Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS

DIRUANGAN IGD RSUD ANUTAPURA PALU

OLEH :
ELIS DIYANTI
NIM. 2020032022

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Muh.Kamarullah, S.Kep Ns. Juwita Meldasari, S.Kep.,M.Kes


NIP.198806222015031004 NIK. 20120901026

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS

A. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir darah.
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus dan pathogenparasitic.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung
dan usus ditandai dengan frekuensi buang air besar pada neonates lebih dari 4
kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

Gambar Gastroenteritis

Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal


Gambar 2.1.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaaan

B. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
1) Mulut, Terdiri dari 2 bagian :
a) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantaragusi,gigi, bibir,
dan pipi.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi
oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularisoris menutupi bibir.
Levatoranguliorismengakat dan depresor angulioris menekan ujung
mulut.
b) Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi

2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi
sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah
belakang bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan
lebihkebelakang yang terdiri dari 2 palatum.Palatum mole (palatum
lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3bagian
yaitu : Radiks Lingua =pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung
lidah dan Apek Lingua +11ujung lidah. Pada pangkal lidah yang
kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat
putting puting pengecapatau ujung saraf pengecap. FenukunLingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira
ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductuswartoni
dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah
rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang
atas bagian tengah,kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis)
yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.Di bawah kelenjar ludah
bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut
koronkulasublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah
(saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu
kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara
prosesusmastoid kiri dan kanan osmandibular, duktusnya duktus
stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga mulut
melalui pipi (muskulusbuksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di
bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktuswatoni
bermuara di rongga 12 mulut bermuara di dasar rongga mulut.Kelenjar
ludah di dasari oleh saraf-saraf tak sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid
dan prosesussteloid) menyebar kedalam lidah membentuk
anyamanbergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M
genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
2) Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
3) Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumnavertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung
ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan
masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.

4) Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13 atas
fundusuteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisiumpilorik,
terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di
sebelah kiri fudusuteri.
5) Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus
terdiri dari :
5.1 lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
5.2 otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
a) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan
kimus
b) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama
di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun
sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat
kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal
dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di
perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat
pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat
menimbulkan apa yang dinamakan ”peristalticrusrf” merupakan
peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam
beberapa menit.
intesinum minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri.
Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan di
sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran
empedu ( duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus
pankreatikus ).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan
panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat
pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya
cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh
limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan
ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan perataraan
lubang yang bernama orifisiumileoseikalis, orifisium ini di
perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvulaseikalis atau valvulabaukini. Mukosa
usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa danmikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang
vili di lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan
bermacam-macam hormone jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.
6) Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari
dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
a) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiksvermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini di sebut Fleksurahepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.
c) Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
d) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksurahepatica dan sebelah kiri terdapat fleksuralinealis.
e) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur
dari atas ke bawah dari fleksuralinealis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S.Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan
elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan.
Pergerakan kolon ada 2 macam :1) Pergerakan pencampur (Haustrasi)
yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian
luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti
kantong.2) Pergarakan pendorong ”MassMovement”, yaitu kontraksi
usus besar yang mendorong feses ke arah anus.
7) Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan
oskoksigis. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rectum dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak di antara
pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
a) Sfingter Ani Internus
b) Sfingter Levator Ani
c) Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya
massmovement.Mekanisme :
a). Kontraksi kolon desenden
b) Kontraksi reflekrectum
c). Kontraksi reflek signoid
d). Relaksasi sfingter ani

C. Etiologi Gastroenteritis
a. Factor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal meliputi:
1) Infeksi bakteri
Vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeoromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus
Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
3) Infeksi parasit
Cacing, protozoa dan jamur.
b. Factormalabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
d. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
e. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltic usus.

D. Patofisiologi Gastroenteritis
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menibulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi
kelaminapropia serta kerusakan mikrovili yang dapat menibulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi, dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dengan gangguan sirkulasi darah.

