Anda di halaman 1dari 27

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

PENUGASAN PENDIDIKAN KESEHATAN


“Pencegahan Diare Pada Anak”

Disusun Oleh
Intan Adma Sari (213203018)
Sri Bintang Pamungkas (213203071)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENUGASAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“Pencegahan Diare Pada Anak”

Telah disetujui pada

Hari :
tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Kristina Dias Utami, S.Kep., Ns., MPH ) ( )


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajaran : Keperawatan Anak


Pokok Bahasan : Pencegahan diare pada anak
Instansi : Universitas Achmad Yani Yogyakarta
Waktu : 10.00-10.30 WIB
Hari/Tanggal : Desember 2021
Tempat : Ruang Anggrek
Sasaran : Ibu yang memiliki anak diare di ruang Anggrek
I. Latar Belakang
Angka morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada bayi dan anak
di Indonesia masih tinggi. Penyebab kesakitan dan kematian anak di
bawah lima tahun seperti ISPA (infeksi saluran pernafasan atas),
pneumonia, diare serta gejala demam (Kemenkes RI, 2011). Di dunia,
diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak.
Menurut [CITATION WHO17 \l 1033 ], penyebab kematian kedua pada anak
di bawah lima tahun di dunia adalah diare.
Menurut [ CITATION WHO17 \l 1033 ], menyatakan sebanyak 1,7
miliar kejadian diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar
525.000 pada anak balita tiap tahunnya. Berdasarkan pola penyebab
kematian semua umur, diare menduduki peringkat ke 13. Sedangkan
menurut penyakit menular, diare menduduki peringkat ke 3 setelah TB dan
pneumonia (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data [CITATION Kem173 \l 1033 ], terdapat penemuan kasus
diare perkiraan di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 1.048.885
kasus. Sedangkan pada tahun 2018, sebanyak 1.637.708 atau 40,90%
jumlah penderita diare dilayani di sarana kesehatan dari perkiraan target
pelayanan penderita diare di sarana kesehatan yaitu 20% (Kemenkes RI,
2019).
Diare adalah salah satu penyakit dengan ciri-ciri yaitu perubahan
bentuk dan konsistensi dari feses lembek sampai cair, frekuensi buang air
besar menjadi lebih meningkat yaitu dari tiga kali atau lebih dalam sehari
[CITATION Set172 \l 1033 ] . Sampai saat ini diare masih menjadi masalah
utama di dunia. Pada negara berkembang, kasus diare yang terjadi pada
balita dibawah usia 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare per tahun.
Diare dapat berakibat kehilangan nutrisi yang dibutuhkan sehingga
menjadi penyebab utama malnutrisi pada anak [CITATION Jan16 \l 1033 ].
Dampak dari diare adalah menyebabkan anak kekurangan cairan karena
BAB cair sehingga anak menjadi lemas. Keadaan ini menyebabkan anak
mengalami dehidrasi ringan sampai dengan berat yang bisa berakibat fatal
yaitu kematian [CITATION Sus17 \l 1033 ].
Penyebab diare biasanya disebabkan oleh organisme seperti
bakteri, virus, dan parasite. Organisme ini biasanya menginfeksi saluran
pencernan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar
oleh organisme tersebut (Kemenkes RI, 2011). Menurut [ CITATION
WHO17 \l 1033 ], langkah-langkah utama dalam mencegah diare ialah
sumber air yang bersih dan aman, penggunaan sanitasi yang baik, mencuci
tangan dengan sabun, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama
kehidupan, kebersihan makanan dan pribadi, pendidikan kesehatan tentang
bagaimana virus menyebar dan vaksinasi rotavirus. Pendidikan kesehatan
adalah upaya dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama
orang tua mengenai diare. Pendidikan kesehatan tersebut diharapkan dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare yaitu
pengetahuan orang tua, pendidikan ibu, kurangnya personal hygine,
lingkungan yang tidak bersih, keadaan social ekonomi, dan perilaku
masyarakat. Pengetahuan orang tua menjadi faktor yang menyebabkan
diare terjadi karena kurangnya informasi atau pengetahuan akan penyebab
diare (Rane, Jurnalis, & Ismail, 2017). Peranan orang tua, salah satunya
adalah peran ibu berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian diare
pada anak. Kesakitan akibat diare pada balita dikarenakan faktor ibu dalam
pengobatan diare yang belum benar. Pengetahuan ibu merupakan salah
satu risiko yang diduga berperan terhadap tingginya angka kejadian diare
(Arindari & Yulianto, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik memberikan penyuluhan
kesehatan mengenai "pencegahan diare pada anak” di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Ruang Anggrek.
II. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pembelajaran selama 30 menit ibu dapat memahami
tentang pentingnya pencegahan diare pada anak.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran selama 30 menit ibu hamil dapat :
1. Mampu Memahami dan menjelaskan pengertian diare.
2. Mampu Memahami dan menjelaskan penyebab diare
3. Mampu Memahami dan menjelaskan pencegahan diare.
4. Mampu memahami penatalaksanaan diare.
III. Tempat
RSUD Panembahan Senopati Ruang Anggrek
IV. Waktu
Hari/tanggal : Desember 2021
Waktu : 10.00-10.30
V. Sasaran
Peserta : ibu yang memiliki anak diare di ruang Anggrek
Jumlah : 1 orang
VI. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab dan diskusi
VII. Media
Leaflet
VIII. Materi
Terlampir
IX. Pembagian Kelompok
Moderator : Intan Adma Sari
Pemateri : Sri Bintang Pamungkas
X. Rencana Pelaksanaan
Tahap
Kegiatan Respon Peserta Waktu
kegiatan
Pendahuluan 1. Perkenalan : memberikan salam,
memberikan pertanyaan Menjawab salam
aspersepsi. Memperhatikan 5 menit
2. Menginformasikan pokok materi
yang akan disampaikan
Penyajian 1. Melakukan pendidikan Memperhatikan
20 menit
kesehatan Bertanya
2. Memberikan kesempatan
keluarga bertanya

