (2020).Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Resiko Jatuh Pada


Lanjut Usia Di Wilayah Puskesmas Medan Tuntungan. Jurnal Ners
Indonesia, Volume 6, Nomor 2, April 2020.

Pramadita, dkk. (2019). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Gangguan


Keseimbangan Postural Pada Lansia. Jurnal Kedokteran Diponegoro
Volume 8, Nomor 2, April 2019.

Rahayu, Pujiwati. (2014). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Resiko Jatuh Pada
Lanjut Usia Di PSTW Unit BudhiLuhur Yogyakarta.

Wardianti, Dwi. (2018). Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Resiko Jatuh
Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.

Widiyastuti, L. (2014). Faktor Faktor Penurunan Fungsi Kognitif Yang Dapat


Dimodifikasi Pada Lansia Di Panti Werdha Majapahit Kabupten Mojokerto.

Anda mungkin juga menyukai