Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH

LONGSOR DENGAN TINGKAT KECEMASAN


PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI DESA NUPABOMBA

PROPOSAL

MUHAMMAD RIFAL MARDANI


201701118

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH


LONGSOR DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI DESA NUPABOMBA

PROPOSAL

MUHAMMAD RIFAL MARDANI


201701118

Tanggal, Mei 2021

Pembimbing II
Pembimbing I

Ns. Ismawati S.Kep.,M.Sc Ns. Afrina Januarista S.Kep.,M.Sc


NIK :20130901030 NIK : 20160901067

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKesWidya Nusantara Palu

Ns. AfrinaJanuaristaS.Kep, M.Sc


NIK :20130901030

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 21
C. Hipotesis 21
BAB III METODE PENELITIAN 22
A. Desain Penelitian 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian 22
C. Populasi dan Sampel 22
D. Variabel Penelitian 23
E. Definisi Operasional 23
F. Instrumen Penelitian 24
G. Teknik Pengumpulan Data 26
H. Analisa Data 26
I. Bagan Alur Penelitian 27
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nilai Indeks Kesiapsiagaan 11

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 21
Gambar 2.2 Skema Alur Penelitian 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian bencana alam yang melanda di berbagai negara yang berbeda,
sering kali dikaitkan dengan kecepatan dan kemajuan serta perluasan
ketebalan populasi di suatu negara. Masalah ini biasanya merupakan
peristiwa bencana yang disebabkan oleh risiko umum seperti bahaya yang
disebabkan oleh manusia yang sebagian besar bersifat inovatif dan disengaja
atau antropogenik. Kekhawatiran ini telah mendorong Organisasi Dunia PBB
untuk menyatakan perlunya menangani bencana dengan moto “International
Decade for National Reduction”. Dimulai dengan deklarasi ini, bangsa-
bangsa di dunia mulai mencari cara khusus untuk mengurangi bahaya yang
akan didapat karena bencana yang menimpa bangsa mereka1
Indonesia sendiri merupakan sebuah negara yang sangat rawan akan
kejadian bencana alam yang tidak terbilang cukup tinggi. Kondisi ini
disebabkan karena wilayah Indonesia merupakan wilayah tempat
pertemuannya tiga lempeng tektonik dunia (Eurasia, IndoAustralia, Pasifik),
secara vulkanik Indonesia menjadi jalur dari gunung api yang berfungsi dan
ini di sebut sebagai cincin api Pasifik atau di sebut dengan Pacific ring of fire,
keadaan seperti ini yang telah menyebabkan adanya banyak kejadian bencana
di indonesia diantaranya bencana banjir, gunung meletus, dan juga tsunami
dan bencana lainnya. Terlebih lagi, secara hidroklimatologis, Negara kita juga
dipengaruhi oleh keajaiban ENSO (El-Nino Southern Oscillation) dan La
Nina yang mengakibatkan banjir, longsoran, kekeringan, dan angin puting
beliung.2
Berdasarkan data EM-DAT (Emergency Database) The International
Disaster Database, Centre for Research on the Epidomiology of Disasters
(CRED), telah terjadi 1.110 kejadian bencana di seluruh dunia dari tahun
2015-2018. Dari total kejadian bencana tersebut, bencana tanah longsor
terjadi sebanyak 23 kejadian diseluruh dunia. Negara indonesia sebagai
Negara yang rawan terhadap bencana tercatat data bencana yang selalu terjadi

1
2

di wilayah indonesia yang di rilis pada tanggal 10 maret 2021 bahwa


sebanyak 763 bencana alam, dan kejadian tanah longsor di wilayah Indonesia
sebanyak 114 kejadian. 3
Berdasarkan catatan data peristiwa bencana yang
terjadi di wilayah Indonesia dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
bencana longsor adalah bencana yang sangat menakutkan, berbahaya dan
mematikan, ini dikarenakan adanya beberapa hal yang diakibatkan oleh
bencana longsor, mulai dari masyarakat kehilangan tempat tinggal,
kehilangan harta benda hingga menyebabkan timbulnya korban jiwa yang
diakibatkan oleh bencana ini.4
Bencana longsor yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia juga bukan
hanya menimbulkan dampak kerusakan bangunan, kehilangan harta benda,
ataupun timbulnya korban jiwa tetapi juga berdampak psikologis bagi yang
tinggal di daerah rawan bencana longsor seperti perasaan cemas, trauma, dan
juga stress. Tentunya bencana yang terjadi sangat berpengaruh terhadap
kelompok yang paling rentan yaitu kelompok yang masih beruusia anak-
anak. Ini semua di karenakan bahwa anak-anak yang tinggal di wilayah
tersebut merasakan secara langsung bencana yang terjadi di sekitar mereka,
mereka juga merasakan, dan juga ikut melihat secara langsung dampak yang
di akibatkatkan oleh bencana longsor, ini di sebabkan karena usia anak-anak
tersebut belum cukup umtuk menyaksiakan dan merasakan hal-hal tersebut
secara pertumbuhan psikologis.5
Menurut hasil enelitian yang dilakukan oleh ( Zurriyatun Thoyibah
Dkk) bahwa gejala kecemasan yang terjadi pada anak paska bencana di
daerah Lombok terlihat sebanyak 85,11% anak mengalami kecemasan dalam
batas normal, dan juga sebanyak 14,89% anak berada dalam kategori
kecemasan klinis. Terlepas dari kenyataan bahwa banyak yang selamat dari
bencana adalah anak-anak mereka menunjukkan adanya jenis-jenis psikologis
setelah bencana.5
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah terdapat satu wilayah yang seringkali
terjadi bencana yaitu bencana longsor, wilayah ini merupakan penghubung an
Kota Palu dan Toboli tepatnya di Desa Nupabomba Kabupaten Donggala
Kecamatan Tanantovea atau yang dikenal dengan nama wilayah Kebun Kopi,
3

