Anda di halaman 1dari 29

DESAIN DAN KONTRUKSI JARING INSANG DASAR

( BOTTOM GILLNET )

PAPER II

OLEH
SUTARJO
NRP. 54181112492

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


JAKARTA
2021
DESAIN DAN KONTRUKSI JARING INSANG DASAR
( BOTTOM GILLNET )

OLEH
SUTARJO
NRP. 54181112492

PAPER 2
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester V
Pada Politeknik Ahli Usaha Perikanan

DIPLOMA IV
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2021
PAPER 2

Judul : Desain Dan Konstruksi Jaring Insang Dasar


(Bottom gillnet)
Nama : Sutarjo
NRP : 54181112492
Program Studi : Teknologi Penangkapan Ikan

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing,

( Rahmat Mualim,S.ST.Pi., M.Si.) (Suharto,S.Pi., M.Si.)

Diserahkan Tanggal :

i
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Sutarjo

Nrp : 54181112492

Program Studi : Teknologi Penangkapan Ikan

Judul : Desain Dan Konstruksi Jaring Insang Dasar

(Bottom gill net)

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

( Suharto,S.P.i.,M.Si. )

Tanggal Pengesahan :

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Paper II ini. Judul
yang dipilih pada penulisan Paper II ini adalah Desain dan Konstruksi Jaring
Insang Dasar (Bottom gill net).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Abdul Basith, A.Pi., M.St.Pi.
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan saran.
Penghargaan penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D. selaku Plt. Direktur Politeknik AUP
Jakarta.
2. Bapak Rahmat Mualim, S.ST.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Teknologi
Penangkapan Ikan.
3. Ibu Dra.Nunung Sabariyah, M.Pd, selaku Kepala Unit Perpustakaan.
4. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan Paper
Assigment II semoga ini bermanfaat.

Brebes, 15 Desember 2020

Sutarjo

DAFTAR ISI

iii
Halaman
RINGKASAN
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2

2 PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Kapal Jaring Insang Dasar ........................................................ 3
2.2 Desain dan Kontruksi Kapal Jaring Insang ............................... 3
2.3 Jaring Insang Dasar (Bottom gillnet) ......................................... 8
2.4 Daerah Penangkapan dan Ikan Hasil Tangkapan .................... 20
2.5 Pengoperasian Jaring Insang Dasar ......................................... 20

3. KESIMPULAN ................................................................................. 28
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Konstruksi kapal jaring insang dasar ......................................... 4
2. Fish finder ..................................................................................... 5
3. Kompas Magnet .......................................................................... 6
4. Global Position System ................................................................ 8
5. Jaring Insang dasar ( Bottom gill net ) ......................................... 9
6. Desain Jaring Insang Dasar (Battom gill net ) .............................. 11
7. Kontruksi jaring insang dasar ...................................................... 12
8. Bagian – bagian Jaring insang ................................................... 12
9. Mengukur / Menghitung jumlah mata jarring ................................ 13
10. Tali ris atas .................................................................................. 13
11. Tali ris bawah dan pemberat ....................................................... 14
12. Tali pelampung dan jangkar ........................................................ 15
13. Bentuk-bentuk Pelampung Buatan Pabrik ................................... 15
14. Pelampung utama ....................................................................... 16
15. Tali selambar ............................................................................... 17
16. Net Hauller .................................................................................. 18
17. Winch Gill net .............................................................................. 19
18. Hasil tangkapan jaring insang dasar ............................................ 20

v
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama
dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu
manusia Neanderthal (Neanderthal man) telah melakukan kegiatan
penangkapan (Sahrhange andlundbeck,1991), dengan menggunakan
tangan kemudian profesi ini berkembang secara perlahan dengan
menggunakan alat yang sederhana dan mulai membuat perahu yang
sederhana.
Pemahaman mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan
ilmu yang dapat menyokong pengetahuan teknik penggunaan alat
tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjan
keberlangsungan penangkapan,yang disebut dengan manajemen operasi
penangkapan ikan.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan
nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut
Ayodhia (1981) pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika ditinjau
dari prinsip teknik penangkapan ikan di Indonesia terlihat telah banyak
memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan
ikan. Selain itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang
berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil
ditempat penangkapan maka ikan-ikan besarpun akan mendatangi ke
tempat tersebut. Hal tersebut membuktikan perkembangan peradaban
manusia dapat mendorong manusia untuk semakin kreatif dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jaring isang sering diterjemahkan sebagai jaring insang, jaring
rahang, dan lain sebagainya. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat
persegi panjang, memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh
jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya. Istilah
gill net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan tertangkap gill net
terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring. Jenis ikan yang
umumnya tertangkap dengan gill net ialah jenis ikan yang berenang pada
permukaan laut (cakalang, tuna, saury, fying fish, dan lain-lain), jenis ikan
2

demersal ( flat fish,katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis udang,
lobster, kepiting dan lain-lain.

