1. ABDUL AZIZ
2. AHMAD ABDILLAH
3. ADE PRATAMA BERASA
PRODI/SMT ; TPI/5
Surat Persetujuan Berlayar, yang selanjutnya disingkat SPB, adalah dokumen negara yang
dikeluarkan oleh Syahbandar di pelabuhan perikanan kepada setiap kapal perikanan yang akan
berlayar meninggalkan pelabuhan perikanan setelah kapal perikanan memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal, laik tangkap, dan laik simpan.
Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kapal perikanan merupakan bukti otentik bahwa kapal telah
memenuhi persyaratan administratif, teknis, nautis, dan memperoleh Surat Laik Operasional (SLO)
dari Pengawas Perikanan.
Surat Persetujuan Berlayar (SPB) diterbitkan oleh Syahbandar apabila telah menenuhi 3
(tiga) tahapan pemeriksaan, yaitu :
Nakhoda atau pemilik kapal/penanggung jawab perusahaan untuk mendapatkan SPB harus
mengajukan permohonan kepada Syahbandar Di Pelabuhan Perikanan setelah kapal perikanan
siap berlayar, dengan melampirkan persyaratan:
Surat Pernyataan Kesiapan Kapal Perikanan Berangkat dari nakhoda (Master Sailing
Declaration); dan bukti pemenuhan kewajiban kapal perikanan antara lain:
13) surat penugasan pemantau kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan untuk kapal
yang diwajibkan menerima pemantau kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan.
2. Teknis ; berkaitan dengan kelaiklautan kapal (ukuran kapal, mesin, bangunan, konstruksi),
laik tangkap (seperti alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan) dan laik simpan (palka dan
mutu ikan).
1. Surat Persetujuan Berlayar (SPB) atau biasa disebut “Port Clearance” di keluarkan oleh
syahbandar setempat dimana kapal Adapun tata cara untuk memperoleh SPB diatur dengan
Keputusan Meteri Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar. Untuk memperoleh Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance),
pemilik atau operator kapal mengajukan permohonan secara tertulis kepada Syahbandar
dengan menggunakan format Lampiran I sesuai KM Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010,
dengan melampirkan :
Bukti pemenuhan kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada point (1) huruf b, meliputi :
a.
a. bukti pembayaran jasa kepelabuhanan;
b. bukti pembayaran jasa kenavigasian;
c. bukti pembayaran penerimaan uang perkapalan;
d. persetujuan (clearance) Bea dan Cukai;
e. persetujuan (clearance) Imigrasi;
f. persetujuan (clearance) Karantina kesehatan; dan atau
g. persetujuan (clearance) Karantina hewan dan tumbuhan;
2. Berkas permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance), diserahkan kepada
syahbandar setelah semua kegiatan di atas kapal selesai dan kapal siap untuk berlayar yang
dinyatakan dalam surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari nakhoda (Master Sailing
Declaration)
penyerahan surat permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance); dan
6. Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada point (5), pejabat pemeriksa
kelaiklautan kapal membuat kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan persyaratan
administratif dengan menggunakan daftar pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III sesuai KM Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010.
7. Dalam hal kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan persyaratan administratif telah
terpenuhi maka pemeriksaan fisik dapat dilakukan
8. Dalam hal kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan persyaratan administratif belum
terpenuhi, Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan Kapal menyampaikan secara tertulis kepada
pemilik atau operator kapal untuk melengkapi dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV sesuai KM Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010.
9. Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam point (7), dilakukan oleh pejabat pemeriksa
kelaiklautan kapal di atas kapal guna meneliti:
10. kondisi nautis-teknis dan radio kapal; dan
10. Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada point (9), pejabat pemeriksa
kelaiklautan kapal membuatkan kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan persyaratan
teknis kelaiklautan kapal dengan menggunakan daftar pemeriksaan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V. sesuai KM Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010.
11. Kekurangan persyaratan teknis kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada point (10),
wajib disampaikan kepada pemilik atau operator kapal untuk dilengkapi dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI sesuai KM Perhubungan
Nomor 01 Tahun 2010.
12. Syahbandar mengeluarkan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) berdasarkan hasil
kesimpulan atau resume pemenuhan persyaratan administratif dan teknis kelaiklautan kapal.
13. Dalam hal Syahbandar sebagaimana dimaksud pada point (12) berhalangan, penandatangan
Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) hanya dapat dilimpahkan kepada pejabat
Syahbandar satu tingkat dibawahnya yang memiliki kompetensi dan kualifikasi di bidang
kesyahbandaran.
14. Bentuk dan format serta isi Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) sebagaimana
dimaksud pada point (12) ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII sesuai KM
Perhubungan Nomor 01 Tahun 2010.
15. Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) berlaku 24 (dua puluh empat) jam dari waktu
tolak yang ditetapkan dan hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) kali pelayaran.
16. Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) yang telah ditandatangani oleh pejabat, segera
diserahkan kepada pemilik atau operator kapal atau badan usaha yang ditunjuk menangani
kapal untuk diteruskan kepada Nakhoda kapal.
17. Setelah Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) diterima di atas kapal, Nakhoda kapal
wajib segera menggerakkan kapal untuk berlayar meninggalkan pelabuhan sesuai dengan
waktu tolak yang telah ditetapkan.