Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula dan berlangsung
kira-kira 6 minggu.1 Masa nifas dapat dibagi menjadi periode pasca persalinan
(immediate postpartum), periode nifas dini (early postpartum) dan periode nifas
lanjut (late postpartum). Menurut Farrer, 2001 menyatakan masa nifas adalah
periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan
tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minngu, Sedangkan perubahan
psikologisnya menurut rubin pasien akan mengalami tiga fase diantaranya fase
taking in dimana fase ini terjadi pada hari ke 1 sampai hari ke 2 post partrum, fase
taking hold , fase ini dimulai pada hari ke 3 dan berakhir pada minggu ke 4 atau
ke 5 dan fase ini mempunyai ciri-ciri menerima kehadiran bayinya, melakukan
perawatan sendiri secara mandiri, bersikap terbukan dan mau menerima
pendidikan kesehatan dan fase letting go, fase ini dimulai sekitar minggu ke 5
sampai ke 6 setelah kelahiran.
Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan
fisik maupun perubahan psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala gejala
psikiatrik setelah melahirkan, beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu.
Sebagian ibu bisa menyesuaikan diri dan sebagian tidak bisa menyesuaikan diri,
bahkan bagi mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri mengalami gangguan
gangguan psikologis dengan berbagai macam sindrom atau gejala.
Perawatan yang dilakukan pada masa nifas meliputi perawatan fisik dan
psikologis ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawatan masa nifas ini
sangat diperlukan karena dalam masa nifas sering terjadi kematian pada ibu yang
disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan dan infeksi, hal ini
dapat terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang baik
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok akan membahas makalah
yang berjudul “Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas”.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2. Apa yang dimaksud dengan psikologi?
3. Bagaimana perubahan psikologi pada masa nifas ?
4. Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan masa nifas.
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan psikologi.
3. Untuk mengetahui perubahan psikologi pada masa nifas.
4. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas.
D. MANFAAT
1. Manfaat Umum
Manfaat umum dari makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Lanjutan.
2. Manfaat Khusus
Makalah ini diharapkan mampu membah ilmu pengetahuan bagi kita
mahasiswa kebidanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MASA NIFAS


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil
konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari (Poerwadarminta, 2007). Masa
nifas adalah masa yang di mulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan
selesai kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Saifuddin, 2009). Dengan demikian dapat di artikan bahwa
masa nifas adalah masa yang di lalui oleh seorang perempuan dimulai setelah
melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir 6 minggu setelah
melahirkan.
Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan ibu pada masa nifas merupakan
suatu hal yang sangat penting karena pada masa itu rawan sekali untuk terjadi
komplikasi-komplikasi pada ibu melahirkan.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Anggraini, Y (2010) tujuan masa nifas antara lain:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi
sehat.
d. Memberikan pelayanan KB
e. Mendapatkan kesehatan emosi

3
3. Tahapan Masa Nifas
Tahapan pada masa nifas (Wong, 2002) terbagi atas tiga tahap yaitu:
a. Tahap immediate postpartum
Tahapan immediate postpartum terjadi dalam waktu 24 jam pertama
setelah persalinan. Pada tahap ini perlu dilakukan pengawasan yang ketat
karena berpotensi sering terjadi bahaya komplikasi postpartum anatara lain
resiko terjadinya perdarahan dan syok hipovolemia.
b. Tahap early postpartum
Tahapan ini terjadi setelah 24 jam setelah persalinan sampai akhir
minggu pertama postpartum. Seperti tahap immediate postpartum, pada
tahapan ini ibu nifas belum stabil dan masih berpotensi terjadi bahaya
komplikasi postpartum. Oleh karena itu bidan perlu melakukan
pengawasan yang ketat.
c. Tahap late postpartum
Tapahan late postpartum terjadi pada minggu kedua sampai minggu
keenam setelah persalinan. Pada tahap ini terjadi perubahan secara
bertahap pada sistem reproduksi.
4. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
a. Nutrisi
Pada masa nifas ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tambahan kalori
besar 500 kalori/hari, menu makanan gizi yang cukup protein, mineral,
dan vitamin. Ibu nifas di anjurkan untuk minum air minimal 3 liter/hari
mengonsumsi suplemen zat besi minimal selama 3 minggu postpartum.
Apapun nutrisi ibu nifas mempengaruhi kandungan nutrisi pada ASI. Hasil
penelittian menunjukan bahwa kebutuhan nutrisi ibu menyusui lebih tinggi
dibandingkan kebutuhan ibu yang tidak menyusui. Nutrisi yang penting
disekresi kedalam ASI antara lain asam docosahexaenoic (DHA), vitamin
B12, vitamin A, dan Vitamin D.
b. Ambulasi
Ibu nifas normal di anjurkan untuk melakukan gerakan meski tidur
dengan miring ke kiri dan ke kanan pada posisi tidur dan lebih banyak

4
berjalan. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk mempercepat
pemulihan tubuh ibu dan mengurangi terjadinya tromboemboli ibu nifas di
anjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
c. Eliminasi
Segera setelah persalinan, ibu nifas di anjurkan untuk buang air kecil
karena kandung kemih penuh dapat mengganggu kontraksi uterus, dan
menimbulkan komplikasi yang lain misalnya infeksi. Ibu nifas di anjurkan
buang air besar pada 24 jam pertama postpartum, bidan dapat
menganjurkan ibu untuk mengonsumsi bahan makanan yang banyak
mengandung serat seperti buah dan sayur serta memperbanyak minum air
agar dapat memperlancar proses eliminasi.
d. Kebersihan Diri
Ibu nifas di anjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan
membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir
sebelum dan sesudah membersihkan genetalianya, mengganti pembalut
minimal 2kali/hari atau saat pembalut mulai tampak kotor dan basah serta
menggunakan pakaian dalam bersih. Hendaknya mandi 2kali/hari, pada
nifas normal ibu dapat segera mandi setelah pemantauan 2 jam post
partum.
e. Istirahat
Pada umumnya ibu nifas akan mengalami kelelahan setelah proses
persalinan. Bidan dapat menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup atau
tidur saat bayi sedang tidur. Motivasi keluarga dapat membantu
meringankan pekerjaan rutin ibu dirumah agar ibu dapat beristirahat
dengan baik. Ibu dapat dianjurkan istirahat siang hari sekitar 2 jam dan
dimalam hari sekitar 7-8 jam.
f. Seksual
Hubungan seksual sebaiknya dilakukan setelah masa nifas berakhir
yaitu setelah 6 minggu postpartum. Mengingat bahwa pada masa 6 minggu
postpartum masih terjadi proses pemulihan pada organ reproduksi wanita

5
khususnya pemulihan pada daerah serviks yang baru menutup sempurna
pada 6 minggu postpartum.
g. Keluarga Berencana
Ibu nifas dianjurkan untuk menunda kehamilan minila 2 tahun agar
bayi memperoleh ASI selama 2 tahun. Penjarangan kehamilan juga
bermanfaat untuk kesehatan ibu, perencanaan keluarga berencana dapat
ditentukan oleh pasangan suami istri seperti pemilihan metode kontrasepsi
yang akan digunakan.
h. Perawatan Payudara
Tujuan perawatan payudara adalah untuk menjaga kebersihan daerah
sekitar payudara sehingga tidak mengganggu proses pemberian ASI pada
bayi. Selama masa nifas ibu dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan
payudara, terutama pada bagian putting susu karena pada bagian ini
biasanya bertumpuk sisa ASI yang kemudian akan mengering dan dapat
menyebabkan iritasi atau lecet pada putting susu.
B. KONSEP PSIKOLOGI
1. Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani kuno: psyche = jiwa dan logos = kata)
dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa/mental.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental ini secara langsung karena sifatnya
yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari
jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya,
sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental. Jadi, pengertian psikologi secara
harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Woodwoth dan Marquis mengemukakan
“psychology is the scientific study of the individual activities in relation to
environment (Yudrik, 2011)
Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan
proses mental organisme. Tiga ide penting dalam definisi ini ialah saintifik,
tingkah laku dan proses mental. Saintifik bermakna kajian yang dilakukan dan
data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang sistematik.Walaupun kaidah

6
saintifik diikuti, ahli-ahli psikologi perlu membuat berbagai inferen atau
tafsiran berdasarkan temuan yang diperoleh (Yudrik, 2011).
Mussen dan Rosenzwieg (1975) dalam E. usman Efendi dan Juhaya, S.
Praja (1985) “The Study of Mind” atau ilmu yang mempelajari tentang pikiran.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata mind berubah menjadi
tingkah laku.Sehingga psikologi didefinisikan sebagai “ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia” (Yudrik, 2011).
L. Crow, A. Crow (terjemahan Abd. Abror, 1989) mendefinisikan
psikologi sebagai berikut: “psychology is the study of human behavior and
human relationship”. Dari definisi ini, yang dipelajari psikologi ialah tingkah
laku manusia yaitu interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik yang
berupa manusia lain (human relationship) maupun yang bukan manusia;
hewan, iklim, dan kebudayaan (Yudrik, 2011)
2. Unsur Psikologi
Yudrik (2011) menyebutkan dalam psikologi terdapat beberapa unsur,
yaitu:
a. Ilmu pengetahuan; yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dan mempunyai metode tertentu yang bersifat ilmiah.
b. Tingkah laku; yaitu segala manifestasi hayati yang meliputi tingkah laku
kognitif, afektif, konatif, dan motorik.
c. Lingkungan; yaitu tempat dimana manusia hidup, berinteraksi,
menyesuaikan dan mengembangkan dirinya. Secara garis besar,
lingkungan dibedakan atas lingkungan dalam (internal environment) dan
lingkungan luar (external environment).
Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi
syarat (Yudrik, 2011), yaitu:
a. Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah
dengan menggunakan metode ilmiah.
b. Memiliki struktur keilmuan yang jelas.
c. Memiliki objek formal dan material.

7
d. Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history,
test, and measurement.
e. Memiliki terminology khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi,
kepribadian.
f. Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.
C. PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
1. Konsep Psikologi Pada Masa Nifas
Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologi yang nyata sehingga
memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah,
dan sering cepat berubah menjadi senang merupakan manisfestasi dari emosi
yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan yang lain.
Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi dalam kandungannya
sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan
kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi
akan dijalani.
Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian
berubah menjadi istri dan harus bersiap menjadi ibu. Proses ini memerlukan
waktu untuk bisa menguasi perasaan dan pikirannya. Semakin lama akan
timbul rasa memilki pada janinnya sehingga ada rasa ketakutan akan
kehilangan bayinya atau perasaan cemas mengenai kesehatan bayinya.
Ibu akan mulai berfikir bagaimana bentuk fisik bayinya sehingga muncul
“mental image” tentang gambaran bayi yang sempurna dalam pikiran ibu
seperti berkulit putih, gemuk, montok, dan lain sebagainya. Tanggung jawab
dari keluarga lainnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari
keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu.
Dalam penyesuaian ibu nifas terdapat faktor yang berperan didalamnya
antara lain dukungan keluarga terutama suami dan teman, Pengalaman waktu
melahirkan, harapan dan aspirasi, serta pengalaman merawat dan
membesarkan anak sebelumnya.
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan

8
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami ibu hamil
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
yakni fungsi menjadi orang tua, respon dan dukungan diri keluarga, riwayat
dan pengalaman kehamilan serta persalinan, harapan, keinginan dan aspirasi
saat hamil dan melahirkan.
2. Fase Psikologi Masa Nifas
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu:
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama samapai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase
ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur ddan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologi yang mungkin
dialami, seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya.
Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang
empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. Ibu hana ingin
didengarkan dan diperhatikan. Kemampuan mendengarkan (listening
skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang
tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan
pada fase ini.

9
Gangguang psikologi yang mungkin dirasakan ibu adalah:
1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang
bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan
lainnya.
2) Ketidaknyamanan sebagai akobat dari perubahan fisik yang dialami
ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada
keadaan semula, payudara bengkan, nyeri luka jahitan.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merwat bayinya
daan cendereung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak
nyaman karena sebernya hal tersebut hanya tanggung jawab ibu
semata.
b. Fase taking hold
Fase Taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sensitif, sehingga mudah tersinggung dan marah.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
ibu.
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang
untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu nifas. Tugas petugas kesehatan adalah mengajarkan
merawat bayi, cara menyusi yang benar, cara merawat luka jahitan, senam
nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi,
istirahat, dan kebersihan diri.
c. Fase letting go
Fase Letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi
peningkatan akan merawat diri dan bayinya. Ibu sudah muali
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa
bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan

10
bayinnya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam
menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu. Suami dan
keluarga dan membantu merawat bayi, mengajarkan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup
sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat
bayinya.
3. Masalah Psikologis Pada Masa Nifas
a. Postpartum blues
Post partum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari
pertama post partum yang telah dilaporkan sejak akhir abad ke-19, puncak
gejalanya terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum dengan durasi
mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari (Gonidakis et al, 2007).
Apabila post partum blues tidak dapat tertangani maka akhirnya dapat
menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan bagi yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi post partum,
yang mempunyai dampak lebih buruk (Saryono, 2010).
Beberapa dugaan post partum blues disebabkan oleh beberapa faktor
dari dalam dan luar individu. Salah satu faktor penyebab dari dalam
individu adalah adanya perubahan hormonal (Gondo, 2012). Selama
kehamilan, kadar estrogen dan progesteron meningkat akibat dari plasenta
yang memproduksi hormon tersebut. Akibat dari kelahiran plasenta saat
persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun tajam mencapai kadar
sebelum kehamilan dimulai pada hari ke-5 post partum. Selain perubahan
hormonal, jenis persalinan merupakan salah satu faktor penyebab dari luar
individu terhadap terjadinya post partum blues. Penelitian dari Dirksen dan
Andriansen (1985) dalam Dewi, Mariati & Wahyuni (2011) menunjukkan
bahwa beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetri seperti

11
section caesarea dan episiotomi) dalam pertolongan melahirkan dapat
memicu postpartum blues.
1) Gejala
Gejala baby blues atau postpartum blues antara lain:
a) Menangis
b) Perubahan perasaan
c) Cemas
d) Kesepian
e) Khawatir dengan bayinya
f) Penurunan libido
g) Kurang percaya diri
2) Penanganan
Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:
a) Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat
b) Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu
c) Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
d) Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri
Ibu merasa kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial,
kurang kemandirian. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan
(depresi post partum). Depresi masa nifas merupakan gangguan efeksi
yang sering terjadi pada masa nifas, da tampak dalam minggu pertama
pasca pesalinan. Insiden depresi post partum sektar 10-15 persen.
Postpartum blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru.
Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan
dukungan dan banyak istirahat.
b. Depresi postpartum (DPP)
Depresi postpartum (DPP) adalah suatu depresi setelah melahirkan,
yang terjadi dalam waktu empat minggu, beberapa bulan bahkan tahun
bila tidak diatasi dengan baik (Reets & Lutkins dalam Semiun, 2006).
Gejala yang sering muncul pada DPP adalah sedih, menangis, cepat
tersinggung, cemas, sulit untuk berkonsentrasi, labilitas perasaan serta

12
gangguan tidur dan nafsu makan, lebih berat lagi ditemukan ada pikiran
bunuh diri, waham paranoid dan melakukan ancaman kekerasan terhadap
bayinya (Cunningham, dkk 1995). Faktor penyebab DPP cenderung
kompleks dan masih belum jelas. Perubahan hormonal pasca persalinan
ditengarai berhubungan dengan symptom depresif (Corey & Tapha, 2011).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya DPP, ada riwayat depresi,
kegelisahan selama kehamilan, konflik perkawinan, adanya tekanan hidup,
dukungan dan status ekonomi yang rendah dan adanya komplikasi
obstetric (Stewart, et al. 2003 dalam Murwati dan Istiqomah, 2015). Faktor
yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues yang apabila tidak
ditangani akan menjadikan DPP, secara internal adalah umur ibu ketika
menikah dan hamil < 20 tahun atau > 35 tahun, pertama kali
melahirkan /primipara (Buuroughs, 1997 dalam Murwati dan Istiqomah,
2015), kesiapan menerima anggota keluarga baru termasuk pengetahuan
atau ketrampilan merawat bayi dan pendidikan. Aspek eksternal adalah
dukungan keluarga, dukungan suami, budaya /kebiasaan masyarakat
terkait persalinan, status ekonomi, informasi asuhan nifas dan riwayat
asuhan nifas (Rubin 1967; Bobak 2000 dalam Murwati dan Istiqomah,
2015).
Depresi postpartum bisa berdampak negatif pada kesehatan ibu, anak
dan keluarga. Pada ibu dapat menurunkan kemampuan dalam mengasuh
anak, ketertarikan terhadap bayinya kurang, tidak berrespon positif
terhadap bayinya dan malas menyusui. Sehingga akan mempengaruhi
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan sang bayi (Fitelson.et al, 2011
dalam Murwati dan Istiqomah, 2015).
Upaya penanganan Depresi Postpartum meliputi upaya preventif,
promotif, kuratif dan Rehabilitative. Tindakan promotif preventif yang
dapat diberikan adalah penjelasan, meningkatkan peran serta suami,
kunjungan rumah, memenuhi kebutuhan dasar masa nifas khususnya
meningkatkan kebugaran fisik seperti ambulasi dan senam nifas. (Albrigh
and Wood et al 2000). Upaya lain penanganan Depresi Postpartum

13
meliputi pengobatan, terapi psikologi, psikososial dan penanganan tanpa
obat seperti latihan, akupunktur dan massage terapi (Fitelson.et al,2011
dalam Murwati dan Istiqomah, 2015).
Bila tidak segera diatasi, ibu nifas beresiko untuk mengalami depresi
berat. Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresi non psikotik
pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran.
Gejala-gejala depresi berat antara lain perubahan mood, gangguan
tidur dan pola makan, perubahan mental libido, pobhia (ketakutan
meyakiti diri sendiri atau bayinya)
Penatalaksanaan depresi berat adalah dengan memberikan dukungan
keluarga dan sekitar, terapi psikologi, kolaborasi dengan dokter, perawat
rumah sakit serta menghindari rooming in dengan bayinya.
c. Psikosis Postpartum
Psikosis adalah suatu kondisi gangguan jiwa yang ditandai dengan
adanya kemampuan membedakan antara kenyataan dan khayalan. Psikosis
postpartum adalah suatu kondisi gangguan jiwa yang telah terjadi sebelum
ibu melahirkan bayinya. Tanda dan gejalanya yaitu memliki keyakinan
yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan, budaya, dan norma yang
berlaku, meskipun keyakinan tersebut telah dikoreksi dan diberikan bukti-
bukti. Ibu dengan psikosis memliki keyakinan bahwa anaknya dapat
mencelakakan dirinya dan merasa anak tersebut bukanlah anaknya sendiri
melainkan anak titisan orang tua yang sudah meninggal sehingga ibu
merasa anak tersebut harus dibunuh.

14
D. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA MASA NIFAS
Menurut Anggraini (2010), peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
yaitu:
1. Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta
memberikan semangat pada ibu
3. Membantu ibu dalam menyusui bayinya
4. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya
sebagai orang tua
6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu
dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
8. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
10. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagbnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk memperccepat
proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas
11. Memberikan asuhan secara profesional
12. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah masa yang di lalui oleh seorang perempuan dimulai setelah
melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir 6 minggu setelah
melahirkan.
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental.
Masa nifas merupakan masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi tanggung jawab
ibu mulai bertambah. Pada masa nifas ibu akan melewati tiga fase yaitu fase
taking in, taking hold dan letting go.
Peran bidan dalam perubahan psikologis ini antara lain mendukung dan
memantau kesehatan fisik ibu dan bayi, mendukung dan memantau kesehatan
psikologis, emosi, sosial serta memberikan semangat pada ibu, membantu ibu
dalam menyusui bayinya, membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya
sebagai ibu, mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
perannya sebagai orang tua maupun sebagai promotor hubungan antara ibu dan
bayi serta keluarga.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
khususnya dalam memahami psikologis pada masa nifas, sehingga dapat
menangani masalah pada masa nifas tentang psikologisnya dengan baik.

16

Anda mungkin juga menyukai