Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI

KLINIK JANTUNG RSUD KANJURUHAN KAB. MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH:
MEI MASITAH FADLILLAH H
NIM: 202110461011112

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DI KLINIK JANTUNG RSUD KANJURUHAN KAB. MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK - 30

NAMA: MEI MASITAH FADLILLAH H


NIM: 202110461011112
PERIODE PRAKTEK/MINGGU KE: 20-25 DESEMBER 2021 / MINGGU 05

Malang, 24 Desember 2021


Pembimbing Lahan, Pembimbing Institusi,

(Denok P Sulistya S.Kep.,Ns) (Henik Tri Rahayu, S.Kep, Ns.,MS.,PhD)


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal

mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan

pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016). Gagal jantung adalah

sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan

fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur

atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan

terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau

kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)(Aspani, 2016).

1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA), sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Klasifikasi Fungsional gagal jantung (Aspiani,2016)
Kelas 1 Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan
dipsnea napas, palpitasi atau keletihan berlebihan
Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika beristirahat,
tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan palpitasi.
Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa nyaman ketika
beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala.
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak
nyaman : gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada
saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika
melakukan aktifitas fisik apapun.

1.3 Etiologi

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut (Aspani,

2016) :

a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload)

1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus

paten

2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta

3) Disaritmia

c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)

d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

1) Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya

kardiomiopati. Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif,

berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung

merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun .

2) Aterosklerosis koroner

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium

karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan

asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian

sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark

miokardium menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan

gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang

jantung.
3) Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat

menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk

hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan

disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko

terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia

baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

4) Penyakit jantung lain

Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang

secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat

mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub

semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,

pericardium, perikarditif 17 17 konstriktif atau stenosis AV), peningkatan

mendadak afterload. Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan

beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta

menyebabkan beban tekanan (after load).

5) Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju

metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga

dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau


metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas

jantung.

1.4 Tanda dan gejala

Menurut Kasron (2012), respon tubuh terhadap perubahan yang di alami saat

terjadinya gagal jantung terbagi atas dua kategori diantaranya :

a. Gagal jantung kiri Kongesti jantung menonjol pada ggal jantung ventrikel kiri

karean ventrikel kiri tidak mampu memompa drah yang datang dari patu.

Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

1) Dispnea

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu

pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu yang mana beberapa pasien dapat

mengalaminya pada malam hari dinamakan Paroksimal Noktural Dispnea

(PND).

2) Batuk

Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak

produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk yang

menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai

bercak darah.

3) Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung yang kurang sehingga menghambat jaringan

dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil

katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan

untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan serta

batuk.

4) Kegelisahan dan kecemasan


Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stess akibat kesakitan

bernafas dan pengetahhuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

5) Sianosis

b. Gagal jantung kanan

1) Kongestif jaringan perifer dan viseral

2) Edema ekstremitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,

penambahan berat badan.

3) Hepatomegali nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat

pembesaran vena di hepar.

4) Anoreksia dan mual

Terjadi akibat pembesaran vena dan statis dalam rongga abdomen.

5) Nokturia

Nokturia atau rasa ingin BAK pada malam hari, terjadi karena perfusi

renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi

paling sering pada malam hari karen acurah jantung akan membaik dengan

istirahat.

6) Kelemahan

Lemah yang menyertai HF sisi kanan disebabkan kerena menurunnya

curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah

katabolisme yang tidak adekuat dari jantung.


1.5 Patofisiologi / Web of caution

Disfungsi miokard
(AMI) Miokarditis Penyakit
Beban tekanan jantung
Beban sistolik Ateroske Hipertermi
Beban (stenosis loris
Reflek btuk berlebih berlebih Pulmonal
volume katup AV, koroner
stenosis katup
Peningkatan temponade, Gangguan aliran
Beban sistol kebutuhan perikardium,
Kontraktilitas darah ke otot
metabolisme perikarditis, jantung
Hambatan kostruktif
pengosongan Disfungsi
ventrikel Miokardium
Beban Atrofi
COP serabut
Jantung
otot

