PROPOSAL K3 - KLPK 5
PROPOSAL K3 - KLPK 5
DOSEN PEMBIMBING:
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah kami dapat menyelesaikan penulisan mengenai
“Proposal Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Petani Di Rt 09 Labu
Api” tepat pada waktunya.
Penyusunan proposal ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari
berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan
proposal ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
proposal ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan proposal ini.
Akhirnya kami sangat berharap semoga dari proposal yang sederhana ini
bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada proposal berikutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Pendahuluan....................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................4
2.1 Konsep Teori K3.............................................................................................4
2.1.1 Pencegahan Bahaya Fisik........................................................................4
2.1.2 Pencegahan Bahaya Radiasi....................................................................8
2.1.3 Pencegahan Bahaya Kimia....................................................................13
2.1.4 Pencegahan Bahaya Ergonomic............................................................15
2.1.5 Pencegahan Bahaya Psikososial............................................................16
2.2 Konsep Teori Sasaran...................................................................................18
2.2.1 Potensi Bahaya Kimia............................................................................18
2.2.2 Pencegahan Bahaya Kimia....................................................................18
BAB III HASIL OBSERVASI..............................................................................20
3.1 DAFTAR PERTANYAAN PEMERIKSAAN.............................................20
BAB IV PENUTUP................................................................................................27
4.1 Kesimpulan...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari perlindungan bagi tenaga
kerja yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan
Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun
industri. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari
perlindungan bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk mencegah serta
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi peningkatan
produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan
yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik
pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tujuan utama dari program
kesehatan kerja dalam upaya perlindungan terhadap tenaga kerja.
Perlindungan kesehatan terhadap pekerja antara lain dengan menghindari
timbulnya penyakit akibat kerja. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan
bahwa asetiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.
RT 09 Labu API, Memiliki jumlah keseluruhan penduduk 189 KK dan
rata rata tingkat pendidikan penduduk disana yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA), Tekstur tanah di sana tegolong lembab dan subur yang dalam artian
lain bisa di tanamai oleh berbagai tumbuhan seperti padi, jagung, mentimun,
tembakau, serta sayur dan buah buahan lainnya, sehingga masyarakat di sana
1
sebagian besar memilih profesi sebagai petani karena menurut mereka selain
bisa memanfaatkan lingkungan sekitar dengan baik profesi petani juga bisa
menghijaukan lingkungan dan meningkatkan kualitas oksigen yang ada
disana, selain menjadi petani profesi masyarakat disana yaitu sebagai
pedagang yang dimana barang yang di dagangkan adalah hasil dari pertanian
mereka sendiri seperti sayuran dan buah buahan.
Dari data hasil observasi masyarakat di RT 09 Labu API, dalam bertani
masyarakat disana masih menggunakan pastasida untuk membasmi hama
Tenaga kerja petani adalah salah satu populasi yang berisiko untuk
mengalami keracunan pestisida dengan dampak negatif jangka panjang. Efek
negatif dari pajanan pestisida pada kelompok ini tidak kalah besarnya karena
dapat menimbulkan berbagai gangguan. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan
mereka dalam kegiatan di bidang pertanian, seperti menyemprot, menyiapkan
perlengkapan untuk menyemprot, termasuk mencampur pestisida, mencuci
peralatan/pakaian yang dipakai saat menyemprot, membuang rumput dari
tanaman, mencari hama, menyiram tanaman dan memanen (Kurniasih et.al
2013).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui aspek K3 pada
petani menggunakan Walk through survey. Walk through survey atau survey
jalan sepintas merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat
memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan. Walk
Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga
diperlukan upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara
umum dan analisa sederhana.
2
1.2Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Petani yang ada di RT 09 labu api Lombok
barat.
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Kebisingan adalah semua suara yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau
berkepenjangan dapat merusak jaringan saraf sensitive di telinga,
menyebabkan kehilangan pendengaran semntara atau permanen. Hal ini
sering diabaikan sebagai measalah kesehtan, tapi itu adalah salah satu
bahya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai
ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.
