Anda di halaman 1dari 1

Delayed Eruption

Penundaan erupsi pada gigi insisivus maksila permanen dapat menjadi pertimbangan apabila
memenuhi kriteria berupa (a) erupsi pada insisivus kontralateral terjadi lebih dari 6 bulan sebelumnya; (b)
insisivus maksila tetap dalam kondisi tidak erupsi lebih dari satu tahun setelah insisivus mandibula erupsi; (c)
terdapat deviasi yang signifikan dari urutan erupsi normal (Yaqoob dkk. 2016).
Penundaan erupsi secara signifikan dapat terjadi pada segala jenis kelamin, ras, dan etnis serta
kejadian ini lebih umum terjadi dibandingkan erupsi secara prematur. Berbagai literatur menjelaskan penyebab
dari kegagalan atau penundaan erupsi pada insisivus maksila. Penyebab paling umum terjadi adalah adanya gigi
supernumerari. Selain itu malformasi gigi ataupun dilaserasi dapat menjadi penyebab lain dari terjadinya
penundaan erupsi. Dilaserasi dapat terjadi setelah adanya trauma pada gigi sulung, di mana tunas gigi
permanen mengalami kerusakan karena berdekatan dengan gigi sulungnya (Huber dkk. 2008). Beberapa
penyebab lain yang sering dikaitkan dengan terjadinya penundaan erupsi diantaranya berupa ekstraksi dini,
persistensi gigi sulung, crowding pada bagian labial maksila, dan patologi lokal yang dapat menyebabkan
odontoma, supernumerari hingga pembentukan kista (Yaqoob dkk. 2016).
Protokol dalam perawatan definitif kasus ini masih tergolong kurang, namun prinsip yang umum diambil
dalam manajemen penundaan erupsi atau impaksi pada gigi insisivus maksila berupa penyediaan ruang yang
cukup pada lengkung rahang dan pengangkatan seluruh hal yang dapat menghambat erupsi. Pertimbangan
yang harus diperhatikan untun membantu erupsi melalui proses pembedahan pada insisivus dengan atau tanpa
adanya bantuan penarikan ortodontik. Rencana perawatan definitif akan tergantung pada faktor-faktor seperti
riwayat medis, umur, dan tingkat kepatuhan pasien, sedangkan pada faktor gigi terdiri dari keberadaan gigi
sulung yang persisten, posisi dan tahap perkembangan insisivus yang mengalami impaksi, keberadaan
hambatan fisik untuk erupsi, dan keberadaan pembentukan akar yang tidak sesuai (dilaserasi) (Yaqoob dkk.
2016)..

Yaqoob, O., O’Neill, J., Patel, S., Seehra, J., Bryant, C., Noar, J., Gregg, T. 2016. Management of
unerupted maxillary incisors. Royal College. London
Huber, K.L., Suri, L., Taneja, P. 2008. Eruption disturbances of the maxillary incisors: A literature
review, journal Clinic Pediatric Dentistry, 32(3): 221-230

Anda mungkin juga menyukai