Anda di halaman 1dari 30

PRAKTIKUM KOSMETIK

PEMBUATAN SPRAY GEL DENGAN MENGGUNAKAN INFUSA BIJI KEDELAI

DOSEM PEMBIMBING :
Weny Puspita M.Farm.,Apt

DISUSUN OLEH :
AGUSTI ANGGRAINI 199401
ANDRE AKBAR PRATAMA 199404
ANDI ARIF RAMADHAN 199407
ASMAURINI PRAMUDYA 199410
ATIKA PUTRI 199413
CHISCA NOVRIYATI 199416
DHEA NUR AZURA 199419
DINY PUJI ANGGRAEANI 199422
ERNAWATI 199428
FAHMA 199431

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2021/2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………1


DAFTAR ISI……………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….3
1.1 Tujuan Praktikum…………………………………………………….4

BAB II DASAR TEORI………………………………………………...5


2.2 Tinjauan Tanaman Keladi…………………………………………....6

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai …………………………………..7


2.2.2 Morfologi Tanaman Kedelai……………………………...…….8

2.2.3 Kandungan Tanaman Kedelai…………………………………..9


2.2.4 Monografi Bahan………………………………………………10

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN ………………………...…11


3.1 Alat………………………………………………………………….. 12
3.2 Bahan…………………………………………………………………13

3.3 Formulasi……………………………………………………………..14
3.4 Penimbangan…………………………………………………………..15

3.5 Cara Kerja………………………………………………………….….16


3.6 Evaluasi Sediaan………………………………………………………17
BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN …………………………………18
4.1 Uji Organoleptis………………………………………………….……19

4.2 Uji Ph…………………………………………………………………..20


4.3 Uji SPF ……………………………………………………………..…21

4.4 Uji Homogenitas…………………………………………………..…..22


4.5 Pengujian Daya Sebar Lekat …………………………………….……23
4.6 Pembahasan……………………………………………………………24

2
BAB V KESIMPULAN ……………………………………………25

5.1 Kesimpulan …………………………………………………..26


DAFTAR PUSTAKA………………………………………….27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kedelai merupakan salah satu tanaman anggota kacang-kacangan yang
memiliki kandungan protein nabati yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
jenis kacang-kacangan yang lainnya seperti kacang tolo, kacang merah, kacang
hijau, kacang gude dan kacang tanah. Hal tersebut ditegaskan oleh Astawan (2004)
bahwa kedelai utuh mengandung 35-40 % protein paling tinggi dari segala jenis
kacang-kacangan. Ditinjau dari segi protein, kedelai yang paling baik mutu
gizinya, yaitu hampir setara dengan protein pada daging. Protein kedelai
merupakan satu-satunya dari jenis kacang yang mempunyai susunan asam amino
esensial yang paling lengkap.
Tanaman kedelai (Glycine max L.) termasuk famili Leguminoceae yang
berasal dari Manshuko Cina, Kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia
Tenggara, dan Indonesia. Penyebaran kedelai pertama kali di Indonesia yaitu Jawa
Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali.
Indonesia adalah Negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah
Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).
Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan terpenting ketiga
di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein
nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena
aman bagi kesehatan dan harganya relatif murah dibandingkan dengan sumber
protein hewani. Tanaman kedelai dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
tempe, tahu, tauco, kecap, dan sebagai campuran makanan ternak. Tepung kedelai
merupakan bahan baku untuk pembuatan susu, keju, roti, kue dan lain-lain.
Produksi kedelai di Indonesia hanya mampu memenuhi 30% konsumsi dalam
negeri, sisanya dipenuhi melalui impor (Kementan, 2016).