wilayah ini seringkali terjadi bencana tanah longsor di karenakan secara


morfologi wilayah ini di penuhi dengan lereng dan perbukitan, kondisi
wilayahnya berbukit-bukit dengan kemiringan 30 derajat hingga 60 derajat.6
Wilayah Kebun Kopi yang dipenuhi dengan lereng dan perbukitan juga
merupakan wilayah yang rentan terjadi adanya gerakan tanah, hal ini
disebabkan wilayah ini mempunyai tanah yang tidak cukup padat, erosi, dan
juga dikarenakan akibat adanya getaran kendaraan yang melintas di daerah
tersebut, dan juga karena tingginya curah hujan sehingga menyebabkan di
beberapa titik seringkali terjadi bencana tanah longsor. Untuk itu diperlukan
adanya kesiapsiagaan agar apabila terjadinya bencana tidak banyak
menimbulkan korban jiwa.6
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat di desa
nupabomba termasuk dengan anak-abak yang tinggal di sekitar yang
dilakukan pada hari senin tanggal 15 Maret 2021, menurut laporan dari
pemerintah Desa setempat bahwa Desa Nupabomba itu terdiri dari 6 dusun
dan juga sebanyak 21 Rt/Rw, dan yang seringkali terjadi bencana tanah
longsor berada di dusun 5 dan dusun 6. Bencana longsor yang terjadi di
wilayah tersebut menyebabkan kerusakan bangunan dan juga pernah
menyebabkan adanya korban jiwa.
Bencana longsor yang terjadi di wilayah tersebut bukan hanya
menyebabkan adanya kerusakan bangunan dan juga korban jiwa tetapi
menimbulkan pengaruh yang besar terhadap anak-anak sebagai kelompok
yang paling, hal ini dikarenakan anak-anak tersebut tinggal di daerah yang
rawan longsor dan juga anak-anak tersebut melihat dan merasakan secara
langsung bencana yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara sebagian anak
mengatakan bahwa mereka sangat takut dan khawatir ketika terjadinya
bencana longsor, dan juga ketika hendak bepergian ke sekolah dan ke tempat
mengaji ataupun ketika mereka bermain-main, anak-anak harus melewati
kawasan yang selalu terjadi bencana longsor, kemudian sampai saat ini anak-
anak yang tinggal di wilayah tersebut belum mendapatkan pelajaran di
sekolah mengenai bencana tanah longsor, adapun salah satu kesiapsiagaan
yang dilakukan oleh anak-anak di wilayah tersebut ketika terjadi hujan deras
4

mereka segera menjauhi daerah yang rawan longsor, dan ketika terjadi gempa
mereka segera mendekat ketempat yang lapang.
Berdasarkan masalah yang dirasakan oleh anak-anak di wilayah
tersebut, maka Salah satu cara untuk menghadapi atau mengurangi dampak
bencana tanah longsor yaitu dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
khususnya anak sekolah. Kesiapsiagaan yang dimaksud adalah suatu
perencanaan penyusunan rencana dalam rangka penanggulangan bencana
yang terus-terusan terjadi saat ini dan juga peningkatan kesiapsiagaan
menjadi salah satu penyebab terjadinya pengurangan resiko bencana yang
bersifat pro-aktif, sebelum hal-hal yang tidak di inginkan terjadi.7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara kesiapsiagaan tanah longsor
dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di Desa Nupabomba”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan antara kesiapsiagaan bencana tanah
longsor dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di Desa
Nupabomba
2. Tujuan Khusus
a. Mengedintifikasi kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada anak usia
sekolah di Desa Nupabomba
b. Mengedintifikasi tingkat kecemasan pada anak usia sekolah Di Desa
Nupabomba
c. Menganalisis hubungan antara kesiapsiagaan tanah longsor dengan
tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di Desa Nupabomba
D. Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini adalah :
1. Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi
mahasiswa dan institusi pendidikan mengenai hubungan kesiapsiagaan
5

bencana tanah longsor dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah di
Desa Nupabomba
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
mengenai hubungan kesiapsiagaan bencana tanah longsor dengan tingkat
kecemasan pada anak usia sekolah di Desa Nupabomba.
3. Bagi Instansi Tempat Peneliti
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi
tentang hubungan kesiapsiagaan bencana tanah longsor dengan tingkat
kecemasan pada anak usia sekolah di Desa Nupabomba.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Bencana
a. Pengertian Bencana
Peristiwa bencana adalah hasil dari perpaduan antara aktivitas
alami, baik itu aktivitas fisik, contohnya seperti gempa bumi, adanya
letusan gunung berapi, terjadinya angin puting beliung, ataupun bencana
tanah longsor ditambah lagi dengan adanya tindakan-tindakan yang
diperbuat oleh manusia. Kelemahan manusia di akibatkan karena
sedikitnya manajemen kesiapsiagaan dan keadaan darurat mengakibatkan
ruginya di bidang keuangan dan struktural, dan juga sampai dengan
kematian.
Bencana juga merupakan peristiwa ataupun kejadian yang tidak
masuk akal dan mampu mengganggu kegiatan sehari-hari di kehidupan
orang-orang yang tinggal di daerah rawan kejadian bencana. Dan yang
menjadi akibat dari terjadinya suatu bencana yaitu adanya perilaku,
perbuatan dan juga yang di pengaruhi oleh manusia maupun akibat
anomeli peristiwa alam. 8
b. Klasifikasi Bencana alam
Berdasarkan penyebabnya bencana alam di bagi menjadi 3 jenis
yaitu:
1. Bencana Alam Geologis
Peristiwa bencana alam ini di akibatkan karena terjadinya
pergerakan yang terjadi di dalam bumi. Yang diingat untuk peristiwa
bencana topografis adalah gelombang, getaran seismik, dan emisi
vulkanik
2. Bencana Alam Klimatologis
Peristiwa bencana klimatologi adalah bencana di akibatkan karena
adanya curah hujan dan faktor angin. Misalnya peristiwa bencana
klimatologi termasuk banjir, badai, banjir bandang, musim kemarau,
angin puting beliung, dan kebakaran hutan normal (bukan manusia).