GAGAL JANTUNG

Gagal pompa ventrikel MK : Penurunan Curah Jantung


kiri

Forward Failure
Backward Failure

Suplai O2 Renal flow LEVD


Suplai darah ke
jaringan ke otak
Tekanan
RAA
Sinkop vena
Metabolisme
pulmonalis
Anaerob
MK : Retensi NA + H2O
Tekanan
Asidosis Perfusi
kapiler paru
Metabolik Perifer MK : Hipervolemia
tidak
Penimbunan efektif Edema paru Beban ventrikel kanan
asam laktat dan
ATP Imitasi mukosa paru Hipertropy ventrikel kanan
Fatigue Reflek batuk Penyempitan lumen
MK : Bersihan
ventrikel kanan
jalan napas Penumpukan sekret
MK : Intoleransi tidak efektif
Aktivitas Ronkhi basah
Tekanan diastol Gagal pompa ventrikel kanan

Tekanan Atrium kanan


MK : Nyeri
Akut
Lien Hepar
Tidak dapat
Splenomegali Hepatomegali mengakomodasi semua
darah yang secara normal
Mendesak kembali dari sirkulasi vena
Diafragma
Sesak napas
Pembesaran Retensi cairan
MK : Pola vena di pada ekstermitas
napas tidak abdomen bawah
efektif Pitting edema
Anoreksia dan
mual
MK : Gangguan
MK : Defisit Nutrisi integritas kulit

MK : Ansietas

1.6 Pemeriksaan penunjang

1 EKG (Elektrokardiogram)

EKG untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung, untuk

mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan

kerusakan pola mungkin terlihat. Distritmia,misalnya: takikardi, fibrilasi atrial.

Kenaikan segmen ST/T persenten 6 minggu atau lebih setelah infrank miokard

menunjukan adanya aneurime ventricular. Pada pemeriksaan EKG untuk klien

dengan gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG seperti berikut ini :

a. Left bundle branch block, kelainan segmen ST/T menunjukan disfungsi

ventrikel kiri kronis.

b. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST

menunjukkan penyakit jantung iskemik.


c. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang terbalik, menunjukkan stenosis aorta

dan penyakit jantung hipertensi.

d. Aritmia

e. Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi vertikel

kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan

2 Ekokardiogram

Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan

bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat

bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.

3 Foto rontgen dada

Foto rontgen dada digunakan untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,

penimbunancairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.

4 Tes darah BPN

Tes darah BPN untuk mengukur kadar hormon BPN (B-type natriuretic peptide)

yang pada gagal jantung akan meningkat.

5 Sonogram

Dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur

katub atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.

6 Scan jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

7 Keteterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung

sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Selain itu, juga

mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan ke dalam ventrikel;

menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi frank atau perubahan kontraktilitas.


8 Oksimetrinadi

Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut

menjadi kronis.

9 Analisa gas darah

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory ringan (dini) atau

hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)

10 Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan

kreatinin merupakan indikasi (Majid, 2016)

1.7 Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu :
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan
curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan vital (jantung dan
otak)
3. Episode trombolitik Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan
sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium
sampai ukuran maksimal. CPO menurunkan dan aliran balik vena kejantung
menuju tomponade jantung
1.8 Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :

a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik,

angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor

blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian

laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.


b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring,

perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-

obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.

1.9 Diagnosis keperawatan prioritas yang mungkin timbul

1. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolus-kapiler (D.0003)

2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas (D.0005)

3. Penurunan curah jantung perubahan preload, perubahan afterload dan/atau

perubahan kontraktilitas (D.0008)

4. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (mis: iskemia) (D.0077)