4
Untuk mendapatkan efek perlindungan terhadap sinar ultraviolet
hendaknya dipilih bentuk sediaan yang sesuai, yang tidak menimbulkan iritasi, dan
dapat membawa bahan obat dengan baik. Sediaan gel memiliki beberapa
keuntungan diantaranya tidak lengket, mudah mengering, memiliki lapisan film
yang tipis sehingga mudah dicuci (Suardi et al., 2008). Menurut penelitian Nursiah
dkk. (2011), gelling agent HPMC memiliki stabilitas fisik yang baik jika
dibandingkan dengan carbopol pada sediaan gel. Dalam formulasi gel ekstrak biji
kedelai ini digunakan Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) sebagai basis
karena merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik, menghasilkan gel yang
jernih dan tidak berwarna serta memiliki resistensi yang baik terhadap serangan
mikroba. Menurut 2 Wade dan Waller (1994) HPMC yang dapat digunakan berada
pada rentang konsentrasi 2- 4%. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi HPMC dapat
meningkatkan viskositas dan menurunkan daya sebar dari sediaan gel (Sukmawati,
2013). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan penelitian tentang
formulasi gel dari ekstrak kedelai menggunakan basis HPMC.
Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menimbulkan bebagai
kerugian yaitu penuaan dini, merusak tekstur kulit, dan reaksi terbakar (Rusita dan
Indarto, 2017). Sebagai pencegahan agar kulit tidak terpapar secara langsung oleh
sinar UV dapat digunakan sediaan tabir surya (Isfardiyana dan Safitri, 2014).
Kedelai merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai sumber bahan
makanan seperti tahu, tempe dan kecap (Silitonga dan Djanuwardi, 1996). Selain
digunakan sebagai bahan pangan kandungan senyawa yang terdapat dalam biji
kedelai berupa flavonoid, dapat digunakan sebagai antioksidan (Saija dkk., 1995).
Tanaman kedelai mengandung isoflavon berbentuk glikosida yang terdiri dari
genistein, daidzein dan glistein (Naim, 1974). Senyawa isoflavon berfungsi
sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya kerusakan kulit akibat radikal bebas
melalui dua mekanisme antara lain mendonorkan ion hidrogen dan bertindak
sebagai scavenger (Astuti, 2008). Ekstrak biji kedelai menunjukkan nilai SPF
sebesar 6,93 pada konsentrasi 0,5% (Sherly, 2014). Menurut hasil penelitian

5
Rosmala dkk. (2014) telah terbukti bahwa sediaan krim dengan konsentrasi ekstrak
kacang kedelai 2%, 4%, 6% dan 8% menunjukkan hasil stabil dan tidak terjadi
pemisahan selama penyimpanan.
Tabir surya merupakan sediaan kosmetik yang dirancang untuk dapat
mengurangi efek yang berbahaya dari paparan sinar ultraviolet terhadap kulit
(Bonda, 2009). Potensi tabir surya mampu menyerap sedikitnya 85% sinar
matahari pada panjang gelombang 290 – 320 nm untuk UV B tetapi dapat
meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk UV A
(Suryanto dan Putra, 2012). Pengembangan formulasi sediaan topikal sebagai tabir
surya salah satunya adalah bentuk sediaan spray gel. Oleh karena itu dilakukan
formulasi dan uji aktivitas tabir surya dari sediaan spray gel yang mengandung
Ekstrak Etanol Biji Kedelai (EEBK).

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui cara pembuatan spray gell serta memahami
praformulasi ,formulasi dan evaluasi sediaan.

6
BAB II

DASAR TEORI

A. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman jenis polong-
polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti susu,
kecap, tahu, dan tempe.
Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan
sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai merupakan sumber
utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia
adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat
di luar Asia setelah 1910.
a. Klasifikasi tanaman Kedelai (Glycine max L.) adalah sebagai berikut:
Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman berasal dari famili Fabaceae.
Klasifikasi kedelai (Glycine max L.) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max L. (USDA, 2016).
b. Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Karakteristik tanaman kedelai hitam memiliki batang dengan tinggi sekitar
56,9 cm. Batang tanaman yang tumbuh dapat dibedakan dengan dua tipe yaitu
determinate dan indeterminate (Adisarwanto, 2008). Batang determinate adalah