1.2 Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetaui secara spesifik tentang
desain dan kontruksi alat tangkap jaring insang dasar ( Bottom gill net) di
gunakan oleh nelayan-nelayan di indonesia serta sebagai persyaratan untuk
mengikuti ujian semester V.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan Paper ini adalah untuk menambah wawasan
tentang perikanan tangkap yang ada di indonesia serta dapat menjadi referensi
pembelajaran tentang alat penangkapan ikan dan desain dan kontruksi jaring
insang dasar.
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Jaring Insang Dasar


Pada umumnya kapal yang digunakan pada jaring insang dasar
berbahan dasar kayu. Kapal ikan adalah perahu yang dibangun untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan
ukuran, rancangan, bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi mesin serta
berbagai perlengkapan secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi
rencana operasi[ CITATION Fys85 \l 14345 ] . Kapal ini menggunakan
dua buah mesin yaitu mesin pembantu dan mesin utama bermerek
Calling, Campa dan Candong dengan kekuatan mesin 24 PK.

2.2 Desain dan Kontruksi Kapal Jaring Insang


Gambar rancangan umum kapal bottom gill net yang diteliti dibuat untuk
memperlihatkan bagian atau tata ruang kapal secara umum. Gambar ini terdiri
dari dua bagian yaitu gambar tampak samping dan gambar tampak atas. Kedua
gambar ini sangat berpengaruh penting dalam penentuan bagian-bagian kapal.
Gambar tampak samping menunjukkan bagian kapal dibawah dek dari
buritan hingga haluan yang terdiri dari tempat bahan bakar dan air tawar,
tempat peralatan, ruang kemudi, ruang mesin, palka ikan dan ruang jangkar.
Gambar tampak atas menunjukkan bagian di atas dek. Ruang yang ada di
bagian atas dek hanya satu buah dan terletak di bagian buritan yaitu ruang
kemudi dan digunakan juga sebagai ruang kontrol untuk ruang mesin.
Letak tata ruang kapal bottom gill net ini diatur sedemikian
rupa agar dapat beroperasi dengan maksimal selama melakukan
penangkapan. Ruang jangkar berada di belakang net hauller dan di
depan palka ikan hal ini dikarenakan pada saat penarikan jaring alat
tangkap bottom gill net dibantu dengan net hauller. Kemudian ikan yang
terjerat dilepas dan langsung dimasukkan ke dalam palka ikan yang
berada di belakang ruang jangkar.
4

Gambar 1. Konstruksi kapal jaring insang dasar (Novita et al, 2016)

Secara umum gambar rancangan kapal ini adalah sama untuk semua
jenis kapal bottom gill net di Perairan Selat Bangka, hal ini dapat dilihat dari
daerah penangkapan (fishing ground), dan topografi perairan yang sama. Selain
itu, cara pembangunan kapal ini yang seolah-olah sudah menjadi tradisi atau
kebiasaan turun-temurun. Pembangunan kapal ini dilakukan di tempat yang
sama yaitu di Bangka dan tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang
membuat adalah orang yang sama sehingga bentuk kapal bottom gill net ini
dibuat sama antara satu dengan yang lain.

2.2.1 Motor Penggerak Utama


Mesin Pengerak (Main Engine) Keberadaan mesin penggerak utama
kapal diperlukan untuk menggerakkan kapal menuju fishing ground. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh spesifikasi mesin penggerak utama yakni
menggunakan mesin penggerak utama berkekuatan 22 - 24 PK sebanyak 1 unit.
5

2.2.1.1 Peralatan Navigasi

2.2.2.3 Fish Finder


Fish finder merupakan alat untuk melacak keberadaan ikan di laut, danau
dan sungai. Prinsip kerja fish finder yaitu dengan gelombang suara berfrekuensi
antara 15 kHz sampai 455 kHz dipancarkan transduser dipantulkan oleh dasar
perairan kemudian ditangkap kembali oleh transduser.
Fish finder memiliki beberapa komponen dengan fungsi yang
berbeda, berikut penjelasannya:
1. Transmitter : Bagian yang memproduksi pulsa listrik untuk dikirimkan ke
transducer dan diperkuat terlebih dahu dalam power amplifier sebelum
disalurkan transducer.
2. Transducer : Berfungsi untuk merubah pulsa listrik menjadi gelombang
suara. Lalu dipancarkan ke dalam laut dan mengubah energi suara menjadi
energi listrik pada saat pantulan berupa gema diterima. Lalu akan
dipantulkan dan diterima oleh transducer receiver.
3. Receiver : Memiliki fungsi sebagai penerima atau penangkap signal
gelombang suara pantul dari objek.
4. Recorder : Berfungsi sebagai alar pencatatat yang ditulis kedalam kertas
serta menampilkannya pada layar display.

Gambar.2. Fish finder.

Berikut manfaat fish finder bagi para nelayan tangkap:


1. Fish finder yang dilengkapi GPS (Global Positioning System) dapat
memudahkan nelayan untuk mengetahui posisi ikan.
2. Fish finder juga dapat mengurangi beban nelayan akibat kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM). Karena nelayan dapat pergi ke daerah yang banyak
ikannya.
6

3. Dapat mengukur dan menganalisa hampir semua yang ada di dasar laut,
seperti mendeteksi lokasi bangkai kapal, mengestimasi biota laut, mengukur
kecepatan arus dan masih banyak lagi yang lainnya.

Saat ini fish finder memiliki peranan besar dalam sektor perikanan dan
kelautan, saah satunya adalah dalam pendugaan sumber daya ikan. Mulai dari
kelimpahan ikan, kepadatan sebaran ikan, ukuran dan panjang ikan.

2.2.2.2 Kompas Magnet


Salah satu alat navigasi yang berfungsi untuk menetapkan arah haluan
kapal dan juga untuk menentukan arah baringan suatu target sasaran.

Gambar 3. Kompas Magnet (Nonorukmono,Blogger)

2.2.2.2.1 Prinsip Kerja Kompas


Prinsip kerja kompas magnit identik dengan prinsip kerja dengan sebuah
magnet batang, yaitu : Apabila batangan magnit berdiri bebas maka batangan
magnit tersebut akan mengarah ke arah kutub-kutubnya. Contohnya bila sebuah
batang magnit diikat benang di bagian tengah sehingga seimbang, kemudian
benang tersebut diangkat sehingga batang magnit akan tergantung (berdiri
bebas), maka batangan magnit tersebut akan menunjuk ke arah kutub-kutubnya.
7

Adapun cara pengoperasian kompas untuk menentukan arah


haluan kapal sebagai berikut :
1. Letakkan kompas tepat ditengah-tengah kapal sejajar dengan garis lunas
kapal, dekat dengan kemudi kapal.
2. Kemudian tentukan arah haluan kapal yang akan dituju.
3. Putar kemudi kapal kekiri atau kekanan seiring dengan pergerakan arah
haluan kapal yang dituju.
4. Baca arah haluan kapal dengan cara melihat derajat pada mawar pedoman
kompas yang berimpit dengan garis layar.

2.2.2.3 Global Positioning System (GPS)


GPS adalah suatu alat penerima signal dari satelit untuk menentukan
posisi sesuai dengan posisi kapal itu berada. Berikut adalah kegunaan GPS
adalah untuk :
1. Menentukan posisi lintang dan bujur kapal.
2. Menentukan kecepatan kapal.
3. Menentukan jarak tempuh kapal.
4. Memperkirakan jarak waktu tiba (ETA) di pelabuhan tujuan.
5. Untuk menentukan sisa waktu tempuh.
6. Untuk menyimpan posisi khusus yang diinginkan.
7. Untuk menentukan jejak pelayaran dalam bentuk peta.
8. Untuk membuat bagan paduan bernavigasi.