Penutup 1. Evaluasi peserta : sesi tanya Memperhatikan 5 menit


jawab dan
2. Memberikan motivasi dan menjawab/menga 5
reinforcement positive jukan pertanyaan
3. Mengakhiri kegiatan Mendengarkan

XI. Evaluasi
Prosedur : Tanya jawab
Jenis : Objektif
Kriteria : Mampu menjelaskan kembali tentang materi yang telah
diberikan
Soal :
a. Sebutkan pengertian diare!
b. Sebutkan penyebab diare!
c. Sebutkan pencegahan diare!
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta sangat kooperatif dalam kegiatan penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang Anggrek
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai pukul 10.00-10.30 WIB
b. Peserta antusias tehadap materi penyuluhan
c. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
d. Peserta terlihat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. % peserta mampu menjelaskan pengertian diare.
b. % peserta mampu menjelaskan penyebab diare.
c. % peserta mampu menjelaskan pencegahan diare.

XII. Sumber bacaan

Handayani, R., & Arsiani. (2015). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Diare Pada
Balita Usia 0-59 bulan Di Puskesmas Gendangan Kecamatan Gedagan
Kabupaten Malang. Jurnal Biomed Science, 3(2), 9-21. Retrieved from
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/biomed/article/view/789

Hartati, S., & Nurazila. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kejosari Pekanbaru. Jurnal
Endurance, 3(2), 400-407. doi:http://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2962

Hendraastuti. (2019). Hubungan Tindakan Pencegahan Ibu dengan Kejadian Diare


Pada Balita. Jurnal Promkes, 7(2), 215-222.
doi:10.20473/jpk.V7.I2.2019.215-222

Indahsari, S., Budiwanto, & Katmawanti. (2020). Hubungan Antara Rata-Rata


Pendapatan Keluarga dan Tingkat Kedewasaan Ibu dengan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada BAlita di Wilayah Kerja Puskesmas
Cisadea Kecamatan Blimbing Kota Malang. Jurnal Preventia: Indonesia
Journal of Public Health, 5(1), 17-26.
doi:http://dx.doi.org/10.17977/um044v5i1p17-26

Irmawati. (2015). Bayi dan Balita Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=ok5JDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Bayi+dan+Balita+Sehat&
hl=en&newbks=1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahUKEwiW74qzj5Lw
AhWRWHwKHc05BtMQ6AEwAHoECAUQAg
Jannah, M. F., Kepel, B. J., & Maramis, F. R. (2016, Agustus). HUBUNGA
ANTARA PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN IBU
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS
TIKALA BARU KOTA MANADO. Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(3), 211-
217. doi:https://doi.org/10.35799/pha.5.2016.12976

Kemenkes, R. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf

Kurniawati, & Martini. (2016). Status Gizi dan Status Imunisasi Campak
Berhubungan Dengan Diare Akut. Jurnal Wiyata, 3(2).

Novita, O. T. (2020). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Diare
Pada Balita di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Journal of
Dehasen Education Review, 1(2), 56-64.
doi:https://doi.org/10.33258/jder.v1i2.988

Rachmawati, Barlianto, & Ariani. (2019). Pedoman Praktis Imunisasi Pada Anak
(1 ed.). Malang: UB Press. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=Y1cAEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Pedoman+Praktis+Imuni
sasi+Pada+Anak&hl=en&newbks=1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahU
KEwjIvo7fjpLwAhXKYisKHYMuDiAQ6AEwAHoECAUQAg

Rane, Jurnalis, & Ismail. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Diare Dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita Di Kelurahan Lubuk
Buaya Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2). doi:https://doi.org/10.25077/jka.v6i2.710

Setiawan, I., & Ani, L. S. (2017). Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tembuku I Kabupaten Bangli Tahun 2016. E-Jurnal Medika,
6(5), 12-20. Retrieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Susanti, Hariyanto, & Adi. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Hygine
Makanan dengan Kejadian Diare pada Bayi di Wilayah Kerja Posyandu
Melati Kelurahan Tlogomas Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(1), 174-
180. doi:https://doi.org/10.33366/nn.v2i1.156

Susilowati, L., & Hutasoit, M. (2019, Mei). Hubungan Status Imunisasi Campak
Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-59 Bulan. Indonesian Journal
of Nursing Research, 2(1), 20-26. Retrieved from
http://jurnal.unw.ac.id/ijnr
Utami. (2016). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Anak.
Jurnal Majority, 5(4). Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/893

WHO. (2017, Mei 2). Diarrhoeal Disease. Retrieved from https://www.int/news-


room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease

Zubaidah, Maria, & Insana. (2020). Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan


di Rumah Dengan Tingkat Dehidrasi Pada Balita Yang Mengalami Diare.
Jurnal Keperawatan Suaka Insan, 5(1), 121-126.
doi:https://doi.org/10.51143/jksi.v5i1.228

Zuhrah, Agusdin, & Mariamu. (2020). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan
Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Birem Bayeun Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2018. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 6(2),
1167-1176. doi:https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i2.1163

Lampiran
Materi penyuluhan
1. Pengertian diare
Diare berasal dari bahasa kedokteran yaitu diarrhea yaitu buang air
besar encer atau cair lebih dari empat kali sehari, disertai lendir dan darah
maupun tidak. Diare merupakan kehilangan cairan secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi 3 kali atau lebih buang air besar dengan
konsistensi dan bentuk tinja encer atau cair (Kemenkes RI, 2011). Diare
adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja, bertambahnya frekuensi buang air besar kadang disertai muntah atau
tinja berdarah (Arindari & Yulianto, 2018).
2. Penyebab
Penyebab diare biasanya disebabkan oleh organisme seperti
bakteri, virus, dan parasite. Organisme ini biasanya menginfeksi saluran
pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar
oleh organisme tersebut (Kemenkes RI, 2011). Diare disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus dan parasite), malabsorbsi (kegagalan dalam
menyerap makanan dan minuman), alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab lain [CITATION Ind20 \l 1033 ].
a) Faktor infeksi
a. Infeksi enternal : infeksi saluran pencernaan meliputi:
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Yersinia, shigella Camylobacter,
Salmonella, Shigella dan Aeromonas
(2) Infeksi virus : enterovirus Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomeyilitis, Adeno virus, Rotavirus, dan Astrovirus.
(3) Infeksi parasite : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris
Strongyluides), Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia
Clamblia, Trichomonas Hominis), Jamur (Candida Albicans).
b. Infeksi Parenteral : infeksi di luar alat pencernaan seperti Otitis
Media Acut, Tonsilitis, Bronco pneumonia, dan Enchefalithis.