7
batang yang sudah tidak dapat tumbuh lagi pada saat tanaman sudah berbunga,
sementara indeterminate adalah batang yang masih dapat tumbuh lagi atau
bertunas daun baru meskipun tanaman sudah mulai berbunga (Suhartina dan
Kuswantoro, 2011).
Daun kedelai berwarna hijau dan berbentuk lonjong (triangular) dengan
ukuran daun medium. Daun kedelai memiliki berbagai bentuk tergantung pada
varietas kedelai yakni lonjong, lanceolate atau dapat disebut berdaun lebar
(broad leaf) dan berdaun sempit (narrow leaf) (Fachruddin, 2000).
Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman leguminosa yang bersimbiosis
dengan bakteri rhizobium yang banyak terdapat di daerah perakaran dengan
membentuk bintil akar (Yuwono, 2006). Bakteri rhizobium dapat memfiksasi
unsur N, dengan mengubah N dari bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia
adalah melalui proses yang dikenal dengan penambatan nitrogen biologis
(biological nitrogen fixation = BNF), dimana N2 udara diubah menjadi amonia
karena adanya enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh bakteri rhizobium
(Purwaningsih, 2008).
Bunga kedelai merupakan bunga sempurna yang memiliki warna ungu atau
putih, serta alat reproduksi bunga jantan dan betina pada satu tempat yang sama
(Fachruddin, 2000). Bunga kedelai terdiri dari dua kelopak dan dua mahkota
sehingga bunga ini seringkali disebut bunga kupu-kupu. Bunga kedelai akan
muncul pada ketiak daun atau juga dapat mucul pada cabang tanaman yang
terdapat daun (Suhartina dkk. 2012).
Benih kedelai terdiri dari embrio, kotiledon dan kulit benih. Embrio terdiri
dari radikula, plumula, dan hipokotil. Kotiledon benih kedelai memiliki struktur
yang besar berisikan cadangan makanan benih kedelai. Kotiledon berasal dari
protoderm dan sel dalam yang mengalami pembelahan dan diferensiasi
(Mulyani, 2006).
Benih kedelai berbentuk lonjong bulat dengan ukuran bermacam-macam
tergantung varietasnya. Bagian kulit benih merupakan bagian terluar dari benih
yang terdiri atas testa, lapisan epidermis, hypodermis dan parenkima. Warna

8
benih kedelai terdiri dari kuning muda, kuning, kuningtua, kuning hijau, hijau
kuning, coklat muda, coklat, coklat tua, dan hitam (Suhartina dkk. 2012).
c. Kandungan Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Kacang kedelai juga diketahui mengandung antioksidan isoflavon, vitamin
C, vitamin B1, magnesium, folat, selenium, zinc, serta lemak baik omega-3 dan
omega-6.
Berkat kandungan nutrisinya yang tinggi, kacang kedelai sudah lama
dikenal sebagai salah satu jenis makanan sehat. Kacang kedelai juga umum
dikonsumsi sebagai susu kedelai atau pengganti susu bagi orang yang alergi
terhadap susu sapi.

d. Monografi Bahan
1. Carbopol 940
Nama lain Acritamer, acrylic acid polymer, carbomer.
Pemerian Berwarna putih berbentuk serbuk halus, bersifat asam,
higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau
Bobot molekul 72 gr/mol
Kelarutan Carbopol dapat larut di dalam air, di dalam etanol (95%) dan
gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan
koloidal bersifat asam, sifat merekatnya rendah
Fungsi Carbopol merupakan salah satu jenis gelling agent digunakan
sebagian besar di dalam cairan atau sediaan formulasi semisolid
berkenaan dengan farmasi sebagai agent pensuspensi atau agent
penambah kekentalan

9
2. Metil paraben (FI ed III 378)
Nama resmi Methylis paraben
Pemerian Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, ion
etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter
dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas,
jika diinginkan larutan tetap jernih.
Inkompetibilitas Aktivitas antimikroba methylparaben dan paraben lainnya
adalah sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik,
seperti sebagai polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan Zat tambahan, zat pengawet antimikroba.

3. Propillenglikol
Pemerian Cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopik
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P dan kloroform P,
larut dalam 6 bagian eter : tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Khasiat Pengawet,disinfectan,humectant,plasticizer, dan solven

4. TEA (Hope 6th edition)


Pemerian Cairan tidak berwarna sampai kuning pucat, memiliki bau
amoniak.
Bobot molekul 149,19

10
pH 10,5
Kelarutan Dapat bercampur dengan aseton, metanol, air dan karbon tetra
klorid. Kelarutan 1: 24 dalam benzen, kelarutan 1:63 dalam etil
eter.
Stabilitas TEA dapat berubah menjadi coklat pada paparan udara dan
cahaya. Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung
dari cahaya, tempat sejuk dan kering.
Inkompetibilitas Bereaksi dengan asam mineral membentuk kristal garam dan
eter, dengan asam lemak tinggi larut dalam air memiliki
karakteristik sabun. Bereaksi dengan tembaga membentuk
kompleks garam.
Fungsi Pengemulsi dan stabilizer

5. HPMC
Nama lain Hydroxypropyl Methylcellulose
Pemerian Gel yang netral, jernih, tidak berwarna tidak berasa, dan punya
retensi yang baik terhadap serangan mikroba serta memberikan
kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit.