1.10 RENCANA KEPERAWATAN SLKI dan SIKI

DIAGNOSA SLKI SIKI


Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
gas b/d Perubahan tindakan keperawatan I.01014)
membran alveolus- diharapkan pertukaran Observasi
kapiler (D.0003) gas (L.01003)
5. Monitor frekuensi irama,
Meningkat dengan
kedalaman dan upaya nafas
kriteria hasil :
6. Monitor pola nafas
1. Dipsnea menurun
7. Monitor kemampuan batuk
2. Bunyi nafas tambahan
efektif
menurun
8. Monitor nilai AGD
3. Pola nafas membaik
9. Monitor saturasi oksigen
4. PCO2 dan O2
membaik Terapeutik
1. Auskultasi bunyi nafas
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
b/d hambatan upaya tindakan keperawatan (I.01011)
nafas diharapkan Pola Nafas
Observasi
(L.01004) Membaik
dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola nafas
1. Frekuensi nafas dalam (frekuensi, kedalaman,
rentang normal usaha nafas)
2. Tidak ada 2. Monitor bunyi nafas
pengguanaan otot bantu tambahan (mis: gragling,
pernafasan mengi, Wheezing,
3. Pasien tidak ronkhi)
menunjukkan tanda 3. Monitor sputum (jumlah,
dipsnea warna, aroma)
Terapeutik
1. Posisikan semi fowler
atau fowler
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. pemberian bronkodilator
Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung (I.02075)
jantung perubahan tindakan keperawatan
Observasi
preload, perubahan diharapkan Curah
afterload dan/atau Jantung (L.02008) 1. Identifikasi tanda/gejala
perubahan kontraktilitas Meningkat dengan primer penurunan curah
kriteria hasil : jantung
1.Tanda vital dalam 2. Identifikasi tanda/gejala
rentang normal sekunder penurunan
2.Kekuatan nadi perifer curah jantung
meningkat 3. Monitor intake dan
3. Tidak ada edema output cairan
4. Monitor keluhan nyeri
dada
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan berakitifitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi
1. Pemberian antiaritmia,
jika perlu
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis tindakan keperawatan
Observasi
(mis: iskemia) diharapkan Tingkat
Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi,
Menurun dengan kriteria karakteristik nyeri,
hasil : durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang
3. Gelisah menurun memperberat dan
4. Tekanan darah memperingan nyeri
membaik
Terapeutik
1. Berikan terapi non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
Edukasi
1. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. pemberian analgetik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA INTERNASIONAL Diagnosis


Keperawatan: Defenisis dan klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC.
Majid, a. (2016). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan SISTEM
KARDIOVASKULER . Yogyakarta.
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2011). KEPERAWATAN
KRITIS. Jakarta : EGC.
Mosby. (2016). Nursing Outcomes Clasification. Singapore: Moco media. Price, S. A.,
& Wilson, L. M. (2005). PATOFISIOLOGI, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
POKJA DPP PPNI (2017). Standar Dignosa Keperawatan. Jakarta. Dewan Pengurus
Pusat
POKJA DPP PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan. Jakarta. Dewan Pengurus
PUSAT
POKJA DPP PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan. Jakarta. Dewan Pengurus
Pusat
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Sue , M., Marion , J., Elizabeth , S., & L , M. M. (2016). Nursing Outcomes
Classification and Nursing Intervention Classification Edisi 6. Singapore:
Elsevier
BAB II
RESUME KEPERAWATAN

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Nama Pasien : Ny. N Tanggal Pengkajian : Senin,20-12-2021


