Abstrak
Aging atau penuaan merupakan sebuah proses yang merubah seorang manusia dewasa menjadi
lanjut usia. Kebanyakan manusia dewasa adalah sehat dan dapat beraktivitas tanpa bantuan siapapun. Lalu,
saat berusia lanjut akan mengalami penurunan fungsi fisiologis dan menjadi lebih rentan terhadap berbagai
macam penyakit. Frailty syndrome sering dikorelasikan dengan munculnya kondisi patologis pada lanjut usia.
Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa malnutrisi dan imobilitas merupakan kunci dari
berkembangnya frailty. Penelitian ini ingin membuktikan adanya hubungan antara pola makan yang dilihat
dari asupan protein dengan frailty syndrome di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode case
control dengan populasi lansia di Kota Malang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Frailty syndrome diukur menggunakan frailty index yang berisi 40 item. Asupan protein diukur
dalam g/hari dan dalam asupan energi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang signifikan
antara jumlah protein dengan frailty syndrome. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan
energi dengan frailty syndrome. Kesimpulan penelitian ini adalah asupan protein yang tinggi berhubungan
dengan semakin kecilnya kejadian frailty syndrome. Namun, asupan energi tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap angka kejadian frailty syndrome.
Abstract
Aging is a process that transforms young adults into elderly people. Most of adults are healthy and able
to do any activities without being help by other people. In elderly people, they are suffering from
psychological fitness and are susceptible to any kind of disease. Frailty syndrome is often correlated with the
emergence of pathological conditions in the elderly people. Previous researchers proved that malnutrition
and immobility is the key to frailty syndrome. This research aims at proving the relationship between protein
intake and frailty syndrome in Malang City. The method used was case control and the population were
elderly people. The sample was collected by using purposive sampling method. Frailty syndrome was
measured by using frailty index of 40 items. Protein intake was measured by g/day and by energy intake.
Spearman Correlation test showed that there were significant relationship between protein intake and frailty
syndrome. However, this test does not indicate significant relationship between energy intake and frailty
syndrome. The research was concluded that high protein intake may decrease frailty syndrome, but energy
intake may not significantly influence frailty syndrome.
* Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Brawijaya
** Divisi Geriatri dan Gerontologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas
Brawijaya
***Jurusan Ilmu Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
E-mail: sinartitan@rocketmail.com
171
Haryanti T, et al. Asupan Protein Mempengaruhi Terjadinya Frailty Syndrome …..
172
Majalah Kesehatan Volume 5, Nomor 3, September 2018
173
Haryanti T, et al. Asupan Protein Mempengaruhi Terjadinya Frailty Syndrome …..
lengkap, dan juga data pola makan yang 3. Pre-frail. Subyek disebut sebagai pre-frailI
tidak lengkap. Selain itu, juga terdapat apabila skor >0,08 - <0,25 dengan
keterbatasan dalam hal jumlah sumber daya menggunakan kriteria FI 40 item di atas.
manusia, waktu, dan biaya. Jumlah 4. Frail. Subyek disebut sebagai frail apabila
responden di tiap-tiap kecamatan dijabarkan skor ≥0,25 dengan menggunakan kriteria FI
dalam Tabel 2.. 40 item di atas.
5. Asupan protein. Asupan protein subjek
Tabel 2. Jumlah responden tiap kecamatan dihitung dalam rentang waktu selama tiga
No. Kecamatan Besar Sampel bulan. Konsumsi protein tersebut dilihat
menggunakan SQ-FFQ (semiquantitative
1 Blimbing 49
2 Kedungkandang 24 food frequency quisionnaire) dengan
3 Klojen 22 prosedur sebagai berikut: (a). Responden
4 Lowokwaru 39 diminta untuk mengidentifikasi seberapa
5 Sukun 61 sering mengkonsumsi makanan yang
Jumlah 195 terdapat di dalam daftar makanan yang telah
disediakan. (b). Responden memilih kategori
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan yang tepat untuk konsumsi makan, dan
Klojen, Lowokwaru, Kedungkandang, Sukun kemudian dicatat berapa kali makanan
dan Blimbing, Kotamadya Malang pada tersebut dikonsumsi. (c). Responden
bulan Mei 2017 dengan variabel tergantung memilih jumlah porsi berdasarkan jenis
berupa frailty (robust, pre-frail, dan frail) dan makanan yang dimakan: kecil, sedang,
variabel bebas berupa asupan protein. besar. (d). Mengkonversikan jumlah
Kriteria inklusi yang digunakan adalah frekuensi yang dikonsumsi ke dalam jumlah
subjek harus berusia ≥60 dan rata-rata per hari 11.
menandatangai informed consent sebagai Asupan protein ditinjau dari dua aspek,
bentuk kesediaan mengikuti penelitian. meliputi: (a) Asupan protein. Subjek dihitung
Kriteria eksklusi yang digunakan adalah asupan proteinnya dalam sehari dalam
subjek tidak dapat mengikuti penelitian gram. (b). Asupan energi. Subjek dihitung
karena gangguan mobilisasi yang berat asupan energi menggunakan % Angka
seperti gangguan sendi berat dan sakit akut. Kecukupan Gizi (AKG). Subjek dihitung
Definisi operasional yang digunakan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: menurut Depkes RI,1996 yang terbagi
1. Frailty syndrome. Kumpulan dari beberapa menjadi 5 kategori meliputi: (1). Defisit
gejala yang bila didapatkan pada individu tingkat berat. Subjek dikatakan mengalami
maka individu tersebut menjadi lebih rentan defisit tingkat berat jika memenuhi <70 %
terhadap stress dari lingkungan sekitarnya AKG. (2). Defisit tingkat sedang. Subjek
dan memiliki kemungkinan yang lebih besar dikatakan mengalami defisit tingkat sedang
untuk sakit, jatuh, institusionalisasi dan jika memenuhi 70-79% AKG. (3). Defisit
disabilitas. Kondisi frailty diukur tingkat ringan. Subjek dikatakan mengalami
menggunakan kriteria Frailty Index (FI) 40 defisit tingkat ringan jika memenuhi 80-89%
item.10 AKG. (4). Normal. Subjek dikatakan normal
2. Robust. Subjek disebut sebagai robust apabila memenuhi 90-119% AKG. (5).
apabila skor ≤0,08 dengan menggunakan Kelebihan. Subjek dikatakan berlebihan
kriteria FI 40 item di atas. apabila memenuhi >120% AKG.
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah semiquantitative food
174
Majalah Kesehatan Volume 5, Nomor 3, September 2018
frequency quisioner (SQ FFQ) yang menilai dan 31 Mei 2017 pada pukul 08.00 – 12.00.
asupan zat gizi tertentu (protein) dan Metode uji statistik yang digunakan
timbangan untuk mengukur berat badan. adalah uji hipotesis komparatif Spearman
Penelitian ini menggunakan data primer untuk menguji hipotesis asosiatif kedua
yang berasal dari observasi langsung variabel.
kepada responden dengan mewawancarai
responden dengan kuisioner gizi dan Hasil
mencatat hasil wawancara tersebut.
Pengukuran berat badan dilakukan dengan Pada penelitian yang telah
menggunakan timbangan yang kemudian dilaksanakan, didapatkan total sebanyak 195
akan diolah untuk mengetahui tingkat responden yang memenuhi kriteria
kecukupan energi menggunakan AKG- penelitian. Responden yang tidak memiliki
protein yang diolah menggunakan kelengkapan data (tidak ada data berat
Nutrisurvey Indonesia tahun 2005. badan, tidak lengkap dalam pengisian
Pengumpulan data dilakukan mulai kuisioner pola makan), maka tidak
tanggal 6-31 Mei 2017. Pengambilan di diikutsertakan dalam perhitungan penelitian.
Kecamatan Blimbing dilaksanakan selama 4 Karakteristik umum responden dapat dilihat
hari, yaitu 18, 23-25 Mei 2017. Pada tanggal pada Tabel 3.
18 Mei 2017, pengambilan data
dilaksanakan di Balai RW 2 Kecamatan Tabel 3. Karakteristik umum sampel (n=195)
Ksatrian Malang pada pukul 08.00 – 10.00. Karakteristik Jumlah Persentase
Pada tanggal 23-24 Mei 2017 pengambilan
Jenis kelamin
data dilakukan dengan home visit dari pukul
Laki-laki 43 22%
15.30 – 17.00. Pengambilan data terakhir
Perempuan 152 78%
untuk Kecamatan Blimbing pada tanggal 25
Kerapuhan
Mei 2017 dilaksanakan di panti werdha pada
pukul 08.00 – 12.00. Pengambilan data Frail 28 14%
Kecamatan Klojen dilaksanakan pada Pre-frail 125 64%
tanggal 20 Mei 2017 di Kantor Kecamatan Robust 42 22%
Klojen pada pukul 09.00 – 11.00. %AKG
Pengambilan data di Kecamatan Defisit berat 128 66%
Kedungkandang di senam rutin karang Defisit ringan 21 11%
werdha Kecamatan Kedungkandang pada Defisit sedang 13 7%
pukul 07.00 – 12.00. Pengambilan data di Normal 11 5%
Kecamatan Lowokwaru dilaksanakan selama Kelebihan 22 11%
3 hari. Hari pertama pada tanggal 8 Mei
2017 di rumah salah satu lansia pada pukul
Terdapat sebanyak 152 responden
08.00 – 12.00. Pengambilan data hari kedua
perempuan (78%) dan sebanyak 43
dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2017 di
responden laki-laki (22%). Responden
posyandu lansia Kecamatan Lowokwaru
dengan derajat kerapuhan frail tercatat
pada pukul 07.30 – 11.00. Pengambilan data
sebanyak 28 (14%), derajat kerapuhan pre-
hari ketiga dilaksanakan di panti werdha
frail sebanyak 125 (64%), dan derajat
Kecamatan Lowokwaru pada pukul 08.00 –
kerapuhan robust sebanyak 42 (22%).
12.00. Pengambilan data di Kecamatan
Responden dengan % AKG mengalami
Sukun dilaksanakan di Kantor Kecamatan
defisit berat terdapat sebanyak 128 (66%),
Sukun pada 6 Mei 2017 pukul 08.30 – 11.00
defisit ringan sebanyak 21 (11%), defisit
175
Haryanti T, et al. Asupan Protein Mempengaruhi Terjadinya Frailty Syndrome …..
sedang sebanyak 13 (7%), normal sebanyak menggunakan kriteria frailty index (FI)
11 (5%), dan kelebihan sebanyak 22 (11%). dilakukan menggunakan korelasi Spearman
Data dari variabel bebas dan variabel dengan hasil p = 0,000. Pengujian hubungan
tergantung kemudian untuk melihat distribusi asupan energi dengan frailty syndrome yang
frekuensinya. Karakteristik sampel disajikan diukur menggunakan kriteria frailty index (FI)
dalam median (minimum – maximum) untuk dilakukan menggunakan korelasi Spearman
variabel kontinu dan dalam persen untuk dengan hasil sebesar p = 0,309.
variabel kategorikal. Pembahasan
Tabel 4. Frailty dan angka kecukupan gizi Nutrisi merupakan faktor penyumbang
(n=195) yang krusial dalam kompleks etiologi dari
Frail Prefrail Robust frailty dan merupakan pemeran penting
(n=28) (n=145) (n=42) dalam sarkopenia, sebagaimana nutrisi
Asupan protein 27,3 29 37,4 berperan sebagai sumber energi dan zat
(g/hari) esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
Angka kecukupan mempertahankan dan menjalankan segala
gizi organ dan fungsi-fungsinya termasuk di
Defisit berat 11,3 55,3 16,4 dalamnya otot.12 Hasil penelitian Rahi et al.
Normal 0,5 3,6 1,5 (2015) menyebutkan bahwa asupan protein
Kelebihan 2,6 5,1 3,6 dan asupan energi berperan dalam
pencegahan penurunan fungsional dengan
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat cara menjaga kekuatan otot.13
lansia yang mengalami frail (n = 128) asupan Dari hasil penelitian menunjukkan
protein per harinya hanya berkisar sekitar bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
27,3 g. Untuk lansia dengan derajat jumlah asupan protein yang dikonsumsi oleh
kerapuhan pre-frail (n = 145), asupan protein lansia dengan frailty syndrome. Hal ini
per hari berkisar sekitar 29 g. Untuk lansia sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dengan derajat kerapuhan robust (n = 42), oleh Bartali et al. (2006) yang menyatakan
asupan protein per hari berkisar sekitar 37,4 bahwa asupan yang rendah dari total protein
g. secara signifikan berhubungan dengan
Sementara itu, asupan energi yang frailty.14 Penelitian Beasley et al. pada tahun
dihitung berdasarkan % AKG, responden 2010 menunjukkan adanya efek dari sumber
yang memiliki derajat frail dan mengalami protein (protein hewani) atau kualitas protein
defisit terdapat sejumlah 22 orang (11,3%), (asam amino esensial) pada frailty pada
normal 1 orang (0,5%), dan kelebihan 5 studi cohort dengan skala besar, dan
orang (2,6%). Responden yang memiliki menyatakan bahwa adanya hubungan
derajat prefrail dan mengalami defisit antara asupan protein yang tinggi dengan
sejumlah 108 orang (55,3%), normal rendahnya kejadian frailty.15
sejumlah 7 orang (3,6%), dan kelebihan Pada usia lanjut, beberapa perubahan
sejumlah 10 orang (5,1%). Pada responden fisiologis dapat dipastikan terjadi, salah
yang memiliki derajat robust mengalami satunya berkurang massa otot yang tidak
defisit sejumlah 32 orang (16,4%), normal terkait dengan penyakit. Selain itu,
sejumlah 3 orang (1,5%), dan kelebihan perubahan fisik lainnya yang terjadi pada
sejumlah 7 orang (3,6%). orang usia lanjut dapat diakibatkan dari
Pengujian hubungan asupan protein perubahan otot. Sebagai contoh,
per hari dengan frailty syndrome yang diukur berkurangnya massa otot dikarenakan
176
Majalah Kesehatan Volume 5, Nomor 3, September 2018
177
Haryanti T, et al. Asupan Protein Mempengaruhi Terjadinya Frailty Syndrome …..
178
Majalah Kesehatan Volume 5, Nomor 3, September 2018
badan menyimpang dari patokan berat program penyuluhan gizi bagi usia lanjut
badan yang digunakan, perlu dilakukan sesuai dengan hasil AKG.
penyesuaian terhadap angka kecukupan. Untuk penelitian ke depannya, guna
Demikian pula penyesuaian angka meminimalisir bias memori responden pada
kecukupan perlu dilakukan bila asam amino saat melakukan wawancara nutrisi, rentang
dan nilai kecernaan hidangan berbeda waktu pertanyaan pada kuisioner SQ-FFQ
dengan nilai yang digunakan dalam bisa dipersingkat, serta memperbesar jumlah
penetapan AKG yang dianjurkan. Namun, sampel utamanya untuk kategori frail dan
pada penelitian ini tidak dilakukan robust.
penyesuaian terhadap angka kecukupan
sehingga faktor ini yang memungkinkan
menjadi penyebab tidak signifikannya
hubungan antara % AKG –protein dengan Daftar Pustaka
frailty.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam 1. Halter JB. 2009. Hazard’s Geriatric
penelitian ini, yang pertama kecilnya jumlah Medicine and Gerontology. 6th Edition.
sampel pada kelompok frail dan robust United States: The McGraw Hill
sehingga membatasi kekuatan dari studi Companies. P. 3.
statistik. Kedua, pengunaan kuesioner SQ- 2. Fulop T, Larbi A, Witkowski JM,
FFQ dengan rentang waktu tiga bulan McElhaney J, Loeb M, Mitnitski A,
memungkinan adanya bias memori pada Pawalec G, et al. Aging, Frailty, and Age-
responden. Related Disease. Biogerontology. 2010;
11:547-563.
Kesimpulan 3. WHO. Global Health and Aging. NIH
Publication. 2011.
Terdapat pengaruh antara asupan 4. Badan Pusat Statistik, Statistik Penduduk
protein dengan frailty syndrome. Semakin Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat
tinggi asupan protein, maka semakin kecil Statistik2015.
kemungkinan untuk mengalami frail. Namun 5. Heuberger RA. The Frailty Syndrome: A
tidak terdapat hubungan yang cukup kuat Comprehensive Review. Journal of
antara asupan energi yang dilihat dari AKG Nutrition in Gerontology and Geriatrics.
dengan frailty syndrome. 2011; 30(4):315-368.
Secara keseluruhan, total asupan 6. Gessal J. dan Utari W. Latihan Fisik pada
protein lebih berpengaruh daripada total Frailty Syndrome. Jurnal Biomedik. 2013;
asupan energi terhadap penundaan proses 5(3):131–141.
aging dan secara khusus pada frailty, yang 7. Clegg A and Young J. The Frailty
nantinya akan mengarah pada penurunan Syndrome. Clinical Medicine. 2011;
fungsional. 11(1):72–75.
8. Satomi K, Asura K, Suga H, Sasaki S
Saran and the Three-generation Study of
Women on Diets and Health Study
Masyarakat khususnya yang berusia Group. High Protein Intake Is Associated
lebih dari 60 tahun diharapkan lebih with Low Prevalence of Frailty Among
memperhatikan pola makanannya, utamanya Old Japanese Women: A Multicenter
terkait makanan yang memiliki sumber Cross-Sectional Study. Nutrition Journal.
protein yang tinggi dengan mencanangkan 2013;12:124.
179
Haryanti T, et al. Asupan Protein Mempengaruhi Terjadinya Frailty Syndrome …..
180