Gambar 4. Global Position System (GPS)


8

2.3 Jaring Insang Dasar (Bottom gillnet)


Jaring Insang dasar, yaitu alat tangkap ikan yang terbuat dari bahan
jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama,
dioperasikan pada bagian dasar perairan dengan sasaran tangkap adalah ikan
demersal. Jaring insang dasar diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring insang
(Rustandar, 2005).
Menurut Ayodhyoa (1981), gill net adalah jaring dengan bentuk
empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya
pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan
panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth lebih sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjangnya.
Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989), gill net yaitu alat tangkap
berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,
pemberat, tali ris atas, tali ris bawah (kadang tanpa tali ris bawah : seperti
jaring udang barong). Menurut King (1995) dalam Walus (2001), gill net
biasanya dibuat dari bahan nilon monofilament atau nilon multifilmen. Ikan
tertangkap secara terjerat tepat dibelakang mata ( snagged ) terjerat di
belakang tutup insang ( Gilled) dan terjerat di depan sirip punggung(
wedged) (Nedelec, 1990).

2.3.1 Desain dan Kontruksi Jaring Insang Dasar

Gambar 5. Jaring Insang dasar (Bottom gill net)

Jaring insang dasar yang diamati secara umum terdiri dari


beberapa bagian yaitu : jaring, tali-temali, pelampung dan pemberat yang
kesemuanya memiliki fungsi dan peran masing-masing. Alat tangkap ini di
operasikan di Desa Sanjai, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai.
Setiap satu unit alat tangkap terdiri dari beberapa piece jaring yang di
9

sambung satu sama lain. Satu unit alat tangkap jaring insang dasar yang
digunakan para nelayan terdiri dari 15 – 60 lembar jaring. Tiap lembar
jaring mempunyai bentuk dan ukuran yang sama yaitu terdiri dari badan
jaring (webbing), tali-temali dan tali pemberat.
Badan jaring terbuat dari bahan nilon (monofilament) nomor 40
berwarna bening. Ukuran mata jaring (mesh size) yaitu 4 inci, panjang
tiap 1 lembar jaring yaitu 61,16 - 70,10 m dengan jumlah mata jaring
vertikal yaitu 26 - 30 mata. Jaring yang sudah ada kemudian dirangkaikan
menjadi satu unit alat tangkap dengan masing-masing komponen yang
sudah ada. Nelayan membuat jaring insang dasar dengan cara
menggunakan tali pelampung dari bahan polyethylene bernomor 4 dan
menyisipkan pada mata jaring tanpa diikat, tali ris atas digunakan sebagai
tempat untuk mengikat pelampung. Begitupula pada bagian bawah yang
juga menyisipkan tali pada mata jaring tanpa diikat. Tali pemberat terbuat
dari bahan polyethylene bernomor 3, yang digunakan sebagai tempat
untuk mengikat pemberat.

2.3.1.1 Desain Jaring Insang dasar


Hasil pengukuran dimensi jaring insang dasar di Desa Sanjai
Kecamatan Sinjai timur.

Tabel 1. Hasil pengukuran jaring insang di desa Sanjai, Kecamatan Sinjai


Timur.
Alat Mesh Panjang Jaring (m) Tinggi jaring
Tangkap size (m)
(cm)
1 10,16 62, 2,
48 84
2 10,16 62, 2,
48 74
3 10,16 61, 3,
16 05
4 10,16 67, 2,
36 64
5 10,16 68, 2,
28 74
6 10,16 66, 2,
85 74
7 10,16 66, 2,
85 84
8 10,16 69, 2,
90 84
9 10,16 68, 2,
28 74
10

1 10,16 66, 2,
0 65 84
1 10,16 66, 2,
1 85 74
1 10,16 70, 2,
2 10 84
1 10,16 65, 2,
3 43 84
1 10,16 65, 2,
4 43 84
1 10,16 62, 2,
5 59 84
Rata-rata 66, 2,
05 81

Dari Tabel 1 bahwa panjang jaring sebelum dibuat alat tangkap


berkisar antara 61,16 - 70,10 m dan kedalaman jaring berkisar antara
2,64 - 3,05 m. Panjang jaring setelah dibuat alat tangkap dipengaruhi
oleh pengerutan atau shortenig, begitupula dengan tinggi jaring. Semakin
besar shortening maka panjang jaring akan semakin bertambah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sadhori (1984) bahwa ada 2 akibat yang
ditimbulkan oleh adanya hanging atau shortening yaitu panjang jaring
akan semakin memendek dan kedalaman jaring akan semakin
bertambah.
Adapun deskripsi dari jaring insang dasar yang menjadi objek
penelitian dapat dapat dilihat pada Gambar .

2.3.2 Selvedge
Selvedge berfungsi untuk melindungi bagian tepi/pinggir jaring utama
yang diikatkan pada tali ris agar bagian tepi jaring utama tidak cepat rusak atau
robek. Bahan selvedge biasnya lebih kaku dari jaring utama seperti polyethylene.

2.3.3 Tali Ris


Ada enam macam tali ris yang termasuk dalam kelompok tali ris, yaitu :tali
ris atas, tali pemberat,tali pelampung,tali penguat ris atas,tali ris bawah,tali
11

penguat ris bawah. Biasanya menggunakan bahan kuralon (PVA) kadan-kadang


juga menggunakan polyethylene, dengan ukuran diameter ( ǿ ) = 8 –10 mm.

2.3.4 Tali Kerut


Untuk mengumpulkan ring atau jaring bagian bawah pada waktu operasi
maka digunakan tali kerut yang ditarik setelah jaring selesai dilingkarkan. Karena
dengan terkumpulnya ring maka jaring bagian bawah akan terkumpul menjadi
satu. Bahan yang digunakan : polyethylene.

2.3.5 Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan seluruh alat tangkap keatas
permukaan air. Bahan yang digunakan adalah bahan yang berat jenisnya lebih
kecil dari berat jenis air laut. Pada Purse seine umumnya digunakan bahan
sintetik berupa busa pelastik yang keras.

2.3.6 Pemberat
Agar jaring lebih cepat tenggelam sewaktu dioperasikan maka tali ris
bawah perlu di beri pemberat. Bahan yang digunakan timah atau tambul.

2.3.7 Cincin
Fungsi cincin sebagai tempat lewatnya tali kerut sewaktu ditarik agar
bagian bawah jaring dapat terkumpul. Bahan yang digunakan terbuat dari
kuningan atau tembaga, kadang-kadang digunakan bahan besi dilapisi baja
3 PEMBAHASAN

3.1 Kapal Purse seine


Kapal pukat cincin ( puse seine ) adalah kapal yang paling penting dan
efektif untuk menangkap sekumpulan (Schooling) ikan yang berada di dekat
permukaan.Sebagai sarana pengamatan ikan dibangun tempat panjarwala
(crows nest) di tiang utama, pada kapal pukat cincin berukuran besar (tuna
Purse seine) dibangun bangunan khusus pengamatan dan helipad.
Kapal pukat cincin penangkap ikan tuna (Tuna purser) umumnya
berbentuk ramping dengan geladak kerja di bagian buritan, ruang kemudi dan
akomodasi dibagian haluan, bangunan slipway di buritan sebagai tempat
menyimpan peluncuran skiff boat. Kapal-kapal ini merupakan kelompok terbesar
yang berukuran kecil hingga kapal yang berlayar ke samudra (Open ocean going
vessels)
Jenis kapal yang digunakan untuk operasi pure seine dan lampara dasar
sebaiknya dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan beberapa aspek
sebagai berikut :
1) Keleluasaan dalam olah gerak pada saat penebaran dan penarikan
jaring, serta untuk menempatkan jaring di atas kapal, hal ini
membutuhkan lebar yang cukup.
2) Stabilitas yang mantap dengan mengurangi frekuensi goncangan dan
ayunan, akan memberikan kenyamanan bagi nelayan dalam
melakukan operasi penangkapan. Hal ini dapat diperoleh dengan
menambah nilai dan centreof gravitynya.

Gambar 1. Kapal Purse seine yang digunakan nelayan di Kec Bonto Bahari Kab
Bulukumba (Mirnawati,dkk 2019).
13

3.2 Bentuk dan Kontruksi Purse seine


Menurut (Sadhori,1984) mengemukakan bahwa alat tangkap
Purse seine memiliki 3 bentuk dasar yaitu :

1. Bentuk segi empat ( empat persegi panjang )


2. Bentuk trapezium ( potongan )
3. Bentuk lekuk

Gambar 2. Kontruksi Purse seine bentuk segi empat (empat persegi panjang) di
perairan Barru, Sulawesi Selatan

Gambar 3. Kontruksi Purse seine bentuk trapesium /potongan (Adhiria, 2020)


14

Gambar 4. Kontruksi Purse seine bentuk lekuk (Heru santoso,dkk 2014)

3.3 Daerah dan Musim Penangkapan

3.3.1 Daerah Penangkapan (Fishing ground)


Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu
daerah yang perairannya terdapat populasi ikan atau udang dan alat
tangkap dapat dioperasikan secara terus-menerus, usaha penangkapan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta secara ekonomis
menguntungkan.
Tanda-tanda daerah penangkapan ikan pelagis bagi kapal Purse
seine di suatu permukaan laut tampak sebagai berikut :

1) Banyaknya burung-burung yang terbang rendah dan menukik-nukik diatas


permukaan laut.
2) Terdapat ikan pelagis yang bergerombol.
3) Terlihat adanya perubahan pada warna air laut yang cenderung menjadi
agak gelap yang menandakan adanya schoal ikan.
4) Banyaknya ikan-ikan yang melompat-lompat dipermukaan air laut pada
suatu daerah tertentu.
5) Bukan daerah berkaran
15

Perairannya relative lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya


jaring sehingga jaring tidak tersangkut pada benda atau tumbuhan yang
terdapat di dasar perairan.

3.3.2 Musim Penangkapan


Target Penangkapan ikan di kapal Purse seine yaitu lebih
dominan ikan layang. Puncak produksi ikan layang di Laut Jawa terjadi
dua kali dalam setahun masing-masing jatuh pada bulan Januari – Maret
(akhir musim barat) dan pada bulan Juli – September (musim Timur) .
Puncak-puncak musim ini dapat maju atau mundur waktunya sesuai
dengan perubahan musim. Diluar waktu itu ikan layang tidak tertangkap
( Widodo,1988).
Musim penangkapan ikan,terutama ikan-ikan pelagis kecil dapat
ditelusuri dari berlangsungnya musim ikan yaitu berdasarkan produksi
ikan yang didaratkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan
melimpah antara bulan Juli sampai Desember dengan puncaknya sekitar
bulan Nopember , karena bulan-bulan tersebut terjadi kenaikan produksi
bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. (Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pekalongan,2005).

3.4 Teknik Pengoperasian Purse seine

3.4.1 Persiapan
Operasi penangkapan ikan dilakukan setelah segala sesuatu peralatan
dan perlengkapan operasional dipersiapkan secara teliti, seperti penyusunan alat
ditempatnya agar mudah diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk,
winch), pembersihan palka, perbekalan es (Bila dikapal tidak ada mesin
pendingin) dan sebagainya.

3.4.1.1 Persiapan di Darat


Segala perbekalan yang akan dibawa selama operasi harus sudah
dinaikan ke atas kapal, adapun perbekalan tersebut meliputi : bahan bakar,
minyak pelumas, bahan makanan, air tawar, cadangan alat tangkap dan bahan
untuk memperbaikinya. Selain itu harus dipersiapkan pula : alat-alat navigasi,
suku cadang mesin, bahan untuk merawat kapal.
Sebelum meninggalkan fishing base menuju fishing ground maka perlu
melakukan persiapan pembekalan dan peralatan yang akan digunakan pada
16

saat operasi penangkapan yang harus dipersiapkan secara matang, sehingga


pada saat operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar. Adapun persipan
yang dilakukan didarat meliputi : penyediaan es, persiapan BBM ( solar, minyak
tanah, dan oli ), persiapan air tawar, persiapan makanan, persiapan alat tangkap,
perawatan harian kapal, pemeriksaan harian mesin, pemeriksan dan perawatan
lampu petromaks, dan perawatan sekoci.

3.4.1.2 Persiapan di Laut


Penyusunan alat tangkap harus sudah dipersiapkan saat kapal berangkat
menuju fishing ground. Penataan jaring diatas dek kapal biasanya antara
pelampung badan jaring dan pemberat ( termasuk cincin ) dipisahkan. Bagian
atas jaring yang berpelampung dipersiapan diturunkan paling awal kemudian
diikuti dengan badan jaring dan selanjutnya pemberat beserta cincin – cincinnya.
Cincin disusun secara berurutan sehingga jaring tidak kusut pada saat
diturunkan.

Gambar 5. Penataan alat tangkap sebelum dioperasikan

3.4.2 Penurunan Jaring (setting)


Setelah gerombolan ikan ditemukan, perlu diketahui pula swimming
direction, swimming speed dan density ikan, demikian juga kecepatan dan
kekuatan arus serta angin yang perlu diperhitungkan, sehingga operasi
17

penangkapan dapat segera dilakukan setelah melakukan berbagai perhitungan


yang cermat.

Penurunan alat dapat dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :


1) Mula-mula ujung tali kerut yang diberi pelampung tanda dan disatukan
dengan ujung-ujung tali ris atas dan tali ris bawah dilemparkan ke posisi
yang telah ditentukan.
2) Selanjutnya kapal penangkap segera melingkari gerombolan ikan sambil
menurunkan jaring dan peralatannya (jaring, pelampung, pemberat, ring)
menuju ke ujung tali kerut yang telah dilemparkan pada waktu permulaan
operasi.

Gambar 6. Kedudukan kapal pada saat setting (a. Kedudukan kapal terhadap
angin, b. Kedudukan kapal terhadap arus, Kedudukan kapal terhadap
18

kawanan ikan. b. Kedudukan kapal terhadap matahari)

3.4.3 Penarikan Tali Kerut (Pursing)


Penarikan tali kerut yaitu jika kedua ujung jaring yang satu dinaikkan ke
kapal penangkapan dan selanjutnya tali kerut ditarik hingga cincinya terkumpul
demikian juga jaring bagian bawah sudah terkumpulmenjadi satu di atas dek.
Dengan demikian ikan-ikan sudah berkumpul dan terkurung di dalam jaring.

3.4.4 Penarikan Jaring ke Atas Kapal (Hauling)


Penarikan badan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan
pada Purse seine yang menggunakan kantong yang di tengah-tengah jaring atau
yang ditarik oleh tenaga manusia. Tetapi pada Purse seine yang ditarik dengan
tenaga hidrolik (Power block), biasanya kantong dibuat pada salah satu ujung
sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung sayap yang tidak berkantong.
Penarikan dilakukan dengan melepas ring dari badan jaring, tetapi pada Purse
seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan.
Setelah tali kerut ditarik maka sedikit demi sedikit badan jaring dinaikkan
ke atas kapal yang dimulai dari bagian sayap ke bagian kantong. Setelah jaring
dinaikkan ke atas kapal kemudian ikan yang berada di dalam jaring dapat diambil
dengan serok atau alat bantu lainnya. Kemudian jaring dapat ditarik ke atas
kapal dan disusun pada tempat yang telah ditentukan seperti saat penurunan
jaring (setting), sehingga memudahkan pada saat setting berikutnya. Ikan juga
dapat lolos melalui sela-sela antara ujung jaring yang biasanya setelah
pelingkaran masih terdapat celah dimana ikan mendapat kesempatan untuk
meloloskan diri dari cakupan jaring.
19

Gambar 7. Kedudukan kapal pada saat hauling terhadap angin dan arus

3.5.4 Hasil Tangkapan Purse seine


Ikan yang menjadi tujuan penangkapan pukat cincin adalah jenis
ikan pelagis yang hidup secara bergerombol (Pelagic shoaling species)
yang berarti ikan-ikan tersebut bergerombol berada dekat dengan
permukaan air (Sea surface) serta memiliki densitas shoal yang tinggi,
maksudnya jarak antara ikan-ikan tersebut haruslah sedekat mungkin.
Ikan-ikan pelagis yang biasa tertangkap dengan pukat cincin antara lain:
layur, selar, kembung, cakalang, tenggiri, tongkol, lemuru.
Terutama untuk daerah jawa dan sekitarnya adalah : layang,
(Decapterus spp), bentong (Selaroidescrumenopthalmus), kembung
(Rastrelliger spp), lemuru (Sardinella spp),dan lain-lain.

Tabel 1. Hasil tangkapan Purse seine


Nama
No Nama Ilmiah Famili
Lokal
Layan
1. Decapterus spp SCOMBRIDAE
g
Bento Selaroidescrumenop
2. CARANGIDAE
ng thalmus
Kemb
3. Rastrelliger spp SCOMBRIDAE
ung
Lemu
4. Sardinella spp CLUPEIDAE
ru
Tong
5. Euthynnus affinis SCOMBRIDAE
kol
Cakal
6. Katsuwonus pelamis SCOMBRIDAE
ang
4 KESIMPULAN
Berdasarkan Alat Tangkap Purse seine dapat disimpulkan sebagai
berikut :

1. Purse seine adalah alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan
pelagis yang bersifat bergerombol dan hidup di dekat perairan. Alat tangkap
ini bersifat aktif karena pengoperasiannya bersifat menghalangi, mengurung
serta mempersempit ruang gerak dari ikan sehingga ikan tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya tertangkap.
2. Daerah penangkapan ikan pelagis bagi kapal Purse seine di suatu
permukaan laut tampak ada banyaknya burung-burung yang terbang rendah
dan menukik-nukik diatas permukaan laut, terdapat ikan pelagis yang
bergerombol, terlihat adanya perubahan pada warna air laut yang cenderung
menjadi agak gelap yang menandakan adanya schoal ikan.
3. Prinsip pengoperasian alat tangkap dengan Purse seine adalah melingkari
gerombolan ikan, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal.
Dengan demikian gerakan ikan ke arah horizontal dapat dihalangi. Setelah
itu bagian bawah jaring dikerucutkan untuk mencegah ikan lari kebawah
jaring.
4. Hasil tangkapan ikan yang di dapat yaitu layang,(Decapterus spp), bentong
(Selaroidescrumenopthalmus), kembung (Rastrelliger spp), lemuru
(Sardinella spp), Tongkol (Euthynnus affinis), dan Cakalang (Katsuwonus
pelamis).
DAFTAR PUSTAKA

Adhiria B.T. 2020. Perbandingan Komposisi Hasil Tangkapan Purse seine


Pada Malam Dan Pagi Hari Di Km Inka Mina-467 Gorontalo Utara.
Politeknik Usaha Perikanan. Jakarta. 61 hal.

Anonim. 2017. Alat Tangkap Nelayan Perikanan. From http://purseine.blogspot.


com/2017/01/alat-tangkap-purse-seine.html . 5 januari 2021

Ardidja, S. 2000 . Metoda Penangkapan Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta.

Chodrijah, U., & Hariati, T. 2017. Musim penangkapan ikan pelagis kecil di Laut
Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 16(3), 217-233.

Keputusan Menteri kelautan dan perikanan. 2010. Alat Penangkapan Ikan Di


Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta

Mirnawati, M., Nelwan, A. F., & Zainuddin, M. 2019 . Studi Tentang Komposisi
Jenis Hasil Tangkapan Purse seine Berdasarkan Lokasi Penangkapan
Di Perairan Tanah Beru Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten
Bulukumba. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
6(11).

P3 Jawa Tengah.1989.Teknik Penangkapan. Tegal

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. 2005. Statistik Pelabuhan


Perikanan Nusantara Pekalongan,2004. Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pekalongan. Pekalongan

Rosyidah, I. N., Farid, A., & Arisandi, A. 2009. Efektivitas Alat Tangkap Mini
Purse seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil
Tangkap Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology, 2(1), 50-56.

Sadhori . 1984 . Teknik Penagkapan Ikan. Angkasa Bandung. Jakarta

Salim, K., Rita, A., & Supratman, O. 2019. Identifikasi Jenis Ikan (Penamaan
Lokal, Nasional Dan Ilmiah) Hasil Tangkapan Utama (Htu) Nelayan
Dan Klasifikasi Alat Penangkap Ikan Di Pulau Bangka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan,
13(1), 42-51.

Santoso H., dan Bawole F. 2014. Teknik Pengoperasian Alat tangkap Purse
seine pada kapal Timur Laut 00. From file:///C:/Users/USER/App
Data/Local/Temp/TEKNIK_PENGOPERASIAN_ALAT_TANGKAP_PU
RSE.pdf . 14 januari 2021
22

Sudirman dan Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta

Widodo,J.1988. Population Dynamics and Management of Ikan Layang , Scad


Mackerel, Decapterus spp (Pisces:Carangidae) in The Java Sea.
Disertasi Ph.D School of Fisheries , University of Washington –
Seattle.

Winugroho, 2006. Purse seine. From http://www.kapal Purse seine.com/.


25 November 2020

Anda mungkin juga menyukai