6
7

Perkembangan longsoran juga merupakan peristiwa bencana,


meskipun pemicu utamanya adalah faktor klimatologi (hujan lebat),
namun indikasi yang mendasarinya mulai dari keadaan tanah (jenis
dan kualitas tanah dan getar dan semacamnya).
3. Bencana Alam Exstra-terestrial
Ini merupakan peristiwa bencana yang kejadiannya di luar
angkasa, misalnya tabrakan meteor. Jika efek benda di langit
menabrak bagian luar bumi, itu akan menjadi peristiwa bencana yang
sangat mengerikan terhadap penghuni bumi.8
C. Jenis-Jenis Bencana
Dilihat dari penyebabnya, maka bencana dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, khususnya bencana yang disebabkan oleh peristiwa biasa
atau bencana alam, dan selanjutnya bencana yang disebabkan oleh
inovasi atau mekanik yang disebabkan dan lebih jauh lagi kegagalan
yang ditimbulkan oleh manusia atau kegagalan yang disebabkan oleh
manusia.9
1. Bencana Alam (Natural Disaster)
Bencana yang terus terjadi di berbagai daerah di perkirakan akan
terus meningkat di karenakan oleh beberapa faktor yaitu adanya
variasi dari siklus alam contohnya seperti solar maxima, gempa bumi
dan aktivitas vulkanik dan adanya pemanasan global yang bisa
meningkatkan aktivitas badai yang mematikan dan juga kekeringan di
berbagai wilayah, kemudian karena adanya pertambahan beberapa
variasi jenis penyakit yang juga diakibatkan oleh pemanasan global
dan adanya perubahan musim ini berdampak buruk bagi percadangan
makanan.9
2. Bencana Industri
Bencana yang diakibatkan oleh industri atau industrial-induced
disaster merupakan sebuah bencana yang terjadi karena adanya proses
atau beberapa kegiatan industri di berbagai pabrik yang termasuk
dalam penciptaan, uji coba, penerapan atau kegagalan dalam
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari beberapa uji coba
8

atau pun pengembangan teknologi ini akan menyebabkan hazard


(bahaya) contohnya seperti limbah, bencana kimia dan juga radiasi
industri.9
3. Bencana Akibat Manusia
Bencana yang diakibatkan oleh manusia seringkali disebut
dengan manmade disaster atau natural-induced disaster. Bencana
seperti ini merupakan hasil dari kesalahan yang dilakukan oleh
manusia yang ketika bencana atau peristiwa itu terjadi ditinggalkan
oleh pelakunya dan dengan anggapan bahwa ketika bencana terjadi
lagi masyarakat dapat mencegahnya, adapun beberapa bencana yang
di akibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri yaitu, serangan teroris,
kecelakaan akibat industri, konflik sosial, human eror.9
Dalam undang-undang juga di jelaskan bahwa di bagi menjadi
beberapa jenis yaitu bencana sosial, bencana alam, bencana non alam.
a) Peristiwa bencana adalah bencana di sebabkan oleh kejadian atau
beberapa kejadian yang biasanya terjadi, termasuk gempa bumi,
tsunami, semburan gunung berapi, banjir, musim kemarau, badai
dan longsoran.
b) Peristiwa bencana non-alam yaitu bencana yang di akibatkan oleh
beberapa kejadian non alam atau rangkaian kejadian, yang sampai
menyebabkan gagalnya teknologi, kegagalan modernisasi, wabah
penyakit, maupun epidemic.
c) Bencana sosial yaitu kegagalan yang di akibatkan oleh suatu
kejadian atau beberapa kejadian yang di akibatkan oleh orang-
orang, dengan menggabungkan pertengkaran sosial antara
komunitas-komunitas masyarakat, dan teror.10
D. Tahap Bencana
Kegiatan penanggulangan bencana bisa di bagi menjadi tiga yaitu:
1. Pra-Bencana
Penanggulangan pada tahap pra-bencana yaitu:
a) Perencanaan penyelenggaraan bencana
b) Pengurangan resiko bencana
9

c) Pencegahan
d) Membimbing dalam perencanaan pembangunan
e) Pendidikan dan pelatihan
f) Pelaksanaan penanggulangan bencana meliputi kesiapan,
peringatan sebelum terjadinya bencana maupun mitigasi
bencana.10
2. Tanggap Darurat
Penanggulangan bencana di saat keadaan tanggap darurat yaitu:
a) Penilaian lokasi, kerusakan, kerugian dan sumber daya secara
cepat dan akurat.
b) Status darurat bencana segera di tetapkan
c) Melakukan evakuasi penyelamatan pada masyarakat terkena
bencana.
d) Pemenuhan kebutuhan dasar
e) Kelompok rentan segera di lindungi
f) Pemulihan secepatnya sarana dan prasarana.
3. Setelah Bencana
Setelah musibah terjadi dan berakhirnya masa krisis atau masa
tanggap darurat, segera arahkan korban yang terdampak atau
pengungsi untuk pulang tempat tinggal mereka. Hal ini harus di
mungkinkan melalui latihan pemulihan, khususnya latihan yang
dimaksudkan untuk membangun kembali keadaan daerah yang
terpengaruh, sehingga kehidupan dan pekerjaan mereka bisa kembali
normal kembali. Ini berlaku untuk korban bencana.10
2. Tinjauan Umum Tentang Kesiapsiagaan
A. Pengertian Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah suatu aktivitas ataupun tindakan yang
dikerjakan ketika sebelum terjadinya sebuah bencana. Menurut Greg
(2004) Kesiapsiagaan memiliki tujuan yaitu agar dapat mengurangi hasil
dari berbagai bencana melalui sebuah aktivitas ataupun tindakan yang,
memadai, tepat waktu, efisiensi untuk kegiatan tanggap darurat.11
10

Kesiapsiagaan juga ditandai sebagai tindakan yang di kerjakan


untuk mengantisipasi bencana melalui asosiasi dan juga melalui kemajuan
yang sesuai dan produktif. Intinya adalah untuk mengurangi akibat buruk
dari suatu bencana. Kesiapsiagaan bencana mencakup tindakan untuk
mengantisipasi, mencegah, atau bereaksi terhadap bencana.12
Berdasarkan kerangka kesiapsiagaan bencana yang
dikembangkan LIPI dan juga bekerja sama dengan Unesco/ISDR,
kesiapsiagaan di bagi menjadi lima parameter yaitu:
1. Pengetahuan dan Sikap /knowledge and attitude
Pengetahua seringkali digunakan agar bisa mengetahui
pengetahuan dasar tentang suatu bencana, semisal penyebab
terjadiinya dan juga tanda-tanda kan terjadinya. Ilmu pengetahuan
yang diketahui masyarakat sangat akan berguna di mana bisa
menggambarkan bagaimana sikap dan kepedulian agar selalu bersiap
dan juga siaga jika sewaktu-waktu bencana yang tidak diinginkan
terjadi.
2. Kebijakan dan panduan
Adalah suatu usaha agar bisa melakukan sebuah tindakan
kesiapsiagaan bencana. Kebijakan dan panduan sangat mempengaruhi
kesiapsiagaan yaitu system peringatan bencana, pendidikan,
pendanaan, emergency planning, dan mobilisasi sumber daya, dan
juga fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk membantu koordinasi
ketika terjadi darurat bencana.
3. Perencanaan ke daruratan
Perencanaan ke daruratan seringkali di lakukan demi
mengetahui hal apa saja yang sudah di persiapkan untuk menghadapi
ketika terjadinya bencana. Perencanaan darurat berkaitan dengan
adanya pertolongan yang dilakukan, evakuasi penyelamatan terhadap
korban yang terdampak bencana dapat di minamalkan.
4. Sistem peringatan (warning system)
Kerangka peringatan awal adalah sebuah cara yang ada di
masyarakat guna untuk mencegah adanya korban yang berjatuhan
11

