Review 3 Jurnal
Tentang Protein pada Pengolahan Kedelai, Almond dan Koro Pedang
Disusun oleh :
Tiffani Irine Anggraeni A2B021007
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari jurnal - jurnal yang dikaji dapat dijelaskan bahwa tujuan dari
penelitiannya yaitu :
1. Untuk mengetahui dan membandingkan karakteristik tepung kedelai yang
dikecambahkan dan tepung kedelai tanpa dikecambahkan.
2. Untuk mengetahui efektifitas metode perlakuan pemanasan perebusan dan pengukusan
terhadap nilai gizi protein dari pengolahan produk susu almond dengan substitusi sari
kecambahan kedelai.
3. Untuk mengetahui karakteristik sifat nutrisional protein dari protein rich flour (PRF)
koro pedang.
3. Metode Penelitian
3.1. Karakteristik fisikokimia tepung kecambah kedelai
3.1.1. Metode analisis
Penelitian terdiri dari dua bagian yaitu persiapan dan analisis sampel. Persiapan
sampel terdiri dari proses penyortiran kedelai dari pengotor dan kedelai yang tidak layak.
Selanjutnya kedelai dipisahkan menjadi dua perlakuan, yaitu pengecambahan dan tanpa
pengecambahan. Kedelai tanpa pengecambahan menggunakan kedelai pecah kulit yang
direndam dalam air selama enam jam. Selanjutnya kedua jenis kedelai diproses menjadi
tepung. Kedua jenis tepung kedelai dianalisis karalteristik kimia (kadar air, abu, lemak,
protein, karbohidrat, dan kapasitas antioksidan), analisis karakteristik fisik (warna, aw,
densitas kamba), dan sifat fungsional protein (daya serap air, daya serap minyak, kapasitas
dan stabilitas buih, kapasitas dan stabilitas emulsi).
3.1.2. Pengecambahan kedelai
Kedelai direndam dalam air selama enam jam, kemudian ditiriskan. Kedelai
selanjutnya dimasukkan ke dalam ember yang bagian bawahnya dilubangi dan disiram
larutan kapur tohor. Ember kemudian ditutup untuk mencegah masuknya cahaya matahari.
Pengecambahan dilakukan pada suhu ruang selama 28 jam. Selama proses pengecambahan
tersebut, kedelai disiram air setiap selang waktu tiga jam.
3.1.3. Pembuatan tepung kedelai
Kedua jenis kedelai dikeringkan dengan metode pengeringan beku (freeze drying)
untuk membuatnya homogen dan menjaga kualitas komposisi kimianya. Sampel yang sudah
kering selanjutnya digiling dengan blender dan diayak dengan menggunakan ayakan 100
mesh.
3.2. Inovasi susu almond dengan substitusi sari kecambahan kedelai sebagai sumber
protein nabati
3.2.1. Metode penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) faktorial. Faktor I adalah
teknik blanching (water dan steam blanching). Faktor II adalah lama waktu perkecambahan
kedelai (12 jam, 20 jam, 28 jam, dan 36 jam). Sampel didapatkan 8 kombinasi perlakuan
yang akan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan sampel uji sebanyak 24.
3.2.2. Pembuatan produk
Pembuatan susu almond dilakukan blanching (water dan steam blanching) pada suhu
80˚C selama 20 menit kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan ditambah air
dengan perbandingan 1:4 lalu disaring dan diperas dengan kain saring. Untuk pembuatan sari
kecambah kedelai dilakukan perkecambahan kedelai (12, 20, 28 dan 36 jam) kemudian
dihaluskan dengan menggunakan blender dan ditambah air dengan perbandingan 1:1 lalu
disaring dan diperas dengan kain saring. Pembuatan produk susu almond substitusi sari
kecambah kedelai dilakukan dengan mencampurkan susu almond dan sari kecambah kedelai
(2:1) lalu dipasteurisasi suhu 70˚C selama 15 menit, dilakukan heatshock dan pengemasan.
3.2.3. Analisis kimia
Sampel dianalisa zat antigizi berupa kadar asam fitat, kadar tanin, serta analisis kadar
proten larut air dengan metode biuret. Kadar protein larut air yang tertinggi serta kadar asam
fitat dan tanin yang sudah memenuhi syarat akan diambil sebagai perlakuan terbaik yang
selanjutnya dianalisis proksimat berupa kadar air, protein, lemak, karbohidrat, kadar abu,
serta natrium.
3.3. Sifat nutrisional protein rich flour (PRF) koro pedang
3.3.1. Rancangan penelitian
Penelitian terdiri dari 2 tahapan utama yaitu : 1) produksi tepung kaya protein dari
koro pedang, 2) analisis karakteristik sifat kimia dan sifat fungsional PRF koro pedang.
3.3.2. Produksi PRF koro pedang
Pembuatan PRF koro pedang dilakukan melalui metode ekstraksi basah menggunakan
aquadest. Berikut ini merupakan diagram alir produksi PRF koro pedang yang tertera pada
gambar 1.
Aktivitas air pada tepung kecambah kedelai nyata lebih tinggi dibandingkan tepung
kedelai, hal ini disebabkan adanya proses imbibisi air yang besar ke dalam biji saat proses
perendaman menyebabkan tepung kecambah kedelai memiliki aw lebih besar dibanding
tepung kedelai.
Densitas kamba kedua jenis tepung berbeda nyata. Proses perkecambahan
menyebabkan peningkatan densitas kamba pada tepung kecambah kedelai. Peningkatan ini
disebabkan proses perkecambahan memicu sistem enzim untuk bekerja memecah molekul
kompleks seperti protein, karbohidrat, dan lemak, menjadi bentuk yang lebih sederhana.
4.1.3. Karakteristik fungsional protein
Berdasarkan pada Tabel 3, diketahui bahwa daya serap air kedua jenis tepung berbeda
nyata, dimana tepung kecambah kedelai memiliki nilai lebih rendah dibandingkan tepung
kedelai. Diduga tepung kedelai lebih banyak mengandung asam amino ionik seperti asam
glutamat, asam aspartat dan lisin, sehingga dapat meningkatkan kemampuan daya serap air.
Semakin besar jumlah air yang diikat, semakin baik pula kualitas tekstur dan mouthfeel bahan
pangan yang dihasilkan.
Kapasitas daya buih menunjukkan tepung kecambah kedelai memiliki nilai nyata
lebih tinggi dibandingkan tepung kedelai. Hal ini berhubungan dengan kekuatan protein
dalam memerangkap gas, menjadi faktor utama yang menentukan karakteristik buih yang
dihasilkan.
Stabilitas emulsi dapat dilihat pada gambar 2, kedua jenis tepung memiliki stabilitas
emulsi yang relatif stabil, tetapi tepung kecambah kedelai memiliki presentase kapasitas
emulsi yang jauh lebih tinggi dibanding tepung kedelai, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua jenis tepung kedelai tidak memiliki sifat emulsi yang baik untuk diaplikasikan pada
produk-produk pangan beremulsi.
Gambar 2. Stabilitas emulsi tepung kedelai dan tepung kecambah kedelai (%)
Stabilitas buih dapat dilihat pada gambar 3, kedua jenis tepung kedelai memiliki
stabilitas buih yang relatif stabil, tetapi presentase kapasitas buih tepung kecambah kedelai
lebih tinggi dibandingkan presentase kapasitas buih tepung kedelai. Hal ini disebabkan
karena kedua jenis tepung memiliki protein terabsorpsi pada permukaan dan membentuk film
yang stabil mengelilingi buih dan membentuk busa yang baik.
4.2. Inovasi susu almond dengan substitusi sari kecambahan kedelai sebagai sumber
protein nabati
4.2.1. Karakteristik bahan baku
Karakteristik almond dengan kondisi biji utuh yang masih berkulit ari dan kedelai
kuning lokal dapat dilihat pada tabel 4. Kadar protein almond adalah 21,15%, jenis protein
yang ada pada almond yaitu globulin (74%), albumin (21%), dan sisanya adalah glutein dan
prolamin. Kadar protein kedelai hasil analisis adalah 30,44%, protein yang mendominasi
kedelai adalah globulin dan albumin.
Tabel 4. Kandungan bahan baku
Parameter tanin, perlakuan teknik blanching almond dan lama perkecambahan kedelai
tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar tanin produk. Hal ini dikarenakan asam
fitat merupakan senyawa yang larut dalam air dimana pada perlakuan water blanching asam
fitat akan larut pada air perebusan. Pada perlakuan pekecambahan terdapat pula perlakuan
perendaman dimana proses imbibisi air ke biji akan menyebabkan enzim-enzim yang terdapat
pada biji menjadi aktif untuk proses metabolisme termasuk enzim tannase (tannin acyl
hydrolase). Enzim tersebut secara khusus memutuskan ikatan galoil pada tanin terhidrolisis
untuk menghasilkan asam galat dan pliol.
Hasil perlakuan terbaik dapat dilihat pada tabel 6. Penentuan perlakuan terbaik
didasarkan pada kadar protein larut air tertinggi dengan kadar asam fitat dan tanin yang sudah
memenuhi standar. Kadar protein larut air tertinggi terdapat pada perlakuan steam blanching
almond dan perkecambahan kedelai 36 jam dengan kadar protein larut sebesar 15.01%
dengan kadar asam fitat 1.07 mg/ml dan kadar tanin
232.47 mg ekuivalen asam tanat/100ml.
Tabel 6. Rerata proksimat perlakuan terbaik
Parameter kadar air PRF koro pedang adalah 10,09±0,02%.. Dilihat dari kandungan
air bahan dasarnya, kandungan air biji koro pedang lebih kecil dari kandungan air PRF koro
pedang yaitu sebesar 8,4% (Subagio, dkk, 2002). Hal ini terjadi karena dalam pembuatan PRF
koro pedang dilakukan ekstraksi dengan menggunakan aquades dengan perbandingan 1 : 5
(koro pedang : aquades) sehingga menyebabkan kandungan air dalam PRF koro pedang
cukup besar meskipun dalam pembuatan PRF koro pedang juga dilakukan proses
pengeringan.
Parameter kadar protein PRF, kandungan protein PRF koro pedang lebih besar jika
dibandingkan dengan kandungan protein biji koro pedang, yaitu kandungan protein PRF koro
pedang sebesar 37,61% sedangkan kandungan protein biji koro pedang sebesar 21,7%.
Tingginya kandungan protein PRF koro pedang tersebut disebabkan karena PRF koro pedang
adalah produk hasil ekstraksi dimana pada saat proses pembuatan PRF koro pedang dengan
cara menurunkan pH sampai titik isoelektrik (pH 4) sehingga proteinnya mengendap. Hal ini
terjadi karena pada pH isoelektrik protein berada dalam bentuk zwitter ion dan cenderung
membentuk ion dipolar (NH3+ – CHR – COO-). Pada kondisi tersebut gugus hidrofobik
protein berbalik keluar dan gugus hidrofilik terlipat ke dalam sehingga protein yang semula
larut akan mengalami koagulasi dan kemudian mengendap (presipitasi).
Parameter kadar lemak PRF, kandungan lemak PRF koro pedang tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan lemak biji koro pedang yaitu sebesar 4,0%. Rendahnya
kandungan lemak PRF koro pedang tersebut disebabkan karena pada saat pembuatan PRF
koro pedang, lemak hasil ekstraksi pada saat proses pengendapan berada pada bagian atas
sehingga ikut terbuang bersama dengan air.
Parameter kadar pati, kandungan pati dari PRF koro pedang diperoleh nilai rata-rata
sebesar 36,70±0,57%. Tingginya kandungan pati PRF koro pedang tersebut disebabkan
karena PRF koro pedang merupakan hasil ekstraksi dimana pada saat awal proses
pembuatan PRF koro pedang patinya tidak dipisahkan sehingga kandungan patinya masih
tinggi. Pada bahan dasar berupa biji koro pedang mempunyai nilai karbohidrat yang cukup
tinggi sehingga kandungan patinya juga cukup tinggi.
Parameter total gula, kandungan total gula dari PRF koro pedang diperoleh nilai rata-
rata sebesar 0,57±0,23%. Hal ini terjadi karena selama proses ekstraksi komponen gula
tidak ikut terekstrak sehingga kandungan total gula pada produk akhir rendah.
Parameter amilosa dan amilopektin, kandungan amilosa PRF koro pedang diperoleh
nilai rata-rata sebesar 31,12±3,13% sedangkan nilai rata-rata kandungan amilopektin PRF
koro pedang sebesar 68,88%. Dengan nilai rata-rata kandungan amilosa tersebut PRF koro
pedang termasuk golongan bahan pangan dengan kandungan amilosa yang tinggi.
Parameter kadar serat, kandungan serat kasar PRF koro pedang diperoleh nilai rata-
rata sebesar 2,23±0,06%. Rendahnya kandungan serat PRF koro pedang tersebut
disebabkan karena selama proses ekstraksi pada saat pembuatan PRF koro pedang, sebagian
besar komponen serat tidak ikut terekstrak (terbuang bersama ampas), sehingga pada
produk akhir diperoleh kandungan serat yang rendah.
Parameter kadar abu, kandungan abu PRF koro pedang diperolah nilai rata- rata
sebesar 3,04±0,004%. Nilai kandungan abu PRF koro pedang tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kandungan abu biji koro pedang yaitu sebesar 2,90% (Subagio, dkk,
2002). Hal ini terjadi karena pada saat pembuatan PRF koro pedang dilakukan pengaturan
pH dengan menggunakan HCl dan NaOH. Kedua larutan tersebut dapat membentuk suatu
garam yaitu NaCl sehingga kandungan abu pada PRF koro pedang menjadi lebih besar
dibandingkan dengan kandungan abu biji koro pedang. Rendahnya kadar abu PRF koro
pedang tersebut disebabkan oleh kandungan mineral yang rendah.