E. Pathway gastroenteritis
F. Manifestasi Klinik Gastroenteritis
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membrane mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
Manifestasi Klinik
a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun, Tidak nafsu makan
h. Malaise

G. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. RenyatanHiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan
sebagai berikut :

1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
3. Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
4. Dehidrasi berat
5. Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda
dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot kaku sampai sianosis.
H. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan
kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai
antibiotic serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses
berwarna pekat atau putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen
empedu (obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek
dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti
bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorpsi lemak, diet
tinggi susu dan produk susu. Feses berwarna orange atau hijau disebabkan
karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang
penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih
disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah virus. Feses seperti
ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit. Feses
yang didalamnya terdapat unsure pus atau mucus disebabkan karena
bakteri, darah jika terjadi peradanganpada usus, terdapat lemak dalam feses
jika disebabkan karena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
2. Pemeriksaan darah

Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na,
Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik,
kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi /
malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Duodenalintubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.

I. Penatalaksanaan Keperawatan/Medis pada Pasien Gastroenteritis


1. Pemberian cairan
a Cairan per oral : pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K
dan glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam.
b Cairan parenteral :
- Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari. Kemudian
125 ml/kgBB/oral.
- Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari. Kemudian
125 ml/kgBB/oral.
- Dehidrasi berat :
a) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10
kg, 1 jam pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit
(infuse set 1 ml : 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam
berikutnya 12 ml/kgBB/jam : 3 tetes/kgBB/menit (infuse set 1
ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral,
bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intravena 2
tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1
jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml :
20 tetes), 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila
anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intravena 2
tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam
pertama 20 ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam
berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral.

2. Diatetik (pemberian makanan)


Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan
klien. Hal-hal yang perlu diperhatikan : memberikan ASI, memberikan
bahan makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral dan
vitamin, makanan harus bersih.
3. Obat-obatan
a. Obat antiseri
b. Obat anti spasmolitik
c. Obat antibiotic

J. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
d. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat
e. Tidak Mengkonsumsi makanan yang basi
f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare
g. Makan dan minum secara teratur
h. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor
K. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini
semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
di analisa untuk menentukan diagnose keperawatan. Adapun langkah-
langkah dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau
tanpa adanya lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari,
berwarna kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai
muntah, tidak nafasumakan,dan disertai dengan demam ringan atau
demam tinggi pada anak-anak yang menderita infeksi usus.
2) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-
masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi,
keadaan social, ekonomi, hygiene dan sanitasi. Akibat timbul
keluhan : anak menjadi rewel dan gelisah, badan menjadi lemah dan
aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat adalah ibu
mengehntikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan
minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau
larutan gula garam).
3) Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat
penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal
ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat
penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga
harus dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal
yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
sesuai dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal
social atau kemandirian.
5) Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak
mendapat imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan
jadwal pemberian serta efek samping dari pemberian imunisasi
seperti panas, alergi dan sebagainya.
6) Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan,
jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan
keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuensi
buang besr dan buang air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain
itu juga ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari objek
eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan
sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik
dirumah dan juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi,
keramas dan ganti baju.

c. Pemeriksaan fisik
1) Secara umum Tingkat kesadaran : TTV:N,R,S
Pengukuran antropometri : BB, TB
2) Headto toe
Rambut :
Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulitkering,tidak terdapat
clubbingfinger, warna kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala:
Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat
pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan
rambut rata Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
Mata:
Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata,
konjungtiva merah mudah,scleraputih,tidakterdpat katarak infantir
Telinga :
Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga
kiri simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian
telinga

Hidung :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak
terdapat cairan dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
Mulut :
Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
Leher :
Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada
simetris
Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup
dup
Punggung :
Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal
Abdomen :
Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada,
kontur abdomen sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan
limfa, tidak terdapat hernia umbilikus
Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit,
Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Genital dan anus
Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan
tidak terdapat edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.

2. Diagnose Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, intakeinadekuat.
c. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena
diare.
e. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
f. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.
g. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
terhadap pathogen.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Idrus dkk,(2016). Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Praktek Klinis. Edisi 3 Diponegoro : Internl Publising
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-
2014. Jakarta: EGC.
Nanda (2018), Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2015-2017.
Edisi 10. EGC, Jakarta
Padila, (2018), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta
Peate, M. N. (2017). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Bumi Medika.
Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai