Anda di halaman 1dari 1

Beberapa Peristiwa Penting di Bulan Sya’ban

Sejarah memiliki peran penting bagi pengetahuan umat. Dengan mempelajari serah,
umat Islam akan memahami bagaimana seharusnya mereka berjuang. Tidak heran, dua
pertiga Al-Qur’an pun disajikan dalam bentuk kisah. Selain menjelaskan fungsi
sejarah, Al-Qur’an juga menegaskan tentang akhir dari perjalanan sejarah. Menurut
Al-Qur’an, nasib akhir sejarah adalah kemenangan keimanan atas kekafiran,
kebajikan atas kemunkaran, kenyataan ini merupakan satu janji dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang mesti terjadi.

Bulan Sya’ban merupakan bulan yang sangat penting dalam kehidupan Muslim di
Indonesia. Karena selain menjadi bulan yang dekat dengan Ramadhan dan sebagai bulan
persiapan untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan, ada beberapa hal yang sering
diperingati secara rutin setiap bulan Sya’ban, yaitu malam nisfu Sya’ban. Selain
malam Nisfu Sya’ban ada juga beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan
Sya’ban. Dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban? karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas pada kehidupan beragama seorang
Muslim. 1. Peralihan Kiblat Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram
terjadi pada bulan Sya’ban. Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah
ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim
Al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengalihkan
kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.
Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi
Muhammad SAW. Bahkan diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri menghadap langit
setiap hari menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu seperti Surat Al-
Baqarah ayat 144 berikut. ‫اها ف ََو ّ ِل َو ْج َه َك َش ْط َر ال َْم ْسجِ ِد ال َْح َرا ِم‬
َ ‫الس َما ِء َفلَن ُ َو ِل ّيَن ّ ََك ِقبْل َ ًة تَ ْر َض‬
َ ّ ‫ب َو ْج ِه َك ِفي‬ َ ُّ ‫ق َْد ن َ َرى تَ َقل‬
Artinya, “Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram.” 2. Penyerahan Rekapitulasi Keseluruhan Amal kepada Allah Salah
satu hal yang menjadikan bulan Sya’ban utama adalah bahwa pada bulan ini semua amal
kita diserahkan kepada Allah SWT. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengutip
sebuah hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi
Muhammad SAW. “Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain
sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab,
“Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan
kepada Allah SWT. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam
keadaan puasa.” Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini adalah penyerahan
seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh. Walaupun, menurut Sayyid Muhammad
Alawi, ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal kepada Allah
selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan. Ada juga beberapa
amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa menunggu waktu-waktu tersebut,
yaitu catatan amal shalat lima waktu. 3. Penurunan Ayat tentang Anjuran Shalawat
untuk Rasulullah SAW Pada bulan Sya’ban juga diturunkan ayat anjuran untuk
bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW, yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56. ‫ِإ ّ َن الل ّ َ َه َو َمل َا ِئكَتَ ُه‬
‫يما‬ ِ
ً َْ ‫ل‬ ‫س‬‫ت‬ ‫وا‬ ‫م‬ّ ِ ‫ل‬ ‫س‬
ُ َ َ ْ َ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫َي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫وا‬ُ ّ ‫ل‬‫ص‬َ ‫وا‬ ‫ن‬ ‫آم‬
ُ َ َ ‫ين‬ ِ
‫ذ‬ َ ّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ي‬َ ‫أ‬ ‫ا‬‫ي‬
َ ُّ َ ّ ِ ّ ۚ ‫ِي‬‫ب‬ َ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫َى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ون‬
َ َ َُُ ّ ‫ل‬‫ص‬‫ي‬ Artinya, “Sungguh Allah dan para malaikat-
Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” Ibnu Abi Shai Al-Yamani
mengatakan, bulan Sya’ban adalah bulan shalawat. Karena pada bulan itulah ayat
tentang anjuran shalawat diturunkan. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam
Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani yang
mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriyah.

Anda mungkin juga menyukai