Yayu Latifah
J130205135
Profesi Fisioterapi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
A. PENGERTIAN
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio
urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Mansjoer,
2000). Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun
terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi kandung kemih
sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner and Suddarth, 2010).
Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya
harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan
(storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan organ berongga
yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara
buli-buli dan uretra, terdapat sfingter uretra interna yang terdiri atas otot polos.
Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating).
Di sebelah distal dari uretra posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri
atas otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka pada saat miksi
sesuai dengan perintah dari korteks serebri. Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot
destrusor dan pada fase pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama
pengisian urine, buli-buli mampu untuk melakukan akomodasi yaitu meningkatkan
volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O, sampai
volumenya cukup besar (Smeltzer, Suzanne C. 2001).
C. ETIOLOGI
b. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, anatomi pada
pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang
penuh dan distensi kandung kemih yang ringan. Pada retensi kronik ditandai dengan
gejala iritasi kandung kemih (frekuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri
retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari penyakit retensi urin ini adalah :
a. Di awali dengan urin mengalir lambat
b. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
Tanda klinis retensi :
a. Ketidak nyamanan daerah pubis
b. Distensi vesika urinia.
c. Ketidak sanggupan untuk berkemih.
d. Ketidakseimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan asupannya.
Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi
kandung kemih yang berlebihan gangguan suplai darah pada dinding kandung kemih
dan proliferasi bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila
terdapat obstruksi saluran kemih (Smeltzer, Suzanne C. 2001).
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber penyebabnya
antara lain :
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik.
Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot
tidak mau berkontraksi.
2. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung kemih, obat
antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah)
menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,
prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor
penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung
kemih (bladder neck sclerosis).
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa
sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor
lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat
miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang
mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal,
vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa
hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi
bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK,
menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan
produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra,
trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal,
spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi
poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi
distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah
satunya berupa kateterisasi urethra (Smeltzer, Suzanne C. 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Pasiendengan Gangguan
dan Penyakit Urogenital. Jakarta: Depkes RI.
Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice.(2000).
RencanaAsuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga.
Jakarta: Media Aesculapius.
Raha, vast. 2013. Retensi urin. Diakses melalui
https://www.slideshare.net/septianraha/retensi-urine?from_action=save Vast Raha .
tanggal 31 agustus 2018
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
LAPORAN STATUS KLINIK PROFESI
FISIOTERAPI FISIOTERAPI
OBSGIN/REPRODUKSI Program Studi
Fisioterapi
Nomor Urut : / /
B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda Vital
1) Tekanan Darah : 135/70 mmHg
2) Denyut Nadi : 84 x/menit
3) Pernapasan : 19 x/menit
4) Temperatur : 36,40C
5) Tinggi Badan : 157 cm
6) Berat Badan : 58 kg
b. Inspeksi
Inspeksi Statis
-Tidak Menggunakan Kateter
-Tidak Menggunakan Diapers
Inspeksi Dinamis
-Berjalan Menggunakan kruk
-Gangguan Pola Jalan
c. Palpasi
- Spasme pada rectus abdominus
d. Perkusi
Tidak dilakukan
e. Auskultasi
Tidak dilakukan
f. Personal Faktor
1) Kognitif : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dan pasien dapat
mengikuti instruksi dari terapis dengan baik.
2) Intrapersonal : Pasien Kurang Mendapatkan dukungan dari keluarga
3) Interpersonal : Pasien sangat kooperatif dengan orang – orang
disekitarnya terutama dengan fisioterapis. Semangat pasien untuk
sembuh tinggi
i. Pemeriksaan
1) Nyeri
Pemeriksaan nyeri menggunakan NPRS (Numeric Pain Rating Scale)
B. Diagnosis Fisioterapi
1) Impairment
Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada perut bagian bawah
Kesulitan mengosongkan kandung kemih
2) Functional Limitation
Ketidakmampuan berkemih secara sempurna
3) Disability
Keterbatasan saat aktifitas bekerja
C. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan
a. Jangka Pendek
1) Mengurangi spasme m.rectus abdominis
b. Jangka Panjang
1) Mengembalikan kemampuan fungsional pasien agar dapat BAK
secara normal (tidak mengejan)
2. Tindakan Fisioterapi
a. Teknologi Fisioterapi
1) IR
2) TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
3) Kegel exercise
b. Edukasi
1. Pasien diminta untuk minum air putih sekitar dua liter cairan setiap hari.
Tidak minum cukup cairan dapat mengiritasi kandung kemih dan
memperburuk gejala. Yang terbaik adalah minum air putih atau teh
herbal dan kurangi jumlah teh, teh hijau, kopi dan minuman bersoda.
2. Mengurangi minum kopi dan yang bersoda
3. Tetap melakukan aktivitas seperti biasanya dengan intensitas yang
rendah kemudian ditingkatkan.
4. Melanjutkan kegel exc dirumah dengan intensitas ringan kemudian
ditingkatkan.
5. Kompres air dingin hangat di bagian bawah umbilicus, 7x sehari dengan
selang-seling (2:1) panas 10mnt, dingin 5mnt
c. Rencana Evaluasi
a. Nyeri dengan NPRS
b. Tes sensibilitas
c. Spasme otot rectusabdominis dengan palpasi
d. Kemampuan berkemih dengan UDI
D. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
3. Kegel exercise
Tujuan : Meningkatkan kekuatan otot dasar panggul untuk berkontraksi,
meningkatkan ketegangan dan kemampuan keregangan pada otot dasar panggul,
membantu mencegah terjadinya atropi, menjaga lapisan endopelvic dan keutuhan
saraf (pada otot dasar panggul), mengembalikan kesehatan fungsi bladder.
Penatalaksanaan : posisi pasien tidur terlentang diatas bed dengan relaks, posisi
terapis disamping pasien. Pasien diinstruksikan untuk membayangkan mencegah
keluarnya kotoran atau aliran urin, dengan menekan kebawah kearah bed.
Kontraksikan anus seolah-olah sedang menahan BAB dan ureter seakan menahan
urin keluar.
F: setiap hari
I: 1x8 rep (8 dtk kontraksi, 4 dtk
rest) T: ± 10 menit
T: strengthening
E. EVALUASI
1. Nyeri
Kategori T1 T2
Nyeri diam 0 00
Nyeri gerak 4 3
Nyeri tekan 0 0
2. Tes sinsibilitas
Tajam tumpul : +
Kasar halus : +
Diskriminasi 2 titik (two point tactile) : -
3. Urogenital Distress Inventory (UDI-6)
Penilaian
0 1 2 3
Pertanyaan (Sedikit) (sedang) (sangat)
(Tidak
Sama
Sekali)
Seberapa banyak Anda
merasa terganggu dengan
√
sering buang air kecil?
Underline Proses
Trauma/injury
SCI
Retention Urine
Anatomical
Activity Limitation Participation
Impairment
Restriction
Bladder
Dysfunction
Spasme
TENS
Kegel Penurunan
Exercise Kemampuan
fungsional
Stimulasi
Saraf
Mengembalikan keseimbangan
Penguatan otot
antara regulasi rangsang dan
dasar panggul
penghambatan
Bladder dysfunction
menurun