4.3.2. Sifat nutrisional PRF koro pedang
Komposisi asam amino yang terkandung dalam PRF dapat dilihat pada tabel 8 dan
tabel 9, bawasannya pada PRF mengandung 14 asam amino. Hal ini PRF dapat dijadikan
sebagai pilihan protein nabati karena memiliki asam amino yang hampir lengkap.
Tabel 8. Komposisi asam PRF koro pedang
Tabel 9. Komposisi asam amino esensial PRF koro pedang
Daya cerna protein, Protein bermutu tinggi mempunyai daya cerna yang tinggi pula.
Daya cerna protein adalah ukuran jumlah asam amino yang diserap dari asupan protein
tertentu. Daya cerna protein menunjukkan tingkat kemudahan protein untuk dipecah menjadi
asam amino atau komponen pembentuknya sehingga mudah diserap oleh tubuh.
Tabel 10. Daya cerna PRF koro pedang
Pada tabel 10, menunjukkan bahwa dengan menggunakan sistem enzim pepsin-tripsin
dapat meningkatkan nilai daya cerna protein PRF koro pedang yaitu sebesar 56,16%
dibandingkan dengan menggunakan satu jenis enzim. Nilai daya cerna PRF koro pedang
dengan menggunakan enzim pepsin sebesar 5,03% dan nilai daya cerna protein PRF koro
pedang dengan menggunakan enzim tripsin sebesar 25,34%. Hal ini terjadi karena apabila
hanya menggunakan enzim pepsin maka hanya fenilalanin dan tirosin yang dapat dihidrolisa
ikatan-ikatan yang mengandung gugus nitrogen. Tingginya nilai daya cerna protein dengan
menggunakan sistem pepsin-tripsin menunjukkan bahwa PRF koro pedang mudah diserap
oleh tubuh karena proteinnya mudah dipecah menjadi asam amino atau komponen
pembentuknya.
5. Kesimpulan
Dari ketiga jurnal mengenai protein nabati dapat disimpulkan bahwa, protein nabati
yang berasal dari kacang-kacangan dapat memberikan pengembangan produk dan inovasi
dalam pembaharuan pengolahan pada bahan kacang-kacangan terutama inovasi pada koro
pedang. Kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga menjadi salah satu
ketertarikan konsumen memilih kacang kedelai sebagai asupan protein yang memenuhi
asupan yang diperlukan oleh tubuh. Sementara itu, PRF merupakan inovasi yang cukup
menarik karena diketahui mengandung asam amino yang hampir lengkap dan menjadi salah
satu alternatif untuk mengonsumsi protein nabati.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, S. S., & Murtini, E. S. (2019). Inovasi susu almond dengan substitusi sari
kecambah kedelai sebagai sumber protein nabati. Jurnal Pangan dan Agroindustri,
6(3).
Hazmi, K. (2016). Karakteristik Fisikokimia Tepung Kecambah Kedelai dan Tepung Kedelai.
Windrati, W. S., & Augustine, P. D. (2010). Sifat nutrisional protein rich flour (PRF) koro
pedang (Canavalia ensiformis L.). JURNAL AGROTEKNOLOGI, 4(01), 18-26.
Karakteristik Fisikokimia Tepung Kecambah Kedelai
Physicochemical Characteristics of Germinated Soybean Flour
Made Astawan dan Khaidar Hazmi
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
E-mail: mastawan@yahoo.com
ABSTRACT
Soybean is a strategic commodity in Indonesia because it is one of the most important crops after
rice and maize. Indonesian people like to consume processed soybean products due to several reasons,
such as their relatively inexpensive price and highly nutritional content. One of the processes is that can
improve the quality of soy nutrition is germination process. In this study, comparative physicochemical
FKDUDFWHULVWLFVRIJHUPLQDWHGVR\EHDQÀRXU7..DQGVR\EHDQÀRXU7.LVLQYHVWLJDWHG)LUVWVR\EHDQ
and germinated soybean are dried using a freeze dryer, then their sizes are reduced using a blender and
¿QDOO\WKH\DUHVLHYHGXVLQJDPHVKVLHYH7..DQG7.SURGXFWVDUHDQDO\]HG EDVHGRQQRWRQO\
their chemical and physical characteristics but also their functional properties. It is proven that germination
SURFHVV FDQ LPSURYH WKH FKHPLFDO FKDUDFWHULVWLFV RI VR\EHDQ ÀRXU VXFK DV LQFUHDVLQJ WKH FRQWHQWV RI
DVKSURWHLQDQGDQWLR[LGDQWFDSDFLW\EXWGHFUHDVLQJWKHIDWFRQWHQW7..LVVLJQL¿FDQWO\KLJKHUWKDQ7.
RQEXONGHQVLW\3URWHLQIXQFWLRQDOFKDUDFWHULVWLFVRI7..DUHDOVREHWWHURQIRDPFDSDFLW\DQGHPXOVLRQ
FDSDFLW\DVFRPSDUHGWR7.
NH\ZRUGVFKHPLFDOFKDUDFWHULVWLFVSK\VLFDOFKDUDFWHULVWLFVJHUPLQDWHGVR\EHDQVR\EHDQÀRXU
.HWHUDQJDQ$QJNDDQJNDSDGDEDULV\DQJVDPD\DQJGLLNXWLROHKKXUXI\DQJVDPDPHQXQMXNNDQKDVLO\DQJ
WLGDNEHUEHGDQ\DWDS!
ABSTRAK
Produk olahan almond kini semakin bervariasi, bukan hanya untuk produk makanan
melainkan juga minuman. Salah satu minuman berbasis almond yang mulai diminati adalah
susu almond. Namun, kadar protein larut air yang rendah pada susu almond tidak memenuhi
standar SNI , maka susu almond harus ditambahkan sumber protein dari luar, seperti kedelai.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Faktor I adalah teknik
blanching almond (water blanching dan steam blanching). Faktor II adalah lama waktu
perkecambahan kedelai (12 jam, 20 jam, 28 jam, dan 36 jam). Perlakuan terbaik didapatkan
pada perlakuan steam blanching almond dan perkecambahan kedelai 36 jam. Hasil analisis
perlakuan terbaik produk mempunyai kadar air sebanyak 81.15%, kadar protein 15.01%,
kadar lemak 1.99%, karbohidrat by difference 1.11%, kadar abu 0.75%, dan natrium 87.72
ppm.
Kata Kunci : Asam Fitat, Blanching, Lama Perkecambahan, Protein Larut Air, Tanin
ABSTRACT
Processed almond products are now more varied, not only for food products but also
beverages. One of the rising processed products of Almond was Almond Milk. However, the
content of protein solved in water was less than the standard of Nationalized Standard of
Product or so called as SNI. Therefore, it was necessary to give additional protein from other
substances, such as soybean. This study implements factorial Randomized Grouping Design
(RGD). Factor I was the blanching technique of almond (water blanching an steam blanching).