2) Faktor malabsorpsi
a) Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula.
b) Malabsorpsi lemak, dalam makanan terdapat lemak yaitu
triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak
menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase
dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena
lemak tidak terserap dengan baik.
c) Malabsorpsi protein.
3) Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare yaitu makanan yang
terkontaminasi, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran)
dan kurang matang [CITATION Zuh20 \l 1033 ].
4) Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika pada anak dapat
menyebabkan diare kronis.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diare Pada Balita
Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain
pengetahuan orang tua, kurangnya personal hygine, lingkungan yang
tidak bersih, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat [CITATION
Ran171 \l 1033 ].
Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada balita yaitu:
1) Jamban keluarga
Jamban adalah faktor penting terhadap kejadian diare pada
balita karena dengan adanya jamban yang sesuai dengan standar
kesehatan pemerintah akan memutus mata rantai penularan diare
[CITATION Han15 \l 1033 ].
2) Pengolahan sampah
Pengolahan sampah dilakukan dengan cara pembakaran,
penimbunan, dan pengangkutan sampah oleh petugas. Pengolahan
sampah yang kurang baik dapat berpengaruh negatif kepada
masyarakat dan lingkungan. Pengolahan sampah yang kurang baik
akan berpengaruh pada bidang kesehatan yaitu dapat menyediakan
tempat berkembang biak penyakit. [CITATION Han15 \l 1033 ].
3) Perilaku ibu
Cuci tangan dibagi menjadi dua yaitu cuci tangan benar dan
tidak benar. Cuci tangan benar yaitu dengan sabun dan air
mengalir, sedangkan tidak baik yaitu tidak menggunakan sabun
dan hanya menggunakan air mengalir. Tidak mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan atau minuman pada anak dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare [CITATION Han15 \l
1033 ].
4) Riwayat ASI ekslusif
ASI mengandung zat kekebalan (Lactobasilus, bifidus,
Lactoferin, Lisozim/Muramidase), dan beberapa sistem kekebalan
lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri
pathogen seperti E.Coli, jamur, bakteri, dari penyakit diare
[CITATION Han15 \l 1033 ].
5) Pengetahuan ibu
Karena masih banyak ibu yang menganggap diare tidak
dapat ditularkan melalui kotoran (BAB), tidak dapat ditularkan
melalui air minum yang dikonsumsi sehari-hari, serta masih
banyak ibu yang beranggapan bahwa apabila anak buang air besar
3x sehari menandakan anak akan tumbuh besar (Kemenkes RI,
2018).
Faktor yang mempengaruhi diare disebabkan antara lain faktor
lingkungan, tingkat pengetahuan ibu, social ekonomi masyarakat, dan
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Faktor lingkungan yang dapat
meningkatkan risiko diare seperi pengolahan sampah, saluran limbah,
sumber air maupun kebiasaan mencuci tangan [CITATION Har18 \l 1033 ].
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari diare adalah sebagai berikut:
1) Nafsu makan menurun
2) Suhu tubuh meningkat
3) Buang air besar tidak teratur
4) Lesu
5) Lemas
6) Tinja menjadi cair dan dapat disertai lendir ataupun darah [CITATION
Uta161 \l 1033 ].
5. Akibat atau dampak
Dampak dari diare adalah sebagai berikut:
1) Dehidrasi
Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme
tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Hal ini
karena kekurangan/kehabisan cairan tubuh [CITATION Zub20 \l 1033 ].
2) Gangguan pertumbuhan
Terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluaran zat
gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar akan menjadi
diare kronis [CITATION Wid \l 1033 ].
6. Penatalaksanaan
Penangan diare yaitu dengan Lima Langkah Tuntaskan Diare yaitu:
1) pemberian oralit formula baru, hal ini untuk mencegah terjaidnya
dehidrasi.
2) pemberian zink selama 10 hari, dimana zink mampu mengurangi
lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air
besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
3) memberikan ASI dan makanan bertujuan untuk memberikan gizi
agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan.
