Disusun oleh:
WAHYU ANGGORO
191021002
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Laporan Akhir Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama.
Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi
tugas akhir praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura
Utama ini.
Untuk itu, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini, diantaranya:
1. Ibu Ir. Irawati, M.Rur.Sc. Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfadly Syarif,
MP. sebagai dosen pengampu mata kuliah Metedeologi Penelitian Agro B.
3. Orang tua saya yang telah mendo’akan saya agar saya dalam keadaan
sehat dan kegiatan praktikum mandiri dapat berjalan dengan lancar.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, saya menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi.
Padang, 26 Desember 2021
Wahyu Anggoro
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelor (Moringa oleifera) yang di Indonesia dikenal sebagai kelor
adalah spesies asli dari Timur Tengah, termasuk India, Pakistan, Bangladesh dan
Afghanistan (Fahey, 2005). Tanaman kelor merupakan tanaman obat yang sering
digunakan oleh masyarakat. Pada daun tanaman ini terdapat kandungan zat besi
yang tinggi, vitamin A empat kali lebih tinggi dari wortel dan vitamin C tujuh kali
lebih tinggi dari jeruk. Tanaman kelor dapat membantu tubuh menyerap lebih
banyak zat besi, sehingga dapat meningkatkan jumlah sel darah merah yang ada
dalam tubuh.
Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman ajaib, tidak hanya sebagai
sumber pangan, pengobatan, dan makanan ternak (Prajapati, et al., 2003), serta
mudah tumbuh di lahan kritis atau lahan kering. Tanaman kelor menjadi pilihan
untuk dikembangkan sebagai sumber pangan dan energi. Budidaya tanaman ini
diharapkan mampu menyediakan sumber bahan bakar alternatif, meningkatkan
taraf hidup masyarakat serta sebagai penyangga sumber pangan sehat dan obat.
Namun keberadaannya sudah sulit ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu,
dibutuhkan berbagai cara dan solusi untuk meningkatkan produktivitas tanaman
kelor.
Agar dapat memanfaatkan tanaman kelor sebagai sumber pangan yang sehat
dan juga sebagai obat, serta alternatif bahan bakar, maka penerapan teknologi
sangat diperlukan dalam budidayanya. Secara umum, teknik budidaya tanaman
kelor belum diketahui karena kurangnya perhatian terhadap tanaman ini, termasuk
karakterisasi tanaman yang telah tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di
Indonesia. Demikian pula halnya dengan aspek perbanyakan maupun
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tergolong tahunan (perennial).
Untuk mendapatkan hasil tanaman kelor yang berkualitas, penyediaan bibit
berkualitas sangat diperlukan. Teknik pembibitan untuk menghasilkan bibit
berkualitas merupakan hal penting bagi pengembangan tanaman kelor.
Pembibitan diartikan sebagai usaha mempersiapkan bahan tanaman berupa bibit
yaitu tanaman muda melalui penanaman biji (generatif) maupun bagian vegetatif
tanaman (Santoso, et al., 2017).
Penanaman bibit tanaman kelor dapat dilakukan dengan cara stek. Untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kelor, maka dapat
diaplikasikan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk merangsang
pertumbuhan akar tanaman kelor. Aplikasi pemberian ZPT dalam kultur jaringan
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya biaya produksi. Hal ini
dikarenakan harga ZPT sintetik cukup mahal dan tidak selalu tersedia. Oleh
karenanya diperlukan adanya ZPT alami yang dapat digunakan untuk
menggantikan peran ZPT sintetik.
1
Berdasarkan uraian diatas, ekstrak tanaman yang dipakai sebagai sumber ZPT
alami untuk pertumbuhan stek tanaman kelor adalah ektrak bawang merah,
rebung, bonggol pisang. Maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Beberapa Ekstrak Tanaman Sumber ZPT Alami terhadap Pertumbuhan
Stek Tanaman Kelor”.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini didasari oleh adanya permasalahan pada ekstrak tanaman
sebagai sumber ZPT alami manakah yang memberikan hasil terbaik untuk
pertumbuhan stek tanaman kelor ?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menguji pengaruh pemberian beberapa ekstrak tanaman sumber ZPT alami
terhadap pertumbuhan stek tanaman kelor.
2. Mengetahui ekstrak tanaman sumber ZPT alami yang memberikan hasil terbaik
untuk pertumbuhan stek tanaman kelor.