No. RM : 43xxx Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Medis : heart failure Usia : 69 Tahun
DATA Dx Kep SLKI SIKI JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI
DS : Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung 08.20 1. Melakukan pemeriksaan 08.40 S: Pasien pasien
- Pasien mengatakan curah jantung (L.02008) (I.02075) tanda-tanda vital pada pasien mengatakan masih
kaki kanan dan kiri (D.0008) b.d Observasi ( TD : 140/89 mmhg, N : cepat lelah ketika
bengkak sudah 1 perubahan Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda/gejala 150x/menit, SPO2 : 96%, S : berativitas
bulan. irama jantung intervensi selama primer penurunan curah 36.6 C, RR : 22x/menit )
- Pasien mengatakan d.d irama 1x20 menit maka jantung (meliputi 2. Melakukan pemeriksaan O:
cepat lelah ketika jantung atrial Curah Jantung dipsnea, kelelahan, piting odem pada pasien ( 3+ - Pasien dapat megulangi
melakukan aktivitas fibrillation meningkat, dengan edema, ortopnea, dengan kedalaman 6 mm ) teknik relaksasi ang
berat kriteria hasil : paroxysmal nocturnal 3. Menganjurkan pasien untuk sudah di ajarkan perawat
DO : dypsnea, peningkatan membatasi jumlah asupan - Pasien mengerti
- Hasil EKG : irama 1. Lelah CVP) cairan < dari 1.5 liter/hari mengenai penjelasan
jantung atrial Menurun 2. Monitor tekanan darah dan membatasi jumlah yang diberikan perawat
fibrillation 2. Pucat menurun 3. Monitor intake dan asupan kafein, natrium,
- Tampak odem pada 3. Tekanan darah output kolestrol, dan makanan tinggi A: Masalah belum
ekstremitas bawah membaik 4. Monitor saturasi oksigen lemak secara bertahap teratasi
- - Terapeutik 4. Mengajarkan teknik relaksasi
Oedem : 1. Posisikan pasien semi- nafas dalam pada pasien P: Hentikan intervensi,
+ + Fowler atau Fowler dengan 5. Menganjurkan pasien untuk pasien rawat jalan dan
kaki kebawah atau posisi membatasi kegiatan aktivitas anjurkan pasien untuk rutin
- Pasien tampak pucat nyaman yang berat minum obat.
- Piting odem : 3+ 2. Beri diet jantung yang 6. Melakukan
dengan kedalaman sesuai (mis.batasi asupan pemepemeriksaan EKG
6mm. kafein, natrium, kolestrol, didapatkan irama jantung
- TD : 140/89 mmhg dan makanan tinggi lemak) atrial fibrillation dan
- N : 150x/menit takikardi.
- SPO2 ; 96% 7. Berkaloborasi dengan dokter
- Takikardi (+) spesialis jantung dalam
- Tampak iktus cordis pemberian resep obat
pada dada sebelah (furosemide 1x40mg,
kiri spironolactone 1x25 mg,
bisoprolol 1x5 mg)
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Nama Pasien : Tn. A Tanggal Pengkajian : Senin, 20-12-2021


No. RM : 46xxxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : heart failure Usia : 58 Tahun

DATA Dx Kep SLKI SIKI JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


DS : Intoleransi Toleransi Manajemen Energi 09.50 1. Mengidentifikasi 10.10 S: pasien mengatakan
- Pasien aktivitas Aktivitas (I.05178) gangguan fungsi ngongsrong sedikit
mengatakan (D.0056) (L.05047) Observasi tubuh yang berkurang
ketika b.d 1. Identifikasi mengakibatkan
beraktivitas ketidaksei Setelah dilakukan gangguan fungsi kelelahan O:
maupun berjalan mbangan intervensi selama tubuh yang 2. Melakukan - Pasien mengerti
terasa antara 1x20 menit maka mengakibatkan pemeriksaan tanda- mengenai penjelasan
ngongsrong dan suplai dan Toleransi kelahan tanda vital pada perawat
lemas kebutuhan aktivitas 2. Monitor kelalahan pasien ( TD : - Pasien dapat
DO : oksigen d.d meningkat, dengan fisik dan emosional 128/72 mmhg, N : menyebutkan
- k/u cukup tampak kriteria hasil : 3. Monitor pola tidur 87x/menit, SPO2 : kembali teknik
- TD : 128/72 ngongsron Terapeutik 95%, RR : relaksasi yang sudah
mmhg g ketika 1. Kemudahan 1. Sediakan 24x/menit ) diajarkan
- N : 87x/menit berbicara dalam lingkungan yang 3. Mengajarkan teknik
- RR : 24x/menit melakukan nyaman dan rendah relaksasi nafas A: Masalah belum
- SPO2 : 95% aktivitas stimulus dalam teratasi
- Px tampak sehari-hari 2. Lakukan latihan 4. Menganjurkan
ngongsrong ketika membaik rentan gerak aktif pasien untuk P: Hentikan intervensi,
berbicara 2. Jarak berjalan atau pasif membatasi aktivitas pasien rawat jalan,
- Px tampak pucat membaik Edukasi yang berat. anjurkan untuk rutin
- Terdapat sianosis 3. Keluhan lelah 1. Anjurkan tirah 5. Berkaloborasi dengan meminum obat dan
pada ekstremitas menurun baring dokter spesialis kembali bulan depan untuk
bawah 2. Anjurkan jantung dalam kontrol rutin.
- CRT > 3 detik melakukan aktivitas pemberian resep obat
secara bertahap (speronolacton
1x25mg, furosemide
½ x40 mg, Ramipril
1x5mg, lansoprazole
1x30 mg)
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Nama Pasien : Tn. P Tanggal Pengkajian : Selasa, 21-12-2021