6. Propil paraben ( Handbook of pharmaceutical excipients hal 411)


Nama resmi Propylis parabenum
Pemerian Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam
40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam alkil hidroksida
Fungsi Pengawet

11
7. Aquades (Hope 6th edition)
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Stabilitas Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam wadah yang
sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel-partikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktifitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel-partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh.
Inkompetibilitas Bereaksi dengan bahan eksipien lain yang mudah terhidrolisis
Fungsi Sebagai fase air

12
BAB III

ALAT, BAHAN METODE PENELITIAN

A. ALAT
➢ Homogenizer
➢ Botol spray
➢ Cawan penguap
➢ Timbangan analitik
➢ Jangka sorong
➢ pH meter
➢ Beaker Glass.
➢ Gelas Ukur
➢ Aluminium foil
B. BAHAN
➢ Infusa biji kedelai
➢ Carbopol 940
➢ HPMC
➢ TEA
➢ Metil paraben
➢ Propil paraben
➢ Propilenglikol
➢ Aquadest

13
C. FORMULA
FORMULASI JUMLAH FUNGSI KONSENTRASI
Infusa biji kedelai 4g Zat aktif 4%
Carbopol 940 0,5 g Gelling agent 0,5%
HPMC 0,5 g Gelling agent dan humektan 0,5%
TEA 0,5 g Pengemulsi dan alkalizing 0,5%
agent
Metil paraben 0.18 g Zat pengawet 0,l8%
Propil paraben 0,01 g Zat Pengawet dan antioksidan 0,01%
Propilenglikol 10 g Zat pelarut dan pembawa 10%
Aquadest ad 100 g Pelarut 64,319 g

D. PERHITUNGAN BAHAN
4
➢ Infusa biji kedelai = 100 𝑥 100 𝑔 = 4 𝑔
0,5
➢ Carbopol 940 = 100 𝑥 100 𝑔 = 0,5 𝑔
0,5
➢ TEA = 𝑥 100 𝑔 = 0,5 𝑔
100
0,18
➢ Metil paraben = 100 𝑥 100 𝑔 = 0,18 𝑔
0,01
➢ Propil paraben = 𝑥 100 𝑔 = 0,01 𝑔
100
10
➢ Propilenglikol = 𝑥 100 𝑔 = 10 𝑔
100
0,5
➢ HPMC = 100 𝑥 100 𝑔 = 0,5 𝑔

➢ Aquades untuk mengembangkan carbopol dan HPMC


Carbopol = 20 x 0,5 = 10 mL
HPMC = 20 x 0,5 = 10 Ml
➢ Aquadest sisa = 4 g + 0,5 g + 0,5 g + 0,18 g + 0,01 g + 10 g
+ 0,5 g + 10 mL + 10 mL
= 100 g – 35,69 g
= 64,319 g

14
E. PENIMBANGAN BAHAN
➢ Infusa biji kedelai =4g
➢ Carbopol 940 = 0,5 g
➢ TEA = 0,5 g
➢ Metil paraben = 0,18 g
➢ Propil paraben = 0,01 g
➢ Propilenglikol = 10 g
➢ Aqudest untuk Carbopol = 10 mL
➢ Aquadest untuk HPMC = 10 mL
➢ Aquadest sisa = 64,319 g

F. CARA KERJA
1. Dilakukan penimbangan bahan
2. Didispersikan carbopol 940 (A) dan HPMC (B) kedalam masing-masing
lumpang dengan air panas hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk di
dalam lumpang sampai homogen
3. Dimasukkan sediaan (B) ke dalam sediaan (A) lalu tambahkan TEA diaduk
hingga homogen.
4. Metil paraben, propil paraben dilarukan ke dalam propilenglikol (C)
5. Dicampurkan sediaan A, C dan masukkan infusa biji kedelai, diaduk sampai
homogen
6. Dikemas dan diberi label
7. Dilakukan evaluasi sediaan

G. EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis

15
Pengujian organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan
cara melakukan pengamatan terhadap warna, bau, dan tekstur dari sediaan
(Djajadisastra dkk., 2009).
2. Uji homogenitas
Syarat : tidak mengumpal atau tidak terdapat butiran-butiran kasar
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya partikel
kasar atau padatan
3. Pengujian pH
Syarat : 4,5 – 8,0
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pemeriksaan pH
diawali dengan kalibrasi alat pH meter menggunakan larutan dapar pH 4.01.
Masing-masing formula harus memenuhi rentang pH dengan kisaran sesuai
dengan pH kulit yaitu 4,5 – 8,0 (Liony, 2014).
4. Pengujian daya sebar lekat
Syarat : Melekat di Kulit
Spray gel disemprotkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari jarak
3 cm. Setelah disemprotkan, kemudian dihitung selama 10 detik. Pengujian
dilakukan sebanyak tiga kali dan diamati apakah spray gel menempel atau
menetes dari hasil semprotan ke bawah (Suyudi, 2014).
5. Pengujian aktivitas tabir surya
Pengujian aktivitas tabir surya dilakukan dengan cara menentukan nilai SPF
secara in vitro menggunakan spektrofotometri UV. formula spray gel ditimbang
sebanyak 0,2 gram, dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 10 mL di dalam labu
takar hingga homogen. Sampel spray gel yang telah dilarutkan dengan etanol
96% dimasukkan ke dalam kuvet untuk dibaca serapannya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang antara 290- 320 nm dengan
interval 5 nm. Blangko yang digunakan adalah etanol 96%. Hasil absorbansi
masing-masing konsentrasi dicatat untuk dihitung nilai SPF (Damogalad dkk.,
2013). Nilai SPF sediaan spray gel dianalisis menggunakan metode Mansur
(1986) :

16
320

𝑆𝑃𝐹 = 𝐶𝐹 𝑋 ∑ 𝑋 𝐴𝑏𝑠 𝑋 𝐸𝐸 𝑋 𝐼
290

Keterangan:

CF = Faktor Koreksi
EE = Efisiensi Eriterma
I = Spektrum Intensitas dari Matahari
Abs = Adsorbansi dari sampel
Menurut FDA (Food Drug Administration) pembagian kemampuan tabir surya/
SPF (Sun Protection Factor) adalah Minimal (SPF 2-4), Sedang (SPF 4-6),
Ekstra (SPF 6-8), Maksimal (SPF 8-15), dan Ultra (jika SPF lebih dari 15)
(Damogalad, 2013)

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Organoleptis
warna : Putih kekuningan
Bau : Berbau khas biji kedelai
Tekstur : Semi padat

B. Uji pH
Replikasi 1 : 5
Replikasi 2 : 5
Replikasi 3 : 5
Rata-rata : 5

C. Uji SPF
290 : 10 x 0,0150 x 0,358 = 0,179
295 : 10 x 0,0817 x 0,340 = 0,277
300 : 10 x 0,2874 x 0,318 = 0,913
305 : 10 x 0,3278 x 0,297 = 0,973
310 : 10 x 0,1864 x 0,267 = 0,497
315 : 10 x 0,0839 x 0,270 = 0,106
320 : 10 x 0,0180 x 0,200 = 0,036 +
2,981