Factor II was the period of soybean germination (12 hours, 20 hours, 28 hours, an 36 hours).
The best treatment obtained from steam blanching of almond and soybean germination for 36
hours. The best treatment of the product contains 81.15% of water, 15.01% of protein, 1.99%
of fat, 1.11% of by difference-carbohydrate, 0.75% of ash, and 87.72 ppm of natrium.
PENDAHULUAN
Almond merupakan jenis tree nuts yang populer karena rasanya yang gurih, sedikit
manis, dan empuk. Cita rasa gurih pada almond dikarenakan tingginya lemak nabati yang
terkandung di dalamnya. Almond mengandung tinggi nutrisi, per 100 gram total lemak (nabati)
sebesar 49.9 g, serat pangan 12.2 g, vitamin B (B1, B2, B3, B6) 4.7 mg, vitamin E 25.63 mg,
serta tinggi Ca, K, dan P masing masing 269.481, dan 733 mg (USDA, 2016). Konsumsi satu
takaran saji almond (20-25 biji) akan menghasilkan 15 gram lemak, dan lebih dari 90
persennya merupakan asam lemak tidak jenuh (Victoria, 2008). Tingginya asam oleat dan
linoleat pada almond sangat berperan baik dalam tubuh salah satunya menekan kolesterol
sehingga baik untuk jantung serta meningkatkan laju aliran darah.
70
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
Almond memang produk impor dan mahal, akan tetapi rasa gurih yang tak tergantikan
ditambah dengan kandungan gizinya yang tinggi membuat almond selalu banyak peminat.
Salah satu olahan almond yang mulai menjadi trend adalah susu almond. Terbukti bahwa di
Amerika jumlah penjualan susu almond terus meningkat hingga 250% pada 5 tahun terakhir
dan menduduki posisi teratas dibandingkan dengan susu dari kacang-kacangan dan serealia
lain (Nielsen, 2016). Susu almond juga dapat digunakan sebagai alternatif susu sapi bagi
penderita lactose intolerace mengingat di Indonesia, prevalensi penderita lactose intolerance
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta, sebesar 57.9% pada anak usia 6-7 tahun,
58.9% pada anak usia 8-9 tahun, dan 57.1% pada anak 10-12 tahun (Purwati et al., 2015).
Dibalik kelezatannya, susu almond memiliki beberapa kekurangan yakni bahan baku
almond mengandung asam fitat yang tinggi dan mengandung sangat sedikit protein larut air
yakni sekitar 0.42 g/100g (USDA, 2016). Menurut SNI No. 01-3830-1995, susu dari komoditas
nabati harus memiliki protein minimal 2% dan dalam bentuk minuman minimal 1% sehingga
untuk meningkatkan kadar proteinnya perlu ditambahkan protein dari luar atau dari komoditas
lain. Kedelai dikenal sebagai salah satu kacang-kacangan yang tinggi protein nabati sekitar
35.71% (USDA, 2016) sehingga dapat digunakan sebagai komoditas untuk substitusi susu
almond. Penelitian terdahulu mengenai susu almond yang disubstitusi dengan komoditas lain
telah dilakukan oleh (Nareswara, 2016) yang mejadikan kentang sebagai bahan substitusi
susu almond bagi anak-anak penderita Autism Spectrum Disorder (ASD) sebagai minuman
bebas kasein dan gluten serta ppeningkatan gizi lainnya untuk perkembangan penderita ASD.
Susu almond dengan substitusi kedelai dapat dibuat dengan proporsi almond:kedelai
sebanyak 2:1 (Potter, 2016). Pemilihan kacang kedelai sebagai sumber protein nabati pada
susu almond selain dari segi kadar proteinnya juga dipertimbangkan dari nilai ekonomis
sebagai pengimbang harga almond yang mahal. Selain itu, pasokan kedelai juga mudah
didapatkan di pasaran. Namun, susu almond dengan substitusi sari kecambah kedelai
memiliki permasalahan yaitu kadar zat anti gizi asam fitat dan tanin yang tinggi. Asam fitat
mampu mengikat beberapa mineral dan tanin mampu mengikat protein sehingga kebutuhan
tubuh akan mineral dan protein akan terganggu penyerapannya.
Menurut penelitian Mardiyanto dan Sri (2015), asam fitat dan tanin, dapat diturunkan
dengan perlakuan pendahuan berupa perkecambahan. Sedangkan menurut penelitian
Pramita (2008) penurunan kadar zat antigizi dapat dilakukan dengan bantuan pemanasan.
Salah satu perlakuan panas pada pengolahan bahan pangan adalah blanching yang
mempunyai dua teknik yakni water blanching dan steam blanching. Kombinasi perlakuan yang
paling efektif antara waktu perkecambahan dan teknik blanching diharapakan mampu
menaikkan kadar protein larut air serta menurunkan kadar asam fitat dan tanin juga
menambah nilai gizi dari susu almond substitusi sari kecambah kedelai terutama protein.
Alat
Alat untuk pembuatan antara lain blender maspion, plate alumunium untuk
pasteurisasi dan water blanching, panci penanak nasi untuk steam blanching, kain saring.
Untuk analisis digunakan spektrofotometer UV-Vis 20D plus (Bausch and Lo,mb, USA), AAS
AA6300 (Shimadzu, California), sentrifuge EBA 2000 (Hettich Zentrifugen, Belanda), vortex
(LW Scientific Inc, USA), shaker (Heidolph UN, Germany) Furnace 47900 (Thermolyne,
USA), seperangkat alat destilasi Genhardt, Indonesia) oven (WTC Binder, Germany),
timbangan analitik (Denver Instrument M310, USA) vacuum drying merek lokal, tabung
Kjeldahl, lemari asam, magnetik stirer, kompor listrik Maspion.
Bahan
Bahan pembuatan produk antara lain almond manis, kedelai kering, perisa vanila cair
untuk makanan. Sedangkan bahan untuk keperluan analisis (Sigma dan Merck) antara lain
HNO3 0,5 M (PA), FeCl3 0,5 M (PA), amil alkohol (PA), amonium thiosianat (PA), metanol
(PA), Na2CO3 20% (PA), reagen follin ciocealteau (PA), asam tanat standar (PA), TCA (PA),
dietil eter (PA), K Na Tartrat (PA), CuSO4.5H2O (PA), NaOH padat (PA), NaOH 30% (teknis),
71
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
indikator metil red, indikator pp, tablet kjeldahl, H 2SO4 pekat (PA), H2SO4 0,5 N (PA),
petroleum eter (PA), HNO3 (PA) serta akuades.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Faktor I adalah
teknik blanching almond (water blanching dan steam blanching). Faktor II adalah lama waktu
perkecambahan kedelai (12 jam, 20 jam, 28 jam, dan 36 jam). Sampel didapatkan 8 kombinasi
perlakuan yang akan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan sampel uji sebanyak 24.
Pembuatan Produk
Pembuatan produk dimulai dari proses pembuatan susu almond dimana almond
dilakukan blanching (water dan steam blanching) pada suhu 80 oC selama 20 menit kemudian
dihaluskan dengan menggunakan blender dan ditambah air dengan perbandingan 1:4 lalu
disaring dan diperas dengan kain saring. Untuk pembuatan sari kecambah kedelai dilakukan
perkecambahan kedelai (12, 20, 28, dan 36 jam) kemudian dihaluskan dengan menggunakan
blender dan ditambah air dengan perbandingan 1:1 lalu disaring dan diperas dengan kain
saring. Pembuatan produk susu almond substitusi sari kecambah kedelai dilakukan dengan
mencampurkan susu almond dan sari kecambah kedelai (2:1) lalu dipasteurisasi suhu 70oC
selama 15 menit, dilakukan heatshock, dan pengemasan.
Analisis Kimia
Sampel produk susu almond dengan substitusi sari kecambah kedelai kemudian
dilakukan analisis zat antigizi berupa kadar asam fitat (Davies dan Reid, 1979), kadar tanin
(Subagio, 2003), serta analisis kadar protein larut air dengan metode biuret (AOAC, 1995).
Kadar protein larut air yang tertinggi serta kadar asam fitat dan tanin yang sudah memenuhi
syarat akan diambil sebagai perlakuan terbaik yang nantinya akan diberi klaim sumber protein.
Produk dengan perlakuan terbaik selanjutnya dianalisis proximat berupa kadar air (AOAC,
1990), protein (AOAC 2000), lemak (AOAC, 2005) karbohidrat by difference, kadar abu
(AOAC, 1990), serta natrium (AOAC 937.09, 2000) untuk pemenuhan syarat klaim sumber
protein (PKBPOM No 13 Tahun 2016) termasuk informasi nilai gizi.
Analisis Statistika
Data dilakukan analisis sidik ragam dengan ANOVA menggunakan software minitab
16 dilanjutkan dengan DMRT apabila terdapat beda nyata (α=0.05) dan interaksi serta BNT
apabila beda nyata (α=0.05) namun tidak terdapat interaksi.
Kadar protein almond yang ditunjukkan pada Tabel 1 adalah 21.15% dimana jika
dibandingkan dengan jenis kacang pohon lainnya, protein yang terkandung dalam almond
merupakan yang tertinggi dibanding Brazil nut (14.32%), cashew (18.22%), hazelnut
(14.95%), macademia (7.91%), pecan (9.16%), pistachio (20.16%), walnut (15.23%) (Tan,
2011). Jenis protein yang ada pada almond antara lain globulin (74%), albumin (21%), dan
72
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
sisanya adalah glutelin dan prolamin. Kadar protein kedelai hasil analisis adalah 30.44% yang
apabila di bandingkan dengan jenis kacang-kacangan lain seperti kacang hijau (23.86%),
kacang merah (23.58%), dan kacang tanah (6.15%) protein kedelai merupakan yang tertinggi.
Protein yang mendominasi kedelai adalah globulin dan albumin. Protein globulin yang
merupakan protein tidak larut air kedelai berkisar 19.25 g/100g bahan (Yuwono et al., 2003).
Nilai daya cerna protein kedelai yang sudah mengalami proses pemasakan sangat tinggi
mencapai 70-80% sehingga sangat mudah diserap oleh tubuh (Purba, 2012).
Kadar tanin pada almond menurut hasil analisis adalah 75.55 mg ekuivalen asam
tanat/100g. Hasil yang sama dilaporkan pada penelitian Monaghan (2008) dimana kadar tanin
pada almond adalah 0.07% (70mg/100g). Kandungan tanin yang ada dalam kedelai adalah
506.45 mg ekuivalen asam tanat/100g. Hasil pengukuran kadar tanin tersebut apabila
dibandingkan dengan penelitian Rusydi dan Azrina (2012) hampir mendekati yakni 567 mg
ekuivalen asam galat/100g. Sedangkan untuk kadar asam fitat dari almond dan kedelai adalah
1.641 mg/g dan 1.50 mg/g. Ketika dalam bentuk garamnya, asam fitat merupakan sumber
fosfor yang terdapat pada jaringan tanaman (Kumar et al., 2010). Asam fitat terbentuk selama
pematangan biji dan 60-90% nya merupakan fosfor (Leowus, 2002).
4. Asam Fitat
Pada Tabel 2 hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan teknik blanching almond
dan lama perkecambahan kedelai berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap kenaikan protein
larut air namun tidak ada interaksi keduanya. Hal ini dikarenakan asam fitat merupakan
senyawa yang larut dalam air dimana pada perlakuan water blanching asam fitat akan larut
pada air perebusan. Sedangkan pada steam blanching media pelarutan asam fitat adalah uap
air panas sehingga hanya sedikit melarutkan asam fitat (Mahmod, 2012). Pada
perkecambahan terdapat proses perendaman biji dimana proses imbibisi air akan
73
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
mengaktifkan enzim-enzim yang ada di dalam biji untuk proses metabolisme termasuk enzim
fitase yang juga terdapat pada biji. Enzim fitase atau mio-inositol hesakisfosfat fosfohidrolase
menghidrolisis asam fitat menjadi mio inositol dan fosfat organik dan kemudian mio-inositol
dipecah lebih lanjut menjadi monofosfat. Hasil pemecahan asam fitat kemudian digunakan
untuk pertumbuhan menjadi tanaman baru. Unsur yang digunakan adalah fosfor karena asam
fitat merupakan sumber penyimpanan fosfor terbesar pada tanaman (Nagel, 2010).
5. Tanin
Pada Tabel 2 hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan teknik blanching almond
dan lama perkecambahan kedelai tidak berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap penurunan
kadar tanin produk. Hal ini dikarenakan asam fitat merupakan senyawa yang larut dalam air
dimana pada perlakuan water blanching asam fitat akan larut pada air perebusan. Sedangkan
pada steam blanching media pelarutan asam fitat adalah uap air panas sehingga hanya sedikit
melarutkan asam fitat (Mahmod, 2012). Pada perlakuan pekecambahan terdapat pula
perlakuan perendaman dimana proses imbibisi air ke biji akan menyebabkan enzim-enzim
yang terdapat pada biji menjadi aktif untuk proses metabolisme termasuk enzim tannase
(tannin acyl hydrolase). Enzim tersebut secara khusus memutuskan ikatan galoil pada tanin
terhidrolisis untuk menghasilkan asam galat dan pliol. Selain itu tanase juga memiliki
kemampuan mengkatalis reaksi hidrolisis tanin terkondensasi untuk menghasilkan senyawa
flavonoid (Anwar, 2006).
