BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berubah, pola diet tinggi kalori dan aktifitas fisik yang cenderung santai/bermalas-
umur, ras, suku, dan kriteria diagnosis yang digunakan. Prevalensi tertinggi di
dunia yang diketahui adalah pada penduduk asli Amerika yaitu hampir 60% pada
wanita umur 45-49 tahun dan 45% pada laki-laki umur 45-49 tahun menurut
kriteria National Cholesterol and Education Program, Adult Treatment Panel III
(NCEP-ATP III). Di Amerika Serikat sindrom metabolik lebih sedikit terjadi pada
penduduk laki-laki Amerika Afrika tetapi lebih sering pada wanita Amerika
Serikat adalah 34% untuk laki-laki dan 35% untuk wanita. Di Perancis, sebuah
kurang dari 10% untuk masing-masing jenis kelamin, meskipun 17,5% penduduk
umur 60-64 tahun mengalami sindrom metabolik. Berkembangnya industrialisasi
secara dramatis, khususnya pada penduduk dewasa tua. Lebih jauh lagi,
banyak di dunia. Sekitar 15% populasi pernah mengalami episode depresi mayor
selama hidupnya dan sekitar 6-8% pasien rawat jalan di pusat pelayanan
terdiagnosis, dan lebih sering diterapi secara tidak adekuat. Sekitar 4-5% pasien
depresi akan melakukan bunuh diri, dan sebagian besar sudah berusaha
2008).
kadar kortisol darah yang dalam jangka lama dapat menyebabkan terjadinya
Vogelzangs, 2010).
pasien sindrom metabolik dan diabetes melitus (Zuberi et al., 2011; Pouwer &
Snoek, 2001; Zihl et al., 2010). Depresi menurunkan kualitas hidup pada pasien
sindrom metabolik dan diabetes melitus (Eren et al., 2008; Hyvarinen et al.,
waktu mendatang (Vanhala et al., 2009). Di sisi lain adanya sindrom metabolik
bervariasi menurut jenis kelamin, usia, pekerjaan serta ras pada populasi
penelitian (Akbaraly et al., 2011; Toker et al., 2008; Heiskanen et al., 2009;
Akbaraly et al., 2009; Hartley et al., 2012; Meittola et al., 2008). Meskipun
demikian ada juga penelitian yang menunjukkan tidak ada hubungan antara
depresi dengan sindrom metabolik (Demirci et al., 2011; Hildrum et al., 2009;
Dengan perkataan lain stresor adalah suatu keadaan yang dapat menimbulkan
stres. Stresor psikososial dapat memicu terjadinya depresi. Stres kronik dapat
riwayat keluarga, merokok dan konsumsi alkohol juga melibatkan faktor risiko
dengan stres (Fan, 2007). Faktor sosial ekonomi dan kebiasaan hidup juga dapat
menjadi faktor penyebab timbulnya obesitas yang dapat mengarah pada sindrom
Status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan diduga menjadi faktor risiko
meningkatkan risiko depresi pada pasien obes. Terapi manajemen stres secara
efektif membantu pasien obes mengendalikan berat badan dan mood (Gatineau &
et al., 2010). Model patologi yang dikembangkan oleh Vitaliano et al. (2002)
yang akhirnya mengarah pada penyakit jantung koroner, khususnya pada laki-laki
dewasa, sedangkan pada wanita hubungannya lebih lemah. Pada wanita pasca
menopaus yang menggunakan terapi sulih hormon hubungan ini tidak ditemukan.
Tulisan ilmiah Bjontorp (2001) telah memaparkan bahwa stres kronik dapat
hiperkortisolisme. Lebih jauh lagi Chrousos (2000) memaparkan bahwa stres dan
glukokortikoid.
B. Perumusan Masalah
dalam jangka lama dapat menyebabkan timbulnya resistensi insulin atau sindrom
korteks frontalis serebri yang bermanifestasi pada gangguan emosi, mood dan
depresi (Sharpley, 2009). Stresor psikosial yang tidak diadaptasi dengan baik
pada penelitian ini adalah jenis stresor psikososial apa saja yang merupakan faktor
C. Pertanyaan Penelitian
Apa saja jenis stresor psikososial yang merupakan faktor risiko timbulnya
merupakan faktor risiko timbulnya gejala depresi pada pasien sindrom metabolik.
E. Manfaat Penelitian
yang dapat menjadi faktor risiko timbulnya gejala depresi pada pasien sindrom
metabolik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi dokter atau
klinisi agar dapat menangani pasien sindrom metabolik secara holistik, khususnya
F. Keaslian Penelitian
al. (2010) dalam publikasi penelitian yang berjudul Stressful Life Events and the
adanya kejadian hidup yang membuat stres khususnya dalam pekerjaan dan
keuangan berisiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik. Penelitian ini
3407. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini
faktor risiko terjadinya depresi pada pasien sindrom metabolik di rumah sakit.
Vitaliano et al. (2002) melaporkan penelitian yang berjudul A Path Model
Penelitian ini merupakan penelitian cohort dengan jumlah subjek 72 orang dan
follow up 27-30 bulan. Model patologi yang disusun menunjukkan bahwa stres
penyakit jantung koroner. Hubungan ini terutama ditemukan pada pria, hubungan
yang lebih lemah ditemukan pada wanita. Wanita yang menggunakan terapi sulih
hormon tidak menunjukkan adanya pola ini. Persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah meneliti stres kronik dan kaitannya dengan sindrom
penelitian kasus kontrol yang meneliti jenis stresor psikososial yang merupakan
Symptoms and Stressful Life Events Predict Metabolic Syndrome among Middle-
Aged Women. Penelitian ini merupakan penelitian cohort dengan subjek 523
wanita, dievaluasi tiap 3 tahun sampai 17 tahun pasca menopaus. Hasil penelitian
metabolik pada wanita usia dewasa. Gejala depresi, kejadian hidup yang membuat
stres, serta perasaan mudah marah dan tegang berhubungan dengan risiko
penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian kasus kontrol yang akan
meneliti jenis stresor psikososial yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya
Stress at Work and the Metabolic Syndrome: Prospective Study. Penelitian ini
merupakan penelitian cohort dengan jumlah sampel 10308 orang dan follow up 14
tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres terutama yang terkait dengan
meneliti stres dan sindrom metabolik. Perbedaannya adalah penelitian yang akan
dilakukan ini meneliti stresor psikososial, tidak hanya stres terkait pekerjaan, yang
dapat menjadi faktor risiko terhadap timbulnya gejala depresi pada pasien sindrom
metabolik.
kronik dapat memacu terjadinya respon yang berlebihan dari aksis HPA sehingga
depresi. Penelitian tersebut menjadi salah satu dasar teori yang dijadikan acuan
penelitian
yang akan dilakukan ini merupakan penelitian kasus kontrol yang dilakukan pada
gejala depresi di kemudian hari, baik pada pria, wanita, usia dewasa maupun usia
pada populasi usia dewasa. Obesitas sentral, trigliserid tinggi dan kolesterol HDL
baru gejala depresi pada pasien kelompok usia 65-70 tahun (OR 1.73, 95% CI
1.02–2.95). Koponen et al. (2008) menyatakan pria dan wanita dengan sindrom
metabolik tanpa depresi berisiko mengalami gejala depresi 2,2 kali lipat
dibandingkan pria dan wanita tanpa sindrom metabolik dan tanpa gejala depresi.
stresor psikososial sebagai faktor risiko depresi pada pasien sindrom metabolik,
khususnya di Indonesia. Penelitian lain yang terkait dan dijadikan acuan dalam