D. Uji Homogenitas
Tidak terjadinya gumpalan dan butiran kasar pada saat spray gel di
semprotkan.

E. Pengujian Daya Sebar Lekat


Replikasi 1 : Menempel dikulit

18
Replikasi 2 : Menempel dikulit
Replikasi 3 : Menempel dikulit

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini zat aktif yang dibuat dalam sediaan ini
adalah infusa dari biji kedelai. Kedelai merupakan salah satu tanaman
anggota kacang-kacangan yang memiliki kandungan protein nabati
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan
yang lainnya. Tanaman kedelai (Glycine max L.) termasuk famili
Leguminoceae yang berasal dari Manshuko Cina, Kemudian menyebar
sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia. Penyebaran
kedelai pertama kali di Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Barat,
Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali. Indonesia adalah
Negara penghasil kedelai terbesar keenam di dunia setelah Amerika
Serikat, Brazil, Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).
Langkah langkah dalam pembuatan spray gel ini adalah
menyiapkan sampel terlebih dahulu. Yaitu, yang pertama adalah
merebus sebentar kacang kedelainya sebanyak 200mg, setelah tampak
agak sedikit lunak maka angkat kedelai dan dinginkan sebentar, setelah
itu di haluskan kedelai sampai benar-benar halus. Saring hasil nya dan
diambil bagian airnya.
Selanjutnya dilakukan pembuatan spary gel. Yaitu dengan menimbang
semua bahan, dispersikan carbopol 940 (A) dan HPMC (B) kedalam
masing-masing lumpang dengan air panas hingga mengembang
sempurna, kemudian diaduk di dalam lumpang sampai homogen..
Dimasukkan sediaan (B) ke dalam sediaan (A) lalu tambahkan TEA
diaduk hingga homogen. Metil paraben, propil paraben dilarukan ke
dalam propilenglikol (C). Dicampurkan sediaan A, C dan masukkan
infusa biji kedelai, diaduk sampai homogeny. Dikemas dan diberi label.

19
Setelah sediaan jadi, dilakukan evaluasi sediaan. Evaluasi yang
dilakukan adalah uji organoleptis, uji pH, uji SPF, uji daya sebar lekat,
uji homogenitas.
Pada uji organoleptis yang dilakukan bertujian untuk melihat
tampilan fisik sediaan meliputi warna, bentuk, dan bau. Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada formulasi spray gel adalah, bentuk sediaan
semi padat, dengan warna kekuningan dan mempunyai bau yaitu khas
aroma kedelai.
Selanjutnya dilakukan uji pH yang bertujuan untuk mengetahui
keaanan sediaan spray gel pada saat penggunaan agar tidak mengiritasi
kulit, stabilitas sediaan dan efektifitasnya. Cara melakukannya yaitu
dengan dimasukkan stik pH universal pada sampel. Lalu lihat perubahan
warna yang terjadi. Hasil pH yang diperoleh dari ketga replikasi spray
gel adalah 5 yang mana pada masing-masing formula harus memenuhi
rentang pH dengan kisaran sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 8,0
(Liony, 2014).
Dilakukan pengujian nilai SPF, dilakukan dengan cara menentukan
nilai SPF secara in vitro menggunakan spektrofotometri UV. Masing-
masing formula spray gel ditimbang sebanyak 0,1 gram, dilarutkan
dalam etanol 96% sebanyak 5 mL di dalam labu takar hingga homogen.
Sampel spray gel yang telah dilarutkan dengan etanol 96% dimasukkan
ke dalam kuvet untuk dibaca serapannya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang antara 290- 320 nm
dengan interval 5 nm. Blangko yang digunakan adalah etanol 96%.
Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi dicatat untuk dihitung nilai
SPF (Damogalad dkk., 2013). Hasil uji SPF didapatkan 2,981 dengan
kategori proteksi tabir surya. Proteksi minimal yaitu dengan nilai SPF
2-4.
Uji daya sebar lekat, Spray gel disemprotkan sebanyak satu kali ke
kulit bagian lengan atas dari jarak 3 cm. Setelah disemprotkan,

20
kemudian dihitung selama 10 detik. Pengujian dilakukan sebanyak tiga
kali dan diamati apakah spray gel menempel atau menetes dari hasil
semprotan ke bawah (Suyudi, 2014). Didapatkan hasil pada replikasi 1
menempel di kulit, pada replikasi 2 menempel di kulit, pada replikasi 3
menempel dikulit. Jdi untuk hasil keseluruhannya di dapatkan adalah
menempel sempurna pada kulit.
Yang terakhir adalah uji homogenitas, dilakukan untuk mengetahui
apakah sediaan bersifat homogen atau tidak dengan kaca objek.
Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah lotion pada
permukaan kaca arloji kemudian diarahkan ke sumber cahaya. Suatu
sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat
butiran kasar. Dalam praktikum kali ini didapattkan hasil bahwa sediaan
spray gel homogen.

21
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1. Dalam formulasi gel ekstrak biji kedelai ini digunakan Hydroxypropyl
Methylcellulose (HPMC)
2. Hasil organoleptis . warna kekuningan, bau khas kedelai, tekstur semi padat
3. Hasil uji pH, dengan rata-rata yaitu 5 dan memenuhi persyratan
4. Hasil uji SPF dengan hasil 2,981 dengan kategori proteksi tabir surya. Proteksi
minimal yaitu dengan nilai SPF 2-4.
5. Hasil uji daya sebar, di dapatkan adalah menempel sempurna pada kulit.
6. Hasil uji homogenitas adalah pada ke 3 replikasi hasilnya homogen

22
DAFTAR PUSTAKA

Afianti, H.P., & Murrukmihadi, M., 2015, Pengaruh Variasi Kadar Gelling Agent
HPMC terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak
Etanolik Daun Kemangi (Ocimum basilicum L. forma citratum Back.), Majalah
Farmaseutik vol 11 (2), 309
Ansari, S.A., 2009, Skin pH and Skin Flora In Handbook of Cosmetics Science and
Technologi, Third edition, Informa Healtcare USA, New York, pp 222-223.
Ashwal, A., Kalra, M., Rout, A., 2013, Preparation and Evaluation of Polyherbal
Cosmetic Cream, Der Pharmacia Lettre, India, pp 83-88.
Bonda, C., 2009, Sunscreen Photostability, Happi, 101
Chiang et al., 2007, UVB-Protective Effect of Isoflavone Extract from Soybean Cake in
Human Keratinocytes, International Journal of Molecular Sciences, 8, 651.
Chien & Yiew, W., 1981, Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medication,
Indian Journal of Pharmaceut
Djajadisastra, J., Mun’im, A, dan Dessy, N.P., 2009, Formulasigel Topical dari
Ekstrak Nerri folium Dalam Sediaan Anti Jerawat, Jurnal Farmasi Indonesia,
4, 210-216ical Science and Technology, 35.
Miranti, L., 2009, Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galangan)
dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat
Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Niyogi, P., N.J. Raju, P.G. Reddy, & B.G. Rao, 2012, Formulation and Evaluation of
Antiinflamatory Activity of Solanum pubscens Wild Extracts Gel on Albino
Wistar Rats, International Journal of Pharmacy, 2(3) : 484-490
Nursiah, H., Faradiba, Baharuddin, G., 2011, Formulasi Gel Sari Buah Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Majalah Farmasi dan Farmakologi, 15 (1), 5-9)
Saija, A., Scalese, M., Lanza, M., Marzullo, D., Bonina, F., dan Castelli, F., 1995,
Flavonoids as Antioxidant Agents: Importance of their Interaction with
Biomembranes Free Radic, BioMed, 19(4), 481-486
Sayuti, N.A., 2015, Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun
Ketepeng Cina (Cassia alata L.), Jurnal Kefarmasian Indonesia, 5(2), 74-82.

23
Sherly, D., 2014, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max)
terhadap Satuan Sun Protection Factor (SPF) secara in vitro dalam Sediaan
Krim Tabir Surya. Skripsi. Universitas Pancasila
Silitonga, C., dan Djanuwardi, B., 1996, Konsumsi tempe, dalam Sapuan dan Noer
Sutrisno (Ed.),Bunga Rampai Tempe Indonesia, Yayasan Tempe Indonesia,
Jakarta.
Sudjono, T. A., Mimin. H., dan Yunita, R. P., 2012, Pengaruh Konsentrasi Gelling
agent Carbomer 934 dan HPMC pada Formulasi Gel Lender Bekicot
(Achatina fulicai) Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar pada
Pungutan Kelinci, PHARMACON, Jurnal Farmasi Indonesia, 13 (1), 6-11.
Suryanto, P., dan Putra, E. T. S., 2012, Tradisional Enrichment Planting in
Agroforestry Marginal Land Gunung Kidul, Java-Indonesia, Journal of
Sustainable Development, 5(2), 77-87.
Suyudi, S. D., 2014, Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940
dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) Sebagai Pembentuk Gel, Skripsi,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Yumas, M., 2016, Formulasi Sediaan Krim Wajah Berbahan Aktif Ekstrak Metanol
Biji Kakao Non Fermentasi (Theobroma cacao (L).) Kombinasi Madu
Lebah, Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 11(2), 75-87.

24
DOKUMENTASI

1. Pembuatan infusa biji kedelai

Biji kedelai Pencucian biji kedelai

2. Pembuatan dan evaluasi spray gel infusa biji kedelai

Penimbangan bahan aktif Penimbangan aquadest

Hasil uji pH Hasil uji UV

25

Anda mungkin juga menyukai