6. Perlakuan terbaik
Penentuan perlakuan terbaik didasarkan pada kadar protein larut air tertinggi dengan
kadar asam fitat dan tanin yang sudah memenuhi standar. Maksimal toleransi asam fitat yang
di konsumsi adalah 800 mg/hari (Ellis et al., 2001) sedangkan batas aman konsumsi tanin
adalah 560 mg/kg berat badan/hari (Baskin dan Brewer, 2006). Kadar protein larut air tertinggi
terdapat pada perlakuan steam blanching almond dan perkecambahan kedelai 36 jam dengan
kadar protein larut sebesar 15.01% dengan kadar asam fitat 1.07 mg/ml dan kadar tanin
232.47 mg ekuivalen asam tanat/100ml. Hasil analisis proximat perlakuan terbaik dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Proximat Perlakuan Terbaik Susu Almond Substitusi Sari Kecambah
Kedelai
Parameter Hasil (%)
Kadar Air 81.15±2.26
Kadar Protein 15.01±0.48
Kadar Lemak 1.99±0.17
Kadar Abu 0.74±0.67
Karbohidrat (by difference) 1.11
Hasil yang disajikan pada Tabel 3 tersebut keseluruhan memenuhi standar SNI 01-
3830-1995 tentang minuman berbasis kedelai dimana total padatan pada susu atau minuman
kedelai minimal 11.5% b/b. Pada hasil analisis padatan total mencapai 18.85%. Kadar protein
susu almond substitusi sari kecambah kedelai mencapai 15.01% dimana peraturan SNI
menjelaskan kadar protein pada susu kedelai minimal 2% b/b atau dalam bentuk minuman
minimal 1% b/b. Kadar lemak dan karbohidat hampir sama dengan susu almond pada
umumnya yakni 1.04% dan 6.59% (USDA, 2016). Hasil tersebut juga memenuhi SNI dimana
kadar lemak pada susu kedelai minimal 1% b/b dan dalam bentuk minuman minimal 0.3%.
74
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
(kandungan per takaran saji produk 250 ml) didapatkan kadar lemak sebesar 4.89 g, natrium
21.93 mg, protein 15.01%. Kolesterol dan lemak jenuh tidak dilakukan analisis karena
keterbatasan alat, bahan dan materiil. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
produk telah memenuhi persyaratan sebagai minuman sumber protein namun diperlukan
analisis lebih lanjut untuk kolesterol dan lemak jenuh yang belum dilakukan.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, YA.S. 2006. Produksi dan Karakterisasi Enzim Tanin Asil Hidrolase Dari Aspergillus
niger. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
AOAC. 1990. Official Method of Analysis. Association of Official Analysis Chemistry, Rockvile
USA.
AOAC. 1995. Official Method of Analysis. Association of Official Analysis Chemistry, Rockvile
USA.
AOAC. 2000. Official Method of Analysis. Association of Official Analysis Chemistry, Rockvile
USA.
AOAC. 2005. Official Method of Analysis. Association of Official Analysis Chemistry, Rockvile
USA.
Baskin, S.I., and Brewer, T.G. 2006. Cyanide Poisoning. Army Medical Research Institute of
Chemical Defense. Marylane.
Davies N.T., and Reid. 1979. An Evaluation of The Phytate, Zinc, Copper, Iron and
Manganese Contents of, and Zn Availability From, Soyabased Textured-Vegetable-
Protein Meat-Substitues or Meat Extenders. Journal Nutrition. 41:3, 579-89.
Ellis R., Kelsay J.L., Reynolds R.D., Morris E.R., Moser P.B., and Frazier C.W. 2001. Phytate:
Zinc and Phytate X Calcium: Zinc Millimolar Rations in Self-Selected Diets of
American, Asian Indians, and Nepalese. Journal of the American Dietetic Association.
87:8, 1043-7.
Kumar, V, Sinha AK., Makkar HPS and Becker K. 2010. Dietary Roles of Phytate and Phytase
in Human Nutrition: a Review. Journal of Food Chemistry 120: 945-959.
75
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
Loewus, F. 2002. Biosynthesis of Phytate In Food Grains And Seeds: Food Phytates. CRC
Press. Boca Raton.
Mahmod, M.H., Ferial M.A.S., El-kalyoubi M.H., and Gibriel A.Y. 2012. Effect of Legume
Processing and Fermentation Treatments on Their Phytic Acid. Food Science
Department. Cairo. Egypt.
Mardiyanto, T.C., dan Sri S. 2015. Studi Nilai Cerna Protein Susu Kecambah Kedelai Varietas
Lokal secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Nareswara AS. 2016. Studi Tentang Susu Almond Dan Kentang Sebagai Alternatif Minuman
Fungsional Untuk Anak Autis. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Nagel, R. 2010. Living With Phytic Acid. http://www.westonaprice.org/health-topics/living-with-
phytic-acid/ Tanggal akses: 27/09/2016
Naibaho, M.N., Hudaida S., dan Hadi S. 2009. Studi Waktu Dan Metode Blanching Terhadap
Sifat Fisikokimia Tepung Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium). Jurnal Teknologi
Pertanian 4:2, 69-74.
Nielsen, A.O.D. 2016. Americans Are Nuts For Almond Milk. Dilihat 1 Mei 2017.
<http://www.nielsen.com/us/en/insights/news/2016/americans-are-nuts-for-almond-
milk.html. Tanggal akses: 01/05/2017.
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia No. 9. 2016. Acuan Label Gizi. Berita Negara
Republik Indonesia No. 792. Jakarta.
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia No. 13. 2016. Pengawasan Klaim Pada Label
dan Iklan Pangan Olahan. Berita Negara Republik Indonesia No 887. Jakarta.
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia No. 9. 2015. Pengawasan Takaran Saji Pangan
Olahan. Berita Negara Republik Indonesia No. 1055. Jakarta.
Potter, C. 2014. Almond Milk Sweetened with Dates (dairy free, refined sugar free).
http://colorfuleatsnutrition.com/recipes/almond-milk-sweetened-with-dates. Tanggal
akses: 27/09/2016.
Pramita, DS. 2008. Pengaruh Teknik Pemanasan Terhadap Kadar Asam Fitat dan Aktivitas
Antioksidan Koro Benguk (Mucuna Pruriens), Koro Glinding (Phaseolus Lunatus), dan
Koro Pedang (Canavalia Ensiformis). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Purba, LS. 2012. Perbandingan Berat Kacang Kedelai Tergerminasi dan Biji Nangka dan
Konsentrasi Ragi Pada Pembuatan Tempe. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Purwati, N.A.D., Dian H. dan Amalia R. 2015. Es Krim Free Lactose Berbahan Dasar Sari
Hanjeli sebagai Alternatif Pengganti Es Krim Susu bagi Penderita Lactose Intolerance.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4:1, 144-159.
Rusydi, M.M.R., dan Azrina, A. 2012. Effect of Germination On Total Phenolic, Tannin and
Phytic Acid Contents in Soy Bean And Peanut. International Food Research Journal
19:2, 673-677.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1995. SNI 01-3830-1995: Susu Kedelai.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/4246. Tanggal akses:
01/03/2017.
Suhendra L. 2005. Studi Perubahan Protein Terlarut Selama Perkecambahan Biji Wijen
(Sesamun Indicum L.) Menggunakan Pendekatan Respon Surface Methodology.