Pencegahan:
5
Getaran adalah gerakan bola-balik cepat (reciprocating), memantul
ke atas dan kebawah atau ke belakang dank e depan. Gerakan tersebut
terjadi secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari
kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh negative terhadap semua
atau sebagaian dari tubuh.
Misalnya memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi
tangan dan lengan pengguna, menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah dan sirkulasi di tangan. Sebaliknya mengemudi traktor di jalan
bergelombang dengan kursi yang dirancang kurang sesuai sehingga
menimbulkan getaran keseluruh tubuh, dapat mengakibatkan nyeri
punggung bagian bawah.
Getaran dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang
disekitarnya. Misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan
getaran yang mempengaruhi pekerja yang tidak memiliki kontak
langsung dengan mesin tersebut dan menyebabkan nyeri dan kram otot.
Pencegahan:
6
Ketika suhu berbeda di atas atau dibawah batas normal, keadaan ini
memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan
merupakan salah satu alas an mengapa sangat penting untuk
mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban ditempat
kerja. Faktor-fator ini secara signifikan dapat berpengaruh pada efisiensi
dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di
ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan lingkungan kerja
yang sehat dan mengurangi pajanan bahan kimia. Sebaiknya, ventilasi
yang kurang sesuai dapat mengakibatkan:
a. Mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang
berlenihan.
7
Panjang felombang sianr ultra violet berkisar 1-40 nm. Radiasi ini dapat
berdampak pada kulit dan mata.
Pencegahan:
8
tertentu, dan dosis ekivalen untuk kulit serta untuk tangan dan kaki
sebesar 500 msv per tahun
3) Nbd untuk anggota masyarakat mengikuti pola penerapan untuk
pekerja radiasi dengan nilai lebih rendah, yaitu sebesar 1 msv dalam
1 tahun
4) Evaluasi dosis perorangan pekerja radiasi pada umumnya dilakukan
setiap triwulan berdasarkan atas penjumlahan penerimaan dosis
radiasi eksternal dan internal serta membandingkan penerimaan
tersebut terhadap nbd triwulan
5) Pemeriksaan kesehatan rutin terhadap pekerja radiasi dilakukan
minimal sekali dalam setahun untuk kondisi normal. Pemeriksaan
kesehatan tambahan dapat dilakukan terhadap pekerja radiasi pada
kondisi khusus
b. Pengendalian paparan radiasi eksternal dan internal
9
b) Pengunjung yang berada di Kawasan Nuklir BATAN dalam
waktu relatif singkat (8 jam).
c) Kontraktor, pemasok bahan/barang ataupun para pegawainya.
10
b) Untuk konsekuensi kecelakaan dalam dan lepas kawasan,
disusun Program Kesiapsiagaan Nuklir yang dikoordinasikan
oleh Koordinator Kawasan.
c) Program kesiapsiagaan tersebut mengatur infra struktur dan
kesiapan fungsi penanggulangan. Juga diatur latihan atau gladi
kedaruratan nuklir baik parsial maupun terpadu.
d) Dalam keadaan darurat, seorang relawan dapat menerima dosis
berlebih untuk maksud penyelamatan jiwa atau mencegah
luka/sakit yang lebih parah, atau untuk mencegah peningkatan
bahaya yang sangat besar.
e) Dalam keadaan kedaruratan nuklir mungkin terjadi beberapa
pekerja radiasi menerima dosis berlebih. Penyelamatan jiwa
manusia di medan radiasi tinggi dilakukan oleh petugas yang
berkompeten. Tiap situasi yang terjadi pada kondisi darurat
harus diperhitungkan dengan cermat oleh Pengkaji Radiologi
sebagai dasar mengambil keputusan.
f) Dalam kecelakaan, dosis radiasi yang diterima korban
kecelakaan ataupun petugas penanggulangan kecelakaan harus
dievaluasi dan dilaporkan secara terpisah. Apabila dosis yang
diterima melampaui 2 kali NBD tahunan harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan khusus.
g) Dosis maksimum seluruh tubuh yang dapat ditoleransi untuk
penyelamatan jiwa adalah 500 mSv khususnya dalam kondisi
kedaruratan nuklir.
4) Pemantauan kesehatan
11
b) Calon pekerja radiasi sebelum bekerja menggunakan sumber
radiasi atau bertugas di daerah radiasi harus telah menjalani
pemeriksaan fisik dan laboratorium.
c) Selama masa bekerja, pekerja mendapat pemeriksaan kesehatan
fisik dan laboratorium dengan pengaturan sebagai berikut:
1. Pekerja radiasi dan pekerja administrasi diperiksa minimal 1
tahun sekali.
2. Siswa magang, kontraktor, peneliti/ahli yang berkunjung
dan bekerja di medan radiasi lebih dari enam bulan wajib
menjalani pemeriksaan kesehatan fisik dan laboratorium
sebelum bekerja lebih lanjut.
d) Pada keadaan kecelakaan radiasi dilakukan pemantauan
kesehatan khusus bagi yang menerima dosis melebihi 2 kali
NBD tahunan atau yang diduga menerima dosis berlebih.
e) Hasil pemeriksaan kesehatan pekerja diarsipkan dalam data
kesehatan pekerja yang ditangani oleh klinik di lingkungan
kawasan atau klinik yang ditunjuk oleh PI. Hasil pemeriksaan
kesehatan dilaporkan kepada PI yang bersangkutan untuk
penatalaksanaan kesehatan.
f) Jika pekerja radiasi mendapat dosis berlebih akibat tugasnya
sehari- hari atau mengalami kecelakaan radiasi, maka petugas
kesehatan menanggulangi keadaan korban tersebut bersama
dengan Bidang Keselamatan atau Tim Keselamatan terkait.
g) Bila keadaan korban tidak dapat ditanggulangi dengan fasilitas
yang ada di kawasan nuklir BATAN masing-masing, maka
petugas kesehatan klinik harus mengirim korban ke rumah sakit.
h) Pekerja radiasi yang akan pensiun atau tidak akan bertugas
sebagai pekerja radiasi secara permanen harus menjalani
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Dalam hal ini hanya pekerja
radiasi yang pemeriksaan kesehatan terakhirnya lebih dari 6
bulan.
12
i) PI memfasilitasi konseling kesehatan kepada pekerja radiasi
yang menerima dosis berlebih.
5) Pemantauan dosis radiasi perorangan
a) Umum
13
Merupakan komponen penting program laboratorium. Keselamatan
dan keamanan harus menjadi bagian dari seluruh siklus hidup bahan
kimia, termasuk pembelian, penyimpanan, inventaris, penanganan,
pengiriman, dan pembuangan. Proses manajemen bahan kimia meliputi
mengelola bahan kimia, bekerja dengan bahan kimia, dan mengelola
limbah kimia (Moran dan Masciangioli, 2010). Semua pegawai atau
pekerja laboratorium harus bertanggung jawab mematuhi prosedur
penggunaan bahan kimia. Manajer atau pimpinan harus
mempertimbangkan cara untuk menghargai dan memberi penghargaan
pada mereka yang mengikuti praktik terbaik dalam menangani dan
bekerja dengan bahan kimia di laboratorium. Namun, manajer atau
pimpinan mungkin perlu mempertimbangkan sarana penegakan aturan
jika pekerja melanggar sistem (Moran dan Masciangioli, 2010
3. Bahaya faktor Kimia
14
tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut,
hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama
sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
c) Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif:
15
secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama
dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1) Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi
pada saat otot menerima beban statis namun demikian keluhan
tersebut akan segera hilang bila pembebanan dihentikan.
2) Keluhan menetap (persistent) yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap. Walaupun pembebanan kerja dihentikan, namun rasa
sakit pada otot masih terus berlanjut. Studi tentang MSDs pada
berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi
menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan,
tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah
(Nasution, S. M. 2020).
b. LBP (Low Back Pain)
16
2.1.5 Pencegahan Bahaya Psikososial
1. Pengertian bahaya psikososial
17
3.Pencegahan bahaya sosial
18
kimia, termasuk pembelian, penyimpanan, inventaris, penanganan,
pengiriman, dan pembuangan. Proses manajemen bahan kimia meliputi
mengelola bahan kimia, bekerja dengan bahan kimia, dan mengelola
limbah kimia (Moran dan Masciangioli, 2010). Semua pegawai atau
pekerja laboratorium harus bertanggung jawab mematuhi prosedur
penggunaan bahan kimia. Manajer atau pimpinan harus
mempertimbangkan cara untuk menghargai dan memberi penghargaan
pada mereka yang mengikuti praktik terbaik dalam menangani dan
bekerja dengan bahan kimia di laboratorium. Namun, manajer atau
pimpinan mungkin perlu mempertimbangkan sarana penegakan aturan
jika pekerja melanggar sistem (Moran dan Masciangioli, 2010
19
tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut,
hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama
sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
f) Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif:
20
BAB III
HASIL OBSERVASI
Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Ya Tid
ak
A Manajemen K3
I Lingkungan Fisik
Apakah disediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
1
bahaya kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan?
2 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan?
Apakah ada materials safety data sheet untuk pengendalian
3
bahaya kimia berbahaya?
Apakah ada prosedur tetap untuk pengendalian bahan-
4
bahan yang mudah terbakar dan meledak?
Untuk menentukan bahaya-bahaya potensial apakah
5
digunakan “HAZOPS” (hazard operability studies)?
Apakah ada petunjuk tertulis pengendalian dan
6
penanggulangan keadaan darurat?
Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di tempat-tempat
7
berbahaya?
Apakah ada prosedur untuk memasuki ruangan tertutup
8 (confined space) yang mencakup pengecekan pendahuluan,
ventilasi, alat-alat pelindung diri dan lain-lain?
Apakah nomor-nomor telepon untuk keadaan darurat
9
dipajang dengan jelas?
Apakah saran ventilasi untuk pengendalian bau, uap, asap,
10
dan debu memenuhi syarat?
Apakah ada prosedur untuk memusnahkan barang/bahan
11
yang sudah tidak dipakai?
21
Apakah ada pintu dan jalan penyelamatan dengan jumlah
12
yang memadai?
Jika terdapat platform yang portable atau sementara,
13 apakah penangannya sudah memadai dan diperiksa secara
teratur?
Apakah semua tutup saluran pembuangan dalam keadaan
14
baik dan sambungan serta control alirannya dibersihkan?
Apakah bagian-bagian dari mesin yang berputar (bergerak)
15
diberi pelindung yang baik?
Apakah semua pelindung tetap dalam posisi terkunci dan
16
dalam kondisi yang baik?
Apakah semua pengaman “interlock” mesin maupun listrik
17
dalam keadaan baik?
Apakah semua pengaman otomatis telah distel dengan
18
baik?
Apakah semua tombol-tombol “STOP” berfungsi dengan
19
baik dan diberi label dengan jelas?
Apakah setiap mesin dan peralatannya dapat
20
dihentikan/dimatikan dan diisolasi untuk pemeliharaan?
Apakah ada bagian-bagian peralatan mesin yang
21
bergerak/berputar tidak berpengalaman?
Apakah ada program pemeliharaan peralatan
22
pelindung/pengaman, perkakas dan alat-alat tangan?
Apakah system pengangkatan dan pengangkutan material
23
dengan tenaga mesin telah sesuai dengan ketentuan?
Apakah semua peralatan angkat diberi tanda beban
24
maksimum yang diizinkan (safe working load = SWL)?
Apakah pemeriksaan pengukuran pesawat/alat angkat
25 diadakan secara teratur?
Apakah tersedia alat angkat yang memadai sesuai
26
kebutuhan?
Apakah semua “sling/Rantai Baja” dalam kondisi yang
27
baik?
Apakah elevator hoist, conveyor peralatan angkat dan
28 lainnya dioperasikan secara benar dengan tanda-tanda
peringatan yang sesuai?
Apakah operator alat angkat telah mempunyai kualifikasi
29
cukup?
30 Apakah semua alat angkut dalam kondisi baik?
Apakah dipasang rambu-rambu/tanda peringatan
31 secukupnya untuk para pemakai jalan, pejalan kaki dan
pengemudi dalam areal operasi kendaraan pengangkut?
Apakah permukaan daerah operasi alat angkut dalam
32
keadaan baik?
33 Apakah gang-gang diberi marka dan tanda dengan jelas?
22
34 Apakah semua gang bebas dari rintangan?
Apakah lantai, gang dan lintasan terpelihara kebersihannya
35
dan tidak licin?
Apakah permukaan daerah yang basah ditutup dengan anti
36
slip?
Apakah landasan-landasan (platform) kondisinya
37 terpelihara dengan baik dan terkait kuat untuk mencegah
slip?
38 Apakah fasilitas penyimpana cukup memadai?
Apakah tersedia secara khusus tempat penyimpanan benda-
benda yang tidak terpakai?
Apakah tempat penyimpanan tersebut sudah direncanakan
39
sebelumnya?
Apakah peralatan angkat dan angkut material cukup
40
tersedia?
Apakah penempatan/penyusunan barang-barang cukup
41
stabil, aman dan bebas dari bahaya runtuh?
Jika diperlukan pengangkatan dan pengangkutan secara
42 manual, apakah para petugas yang melakukan sudah diberi
pelatihan?
Apakah penyimpanan tabung-tabung bertekanan
43
memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan?
Apakah dipasang tanda kapasitas maksimum yang
45 diperbolehkan untuk rak dan lantai yang dipakai
penempatan barang?
Apakah muatan rak dan lantai tidak melampaui
46
kapasitasnya?
Apakah gudang/tempat penyimpanan barang diatas
47
maupun dibawah permukaan tanah memenuhi ketentuan?
Apakah tempat penyimpanan barang diperiksa secara
48
berkala?
Apakah semua bahaya-bahaya bahan kimia yang disimpan
49
telah diketahui dan dicatat?
Apakah disediakan tempat penyimpanan yang aman,
50 pemberian label dan prosedur penggunaan bahan
berbahaya?
Apakah tali dan jaring penyelamat (safety belt and safety
51 net) tersedia dan dipergunakan bila karyawan mengerjakan
sesuatu dan kemungkinan bisa jatuh?
Apakah setiap ruangan dan atau bangunan diberi system
52 tanda bahaya dan system komunikasi untuk keadaan
darurat, penyelamatan dan lain-lain/
Apakah semua pintu keluar dibuatkan tanda yang mudah
53
dilihat dan diberi penerangan yang memenuhi syarat?
54 Apakah pintu-pintu keluar (exit) berfungsi dengan baik?
23
Apakah semua bahan-bahan yang mudah terbakar dan
55
meledak disimpan dan digunakan secara aman ?
Apakah tersedia tempat yang tertutup untuk bahan buangan
56
yang mudah terbakar ?
Apakah instruksi-instruksi yang jelas telah dipasang
57 ditempat penyimpanan maupun pembuangan bahan-bahan
yang mudah terbakar dan meledak ?
Apakah alat pemadam kebakaran tersedia dengan jumlah
58 dan jenis yang cukup serta dengan penempatan yang baik ,
mudah terlihat dan terjangkau ?
Apakah disediakan gelondongan selang (hose rell) yang
59 cukup jumlahnya dan dalam penggunaan dapat mencapai
seluruh bagian bangunan ?
Apakah hidran kebakaran dan persediaan air selalu cukup
60
untuk digunakan oleh regu pemadam kebakaran ?
Bila terdapat resiko kebakaran khusus misalnya kebakaran
61 magnesium, sodium, dan lain-lain, apakah tersedia
peralatan khusus untuk pemadamnya ?
Apakah terdapat system peringatan kebakaran (alarm) yang
62
baik terdengar dan terlihat dengan jelas ?
Apakah secara teratur diadakan latihan peran evakuasi /
63
penyelamatan bagi seluruh tenaga kerja ?
Apakah system alarm / alat pemadam dites / dicoba secara
64
teratur dan diberikan label ?
Apakah tanda “ Dilarang Merokok ” dipajang ditempat /
65 disekitar tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kebakaran ?
Apakah disediakan sarana penyelamatan diri dengan cepat
67
dan / atau jalan penyelamatan yang bebas rintangan ?
Apakah terdapat system komunikasi dan pemanggilan regu
68
pemadam kebakaran yang andal ?
Apakah terpasang instruksi-instruksi dan nomor-nomor
69
telepon dalam keadaan bahaya ?
Apakah terdapat kotak P3K yang lengkap dan memadai
70
ditempat-tempat strategis ?
Apakah terdapat petugas P3K secara khusus dan dalam
71
jumlah yang memadai ?
Apakah dipekerjakan seorang dokter secara tetap atau
72 dengan system kontrak dengan pusat pelayanan kesehatan
tertentu ?
Apakah tempat-tempat kerja diberi penerangan yang
73
memadai ?
Apakah tersedia tempat pembuangan sampah dan bahan
74
yang tidak terpakai lagi ?
75 Apakah tangga-tangga (Portable ladders) sudah memadai
24
untuk segala jenis pekerjaan dan kondisinya dalam
keadaan baik serta dilengkapi pengaman ?
Jika terdapat tangga pengaman , apakah dalam keadaan
76 baik dan dilengkapi dengan pengaman pegangan tangan
dan sebagainya ?
Apakah tirai pengaman tersedia bila diperlukan ?
77
25
IV Lingkungan Psikososial
Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan dan
1 Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai tugas dan
fungsinya menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970?
Apakah perusahaan telah mempunyai perizinan
2 keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan dari
instansi berwenang?
Apakah perusahaan telah ikut serta dalam program
3
JAMSOSTEK?
Apakah para manajer menerapkan manajemen risiko(risk
4
management)?
Apakah perusahaan mengasuransikan kebakaran,
5
peledakan, dan ganti rugi lainnya?
Apakah keselamatan dan kesehatan kerja dimasing-masing
6 bidang pekerjaan secara teratur dikaji ulang dan
dimutakhirkan?
Apakah perusahaan mempunyai Panitia Pembina
7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
Apakah diadakan pertemuan berkala antara pekerja dengan
petugas keselamatan dan kesehatan kerja untuk
8
mendiskusikan masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja ?
Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya sudah
9 direncanakan dengan baik ?
Apakah terdapat sarana dan fasilitas (film,video,dan lain-
10 lain ) untuk dan pembinaan pekerja ?
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat RT 09 Labu Api sebagian besar berprofesi sebagai petani di
karenakan tanah disana yang subur sehingga bisa di tanami oleh berbagai
tumbuhan, akan teteapi dalam bertani masyakat disana menggunakan
pestisida untuk membasmi hama dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
panen yang maksimal, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa resiko
keracunan Pestisida sangat mungkin terjadi pada masyarakat RT 09 Labu Api,
untuk itu perlu di adakah Promosi Kesehatan pada masyarakat sehingga
diharapkan dapat mencegah danpak-dampak negatif dari penggunaan
Pestesida tersebut.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29
Kondisi Pertanian Di rt 09 Labu Api
30