No. RM : 35xxxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis: STEMI inferior Usia : 65 Tahun

DATA Dx Kep SLKI SIKI JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


DS : Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri (I. 09.00 1. Melakukan 09.20 S: pasien mengatakan
- Pasien (D.0077) (L.08066) 08238) pengkajian nyeri nyeri sudah sedikit
mengatakan b.d Observasi: dengan format berkurang
nyeri pada dada agen Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, PQRST
sebelah kiri penceder intervensi selama karakteristik, durasi, 2. Menjelaskan O:
tembus a 1x20 menit maka frekuensi, kualitas, tujuan dan - Pasien paham mengenai
kebelakang fisiologis Tingkat Nyeri intensitas nyeri manfaat teknik penjelasan perawat
menjalar ke d.d menurun, dengan 2. Identifikasi skala relaksasi nafas - Pasien dapat
bagian leher pasien kriteria hasil : nyeri dalam mempraktekan kembali
belakang, nyeri tampak 3. Identifikasi respon 3. Menganjurkan mengenai teknik
hilang timbul, meringis, 1. Keluhan nyeri non verbal mengambil posisi relaksasi nafas dalam
nyeri datang diaphore nyeri 4. Identifikasi factor yang nyaman
secara tiba-tiba, sis (+) menurun yang memperberat 4. Mendemonstasika A: Masalah teratasi
nyeri terasa 2. Meringis dan memperingan n dan melatih sebgaian
panas dan tajam menurun nyeri teknik nafas dalam
dengan skala 5 Terapeutik: - Tarik nafas P: Hentikan intervensi,
1. Berikan teknik dalam pasien rawat jalan, dan
DO : nonfarmakologi melalui anjurkan pasien untuk rutin
- Pasien tampak untuk mengurangi hidung secara mengkonsumsi obat yang
meringis rasa nyeri (nafas pelahan diresepkan, dan control bulan
- Diaforesis (+) dalam) sampai dada depan.
- N : 99x/menit Kolaborasi terasa penuh
- TD : 138/89 - Tahan selama 3
mmhg 1. Kolaborasi pemberian detik
- Pasien analgesic - Hembusk
menghindar ketika an dan
dilakukan keluarka
pemeriksaan n nafas
melalui
mulut
5. Berkaloborasi
dengan dokter
spesialis jantung
dalam pemberian
resep obat (miniaspi
1x80mg,
clopidogrel
1x75mg,
atorvastatin
1x30mg, ESDN
1x5ml)
PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Nama Pasien: Tn. Z Tanggal Pengkajian : Selasa, 21-12-2021


No. RM : 42xxxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : heart failure + CVA Usia : 67 Tahun
DATA Dx Kep SLKI SIKI JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI
DS : Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung 09.15 1. Melakukan 09.45 S: Pasien mengatakan
- Pasien curah jantung (L.02008) (I.02075) pemeriksaan tanda- ngengsrong
mengatakan (D.0008) b.d Observasi tanda vital pada pasien berkurang sedikit
saat berjalan perubahan Setelah 1. Identifikasi ( TD : 131/79 mmhg, ketika di buat
terasa afterload d.d dilakukan tanda/gejala primer N : 90x/menit, SPO2 : berjalan
ngongsrong terdapat intervensi penurunan curah 96%, S : 36.2 C, RR :
dan sering odem pada selama 1x20 jantung (meliputi 23x/menit ) O:
capek ekstremitas menit maka dipsnea, kelelahan, 2. Melakukan - pasien terlihat antusias
- Pasien bawah. Curah Jantung edema, ortopnea, pemeriksaan piting saat diberikan edukasi
mengatakan meningkat, paroxysmal odem pada pasien ( 4+ oleh perawat
kaki kanan dengan kriteria nocturnal dypsnea, dengan kedalaman 8 - pasien dapat
bengkak ± hasil : peningkatan CVP) mm ) mengulangi apa yang
3hari. 2. Monitor tekanan 3. Menganjurkan pasien sudah di ajarkan
DO : 1. Lelah darah untuk membatasi perawat
- Tampak odem Menurun 3. Monitor intake dan jumlah asupan cairan < - pasien paham mengenai
pada 2. Tekanan output dari 1.5 liter/hari dan makanan apa saja yang
ekstremitas darah 4. Monitor saturasi membatasi jumlah harus di kurangi
bawah membaik oksigen asupan kafein, natrium,
- - Terapeutik kolestrol, secara A: Masalah teratasi
Oedem : 1. Posisikan pasien bertahap sebgaian
+ + semi-Fowler atau 4. Mengajarkan teknik
- Piting odem : Fowler dengan kaki relaksasi nafas dalam P: Hentikan intervensi,
4+ dengan kebawah atau posisi pada pasien pasien rawat jalan, anjurkan
kedalaman nyaman 5. Menganjurkan pasien pasien untuk rutin
8mm. 2. Beri diet jantung yang untuk membatasi meminum obat sesuai resep
- TD : 131/79 sesuai (mis.batasi kegiatan aktivitas yang yang diberikan dokter, dan
mmhg asupan kafein, berat kembali bulan depan untuk
- N : 90x/menit natrium, kolestrol, 6. Berkaloborasi dengan melakukan control rutin
- SPO2 ; 96% dan makanan tinggi dokter spesialis jantung
lemak) dalam pemberian resep
obat (furosemide
1x40mg, spironolactone
1x25 mg, digoxin 1x0,25,
candesartan ½ x15mg)
PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Nama Pasien : Tn. J Tanggal Pengkajian : Rabu, 22-12-2021


No. RM : 62xxxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis: STEMI + CVA Usia : 60 Tahun

DATA Dx Kep SLKI SIKI JAM IMPLEMENTAS JAM EVALUASI


I
DS : Intoleransi Toleransi Manajemen Energi 09.50 1. Mengidentifika 10.10 S: pasien mengatakan
- Pasien aktivitas Aktivitas (I.05178) si gangguan ngongsrong sedikit
mengatakan (D.0056) b.d (L.05047) Observasi fungsi tubuh berkurang
sesak dan ketidakseim 1. Identifikasi yang
ngongsrong bangan Setelah dilakukan gangguan fungsi mengakibatkan O:
ketika berjalan antara suplai intervensi selama tubuh yang kelelahan - Pasien mengerti
10 meter lebih, dan 1x20 menit maka mengakibatkan 2. Melakukan mengenai penjelasan
badan terasa kebutuhan Toleransi kelahan pemeriksaan perawat
pegal semua, oksigen d.d aktivitas 2. Monitor kelalahan tanda-tanda - Pasien dapat
sedikit susah terdapat meningkat, dengan fisik dan emosional vital pada menyebutkan kembali
ketika berbicara sianosis kriteria hasil : 3. Monitor pola tidur pasien ( TD : teknik relaksasi yang
DO : pada Terapeutik 150/82 mmhg, sudah diajarkan
- k/u cukup ekstremitas 1. Kemudahan 1. Sediakan N : 85x/menit,
- TD : 150/82 bawah, CRT dalam lingkungan yang SPO2 : 95%, A: Masalah belum
mmhg > 3 detik melakukan nyaman dan rendah RR : teratasi
- N : 85x/menit aktivitas stimulus 24x/menit )
- RR : 24x/menit sehari-hari 2. Lakukan latihan 3. Mengajarkan P: Hentikan intervensi,
- SPO2 : 95% membaik rentan gerak aktif teknik relaksasi pasien rawat jalan, anjurkan
- Px tampak 2. Jarak berjalan atau pasif nafas dalam untuk rutin meminum obat
kesulitan ketika membaik Edukasi 4. Menganjurkan dan kembali bulan depan
berbicara 3. Keluhan lelah 1. Anjurkan tirah pasien untuk untuk kontrol rutin
- Terdapat sianosis menurun baring melakukan
pada ekstremitas 2. Anjurkan latihan gerak
bawah melakukan aktivitas secara aktif
- CRT > 3 detik secara bertahap maupun pasif
5. Menganjurkan
pasien untuk
membatasi
aktivitas yang
berat.
6. Berkaloborasi
dengan dokter
spesialis jantung
dalam pemberian
resep obat
(furosemide ½
x40mg, )

Anda mungkin juga menyukai