D. Manfaat Penelitian
E. Hipotesis
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kelor
Tanaman kelor dapat tumbuh didataran rendah maupun tinggi sampai di
ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar
dihalaman rumah. Selain itu, manfaat tanaman kelor mampu hidup di berbagai
jenis tanah, tidak memerlukan perawatan intensif, tahan terhadap musim kemarau,
dan mudah di kembangbiakan (Simbolan, et al., 2007).
Nasir, et al. (2010) mengemukakan bahwa tanaman kelor dapat tumbuh
pada dataran rendah sampai dataran tinggi, di daerah berpasir atau sepanjang
sungai. Ketinggian tempat tumbuh mempunyai korelasi dengan suhu. Setiap
kenaikan 100 m dari permukaan laut (m.d.p.l) suhu turun kira-kira 0,60 – 0,65ºC.
Oleh karena itu di daerah ketinggian mempunyai suhu lebih rendah jika
dibandingkan dengan suhu di dataran rendah. Perbedaan suhu akan memberikan
pengaruh terhadap perubahan faktor iklim lainnya seperti curah hujan,
kelembaban, intensitas sinar matahari dan kecepatan angin.Perubahan komponen
iklim tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan,
kuantitas dan kualitas produksi tanaman, termasuk kelor. Respon tanaman sebagai
efek perbedaan faktor iklim tersebut adalah perubahan sistem dan hasil
sintesametabolisme yang dapat dideteksi melalui pengukuran pertumbuhan dan
perkembangan serta kuantitas/kualitas hasil kandungan fitokimia tanaman
(Andrian dan Marpaung, 2014).
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek,. Salah satu
kendala tanaman tidak bisa dibiakkan secara stek adalah kemampuan tanaman
untuk berakar. Beberapa hal yang membuat tanaman tidak dapat berakar setelah
dilakukan penyetekan adalah kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin
sklerenkim yang dapat menghalangi tempat munculnya akar adventif (Hartmann,
et al., 2002).
3
2006). Berdasarkan sumbernya, ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun
sintetik. Beberapa contoh ZPT adalah air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari
bagian tanaman (Zhao, 2010). Ada berbagai jenis atau bahan tanaman yang
merupakan sumber ZPT, seperti bawang merah sebagai sumber auksin, rebung
bambu sebagai sumber giberelin, dan bonggol pisang serta air kelapa sebagai
sumber sitokinin (Lindung, 2014).
ZPT yang bersumber dari alam memiliki beberapa kelebihan antara lain
lebih ramah lingkungan, mudah didapat, aman digunakan, dan lebih murah.
Seringkali ZPT yang secara alami ada dalam tanaman berada di bawah optimal,
sehingga dibutuhkan sumber dari luar untuk menghasilkan respon yang maksimal.
Pada fase pembibitan dengan metode stek, penggunaan ZPT secara langsung
dapat meningkatkan kualitas bibit serta mengurangi jumlah bibit yang tumbuh
abnormal ( Leovici, et al., 2014).
Penggunaan zat pengatur tumbuh alami merupakan alternatif yang mudah
diperoleh, relatif murah dan aman digunakan. Ada berbagai jenis atau bahan
tanaman yang merupakan sumber ZPT, seperti bawang merah sebagai sumber
auksin, rebung bambu sebagai sumber giberelin, dan bonggol pisang serta air
kelapa sebagai sumber sitokinin (Lindung, 2014).
Bawang merah mengandung senyawa yang disebut senyawa allin yang
kemudian akan berubah menjadi senyawa allicin. Penambahan senyawa allicin
terhadap stek akan memperlancar metabolisme pada jaringan tumbuhan dan dapat
memobilisasi bahan makanan yang ada pada tubuh tumbuhan (Susanti, 2011).
Penelitian Susanti (2011) tentang pengaruh pemberian filtrat bawang merah dan
rootone-f terhadap jambu air menunjukkan hasil yang optimum pada konsentrasi
filtrat yang semakin tinggi.
Rebung bambu memiliki kandungan berbagai macam vitamin seperti
vitamin A, vitamin E, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat dan asam pantotenat.
Rebung juga merupakan salah satu sumber protein, yakni dalam 100 gram rebung
terdapat 2-2,5 gram protein. Selain berbagai kandungan vitamin diatas, terdapat
pula kandungan kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium
(Na) dan mineral lain. Kandungan fosfor pada rebung bambu berperan dalam
sitensis ATP pada proses metabolisme tanaman. ATP dalam sel tumbuhan
4
berperan dalam proses reaksi biokimia yang berhubungan dengan transfer energi
serta mempercepat pertumbuhan akar dan tunas (Supriono, 2000). Fitohormon
giberelin yang terdapat dalam rebung bambu, berperan dalam memacu
pertumbuhan yang berpengaruh cukup besar dari mulai proses perkecambahan
hingga proses penuaan pada tanaman. Adanya kandungan giberelin yang terdapat
dalam rebung bambu, ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan tunas yang cepat.