yang disebabkan oleh bencana dengan upaya yang dilakukan untuk di


adakannya tanda-tanda peringatan. Parameter warning system ada
beberapa yaitu tanda peringatan dan juga informasi akan terjadinya
sebuah bencana. Mengenai tindakan-tindakan yang akan di lakukan
maka di perlukannya sebuah pelatihan dan simulasi apa yang harus di
lakukan oleh masyarakat ketika mendengar adanya peringatan, agar
mereka menyadari di mana dan bagaimana cara untuk menyelamatkan
diri dalam waktu yang sudah di tentukan dan juga lokasinya harus
sesuai dan strategis.
5. Mobilisasi Sumber Daya
Selalu digunakan untuk mengetahui potensi dan peningkatan
sumber daya di tengah-tengah wilayah setempat contohnya yaitu
melalui kemampuan yang di ikuti oleh masyarakat, dana, prasarana
lainnya.13
B. Pengukuran Kesiapsiagaan
Pengukuran kesiapsiagaan anak usia sekolah menggunakan nilai
indeks kesiapan setelah menghitung rata-rata maka tingkat kesiapsiagaan
anak usia sekolah di klasifikasikan dengan berdasar pada nilai indeks
yang bersumber dari buku Lipi Unesco/ISDR Tahun 2006 sebagai
berikut:
Total skor rill parameter
Indeks x 100
skor maksimum parameter

No Nilai Indeks Kategori


1 80-100 Sangat Siap
2 65-79 Siap
3 55-64 Hampir Siap
4 50-54 Kurang Siap
6 -40 Belum Siap

Sumber: Jan Sopaheluan Dalam Buku Lipi/ISDR (2006)


12

3. Tinjauan Umum Tentang Tanah Longsor


A. Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor yaitu merupakan sebuah kerusakan di tanah yang
secara tidak terduga atau terpecahnya banyak bebatuan secara tidak
terduga atau bertahap yang terjadi di daerah yang terjal dan kurang.
Longsor adalah semacam perkembangan massa batuan-batuan, atau
campuran keduanya, turun atau keluar dari lereng yang disebabkan
oleh gangguan ketergantungan tanah atau bebatuan yang membentuk
lereng tersebut14
Tanah longsor juga di definisikan sebagai bencana alam yang
menyebabkan banyak manusia yang meninggal dunia, dan juga
mengakibatkan rusaknya property dan infrastruktur. Tanah longsor
juga secara umum mencakup segala gerakan kebawah atau tiba-tiba
material seperti tanah liat, kerikil, pasir dan batu. Tanah longsor
merupakan suatu bencana yang bisa menjadi prioritas yang dapat
merusak di daerah pegunungan, yang diaktifkan dikarenakan
pengaruh dari gempa bumi dan juga curah hujan. 15
B. Penyebab Tanah Longsor
penyebab dari kejadian bencana longsor yaitu adanya beberapa
faktor. Menurut Hardiyanto H.C (2006) terdapa t berbagai macam
faktor yang mengakibatkan bencana longsor yaitu kondisi geologis
dan hidrologi, iklim dan perubahan cuaca dan juga topografi yang
akan mempengaruhi stabilitas lereng dan menyebabkan longsor.
Adapun hal-hal yang mengakibatkan terjadinya bencana longsor
yaitu:
1. Terdapat curah hujan yang cukup tinggi dan dalam
2. Dikarenakan struktur tanah yang tidak padat
3. Adanya struktur batuan tetapi tidak kuat
4. Jenis tata lahan
5. Erosi tanah
6. Terdapat sebuah getaran
7. Adanya beban tambahan
13

8. Adanya air di danau dan bendungan yang mulai menyusut


9. Terdapat material timbunan diatas tebing
Selain Faktor alam, ulah manusia yang kurang bersahabat yang
bisa menyebabkan bencana tanah longsor, antara lain:
a) Terdapat pemenggalan tebing yang digunakan untuk
penambangan batu di lereng yang curam
b) Terdapat penumpukan tanah di sekitar lereng
c) Karena gagalnya struktur dinding penahan tanah.
d) Adanya penebangan liar
e) Adanya peternakan ikan di atas lereng
f) Ini karena sistem pertanian tidak mempedulikan irigasi yang
aman
g) Perluasan wilayah kerja masyarakat membuat mereka sampai lupa
diri, sehingga RUTR tidak lagi diikuti dan menyebabkan kerugian
pada diri sendiri
h) Drainase terdapat dilereng kurang diperhatikan.16
C. Jenis Tanah Longsor
Jenis longsor translasi dan rotasional akan sangat mudah di
temukan di wilayah kita Indonesia. Tanah longsor yang memakan
korban jiwa terbanyak adalah aliran material perombakan. Untuk
lebih jelasnya, lihat yang berikut ini:
1. Longsoran Tranlasi
Longsor translasi merupakan pergerakan suatu massa tanah dan
batuan yang dikatakan datar atau bergelombang lembut.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi yaitu pergerakan massa tanah dan batuan pada
bidang luncur yang membentuk cekungan.
3. Pergerakan Blok
Gerakan balok merupakan gerakan batuan pada bidang geser
datar. Longsoran ini sering disebut dengan istilah block stone
translasi.
4. Runtuhan Batu
14

