Anda di halaman 1dari 5

AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Tugas Mata Kuliah : Filsafat Ilmu


Dosen : DR. H. E. Kuswandy. A. Marfu, M. Pd.
Nama Mahasiswa : Melpa Butarbutar
NIM : 17105031

A. PENDAHULUAN
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya, oleh karena itu sebelum membicarakan apa yang
dimaksud dengan “Aksiologi Ilmu Pengetahuan”, kita perlu mengetahui
permasalahan penting yang berkaitan dengan filsafat pendidikan yaitu pertama,
mengenai hakikat manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang unik, bahkan
dikatakan sebagai animal educandum, (makhluk yang dapat dididik). Perbedaannya
adalah manusia mampu belajar dan mampu mengubah perilakunya, setelah
mengalami serangkaian proses pendidikan, baik secara berturut-turut maupun
secara parsial antara pogram yang satu dengan program yang lainnya. Manusia
mampu menghadapi berbagai proses pendidikan, seperti pembinaan, pelatihan, dan
pengajaran sekaligus. Itulah yang menjadikan manusia istimewa, yaitu
kemampuannya dalam mempelajari sesuatu.
Kedua, filsafat pendidikan akan selalu berkaitan dengan permasalahan
mengenai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran selalu berubah dan tergantung pada sifat
dan karakter manusia yang mencari dan menemukannya.
Ketiga, filsafat pendidikan selalu berkaitan dengan metode-metode keilmuan
yang akan digunakan dalam dunia pendidikan. Metode penelitian induktif dan
deduktif kini masih menjadi metode penelaahan dalam penelitian apapun. Keduanya
melengkapi dunia ilmu pengetahuan sejak manusia mengenal filsafat dan
mengembangkannya menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang jauh tersusun lebih
objektif, empiris, dan sistematis.
Keempat, pendidikan selalu berhubungan dengan nilai-nilai dasar kehidupan
yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Dalam skala apapun, penilaian dan nilai
dalam kehidupan manusia menjadi bagian yang penting, bahkan cenderung sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan karakter kehidupan masyarakat yang menjadi
tempatnya tinggal. Nilai (values ) dalam kehidupan sosial berkaitan erat dengan
pemaknaan sekelompok manusia terhadap sesuatu hal. Nilai dalam kehidupan
manusia sangat bergantung pada falsafah (pandangan hidup) manusia. Falsafah
Pancasila yang digali dari sistem budaya Indonesia, menjadi salah satu contoh nilai
dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan adalah salah satu dasar dalam
mewariskan dan melestarikan nilai-nilai positif yang terdapat dalam kebudayaan.
Pendidikan tak hanya bertugas mewariskan serangkaian kemampuan kognitif dan
ilmu pengetahuan dalam kehidupan masyarakat. Namun juga bertugas untuk
memelihara nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat.
Kelima, permasalahan yang dihadapi pendidikan adalah tujuan-tujuan
pendidikan, yang harus memperhatikan manfaat dan nilai-nilai sosial dalam rentang
waktu yang panjang, melalui penetapan tujuan-tujuan pendidikan yang relevan,
tepat sasaran, proporsional, dan adaptif terhadap beragam perkembangan
kebutuhan masyarakat.

B. PENGERTIAN FILSAFAT

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani , yaitu Philosophia, yang tersusun
dari dua kata, yaitu philia yang berarti persahabatan, cinta dan kata sophia yang
berarti kebijaksanaan. Jadi dalam konteks dasar pengertian filsafat adalah pecinta
kebijaksanaan. Namun berdasarkan konteks secara keseluruhan, filsafat berarti
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, asal, dan hukumnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut U.
Sadulloh (2012), Filsafat adalah “kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dan kearifan”. Filsafat bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan akal manusia dalam menerjemahkan setiap gejala alam maupun gejala
lainnya yang ditemui dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, manusia berupaya
untuk menemukan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai fenomena kehidupan
yang ada, agar dapat menentukan sikap yang lebih tepat dan proporsional.

Filsafat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan (mutter scientarium),


karena dari filsafat-lah lahir beragam metode dan proses keilmuan terutama dalam
dunia pendidikan saat ini. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan berkembang dari
adanya serangkaian pemikiran filsafat, yang kemudian ditindaklanjuti dengan
metode-metode keilmuan yang jauh lebih objektif, empiris, sistematis, dan ilmiah.

Filsafat memiliki kajian-kajian khusus dalam merumuskan pokok-pokok


pemikiran manusia agar terbentuk menjadi sebuah asumsi atau opini yang jauh lebih
baik daripada hanya sekedar pendapat umum (common sense). Berikut adalah
beberapa pokok kajian yang terdapat dalam Filsafat Pendidikan :

1. Metafisika, adalah cabang filsafat yang mempelajari asal atau hakekat


objek (fisik) di dunia.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi
benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
2. Epistemologi, adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,
karakter, dan jenis pengetahuan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan
berkaitan dengan beragam metode untuk memperoleh pengetahuan
yang dilakukan oleh akal manusia, diantaranya ; metode induktif, metode
deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis, dan metode
dialektis.
3. Aksiologi, adalah cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya.

C. PENGERTIAN AKSIOLOGI

Secara bahasa aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos
(teori), yang berarti teori tentang nilai. Konsep nilai ini berkaitan dengan
permasalahan etika (moral) dan estetika (keindahan) dalam kehidupan manusia.
Menurut Heris, H dan Ansori (2013), pertanyaan di seputar wilayah aksiologi ini
menyangkut, antara lain :

1. Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan ?


2. Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
3. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
4. Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral
dan professional ? (filsafat etika).

Menurut Heris. H dan Ansori (2013), pendidikan nilai (teaching –value)


berbeda dengan nilai pendidikan (education value). Pendidikan nilai lebih
mengedepankan adanya teknis proses pendidikan yang mengedepankan proses
pembinaan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik. Sedangkan nilai pendidikan
adalah sebuah pandangan yang berupaya untuk mendefinisikan pendidikan secara
hakiki, karena bagaimanapun juga tujuan pendidikan harus dijabarkan dan diarahkan
secara utuh, karena menyangkut dan mempengaruhi sistem pendidikan dari masa ke
masa. Pendidikan tak hanya sebatas mengenai mempersiapkan anak untuk
menyelesaikan serangkaian kurikulum yang harus dicapai. Namun, lebih pada upaya
mempersiapkan manusia untuk membentuk sisi kemanusiaannya secara utuh,
hingga mampu untuk berkembang diantara manusia dan lingkungan alam. Pada
prinsipnya, ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa
merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.

D. PENUTUP

Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa peradaban


manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam
bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat
dan lebih mudah di samping penciptaan berbagai kemudahan dalam bidang-bidang
kesehatan, transportasi, pemukiman, pendidikan, dan komunikasi. Namun dalam
kenyataannya, apakah ilmu selalu merupakan berkah alam setiap sendi kehidupan
manusia ?

Menurut Jujun S. (2013), sejak awal pertumbuhannya ilmu sudah dikaitkan


dengan tujuan perang dengan alasan melindungi diri atau kelompok dari gangguan
kelompok lainnya. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga
untuk memerangi sesama manusia dan menguasai manusia lainnya. Bermacam-
macam jenis senjata pembunuh berhasil dikembangkan dari yang sederhana hingga
yang berteknologi tinggi seperti bom atau senjata nuklir dan senjata kimia yang
mematikan. Perkembangan ilmu sering melupakan faktor manusia, manusia dipaksa
dan digiring untuk mengikuti kecanggihan teknologi, yang mengakibatkan manusia
itu terkadang jadi kehilangan arti dari kemanusiaannya. Artinya, ilmu dan teknologi
bukan lagi hanya sekedar sarana yang memberikan kemudahan bagi kehidupan
manusia membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, melainkan dia berada
untuk tujuan eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang
kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi
ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan
mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri.

Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari


alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya :
Untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan ? Untuk menjawab pertanyaan
ini maka imuwan berpaling kepada hakikat moral, karena tanpa landasan moral
maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.
Artinya, ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa
merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan. Saatnya manusia
kembali kepada kodrat sebagai hamba Allah SWT yang telah diperintahkan untuk
menjadi kholifah di muka bumi ini adalah untuk memelihara bumi, dan agar manusia
menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk mencari rahasia kandungan
alam sehingga dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan umat
manusia, dan bukan sebaliknya, malah untuk merusak apalagi untuk tujuan
menghancurkan umat manusia. Naudzubillaah....

Kata-kata mutiara yang bisa kita kutip tentang harapan ini, bahwa ilmu dan
iman harus sejalan, Iptek dan imtaq harus berdampingan..., sebab iman tanpa ilmu
adalah mustahil....ilmu tanpa iman akan membinasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Heris, H. dan Ansori. (2013). Filsafat Pendidikan. Bandung : Bintang Warli Artika.

Jujun, S. (2013). FILSAFAT ILMU. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai