Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAGEMENT PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI


RETENSI URIN E.C. EQUINIA SYNDROME

Yayu Latifah
J130205135

Profesi Fisioterapi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat


keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensi urine
adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan
untuk mengosongkannya secara sempurna.
Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari
penyaringan darah yang dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna kekuning-
kuningan atau terang dan transparan. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut
berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam
urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang dihasilkan
ketika proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang berbahaya
terutama jika fungsi hati juga tidak berjalan dengan baik.
Setiap menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5 cardic out put)
menuju ke 2 ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah tersebut darah yang akan kembali
melalui vena renalis sejumlah 1059 ml sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan keluar
sebagai urin.
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,
diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut-serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi.
kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih
uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf-saraf
tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus-menerus tanpa
disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

II. RUMUSAN MASALAH


Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus retensi urine?

III. TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar penulis dan pembaca dapat
memahami landasan teori mengenai retensi urin agar dapat diterapkan dalam
praktik fisioterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio
urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Mansjoer,
2000). Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun
terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi kandung kemih
sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner and Suddarth, 2010).

Deri beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan retensi urine


merupakan penumpukan dikandung kemih serta ketidak mampuan untuk
mengosongkan kandung kemih secara sempurna.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya
harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan
(storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan organ berongga
yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara
buli-buli dan uretra, terdapat sfingter uretra interna yang terdiri atas otot polos.
Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating).
Di sebelah distal dari uretra posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri
atas otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka pada saat miksi
sesuai dengan perintah dari korteks serebri. Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot
destrusor dan pada fase pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama
pengisian urine, buli-buli mampu untuk melakukan akomodasi yaitu meningkatkan
volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O, sampai
volumenya cukup besar (Smeltzer, Suzanne C. 2001).

C. ETIOLOGI

Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut :

a. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4


setinggi T12 L1. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian
ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis,
kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus
sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.

b. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, anatomi pada
pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.

c. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu


kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.

d. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi


urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.

e. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat


anti depressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat anti histamin (Pseudoefedrin
hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat adrenergic (Propanolol), preparat anti
hipertensi (hidralasin) (Mansyoer Arif, dkk. 2001).

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang
penuh dan distensi kandung kemih yang ringan. Pada retensi kronik ditandai dengan
gejala iritasi kandung kemih (frekuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri
retensi yang nyata.
 Adapun tanda dan gejala dari penyakit retensi urin ini adalah :
a. Di awali dengan urin mengalir lambat
b. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
d. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
e. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
 Tanda klinis retensi :
a. Ketidak nyamanan daerah pubis
b. Distensi vesika urinia.
c. Ketidak sanggupan untuk berkemih.
d. Ketidakseimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan asupannya.
Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi
kandung kemih yang berlebihan gangguan suplai darah pada dinding kandung kemih
dan proliferasi bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila
terdapat obstruksi saluran kemih (Smeltzer, Suzanne C. 2001).

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber penyebabnya
antara lain :
1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik.
Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot
tidak mau berkontraksi.
2. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung kemih, obat
antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah)
menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.
3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,
prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor
penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung
kemih (bladder neck sclerosis).
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa
sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor
lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat
miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang
mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal,
vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa
hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi
bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK,
menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan
produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra,
trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal,
spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi
poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi
distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah
satunya berupa kateterisasi urethra (Smeltzer, Suzanne C. 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
Depkes RI Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Pasiendengan Gangguan
dan Penyakit Urogenital. Jakarta: Depkes RI.
Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice.(2000).
RencanaAsuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga.
Jakarta: Media Aesculapius.
Raha, vast. 2013. Retensi urin. Diakses melalui
https://www.slideshare.net/septianraha/retensi-urine?from_action=save Vast Raha .
tanggal 31 agustus 2018
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
LAPORAN STATUS KLINIK PROFESI
FISIOTERAPI FISIOTERAPI
OBSGIN/REPRODUKSI Program Studi
Fisioterapi
Nomor Urut : / /

NAMA MAHASISWA : Yayu Latifah


N.I.M. : J 130 205 135
TEMPAT PRAKTIK : RSU Islam Klaten
PEMBIMBING : Sri Widiatmi, S.Fis

Tanggal Pembuatan Laporan : 24 November 2021

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn. R
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh (angkat kayu)
Alamat : Santren 05/02 Karangpakel Trucuk
No RM 279247

II. DATA – DATA MEDIS RUMAH


SAKIT A. Diagnosis Medis
Retensi Urine e.c Cauda Equina Syndrome

III. SEGI FISIOTERAPI


A. ANAMNESIS (Auto)
1. Body Chart
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan sulit BAK s e j a k sebelum menjalani operasi HNP
pada tanggal 20 Juli 2021

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada bulan Juli pasien menjalani operasi HNP di RSU Islam Klaten,
riwayat pemasangan kateter pada 24 Agustus 2021 dan lepas kateter pada bulan
September karena terdapat infeksi dan keluar nanah saat BAK, saat ini pasien
hanya dapat BAK 3x sehari. Pasien juga merasakan tebal pada kedua tungkai.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

5. Riwayat Penyakit Penyerta


Tidak ada

6. Riwayat Pribadi Dan Keluarga


Tidak ada

B. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda Vital
1) Tekanan Darah : 135/70 mmHg
2) Denyut Nadi : 84 x/menit
3) Pernapasan : 19 x/menit
4) Temperatur : 36,40C
5) Tinggi Badan : 157 cm
6) Berat Badan : 58 kg
b. Inspeksi
 Inspeksi Statis
-Tidak Menggunakan Kateter
-Tidak Menggunakan Diapers

 Inspeksi Dinamis
-Berjalan Menggunakan kruk
-Gangguan Pola Jalan

c. Palpasi
- Spasme pada rectus abdominus

d. Perkusi
Tidak dilakukan

e. Auskultasi
Tidak dilakukan

f. Personal Faktor
1) Kognitif : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dan pasien dapat
mengikuti instruksi dari terapis dengan baik.
2) Intrapersonal : Pasien Kurang Mendapatkan dukungan dari keluarga
3) Interpersonal : Pasien sangat kooperatif dengan orang – orang
disekitarnya terutama dengan fisioterapis. Semangat pasien untuk
sembuh tinggi

i. Pemeriksaan
1) Nyeri
Pemeriksaan nyeri menggunakan NPRS (Numeric Pain Rating Scale)

Hasil pemeriksaan pada pasien didapatkan :


 Nyeri diam :0
 Nyeri gerak :4
 Nyeri tekan :0
2) Pemeriksaan sensibilitas pada area supra pubis
 Tajam tumpul : (+)
 Kasar halus : (+)
 Diskriminasi 2 titik : (+)

3) Urogenital Distress Inventory (UDI-6)


Penilaian
0 1 2 3
Pertanyaan (Sedikit) (sedang) (sangat)
(Tidak
Sama
Sekali)
Seberapa banyak Anda
merasa terganggu dengan

sering buang air kecil?

Seberapa besar Anda


merasa terganggu
dengan kebocoran √
terkait dengan
perasaan terdesak?
Seberapa besar Anda
merasa terganggu
dengan kebocoran

yang berhubungan
dengan aktivitas,
batuk, atau bersin?
Seberapa banyak
Anda merasa
terganggu dengan

kebocoran dalam
jumlah kecil
(menetes)?
Seberapa banyak
Anda merasa
terganggu dengan

kesulitan
mengosongkan
kandung kemih?
Seberapa besar Anda
merasa terganggu
dengan rasa sakit
atau √
ketidaknyamanan di
perut bagian bawah
atau area genital?

B. Diagnosis Fisioterapi
1) Impairment
 Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada perut bagian bawah
 Kesulitan mengosongkan kandung kemih
2) Functional Limitation
 Ketidakmampuan berkemih secara sempurna

3) Disability
 Keterbatasan saat aktifitas bekerja
C. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan
a. Jangka Pendek
1) Mengurangi spasme m.rectus abdominis

b. Jangka Panjang
1) Mengembalikan kemampuan fungsional pasien agar dapat BAK
secara normal (tidak mengejan)

2. Tindakan Fisioterapi
a. Teknologi Fisioterapi
1) IR
2) TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
3) Kegel exercise

b. Edukasi
1. Pasien diminta untuk minum air putih sekitar dua liter cairan setiap hari.
Tidak minum cukup cairan dapat mengiritasi kandung kemih dan
memperburuk gejala. Yang terbaik adalah minum air putih atau teh
herbal dan kurangi jumlah teh, teh hijau, kopi dan minuman bersoda.
2. Mengurangi minum kopi dan yang bersoda
3. Tetap melakukan aktivitas seperti biasanya dengan intensitas yang
rendah kemudian ditingkatkan.
4. Melanjutkan kegel exc dirumah dengan intensitas ringan kemudian
ditingkatkan.
5. Kompres air dingin hangat di bagian bawah umbilicus, 7x sehari dengan
selang-seling (2:1) panas 10mnt, dingin 5mnt

c. Rencana Evaluasi
a. Nyeri dengan NPRS
b. Tes sensibilitas
c. Spasme otot rectusabdominis dengan palpasi
d. Kemampuan berkemih dengan UDI
D. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)


Tujuan : merileksasikan otot detrusor agar terjadi peningkatan kontrol BAK
Penatalaksanaan : Posisi pasien supine lying diatas bed dengan relaks, posisi
terapis disamping pasien. Letakkan 2 elektroda pada sacrum dan 2 elektroda
pada area kandung kemih selama 10 menit.
2. TENS
Tujuan : Menguatkan otot tungkai
Penatalaksanaan : Posisi Pasien Supine Lying. Elektroda diletakkan pada sacrum dan
kedua tungkai kanan dan kiri

3. Kegel exercise
Tujuan : Meningkatkan kekuatan otot dasar panggul untuk berkontraksi,
meningkatkan ketegangan dan kemampuan keregangan pada otot dasar panggul,
membantu mencegah terjadinya atropi, menjaga lapisan endopelvic dan keutuhan
saraf (pada otot dasar panggul), mengembalikan kesehatan fungsi bladder.
Penatalaksanaan : posisi pasien tidur terlentang diatas bed dengan relaks, posisi
terapis disamping pasien. Pasien diinstruksikan untuk membayangkan mencegah
keluarnya kotoran atau aliran urin, dengan menekan kebawah kearah bed.
Kontraksikan anus seolah-olah sedang menahan BAB dan ureter seakan menahan
urin keluar.
F: setiap hari
I: 1x8 rep (8 dtk kontraksi, 4 dtk
rest) T: ± 10 menit
T: strengthening

E. EVALUASI
1. Nyeri
Kategori T1 T2
Nyeri diam 0 00
Nyeri gerak 4 3
Nyeri tekan 0 0
2. Tes sinsibilitas
 Tajam tumpul : +
 Kasar halus : +
 Diskriminasi 2 titik (two point tactile) : -
3. Urogenital Distress Inventory (UDI-6)
Penilaian
0 1 2 3
Pertanyaan (Sedikit) (sedang) (sangat)
(Tidak
Sama
Sekali)
Seberapa banyak Anda
merasa terganggu dengan

sering buang air kecil?

Seberapa besar Anda


merasa terganggu
dengan kebocoran √
terkait dengan
perasaan terdesak?
Seberapa besar Anda
merasa terganggu
dengan kebocoran

yang berhubungan
dengan aktivitas,
batuk, atau bersin?
Seberapa banyak
Anda merasa
terganggu dengan

kebocoran dalam
jumlah kecil
(menetes)?
Seberapa banyak
Anda merasa
terganggu dengan

kesulitan
mengosongkan
kandung kemih?
Seberapa besar Anda √
merasa terganggu
dengan rasa sakit
atau
ketidaknyamanan di
perut bagian bawah
atau area genital?

F. HASIL TERAPI AKHIR


Pasien berinisial Tn. R usia 40 tahun dengan diagnosa medis Retentio Urine e.c
Cauda Equina Syndrome, setelah diberikan beberapa kali intervensi memiliki hasil
diantaranya:
1) Pasien merasakan lebih rileks
2) Adanya penurunan nyeri
3) Pasien masih merasa terganggu dengan rasa ketidaknyamanan di perut
bagian bawah atau area genital
4) Pasien masih belum mampu BAK dengan lancar

Klaten, 24 November 2021


Clinical Edukator

( Sri Widiatmi, S.Fis )

Underline Proses
Trauma/injury

SCI

Retention Urine

Anatomical
Activity Limitation Participation
Impairment
Restriction

Muscle Visika Urinaria Pasien belum bisa


Ketidak mampuan berkemih dengan
dalam mengeluarkan normal
urine secara normal

Bladder
Dysfunction
Spasme

TENS
Kegel Penurunan
Exercise Kemampuan
fungsional
Stimulasi
Saraf

Mengembalikan keseimbangan
Penguatan otot
antara regulasi rangsang dan
dasar panggul
penghambatan

Bladder dysfunction
menurun

Anda mungkin juga menyukai