Skripsi. Universitas Udayana. Bali
Tan, J. 2011. Healthy Nuts Go Nuts. http://www.med.umich.edu/pfans/docs/tip-
2011/healthynuts-0211.pdf. Tanggal akses: 15/092016.
USDA (United States Department of Agriculture) – Natural Resources Concervating Service.
2016. Classification for Kingdom Plantae Down to Genus Prunus L.
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid=PRUNU.
Tanggal akses: 15/09/2016.
USDA (United States Department of Agriculture). 2016. USDA Branded Food Products
Database for Almond Milk. https://ndb.nal.usda.gov/ndb/ search/list. Tanggal akses:
15/09/2016.
76
Inovasi Susu Almond dengan Subtitusi Sari Kecambah Kedelai – Damayanti, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.6 No.3: 70-77, Juli 2018
USDA (United States Department of Agriculture). 2016. USDA Branded Food Products
Database for Dry Almond Nuts. https://ndb.nal.usda.gov/ndb/search/list. Tanggal
akses: 15/09/2016.
USDA (United States Department of Agriculture). 2016. USDA Branded Food Products
Database for Dry Soya Bean. https://ndb.nal.usda.gov/ndb/search/list. Tanggal akses:
15/09/2016
Victoria, J. E. 2008. Daniel's Lifestyle Fasting Cook Book. Xulon Press. Maitland.
Yuwono, SS, Kartika KH. dan Wulan S.N. 2003. Karakterisasi Fisik, Kimia dan Fraksi Protein
7S Dan 11S Sepuluh Varietas Kedelai Produksi Indonesia. Jurnal Teknologi Pertanian
4:1, 84–90.
77
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by JURNAL AGROTEKNOLOGI
Wiwik Siti Windrati 1), Ahmad Nafi’1) dan Puspa Dewi Augustine 2)
1
) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian,Universitas Jember
2
) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Jember
ABSTRACT
Jack bean is one of beans which have 55% carbohydrate and 24% protein. It will make
new market to explore jack bean as raw material component PRF (Protein Rich Flour). The aim
of this research was to know the characteristic of PRF, including chemical and nutritional
properties by using descriptive method. The results showed that jack bean PRF had 10,09% of
water; 37,61% of protein; 4,49% of fat; 36,70% of starch (31,12% of amylose; 68,88%
amylopectin); 0,57% of sugar; 2,23% of fiber and 3,04% of ash. The highest amino acid content
is glutamic acid equal to 5,47%, while smallest is metionin equal to 0,32%; limiting amino
acids are metionin and sistein equal to 8,51 mg/g protein; antitrypsin content 8,9% unit/g; 0,17
mg vitamine B1; 26,85 mg vitamine B2 and 56,16% of protein digestable by pepsin-trypsin
enzyme.
18
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:18-26
19
Mutu Zat Gizi Tepung Koro Kaya Protein (Wiwik Siti Widrati, A. Nafi, Dewi Augustin)
Koro
Pencucian
Perendaman, T= 6o C, 20 jam
Bubur koro
20
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:18-26
karbohidrat (kadar pati: amilosa dan PRF koro pedang dapat dilihat pada Tabel
amilopektin; serat, dan total gula), protein, 1 berikut ini.
lemak, air, dan abu. Komposisi kimia
21
Mutu Zat Gizi Tepung Koro Kaya Protein (Wiwik Siti Widrati, A. Nafi, Dewi Augustin)
pengendapan berada pada bagian atas PRF tiap koro disebabkan oleh
sehingga ikut terbuang bersama dengan perbedaan gula reduksi pada bahan
air. dasarnya yaitu biji koro pedang, koro
Kandungan lemak PRF koro komak dan koro kratok.
pedang yang rendah tersebut Kadar amilosa dan amilopektin
menunjukkan bahwa koro pedang Hasil pengamatan terhadap
merupakan golongan kacang-kacangan kandungan amilosa PRF koro pedang
tidak berlemak (non-oilseed legumes) diperoleh nilai rata-rata sebesar
dan juga menjadikan PRF koro pedang 31,12±3,13% sedangkan nilai rata-rata
mempunyai potensi sebagai salah satu kandungan amilopektin PRF koro
alternatif sumber pangan yang sangat pedang sebesar 68,88%. Dengan nilai
cocok bagi banyak orang yang ingin
rata-rata kandungan amilosa tersebut
menurunkan berat badan. PRF koro pedang termasuk golongan
Kadar pati bahan pangan dengan kandungan
Hasil pengamatan terhadap amilosa yang tinggi. Seperti yang
kandungan pati dari PRF koro pedang disebutkan dalam Winarno (2001)
diperoleh nilai rata-rata sebesar bahwa bahan pangan termasuk dalam
36,70±0,57%. Kandungan pati PRF golongan kandungan amilosa tinggi
koro pedang tersebut lebih tinggi jika jika kandungan amilosanya sebesar 25-
dibandingkan dengan kandungan pati 30%.
PRF koro komak yaitu sebesar 26,94% Dengan tingginya kandungan
dan lebih rendah jika dibandingkan amilosa PRF koro pedang tersebut
dengan PRF koro kratok yaitu sebesar dapat menjadikan PRF koro pedang
49,56% (Nafi’, 2005). Tingginya sebagai salah satu alternatif sumber
kandungan pati PRF koro pedang pangan bagi banyak orang yang sudah
tersebut disebabkan karena PRF koro berusaha keras menurunkan berat
pedang merupakan hasil ekstraksi badan dengan cara mengurangi
dimana pada saat awal proses konsumsi makanan karena dengan
pembuatan PRF koro pedang patinya sedikit mengkonsumsi produk olahan
tidak dipisahkan sehingga kandungan PRF koro pedang maka orang tersebut
patinya masih tinggi. Pada bahan dasar akan merasa kenyang.
berupa biji koro pedang mempunyai Kadar serat
nilai karbohidrat yang cukup tinggi Hasil pengamatan terhadap
sehingga kandungan patinya juga
kandungan serat kasar PRF koro
cukup tinggi. pedang diperoleh nilai rata-rata sebesar
Total gula 2,23±0,06%. Kandungan serat PRF
Hasil pengamatan terhadap koro pedang tersebut lebih tinggi jika
kandungan total gula dari PRF koro dibandingkan dengan kandungan serat
pedang diperoleh nilai rata-rata sebesar PRF koro komak dan PRF koro kratok
0,57±0,23%. Kandungan total gula yaitu masing-masing sebesar 0,80%
tersebut tidak jauh beda dengan dan 0,36% (Nafi’, 2005). Rendahnya
kandungan total gula pada PRF koro kandungan serat PRF koro pedang
komak dan PRF koro kratok yaitu tersebut disebabkan karena selama
masing-masing sebesar 0,23% dan proses ekstraksi pada saat pembuatan
0,36%. Hal ini terjadi karena selama PRF koro pedang, sebagian besar
proses ekstraksi komponen gula tidak komponen serat tidak ikut terekstrak
ikut terekstrak sehingga kandungan (terbuang bersama ampas), sehingga
total gula pada produk akhir rendah. pada produk akhir diperoleh
Perbedaan kandungan total gula pada kandungan serat yang rendah.
22
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:18-26
23
Mutu Zat Gizi Tepung Koro Kaya Protein (Wiwik Siti Widrati, A. Nafi, Dewi Augustin)
24
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:18-26
untuk anak-anak sampai usia 10 tahun al., 2006). Apabila hanya menggunakan
antara 0,8-1,2 mg, untuk orang dewasa enzim tripsin maka hanya residu arginin
antara 1,2-1,4 mg sedangkan untuk dan lisin yang dapat dihidrolisa ikatan-
orang-orang yang sedang mengandung ikatan yang mengandung gugus
dan menyusui masing-masing 1,5 mg karboksil (Rolfes, et al., 2006). Dan
dan 1,7 mg (Winarno, 2002). Dengan apabila menggunakan pepsin-tripsin
tingginya kandungan vitamin B2 PRF maka akan semakin banyak protein yang
koro pedang tersebut maka PRF koro dihidrolisa sehingga daya cernanya
pedang dapat dijadikan salah satu semakin tinggi. Tingginya nilai daya
sumber vitamin B2. cerna protein dengan menggunakan
sistem pepsin-tripsin menunjukkan
Daya cerna protein
bahwa PRF koro pedang mudah diserap
Protein bermutu tinggi mempunyai
oleh tubuh karena proteinnya mudah
daya cerna yang tinggi pula. Daya cerna
dipecah menjadi asam amino atau
protein adalah ukuran jumlah asam
komponen pembentuknya.
amino yang diserap dari asupan protein
tertentu. Daya cerna protein
menunjukkan tingkat kemudahan protein
untuk dipecah menjadi asam amino atau KESIMPULAN DAN SARAN
komponen pembentuknya sehingga
mudah diserap oleh tubuh. Kesimpulan
PRF koro pedang mempunyai
Daya cerna secara in vitro dari PRF
kandungan air 10,09%; protein 37,61%;
koro pedang diuji dengan menggunakan
lemak 4,49%; pati 36,70% (amilosa
suatu sistem enzim pepsin-tripsin. Nilai daya
31,12% dan amilopektin 68,88%); total
cerna PRF koro pedang terhadap berbagai
gula 0,57%; serat 2,23%; dan abu
jenis enzim tertera dalam Tabel 4.
3,04%. Asam amino terbesar dalam PRF
Tabel 4. Daya cerna PRF Koro Pedang Koro Pedang adalah asam glutamat yaitu
5,47% sedangkan asam amino terkecil
Jenis Enzim Daya Cerna (%)
adalah metionin 0,32%; asam amino
Pepsin pembatasnya adalah metionin dan sistein
5,03
8,51 mg/g protein PRF koro pedang;
Tripsin 25,34 kandungan antitripsin 8,90 unit/gram;
Pepsin-Tripsin 56,16 vitamin B1 0,17 mg; vitamin B2 26,85
mg; dan daya cerna protein dengan
enzim pepsin-tripsin 56,16%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa
dengan menggunakan sistem enzim
Saran
pepsin-tripsin dapat meningkatkan nilai
Dengan potensi nutrisionalnya,
daya cerna protein PRF koro pedang
PRF koro pedang perlu diuji sifat
yaitu sebesar 56,16% dibandingkan
fungsional sehatnya, seperti sifat
dengan menggunakan satu jenis enzim.
hipoglisemik baik secara in vitro
Nilai daya cerna PRF koro pedang
maupun in vivo.
dengan menggunakan enzim pepsin
sebesar 5,03% dan nilai daya cerna
protein PRF koro pedang dengan
UCAPAN TERIMA KASIH
menggunakan enzim tripsin sebesar
25,34%. Hal ini terjadi karena apabila
Ucapan terima kasih disampaikn
hanya menggunakan enzim pepsin maka
kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
hanya fenilalanin dan tirosin yang dapat
Tinggi, Departemen Pendidikan
dihidrolisa ikatan-ikatan yang
Nasional yang telah mendanai penelitian
mengandung gugus nitrogen (Rolfes, et
25
Mutu Zat Gizi Tepung Koro Kaya Protein (Wiwik Siti Widrati, A. Nafi, Dewi Augustin)
ini melalui proyek Penelitian Hibah Newman CW, Roth NR, and Lockermen
bersaing, tahun 2007. RH (1987). Protein quality of
chickpea (Cicer ariterium L.).
Nutr. Rep. Int. 36: 1-5.
DAFTAR PUSTAKA Rangel A, Saraiva K, Schwengber P,
Narciso MS, Domont GB,
Akpapunam MAS and Sefa-Dedeh Ferreira ST, and Pedrosa C
(1997). Some physicochemical (2004). Biological evaluation of
properties and anti-nutrisional a protein isolate from cowpea
factors of raw, cooked and (Vigna unguiculata) seeds. J.
germinated jack bean (Canavalis Food Chem. 87: 491-499.
ensiformis). J. Food Chem. 59:
121-125. Robert EA1(985).Grain Legume Crops.
Collin, London.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari
NL dan Budiyarto S (1989). Rofles SR, Pinna K, Whitney E (2006).
Analisis Pangan. Penerbit Understanding Normal and
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Clinical Nutrition. Thomson
Wadsworth, United States of
Genovese MI and Lajolo FM (1998). America
Influence of naturally acid-
soluble protein from beans Subagio A, Witono Y dan Wiwik SW
(phaseolus vulgaris l.) on in vitro (2002). Protein Albumin dan
digestibility determination. J. Globulin dari Beberapa Jenis
Food. Chem. 62:315-323. Koro-koroan di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional
Hartati NS dan Prana TK (2003). PATPI Kelompok Gizi dan
Analisis kadar pati dan serat kasar Keamanan Pangan.
tepung beberapa kultivar talas
(Colocasia esculenta L. Schott). J. Sudarmadji SB, Haryono dan Suhardi
Natur Indonesia. 6(1): 29-33. (2003). Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty,
Munip A (2001). Potensi Tanaman Koro Yogyakarta
Pedang (Canavalis sp) dalam
Upaya Meningkatkan Kegiatan Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Graha
Agribisnis. Simposium Nasional Ilmu, Yogyakarta.
Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Van der Maesen dan Somaatmadja S
Tanaman Indonesia. Yogyakarta. (1993). Prosea Sumber Daya
p. 126. Nabati Asia Tenggara I.
Nafi' A (2005). Tepung Kaya Protein Gramedia Pustaka Utama,
(Protein Rich Flour) dari Beberapa Jakarta
Jenis Koro: Kajian Cara Ekstraksi Winarno FG (2002). Kimia Pangan dan
dan Modifikasi Asam. Tesis. Gizi..Gramedia Pustaka Utama,
Program Pascasarjana Universitas Jakarta.
Brawijaya Malang.
26