4) pemberian antibiotic selektif sesuai indikasi bermanfaat pada
penderita diare dengan darah dan suspek kolera.
5) konseling ibu dengan memberikan nasehat jika anak mengalami
gejala diare segera bawa ke fasilitas kesehatan (Kemenkes RI,2011).
7. Pencegahan
Menurut [ CITATION WHO17 \l 1033 ] langkah-langkah utama dalam
mencegah diare yaitu:
1) sumber air minum yang bersih dan aman
Air minum harus terjamin kebersihannya. Kebersihan air
ditentukan tidak hanya pengolahannya tetapi juga penyimpanannya
sehingga dapat mencegah air dari kontaminasi bakteri. Bakteri
dalam air dapat berpengaruh pada masalah pencernaan anak.
Penyimpanan air minum yang baik adalah disimpan pada tempat
yang bersih dan tertutup tujuannya untuk menghindari serangga
dan debu yang akan mencemari air [ CITATION Hen19 \l 1033 ].
2) penggunaan sanitasi yang baik
Penggunaan sanitasi yaitu seperti sumber air, jenis jamban,
kebersihan jamban, pengolahan air limbah dan pembuangan
sampah.
3) mencuci tangan dengan sabun
Cuci tangan yang baik adalah menggunakan sabun dan air
mengalir, mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan dapat menghilangkan dan mengurangi
mikroorganisme pathogen yang tidak bisa terlihat oleh kasat mata.
Cuci tangan dapat mengurangi kejadian diare pada balita [ CITATION
Hen19 \l 1033 ].
4) pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan
Pemberian ASI ekslusif merupakan pemberian antibody secara
alami sehingga selama masa pemberian ASI ekslusif tidak perlu
diberikan makanan tambahan lain. Pemberian ASI ekslusif dapat
menghindari kontaminasi mikroorganisme penyebab diare,
sedangkan susu formula dalam proses pembuatannya ada potensi
terkontaminasi. ASI mampu menjaga nutrisi bayi, meningkatkan
imunitas tubuh dan kedekatan emosional ibu dan bayi [ CITATION
Hen19 \l 1033 ].
5) kebersihan makanan dan pribadi
6) pendidikan kesehatan tentang bagaimana virus menyebar
7) vaksinasi rotavirus.
Rotavirus adalah salah satu penyebab diare akut berat pada
balita. Tujuan pemberian vaksin rotavirus yaitu untuk mengontrol
infeksi rotavirus serta mencegah keparahan diare terutama yang
disebabkan oleh rotavirus. Vaksin ini terdiri dari 2 jenis yaitu
vaksin monovalent dan pentavalent.
a) Vaksin monovalent adalah vaksin hidup yang mengandung 1
jenis rotavirus dengan tipe G1P, diberikan secara oral 2 kali
(106 CFU/mL/dosis). Dosis pertama diberikan saat usia 10
minggu dan dosis kedua saat usia 14 minggu.
b) Vaksin pentavalent adalah vaksin yang mengandung 5 galur
rotavirus, vaksin ini memiliki keefektifitasan yang tinggi
dalam mencegah keparahan akibat rotavirus, diberikan
sebanyak 3 kali melalui oral. Pemberian pertama diberikan
saat usia 6-14 minggu, pemberian kedua setelah 4-8 minggu
dan dosis ketiga maksimal pada usia 8 bulan [CITATION Rac19 \l
1033 ].
Vaksin rotavirus diberikan saat anak usia 6 bulan melalui
oral. Imunisasi ini dapat mencegah diare parah dan muntah. Efek
samping dari imunisasi rotavirus yaitu diare ringan, muntah dan
mudah emosi [CITATION Irm15 \l 1033 ].
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah penurunan diare
yaitu sebagai berikut:
1) Perbaikan akses air bersih
2) Promosi sanitasi
3) Imunisasi campak dan rotavirus
Pemerintah mewajibkan pemberian imunisasi campak.
Rekomendasi pemberian imunisasi campak oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) adalah saat usia 9 bulan imunisasi
pertama, kedua saat usia 18 bulan sebagai booster dan ketiga saat
usia 6 tahun. Penyebab campak merupakan virus campak yang
disebarkan melalui droplet dan dapat menyebabkan komplikasi
berbahaya. Salah satunya pada saluran pencernaan yang
menyebabkan diare dan disertai dengan dehidrasi [ CITATION Sus19
\l 1033 ].
Imunisasi khusus permasalahan diare tidak ada, tetapi
pemberian imunisai campak dapat mencegah diare. Imunisasi
campak diberikan saat anak berusia 9 bulan [ CITATION Hen19 \l
1033 ]. Imunisasi campak dapat menurunkan angka kejadian diare
dan mencegah terjadinya keparahan diare yang lebih berat.
Tujuan pemberian imunisasi yaitu untuk membentuk sistem
kekebalan tubuh agar mampu melawan berbagai bakteri dan virus
yang ada di sekelilingnya[ CITATION Kur16 \l 1033 ] .
4) Suplementasi vitamin A
5) Promosi ASI ekslusif

Leaflet
https://www.canva.com/design/DAEuRLMaILU/nuCj9s43dogotijcgDZWqQ/vie
w?
utm_content=DAEuRLMaILU&utm_campaign=designshare&utm_medium=link
&utm_source=publishsharelink
Universitas Jenderal Achmad Yani

Apa itu ASI Ekslusif?


1
Laktosa
2 Zat Pelindung (Antibodi)
ASI merupakan makanan pertama, utama
dan terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI
Cara Menyendawakan Bayi
ah terserang penyakit dan membantu perkembangan otak dan fisik bayi
Cara Menyusui Yang Benar
ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI
selama 6 bulan tanpa tambahan makanan ataupun
cairan lain

Manfaat bagi Ibu


mengatasi rasa trauma, mencegah kanker payudara,
sebagai metode KB sementara
3. Mengambil ASI sesuai
kebutuhan
4. ASI perah dihangatkan
dengan cara merendam
botol berisi ASI perah dalam wadah dengan air hangat
5. ASI perah tidak
dihangatkan dengan air
mendidih atau direbus
6. Menyiapkan cangkir dan
sendok untuk meminumkan ASI perah kepada bayi
7. Jika ASI perah sudah
1.
mencair, ASI mesti dikocok
perlahan (memutar searah
jarum jam)
Cara Menyimpan ASI
TEMPAT KETAHANAN
SUHU RUANG 4JAM-6 JA M COLLER BAG 24
JAM
KULKAS 3-8 HAR I
FREEZER 2 MINGG U
FREEZER TERP IS AH 3- 6 BULA N
DEN GAN KULKA S
DEEP F REEZER 6-12 BULA N
Langkah-Langkah
Penyajian ASI
perah
Sehari sebelumnya ASI
perah beku yang
tersimpan di freezer
diturunkan ke lemari
pendingin
2. ASI perah dikeluarkan dari lemari es secara
berurutan dari jam perah paling awal
CA RA M EM ERA H
AS I
ASI DIPERAH SETIAP 2-3 JAM SEKALI

LANGKAH-LANGAKAH
MEMERAH ASI

1. Menyiapkan peralatan
Gelas/cangkir untuk menampung ASI perah
Botol untuk menyimpan ASI yang sudah diperah Label dan spidol
Cooler box/termos dan blue ice
Jika diperlukan memerah dapat menggunakan pompa ASI

2. persiapan sebelum memerah ASI


Sterilisasi wadah ASI
Menyediakan Lap atau Tisu bersih
Mencuci tangan
Kondisi ibu harus tenang dan santai
Bila memungkinkan payudara dikompres
Melakukan Pemijatan Ringan

Anda mungkin juga menyukai