Giberelin dari tunas bambu termasuk dalam tetracarbocyclic. Menurut Carr (1972)
dalam Gardner et al., (1991) semua organ mengandung berbagai macam GA pada
tingkat yang berbeda-beda, tetapi sumber terkaya dan tempat sintesisnya
ditemukan pada buah, biji, tunas, daun muda dan ujung akar.
Bonggol pisang merupakan sumber giberelin yang dapat mempengaruhi
panjang tunas pada tanaman, dalam kegiatan budidaya tanaman baik itu tanaman
semusim maupun tanaman tahunan (Khandharihi, 2015). Bonggol pisang juga
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol karena didalamnya mengandung
pati yang kadar gula cukup tinggi. Selain pati ada juga kalori, protein, lemak,
kalsium, fosfor, besi, vitamin B, vitamin C, dan air (Direktorat Gizi Depkes RI,
2004).
Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT
dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek.
Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah lama
dikenal sebagai salah satu sumber ZPT terutama sitokinin, auksin dan giberelin
Fatimah (2008), menyatakan bahwa kelapa selain mengandung mineral juga
mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pembelahan
sel serta pertumbuhan tunas dan akar
5
BAB III METODE PENELITIAN
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek yang diambil
dari tanaman induk yang sehat, bebas hama dan penyakit, normal serta
produktivitas tinggi. Bahan tanam dikumpulkan pada suatu tempat dan dibuang
sebagian daunnya untuk mengurangi penguapan. Bahan tanam juga dilebihkan
sebagai cadangan tanaman untuk penyulaman jika ada tanaman kelor yang tidak
tumbuh atau mati.
2. Persiapan Media Tanam dan Pelabelan
Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam diambil dari tanah hasil
pembakaran atau tanah hitam dan dicampurkan dengan pupuk kandang dengan
perbandingannya 1:1. selain itu juga diaplikasikan curater. Setelah media
tercampur rata, dimasukkan kedalam polybag berukuran 20 x 40 cm. Pada
masing-masing polybag, diberikan label yang telah dilaminating dan ditempelkan
pada polybag untuk menandai perlakuan dan memudahkan melakukan
pengamatan.
6
3. Pemberian Perlakuan dan Penanaman
Penanaman dilakukan pada minggu pertama setelah persiapan media tanam.
Sebelum penanaman, stek tanaman kelor diredam 1/3 bagiannya dalam larutan
ekstrak tanaman sumber ZPT alami yang telah disiapkan didalam ember selama
30 menit. Penanaman dilakukan secara tegak dengan 1/3 cabang terbenam
kedalam tanah. Selain itu juga dilakukan penanaman stekan untuk penyulaman.
Penanaman dilakukan pada sore hari. Perlakuan selanjutnya diberikan dengan
penyemprotan ekstrak tanaman sumber ZPT alami dengan konsentrasi 50% per
liter. 1 liter ekstrak yang sudah diencerkan disemprotkan untuk 5 tanaman pada
satu satuan percobaan.
4. Pemeliharaan
a) Pemupukan Pemupukanan taman kelor dilakukan dengan cara
memberikan pupuk urea 3 gr/polybag, TSP 1 gr/polybag. Pemupukan dilakukan
pada 4 MST, 8 MST, 12 MST dan 16 MST.
b) Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman kelor
yang tidak tumbuh atau mati. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut
tanaman yang mati dan digantikan dengan bibit yang telah disiapkan pada saat
penanaman. Penyulaman dilakukan pada sore hari.
c) Penyiraman Penyiraman dilakukan pada sore hari menggunakan gembor
plastik. Air dimasukkan kedalam gembor plastik dan disiramkan pada polybag.
Penyiraman tidak dilakukan jika hujan turun. Penyiraman pada tanaman kelor
dilakukan 1 hari sekali.
d) Penyiangan Penyiangan dilakukan dua kali semingu secara manual
dengan mencabuti gulma yang tumbuh di sekitar bibit tanaman kelor dengan
menggunakan tangan.
e) Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman kelor dilakukan secara terpadu dengan menggabungkan beberapa
pengendalian yaitu digunakan curater sebanyak 37,5 gram yang pemberiannya
dicampur dengan pupuk dasar. Selanjutnya dilakukan pengendalian secara
mekanis dan kimiawi.