Runtuhnya batuan merupakan runtuhnya banyak batuan yang


jatuh bebas dengan bergerak ke arah bawah . Biasanya kejadian
ini secara konsisten terjadi di kemiringan yang curam hingga
overhang.
5. Rayapan Tanah
Sedimen tanah merupakan sejenis gerakan tanah yang lamban.
Sulitnya untuk di kenal gerakan tanah ini. Sedimentasi tanah ini
akan mengakibatkan miringnya pepohonan, tiang, bahkan
rumah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Pergerakan ini dapat terjadi di karenakan air yang berhasil
memggerakan massa tanah, dan juga kemiringan sendiri akan
sangat mempengaruhi terhadap lajunya air, volume dan faktor
tekanan air, seperti jenis materialnya. Pergerakan ini bisa
mencapai banyak meter dan terjadi secara teratur di sepanjang
lembah.16
D. Tipologi Kawasan Rawan bencana Tanah Longsor
Wilayah-wilayah yang cenderung longsor di pisahkan menjadi
beberapa zona berdasarkan karakteristik dan kondisi fisik alamnya,
sehingga setiap zona akan mengalami perbedaan dalam penentuan
tata ruang dan contoh spasial serta jenis dan intensitas kegiatan yang
di izinkan. Di izinkan dalam kondisi, atau melarangnya. Zona yang
berpotensi longsor merupakan suatu wilayah atau kawasan yang
cenderung longsor dengan kondisi wilayah dan kondisi topografi
yang sangat sensitif terhadap gangguan luar, baik aktivitas alam
ataupun yang di lakukan oleh manusia yang menjadi sebab adanya
pergerakan tanah.
Berdasarkan hidrogeomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga
jenis zona yaitu :
1. Zona Tipe A
15

Zona tipe A memeiliki potensi longsoran pada lereng gunung dan


gunung, lereng bukit dan berbukit, serta di tebing sungai dengan
kemiringan 2000 mdpl.
2. Zona Tipe B
Zona tipe B sangat memungkinkan akan terjadi longsor di kaki
bukit pegunungan dan juga kaki pegunungan, kaki bukit dan juga
bukit, serta di tebing sungai dengan kemiringan sekitar 21%
sampai 40%, dengan berkisar dari 500 meter hingga 2000 mdpl.
3. Zona Tipe C
Zona tipe c ini kasusnya selalu terjadi di dataran tinggi, dataran
rendah, tebing sungai maupun lembah sungai dengan kemiringan
sekitar 0% hingga 20%, ketinggiannya 0 hingga 500 mdpl.16
4. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan
A. Pengertian Kecemasan
Anxiety atau yang sering disebut kecemasan berasal dari bahasa
latin angustus artinya kaku, dan ango, anci yang artinya tersedak.
Anxiety merupakan perasaan yang kurang menyenangkan, misalnya
perasaan tidak enak, perasaan bingung, cemas dan ditandai dengan
istilah khawatir, prihatin, dan juga ketakutan yang biasanya dialami
dalam berbagai tingkatan dan situasi. 17
Anxiety merupakan reaksi normal yang dapat mempermudah
atau membantu seseorang saat dihadapkan pada keadaan yang sulit
dan berbahaya. Anxiety adalah sebuah perasaan yang sifatnya umum,
di mana individu merasa khawatir, selalu berfikir hal yang negatif,
dan menyebabkan terjadinya perubahan seperti tekanan darah
meningkat. Kondisi ini selalu terjadi terutama bagi masyarakat yang
tinggal di daerah yang sering terjadi longsor dan mereka akan selalu
merasa cemas di saat hujan turun, gempa yang terus terjadi ataupun
sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya longsor.18
B. Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah yaitu anak yang ada di umur 6 sampai 12
tahun. Usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang di antara
16

perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam berbahasa,


perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik.
Kecemasan anak usia sekolah mereka akan mengalami
kelelahan di karenakan selalu menangis, tidak mau berinteraksi
dengan orang-orang kecuali keluarga terdekat, dan anak yang
mengalami kecemasan akan cenderung menolak jika di ajak untuk
makan. 19
Penyebab kecemasan yang terjadi pada anak usia sekolah ini
disebabkan oleh faktor stres, baik berada di sekolah maupun di luar
sekolah yang menambah tekanan hal-hal seperti bencana alam, dan
keterbukaan media, dan juga amasalah keluarga, dan masalah
sekolah. Kecemasan yang terjadi pada anak dapat berdampak positif
dan juga dampak yang negatif. Kecemasan menyebabkan setiap anak
selalu berhati-hati dan sadar terhadap sesuatu yang terjadi di
sekitarnya. Pengaruh dari kecemasan bergantung pada peningkatan
anak seperti kemajuan kemampuan beradaptasi pada usia tersebut.20
Efek yang ditimbulkan pada anak usia sekolah yaitu adanya
perubahan pola istirahat, pada pola makan terjadi perubahan, gelisah,
hilangnya minat saat beraktivitas yang dilakukan sehari-hari,
perasaan tidak berharga, harga diri yang buruk, sulit untuk
berkosentrasi, cepat tersinggung, merasa lelah, penyalahgunaan
alkohol, beruknya prestasi di sekolah, perilaku menjadi agresif, sering
bermimpi buruk, khawatir yang di luar batas, dan keluhan terhadap
penyakit.20
C. Aspek-Aspek Dalam Kecemasan
Gail W. Stuart dalam 21
membagi kecemasan dalam respon perilaku,
afektif, dan kognitif.
1. Respon perilaku berupa diri seseorang tampak gelisah, tremor,
lari dari permasalahan, selalu menghindar, ketika berbicara cepat,
tremor, waspada, ketegangan fisik dan lain-lain.
2. Respon kognitif itu berupa kurang perhatian, susah untuk fokus
karena kosentrasinya terganggu, cepat lupa, kreativitas dan
17

produktivitas menurun, kebingungan, selalu waspada, ketakutan


terhadap kehilangan kendali, selalu bermimpi buruk dan lain-lain.
3. Afektif itu berupa selalu tegang dan tidak sabar, gelisah dan
merasa tidak enak, gugup, was-was, ketakutan dan kekhawatiran,
mati rasa dan selalu merasa bersalah, malu dan lain-lain.
D. Jenis-Jenis Kecemasan
Jenis kecemasan di bagi menjadi beberapa yaitu :
1. Kecemasan Neurosis
Kecemasan neurosis merupakan kecemasan yang dipengaruhi
oleh pengalamannya pada suatu objek yang menurutnya cukup
berbahaya hingga menimbulkan timbulnya gambaran yang
menyebabkan dirinya merasa terancam.
2. Kecemasan Moral
Kecemasan moral merupakan kecemasan yang bisa menyebabkan
terjadinya masalah antara ego dan superego. Kecemasan moral
akan muncul saat seseorang merasa bersalah, yaitu saat seseorang
melanggar norma moral hingga dia mendapatkan pelajaran dari
super egonya.
3. Kecemasan Realistik
Sering disebut dengan kecemasan obyektif sebagai reaksi dari ego
yang terjadi ketika seseorang menghadapi kondisi yang
berbahaya. Kecemasan yang realistis adalah ketakutan akan
bahaya nyata yang datang dari luar. 21
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Adler dan Rodman21. Mengatakan ada dua faktor yang bisa
mendatangkan kecemasan yaitu:
1. Adanya pengalaman yang buruk yang terjadi di masa lalu
Penyebab terutama kecemasan adalah sebuah peristiwa yang
buruk menyebabkan trauma yang terjadi di masa lalu yaitu masa
anak-anak. Kejadian ini memiliki pengaruh di masa depan. Saat
seseorang menghadapi kejadian yang sama, dia akan merasakan
ketegangan yang menyebabkan ketidaknyamanan. Misalnya
18

ketika seseorang gagal saat menghadapi ujian, maka pada ujian


selanjutnya dia akan merasa tidak enak dan merasa tidak senang,
dia akan tampak kecemasan.
2. Pikiran yang tidak rasional
Pikiran yang tidak rasional di bagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Gagalnya ketasporik, individu akan menganggap bahwa aka
nada hal yang negative akan menimpa dirinya, maka dirinya
pun tidak mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
b) Kesempurnaan, manusia memiliki norma-norma tertentu yang
harus di selesaikan tanpa ada orang lain sehingga menuntut
adanya kesempurnaan dan tidak ada cacat daam perilakunya.
c) Persetujuan
d) Spekulasi tidak tepat, ketika pemikiran yang berlebihan, akan
berujung pada orang-orang yang mempunyai sedikit wawasan.
F. Tingkat Kecemasan (Anxiety)
1. Anxiety Ringan
Kecemasan ringan merupakan terkait dengan kehidupan
sehari-hari, kecemasan yang semacam ini mengakibatkan setiap
orang menjadi siap dan memperluas bidang persepsi. Kecemasan
ini bisa mendorong seseorang untuk lebih giat dalam pembelajaran
dan menghasilkan pengembangan dan kreativitas. 21
2. Anxiety Sedang
Setiap seseorang akan fokus apa terhadap yang penting dan
membuatnya tidak lagi peduli dengan orang yang berada di
sekitarnya. Kecemasan ini membuat bidang persepsi individu
menjadi sempit. Maka dari itu, pengalaman individu tidak menjadi
perhatian selektif tetapi dapat fokus pada lebih banyak wilayah
kapan pun di koordinasikan untuk melakukannya.21
3. Anxiety Berat
Akan mengurangi bidang persepsi seseorang. seseorang
pada umumnya akan membidik atau fokus terhadap sesuatu yang
detail dan spesifik dan tanpa memikirkan hal yang lain. Tindakan
19

yang dilakukan tersebut di gunakan agar bisa mengurangi


kecemasan. Setiap orang membutuhkan arahan agar bisa fokus di
area yang berbeda.21
4. Tingkat Panik
Terkait dengan keheranan, teror maupun ketakutan.
Individu akan menjadi tidak terkontrol kontrol, individu yang
menjadi panik tidak akan bisa lagi untuk melakukan sesuatu
meskipun dengan adanya arahan. Kepanikan meliputi disorganisasi
kepribadian dan menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,
penurunan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,
pikiran menyimpang, serta hilangnya pemikiran rasional.21
G. Upaya Untuk Mengurangi Kecemasan
1. Pembelaan
Sesuatu yang di kerjakan demi menemukan suatu alasan
yang benar untuk tindakan yang tidak di benarkan akal, disebut
advokat. Pembelaan seperti yang di atas bukan untuk membujuk
ataupun menipu orang yang ada di sekitar, melainkan untuk
membujuk dirinya sendiri, agar perbuatan yang tidak dapat
diterima tetap dalam batas yang di inginkannya.21
2. Proyeksi
Proyeksi merupakan menyampaikan apa yang di rasakan
yang ada di dalam dirinya kemudian di sampaikan kepada orang
yang ada di sekitarnya, baik berupa tindakan, pikiran, dan juga
dorongan yang kurang masuk di akal sehingga di terima dan
terkesan masuk akal.21
3. Identifikasi
Identifikasi merupakan kebalikan dari proyeksi, di mana
seseorang berbagi sebagian dari tinda kesuksesan atau tindakan
yang telah di raih orang lain. Ketika dia melihat adanya seorang
yang sukses dalam menjalankan bisnisnya dia pun menjadi bahagia
seolah-olah di yang menjadi sukses dan begitu pun sebaliknya
ketika dia melihat seseorang kecewa dia pun ikut merasa sedih.21
20

4. Hilang Hubungan (Disasosiasi)


Semestinya sebuah tindakan, fikiran, ataupun perasaan
seseorang satu dan lainnya seharusnya saling berhubungan. Jika
seseorang merasakan adanya orang lain yang dengan sengaja
menghina atau menyakiti perasaannya maka tidak sedikit orang
yang menjadi marah dan juga membalas dengan perlakuan yang
sama. Maka di lihat dari pengertian di atas baik perasaan, tindakan
ataupun pikiran sama satu dengan yang lainnya. Namun, harmoni
tersebut bisa saja hilang karena pengalaman pahit yang dialaminya
saat kecil.21
5. Represi
Represi merupakan oemaksaan atau pun perlawanan yang
dilakukan demi melupakan keinginan dan juga hal-hal yang di
tolak oleh hati nuraninya. Ini seperti upaya menjaga diri agar tidak
merasakan dorongan hati yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Kejadian seperti ini terjadi tanpa disadari.21
6. Subtitusi
Pergantian merupakan cara yang paling bagus untuk
melindungi diri dari cara-cara yang kurang di sadari dalam
mengehadapi atau mengelola kesulitan. Di dalam substitusi
seseorang melakukan sesuatu, untuk sesuatu yang baik, berbeda
dari tujuan aslinya, dengan mudah diterima, dan berusaha untuk
meraih kesuksesan.21
H. Pengukuran Kecemasan
Pengukuran kecemasan pada anak usia sekolah dapat diukur
menggunakan Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS) yang di susun
oleh Susan H pada tahun 2000. Kuesioner ini ditunjukkan terhadap
anak, dalam kuesioner SCAS terdapat 28 pertanyaan, jumlah scor
tertinggi pada skala kecemasan SCAS adalah 112, dengan kriteria
penilaian pertanyaan dengan jawaban, tidak pernah (TP) = 0,kadang-
kadang (KD)= 1,sering (S)= 2,selalu (SL)= 3 dan untuk penilaian
21

pertanyaan negative tidak pernah (TP)= 3, kadang-kadang (KK)= 1,


sering (S)= 2, selalu (S)=1.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep diatas yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka
maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kesiapsiagaan Tingkat kecemasan


bencana tanah anak usia sekolah
longsor

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

a. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini yaitu :
Ha :Ada Hubungan Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah Di Desa Nupabomba
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif
merupakan penelelitian dimana data-datanya dalam bentuk sesuatu yang bisa di
hitung dengan cara merubah kualitatif kedalam kuantitatif.22 Dan menggunakan
desain analitik yaitu penelitian yang mencari tahu kenapa dan bagaimana
masalah itu bisa terjadi. Menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu
sebuah penelitian yang bertujuan agar bisa mengetahui hubungan antara
variabel di mana variabel independen dan dependen di identifikasi pada waktu
yang bersamaan.23
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanantovea Desa Nupabomba
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Tahun 2021
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yaitu sekumpulan objek penelitian atau objek yang diteliti. 23
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah kelas IV dan V SDN
11 Nupabomba. Pemilihan responden didasarkan pada aspek kemampuan
komunikasi dan pemahaman terhadap sebuah peristiwa di mana siswa kelas
IV dan V sudah bisa berpikiran kritis dan abstrak.24 Populasi di dalam
penelitian ini yaitu sebanyak sebanyak 31 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap bisa mewakili seluruhan populasi. Teknik di dalam pengambilan
sampel penelitian ini yaitu menggunakan teknik total sampling. Total
sampling sendiri merupakan pengambilan sampel yang dimana besar sampel
sama dengan populasi22. Alasan menggunakan teknik total sampling karena
menurut 22 jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan

22
23

sebagai sampel semuanya. Maka dari itu peneliti mengambil sampel dengan
jumlah 31 orang.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan variabel yang berpengaruh dan menjadi
penyebab berubahnya dan munculnya variabel dependen.22 Variabel
independen dalam penelitian ini adalah kesiapsiagaan bencana tanah
longsor.
2. Variabel Dependen
Variabel terikat merupakan variabel yang terpengaruh atau yang
merupakan hasil dari variabel independen.22 Variabel dependen pada
penelitian ini adalah kecemasan.
E. Definisi Operasional
1. Variabel Independen
Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor
Definisi :Kesiapan anak usia sekolah dalam menghadapi bencana
tanah longsor.
Alat Ukur :Pengisian Kuesioner
Skala Ukur :Ordinal
Hasil ukur : Siap, jika nilai responden ≥ mean/median
Kurang Siap, jika nilai responden ≤ mean/median
2. Variabel Dependen
Kecemasan pada anak usia sekolah
Definisi :Kecemasan merupakan suatu keadaan di mana anak usia
sekolah merasa takut, khawatir terhadap sesuatu yang
buruk akan menimpa dirinya
Alat Ukur :Pengisian Kuesioner
Skala Ukur :Ordinal
Hasil Ukur : Ringan 0-10
Sedang 11-20
Berat 21-30. 25
F. Instrumen Penelitian
24

Alat ukur dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner


tujuan dari pembuatan kuesioner adalah sebagai alat untuk mendapatkan data
yang benar dan juga sesuai dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari
hipotesis. Adapun kusioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Kuesioner kesiapsiagaan bencana tanah longsor di adopsi dari kuesioner
yang dibuat oleh Ni Putu Amelia Rosalitia Dewi (2018) terdiri dari 40 item
pertanyaan. Dan kuesioner ini dimodifikasi oleh peneliti terdiri dari 10
pertanyaan. Pengukuran kesiapsiagaan anak usia sekolah menggunakan
nilai indeks kesiapsiagaan setelah dilakukan perhitungan rata-rata maka
diklasifikasikan tingkat kesiapsiagaan siswa berdasarkan nilai indeks
kesiapsiagaan yang bersumber dari buku Lipi Unesco/ISDR Tahun 2006.
Penilaian dilakukan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2013) dengan
kriteria penilaian pertanyaan dengan jawaban, sangat setuju (SS)= 4, setuju
(S)= 3, kurang setuju (KS)= 2, tidak setuju (TS)= 1 dengan maksimum skor
didapatkan jumlah 40.
2. Kuesioner Kecemasan di adopsi dari kuesioner yang dibuat oleh Artha
Suriani Lumban Gaol (2017), Kuesioner disusun dengan berpedoman pada
Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS) , dan telah di modifikasi oleh
peneliti menjadi 10 pertanyaan. skala yang digunakan dalam kuesioner ini
adalah skala likert dengan kriteria penilaian pertanyaan dengan jawaban,
tidak pernah (TP) = 0,kadang-kadang (KD)= 1,sering (S)= 2,selalu (SL)= 3
dan untuk penilaian pertanyaan negative tidak pernah (TP)= 3, kadang-
kadang (KK)= 2, sering (S)= 1, selalu (S)=0 dengan maksimum skor
didapatkan jumlah 30.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang di kumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber data maupun responden. Teknik pengumpulan data primer yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur variabel bebas dan varibel terikat
yaitu langsung menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
25

Data sekunder yaitu data atau informasi bisa untuk di akses karena
ragam informasi untuk tujuan tertentu, yang dapat manfaatkan sebagian
atau seluru sebagai sumber penelitian. Data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari bagian data kantor desa nupabomba.
H. Pengolahan Data
Data primer yang telah diperoleh, selanjutnya diolah menggunakan Microsoft
excel 2007 dengan tahap-tahapan sebagai berikut:
1. Editing data
Periksa kesalahan atau tidak cukup data yang diperoleh di lapangan.
2. Coding data
Memberikan nomor kode jawaban untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisa data.
3. Tabulation
Hitung dan tabulasi data secara manual.
4. Enry data
Memasukan data ke dalam program computer yang bertujuan untuk
menganalisis
5. Cleaning data
Periksa kembali apakah ada kesalahan yang dihitung.
6. Discribing data
Menggambarkan dan menjelaskan data yang ada.
Data yang telah di olah, selanjutnya di analisis secara univariat dan bivariat
menggunakan computer.
I. Analisis Data
a) Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisis yang pergunakan di salah satu
variabel dengan dengan bermaksud agar bisa mengetahui dan
mengidentifikasi karakteristik variabel yang dimaksud.
Dilakukan di tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan
sebaran dan presentase dari masing-masing variable yang diteliti 23
dengan
rumus:
f
P= x 100 %
n
26

Keterangan :
P= Presentase
F= Frekuensi
N= Sampel
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan suatu bentuk analisis kuantitatif yang
sangat simple, Hingga melibatkan analisis dua variabel, untuk tujuan
menentukan hubungan empiris di antara mereka. Analisis bivariat yang
bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variable bebas dan terikat.
Dan juga dengan menggunakan uji chi square dengan nilai signifikan
(p≤0,05) dan tingkat kepercayaan 95% sedangkan rumus uji chi square
sebagai berikut:
2
∑ (o −E )❑
X
2
2a Menurut 26 Syarat uji chi squareyaitu sel dengan nilai yang

diharapkan kurang dari 5 adalah maximum 20% dari jumlah sel. Apabila
syarat uji chi square tidak terpenuhi, uji alternative digunakan. Alternatif uji
chi square bergantung pada table.
1. Untuk table 2x2, alternative uji Chi-Square adalah uji fisher’s
2. Untuk table 2xk atau Bx2 di mana B dan K adalah data kategorik
nominalnlebih dari dua kategori, alternative Chi-Square adalah
penyederhanaan sel. Jika penyederhanaan sel tidak logis, maka
menggunakan uji Chi-Square.
3. Untuk table 2xk atau Bx2 dijana B dan K merupakan data kategorik
ddengan kategori lebih dari 2, alternative Chi-Square yaitu uji ann-
Whitney atau penyederhanaan sel.
Untuk syarat-syarat uji Chi-Square yaitu: frekuensi responden atau
sampel yang digunakan besar, agar bisa di gunakan maka syarat uji chi
square pun harus dilakukan yaitu:
a) tidak ada sel dengan nilai frekuensi realitas atau disebut juga Actual
Count (F0) sebesar 0 (Nol)
b) Jika bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh hanya 1 sel saja
yang memiliki frekuensi yang diharapkan atau disebut juga expected
count (“Fh”) kurang dari 5
27

c) Jika bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah sel dengan
frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

J. Bagan Alur Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan alur yang digambarkan dalam
bentuk skema berikut ini.
28

Observasi Lapangan

Pengambilan data awal di desa Nupabomba kec.


Tanantovea
Sebelum
Penelitian
Merumuskan masalah penelitian

Telaah Literatur

Penelitian kuantitatif dengan uji chi square

Populasi yaitu semua siswa di kelas IV dan V SDN


Saat
Nupabomba
Penelitian

Sampel ada sebagian populasi

Analisis
Univariat
Pengolahan Data
Setelah
Penelitian Analisis Bivariat

Penyajian Hasil Data


DAFTAR PUSTAKA
1. Coppola,Damon P dan Maloney,Erin K, Communicating Emergency
Preparedness: Strategic for Creating a Disaster Resilient, Auerbach
Publicationa Taylor & Francis Group, USA. 2009
2. Hadi, H., Subhani, A. Internalisasi karakter peduli lingkungan dan tanggap
bencana pada siswa sekolah melalui program Geography Partner Schools
(GPS)”, Prosiding Seminar Nasional APPPI NTB, Mataram,
Indonesia,h.176-188,Oktober 2017.
3. Kompas.com [Internet]. 2021. Available from:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/10/203500465/data-terbaru-
bnpb--763-bencana-terjadi-sepanjang-2021?page=all
4. Isnaini R. Analisis Bencana Tanah Longsor di Wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Islam Manag Empower J. 2019
5. Nakamura, Y. Public health impact of disaster on children. JMAJ, 48(7),
377-384. 2005
6. Saharani, dkk. Aktivitas Masyarakat Dalam Kegiatan Ekonomi Di Daerah
Rawan Longsor (Kasus: Jalur Poros Tawaeli-Toboli). Jurnal Pendidikan
Geografi 5. 2017
7. Bantarkawung K, Brebes K. Tingkat Kerentanan Dan Indeks Kesiapsiagaan
Masyarakat Terhadap Bencana Tanah Longsor Di Kecamatan
Bantarkawung Kabupaten Brebes. Maj Geogr Indones. 2016
8. Khambali I. manajemen penanggulangan bencana. yogyakarta: CV. Andi
Offset; 2017.
9. Heryana A. Pengertian Dan Jenis Bencana. ResearchgateNet [Internet].
2020
10. Nurjanah, dkk. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta. 2013
11. Gregg, C. E., Houghton, B. F., Johnston, D. M., Paton, D., & Swanson, D.
A. The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna
Loa and Hualalai Volcanoes, Hawaiki. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, 130, 179-196. 2004
12. Addiarto W, Yunita R. manajemen bencana dan strategi membentuk
kampus siaga bencana dari perspektif keperawatan. sulawesi selatan; 2019
13. Deny Hidayati, dkk. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa dan Tsunami di Indonesia.
LIPI/UNESCO/ISDR. Jakarta 2006
14. Saputra, Pungky Dharma. “Pengaruh Sosio Demografi dan Pengalaman
Bencana Sebelumnya Terhadap Tingkat Kesiapsiagaan Rumah Tangga
Dalam Mengahadapi Bencana Longsor” .Tesis, Universitas Pertahanan,
Bogor 2014
15. Naryanto HS, Soewandita H, Ganesha D, Prawiradisastra F, Kristijono A.
Analisis Penyebab Kejadian dan Evaluasi Bencana Tanah Longsor di Desa
Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur

29
30

Tanggal 1 April 2017. J Ilmu Lingkung. 2019


16. Hardiyatmo, H.C.Tanah Longsor Dan Erosi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2006
17. Ardiyanto. Kecemasan pada Pemain Futsal Dalam Menghadapi Turnamen.
Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta. 2012
18. Mamesah NFA, Opod H, David L. Gambaran Tingkat Kecemasan pada
Warga yang Tinggal di Daerah Rawan Longsor di Kelurahan Ranomuut
Kota Manado. J e-Biomedik. 2018
19. Noviati E. Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak
Usia Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi. 2018
20. Utami TW, Astuti YS. Hubungan Kecemasan Dan Perilaku Bullying Anak
Sekolah the Relationship Anxiety and Bullying Behavior in Elementary. J
Ilmu Keperawatan Jiwa. 2019
21. Annisa DF, Ifdil I. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor. 2016
22. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. 2019.
23. Notoamodjo. Metode penelitian kesehatan. 2012.
24. Susy P, Astini N, Sipahutar IE, Ayu I, Nareswari D, Keperawatan J, et al.
Kesiapsiagaan Siswa Dalam Menghadapi Bencana. 2018;
25. Pada K, Pre P, Di O, Kota R. Jurnal Keperawatan. 2020
26. Dahlan S. Penelitian Diagnostik. 2010.

Anda mungkin juga menyukai