7
D. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan Uji F pada taraf
nyata 5%. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel 5% dilanjutkan dengan uji
lanjut BNJ (Honestly Significant Difference/HSD).
Rancangan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 taraf perlakuan dan 3 ulangan, sehingga seluruh percobaan terdiri atas 9
satuan percobaan, masing-masing satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman,
sehingga terdapat 45 tanaman. Kemudian untuk masing-masing satuan percobaan
ditempatkan secara acak menurut RAL.
Perlakuan yang digunakan adalah jenis ZPT alami yaitu :
A1 : ekstrak bawang merah
A2 : ekstrak rebung
A3 : ekstrak bonggol pisang
Adapun pengamatan yang akan dilakukan selama penelitian yaitu :
1. Tinggi Bibit (cm) Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur tinggi
bibit mulai dari bagian pangkal dekat akar sampai ujung tanaman sampel
menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan pada 7 MST sampai 19 MST.
Pengamatan dilakukan sekali dua minggu pada masing-masing sampel.
2. Diameter Batang Bibit (cm) Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur
diameter batang tanaman menggunakan jangka sorong pada bagian 5 cm diatas
permukaan tanah. Pengamatan dilakukan pada 7 MST sampai 19 MST.
Pengamatan dilakukan sekali dua minggu pada masing-masing sampel.
3. Jumlah Daun Bibit (helai) Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung
jumlah daun yang ada pada setiap tanaman sampel. Daun yang dihitung sebagai 1
helai daun adalah daun yang sudah membuka sempurna dari tangkai daun.
Pengamatan dilakukan pada 7 MST sampai 19 MST. Pengamatan dilakukan
sekali dua minggu pada masing-masing sampel.
4. Panjang Daun (cm) Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur panjang
daun yang ada pada setiap tanaman sampel. Daun yang di ukur adalah daun yang
paling panjang dari tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada 7 MST sampai
19 MST. Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang daun dengan
menggunkan penggaris.
8
5. Lebar Daun (cm) Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur lebar daun
yang ada pada setiap tanaman sampel. Lebar pada daun yang dihitung adalah daun
pada tanaman sampel yang paling lebar. Pengamatan dilakukan pada 7 MST
sampai 19 MST. Pengamatan pada lebar daun dilkukan dengan menggunakan
penggaris.
6. Jumlah Akar (helai) Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung
jumlah akar yang ada pada setiap tanaman sampel. Tanaman dicabut dan
dibersihkan dari tanah yang ada disekitar perakaran dan dihitung jumlah akarnya
secara manual. Pengamatan dilakukan pada 4 MST, 8 MST, 12 MST dan 16 MST.
7. Panjang Akar (cm) Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur panjang
akar yang ada pada setiap tanaman. Tanaman dicabut dan dibersihkan dari tanah
yang ada disekitar perakaran dan diukur panjangnya menggunakan penggaris.
Pengamatan dilakukan pada 4 MST, 8 MST, 12 MST dan 16 MST.
9
DAFTAR PUSTAKA
WAHYU ANGGORO
1910211002
Latar Belakang
Tanaman kelor (Moringa oleifera) : sumber pangan,
pengobatan, dan makanan ternak
Alat -> cangkul, jangka sorong, penggaris, timbangan analitik, saringan, parang, polybag,
kertas label, blender, ember, gunting pangkas, masker, sarung tangan, hand sprayer,
sekop, gembor plastik, alat-alat tulis, oven, dan software pendukung MS. Excel, MS
Word.
Bahan -> stek batang tanaman kelor sepanjang 15 cm, ekstrak tanaman sumber
ZPT alami berupa bawang merah, bonggol pisang, rebung bambu, air
kelapa,pupuk urea, TSP, pupuk kandang sapi, fungisida, pestisida, insektisida
dan air.
METEDEOLOGI
PROSEDUR PENELITIAN
Persiapan Pemberian
Persiapan Perlakuan Pemelihara
Media
Bahan dan an
Tanam dan
Tanam Penanaman
Pelabelan
METEDEOLOGI
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
taraf perlakuan dan 3 ulangan, sehingga seluruh percobaan terdiri atas 9 satuan
percobaan, masing-masing satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman, sehingga
terdapat 45 tanaman. Kemudian untuk masing-masing satuan percobaan
ditempatkan secara acak menurut RAL.