Anda di halaman 1dari 10

79

Jurnal Ekonomi Regional Unimal Volume 01 Nomor 3 Desember 2018


E-ISSN : 2615-126X
URL: http://ojs.unimal.ac.id/index.php/ekonomi_regional

Analisis Hubungan Kausalitas Antara Jumlah Uang Beredar,


Bi Rate dan Inflasi di Indonesia Tahun 2010-2016

Khairil Anwar*a, Ansari*b


*
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
a Corresponding author: khairil.anwar.semsi@gmail.com
b ansariekp@gmail.com

ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Keywords: The purpose of this study is to know the causality relationship between
Money Supply, BI Rate, Inflation,
the money supply, BI Rate, and inflation. The data used in this study is
Granger Causality.
the secondary data in the form of time series from January 2010 to
December 2016 in Indonesia. Granger Causality method uses to
analyze the data. The research shows that there is no causal
relationship between the money supply with BI Rate. Furthermore,
there is no causal relationship between money supply and inflation.
Then there is a one-way relationship between BI Rate and inflation.

I. PENDAHULUAN Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan


Bank sentral mempunyai fungsi dan peran bahwa apabila uang beredar tinggi, cara
yang stategis dalam mendukung perkembangan mengstabilkannya adalah Bank Indonesia akan
perekonomian, serta operasi dan kesehatan melakukan kebijakan moneter melalui BI Ratenya
perbankan, yang pada gilirannya akan dengan cara meningkatkan persentase BI rate di
mempengaruhi tidak hanya perkembangan sektor Indonesia. Dengan meningkatnya persentase BI
keuangan, tetapi juga pertumbuhan ekonomi, rate maka JUB akan menurun karena masyarakat
inflasi dan kesejahtraan masyarakat. Tugas bank akan lebih cenderung untuk menabung ke bank
sentral pada umumnya mencakup perumusan dan dan masyarakat akan mendapatkan keuntungan
pelaksanaan kebijakan moneter, pengaturan dan pada akhirnya inflasi akibat peningkatan JUB
pengawasan perbankan, dan pengaturan dan dimasyarakat juga akan menurun. Oleh karena itu,
pelaksanaan sistem pembayaran (Bank Indonesia, antara JUB, BI rate dan inflasi saling berhubungan
2004). satu sama lain dan perkembangannya pada tiga
Menurut (Alvyonita, 2012), selain tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
menetapkan suku bunga bank umum, Bank Tabel 1
Perkembangan JUB, BI Rate dan inflasi di
Indonesia juga menetepkan suku bunganya sendiri
Indonesia Tahun 2014-2016
(BI Rate). BI Rate merupakan suku bunga acuan BI
Tahun JUB (Milyar) Inflasi(%)
perbankan di Indonesia dan juga berfungsi sebagai Rate(%)
2014 Rp.942.221,34 7.75 8.36
reference rate dalam mengendalikan kebijakan 2015 Rp.105.5285,07 7.50 3.35
moneter dalam mengatasi inflasi di Indonesia. 2016 Rp.1.237.642,57 3.02 3.02
Sumber: www.bi.go.id, 2017
80

Dari teori tersebut berarti BI rate Periode 2010-2016 dan selanjutnya mengetahui
berhubunhan positif dengan JUB. BI Rate di ada tidaknya hubungan kausalitas antara BI Rate
Indonesia pada Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat dengan inflasi di Indonesia Periode 2010-2016
bahwa perkembangan BI Rate di Indonesia tiga
tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2. TINJAUAN TEORITIS
2014 BI Rate sebesar 7.75%. selanjutnya pada Jumlah Uang Beredar (JUB)
tahun 2015 menurun menjadi 7.50% kemudian Di Indonesia dan seluruh negara di dunia
pada tahun 2016 junga mengalami penurunan pasti mengenal yang namanya uang karena sudah
hingga 3.02%. dikenal seluruh masyarakat di dunia. Uang
Dari data di atas, terjadi permasalahan yang merupakan alat tukar dan alat pembayaran yang
bertentangan dengan teori yang telah dijelaskan di sah untuk memudahkan pelaku ekonomi dalam
atas yaitu fenomena yang terjadi pada tahun 2016. transaksi baik antar negara maupun transaksi
Dimana JUB pada tahun tersebut mengalami didalam negara itu sendiri. JUB di masyakat harus
peningkatan sedangkan BI rate mengalami dijaga kestabilannya karena dapat mempengaruhi
penurunan berarti fenomen tersebut berhubungan perekonomian. Dalam penelitian ini JUB yang
negatif. Sedangkan hubungan JUB dengan BI Rate dibahas adalah JUB dalam arti sempit (M1) yaitu
menurut teori adalah berhubungan positif. Oleh uang kartal (kertas dan logam) yang berada
karena itu, maka fenomena yang terjadi pada tahun dilingkungan masyarakat dan ditambah dengan
2016 tidak sesuai dengan teori yang di kemukakan. uang giral pada bank umum dalam bentuk
Berdasarkan data dalam Tabel 1.1 terdapat deposito. JUB adalah jumlah mata uang (uang
fenomena-fenomena antara JUB, BI rate dan kertas dan logam / uang kartal) yang di terbitkan
inflasi yaitu pada tahun 2016 JUB meningkat, BI oleh bank sentral, yang dipegang oleh masyarakat
rate menurun sedangkan inflasi juga mengalami dan termasuk uang kartal yang dipegang oleh bank
penurunan pada tahun tersebut. Oleh karena itu, termasuk dalam cadangan (Silvanita, 2009). Oleh
fenomena tersebut tidak sesuai dengan teori yang karena itu, maka JUB dalam arti sempit (M1)
di temukakan di atas. Seharusnya apabilah JUB dapat disimpulkan yaitu total jumlah uang kertas
tinggi maka BI rate juga tinggi agar JUB dan logam yang beredar di masyarakat dan
dimasyarakat berkurang. Sedangkan tingkat inflasi bankumum.
pada tahun tersebut sangat rendah. Oleh karena itu Penyebab JUB disuatu negara berfluktuasi
peneliti mengambil keputusan berdasrkan teori yaitu turun naik karena disebabkan beberapa
diatas dan fenomena data yang diperoleh maka faktor yang berhubungan dengan masalah
pada tahun tersebut tidak sesuai dengan teori. ekonomi makro. Faktor-faktor tersebut menurut
Selanjutnya disaat BI rate ditingkatkan pada tahun Febrian (2014 dalam Mursalin, 2016), yaitu: 1).
2014 dengan kebijakan untuk mangurangi JUB Pendapatan masyarakat, pendapatan masyarakat
pada tahun 2014 dan mengharapkan agar tingkat akan mempengaruhi peredaran uang. Apabila
inflasi rendah. Tetapi pada kenyataannya tingkat jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat
inflasi justru meningkat pada tahun tersebut. makin tinggi maka JUB di masyarakat juga
Berdasarkan fenomena-fenomena data dan semakit tinggi. Sebaliknya, jika pendapatan
uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti masyarakat semakin rendah, maka jumlah uang
lebih lanjut mengenai analisis hubungan yang beredar juga semakin sedikit. 2). Jumlah
kausalitas antara JUB, BI rate dan inflasi di penduduk, jumlah penduduk memang menentukan
indonesia tahun 2010-2016. cepatnya jumlah uang yang beredar pada
masyarakat yang jumlah penduduknya padat.
Dimana penelitian ini bertujuan untuk Jumlah uang yang berdar akan semakin banyak.
mengetahui ada tidaknya hubungan kausalitas Berbeda halnya dengan masyarakat yang jumlah
antara JUB dengan BI Rate di Indonesia Periode penduduknya sedikit, jumlah uang yang beredar
2010-2016 dan mengetahui ada tidaknya hubungan juga sedikit. 3). BI Rate, semakin tinggi BI Rate
kausalitas antara JUB dengan inflasi di Indonesia maka JUB di masyarakat semakin sedikit, hal ini
81

dikarenakan masyarakat lebih senang menyimpan mengatasi masalah tersebut adalah BI membuat
uangnya di bank. Dan sebaliknya, jika BI Rate kebijakan agar jumlah penawaran uang menurun
turun, maka JUB semakin banyak, hal ini dimasyarakat dengan cara menaikan BI Rate. 2).
disebabkan masyarakat lebih suka untuk Jumlah permintaan uang (money demand) adalah
konsumsi/berinvestasi dari pada menabung sebab keinginan masyarakat untuk memperoleh uang
bunga di bank sedikit. 4). Harga barang , apabila untuk digunakan bertransaksi, disimpan dan
harga barang naik maka JUB semakin banyak digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari
karena orang lebih banyak membutuhkan uang dan kebutuhan masa mendatang. Oleh sebab itu BI
untuk membeli barang. 5). Selera masyarakat, Rate di turunkan oleh Bank Indonesia agar
selera masyarakat dapat mempengaruhi JUB masyarakat tidak lagi mau menabung di bank
dimasyarakat. Ketika selerah masyarakat terhadap karena tidak mendapatkan keuntunga dari bunga
suatu barang tertentu tinggi maka JUB akan tabungannya dan masyarakat akan lebih dominan
semakin banyak. Begitu pula sebaliknya. untuk membuka usaha sendiri karena lebih
menguntungkan.
Suku Bunga (BI Rate)
Tujuan Bank Indonesia melakukan Inflasi
kebijakan moneter adalah untuk mengatur dan Inflasi salah satu fariabel ekonomi makro
mengendalikan perekonomian. Salah satu hak dan yang selalu terjadi disetiap negara. Tingkat inflasi
kewajiban BI adalah menetapkan suku bunga Bank bisa berdampak baik dan buruk dalam
Indonesia atau sering dikenal denga BI rate. BI perekonomian suatu negara. Inflasi yang tidak
Rate Bank Indonesia merupakan acuan bank diinginkan adalah infalasi berat dan hiper inflasi
umum dan lembaga keuangan lainnya atau sering karena infalsi tersebut bisa berdampak buruk
disebut dengan BI rate. Menurut Setioeti (2014), terhadap perekonomian. Sedangkan inflasi rendah
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang dan sedang tidak berdamak buruk terhadap
mencerminkan sikap atau stance kebijakan perekonomian bahkan bisa meningkatkan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan perekonomian suatu negara. Menurut (Qizfir,
diumumkan kepada publik. Secara sederhana suku 2015) inflasi adalah kecendrungan harga-harga
bunga adalah harga uang. Suku bunga akan naik untuk naik secara terus-menerus dan umum.
apabila jumlah uang sedikit dan permintaan Kenaikan harga dari satu dua barang saja tidak
terhadapnya besar. Sebaliknya, suku bunga akan bisa disebut dengan inflasi, kecuali kenaikan
turun bila mana jumlah uang besar dan permintaan tersebut meluas kepada barang-barang lainnya.
terhadapnya sedikit (Hidayat, 2013). BI Rate Penyebab terjadinya inflasi yaitu meningkatnya
Merupakan nilai uang yang menghubungkan masa JUB dimasyarakat sehingga mengakibatkat
kekarang dengan masa yang akan mendatang permintaan terhadap faktor produksi meningkat
akibat adanya inflasi. maka harga juga akan meningkat. Selanjutnya
Terdapat beberapa faktor yang disebabkan oleh kurangnya barang yang
mengakibatkan BI Rate selalu berfluktuasi atau diproduksi sehingga dengan langkanya suatu
Bank Indonesia (BI) menaikkan dan menurunkan barang maka harga akan tinggi. Selanjutnya
BI Ratenya. Berdasarkan teori likuiditsa diatas diakibatkan oleh kenaikan upah tenaga kerja.
maka dapat diambul kesimpulan bahwa faktor- Terdapat beberapa macam bentuk inflasi
faktor yang menentukan BI Rate yaitu: 1). Jumlah yang terjadi disetiap negara Indonesia maupun
penawaran uang (money supply) yaitu jumlah uang negara-negara tetangga. Tinggi rendahnya inflasi
yang ada dalam perekonomian dan digunakan oleh yang terjadi disuatu negara dapat ditentukan oleh
masyarakat untuk memper oleh barang dan jasa. kegiatan perekonomian secara makro dan
Oleh karena itu, apabilah jumlah penawaran uang kebijakan pemerintah di negara tersebut. Inflasi
(uang beredar) dimasyarakat meningkat maka akan tidak semua berdampak buruk terhadap
mengakibatkan harga barang-barang dan jasa-jasa perekonomian karena kenaikan harga-harga juga
akan meningkat sehingga terjadi inflasi. Cara sangat diperlukan untuk mempercepat roda
82

perekonomian. Oleh karena itu, terdapat beberapa sehingga akan diperoleh data dalam bentuk first
macam inflasi (Qizfir, 2015) yaitu: 1). Inflasi difference.
ringan (dibawah 10% per tahun). 2). Inflasi sedang b. Penentuan panjang Lag
(10%-30% per tahun). 3). Inflasi berat (30%-100% Dalam menggunakan metode Granger
per tahun). 4). Hiper inflasi (100%). Causality, juga dilakukan penentuan panjang lag
yang ada dalam variabel penelitian. Jika panjang
3. METODE PENELITIAN lag yang digunakan terlalu banyak lag dalam
Lokasi Dan Objek Penelitian model, maka dapat mengurangi kemampuan
Penelitian ini dilakukan di Indonesia dan hipotesis nol (H0) ditolak karena tambahan
penelitian ini hanya dibatasi pada variabel JUB parameter yang terlalu banyak akan mengurangi
(JUB) dalam arti sempit (M1), BI Rate (BI rate) derajat bebas (Maria Alvyonita, 2012:624).
dan inflasi dari priode januari 2010 sampai dengan Penentuan jumlah lag dalam metode Vector Auto
desember 2016 di Indonesia. Regression (VAR) ditentukan pada kriteria
informasi yang direkomendasikan oleh Final
Sumber Data Prediksion Error (FPE), Aike Information
Objek penelitian ini adalah JUB, BI Rate
Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC) dan
dan inflasi di Indonesia periode januari 2010
Hannan Quinn (HQ). Apabilah terdapat tanda
sampai dengan desember 2016. Dalam penelitian
bintang (*) berarti menunjukan Lag optimal.
ini data yang digunakan adalah data skunder dalam
c. Kointregrasi
bentuk time series (runtun waktu) selama kurun
Uji kointegrasi merupakan suatu teknik
waktu januari 2010 sampai dengan desember
yang digunakan untuk mengetahui hubungan
2016 di Indonesia.
keseimbangan jangka panjang dari beberapa
variabel (Trianto, 2012). Kointegrasi merupakan
Metode Analisis Data salah satu metode untuk mengindikasikan
Untuk menganalisis data dalam penelitian
kemungkinan adanya hubungan kesetimbangan
ini adalah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9
(equilibrium) jangka panjang antara variabel
yaitu:
dependen dan variabel independen (Muhammad,
a. Uji Stasionaritas (Unit Root Test)
2014). Untuk mengetahui data tersebut
Uji ini digunakan untuk mengetahui
terkointegrasi atau tidak dapat dilihat pada hasil
apakah data memiliki unit root atau tidak serta
uji Johansen Test yaitu membandingkan nilai
untuk mengetahui derajat stasioneritas data. Uji
Trace dan Max-aigen-nya dengan nilai kritis 1%
stasioneritas data dilakukan untuk melihat apakah
dan 5%. Jika Trace dan Max-aigen > nilai kritis
data terintegrasi pada ordo yang sama atau tidak.
maka data terkointegrasi.
Pengujian stasioneritas dalam penelitian ini
d. Uji Kausalitas Grengar (Granger Causality
dilakukan dengan menggunakan uji Augmented
Test)
Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP).
Dalam penelitian ini, variabel JUB, BI
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
Rate dan inflasi apakah ada hubungan timbal balik
antara t-statistic dan critical value (1%, 5%, 10%)
antara ketiga variabel tersebut. Adapun persamaan
yang dihasilkan, apabila t-statistic lebih besar
Granger Causality (Susiloweti,2016:4) sebagai
daripada critical value maka H0 di tolak, yang
berikut:
berarti data adalah stasioner (Oktavia dan Amri,
2017:169).
JUBt = 𝛽1 + ∑ 𝛽1 𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽1 𝐵𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑒𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽1 𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + 𝑒
Jika hasil uji stasioneritas berdasarkan uji
BI ratet = 𝛽2 + ∑ 𝛽2 𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽2 𝐵𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑒𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽2 𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + 𝑒
ADF diperoleh data seluruh variabel belum
stasioner pada level, maka untuk memperoleh data INFt = 𝛽3 + ∑ 𝛽3 𝐽𝑈𝐵𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽3 𝐵𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑒𝑡−𝑖 + ∑ 𝛽3 𝐼𝑁𝐹𝑡−𝑖 + 𝑒

yang stasioner dapat dilakukan dengan cara


differencing data yaitu dengan mengurangi data
Keterangan:
tersebut dengan data periode sebelumnya, JUBt = JUB pada tahun t
83

JUBt-I = JUB pada tahun sebelumnya ke-i stasioneritas berdasarkan uji ADF diperoleh data
BI ratet = BI rate pada tahun t seluruh variabel belum stasioner pada level, maka
BI ratet-I = BI Rate pada tahun sebelumnya ke-i untuk memperoleh data yang stasioner dapat
INFt = Inflasi pada tahun t dilakukan dengan cara differencing data yaitu
INFt-I = Inflasi pada tahun sebelumnya ke-i dengan mengurangi data tersebut dengan data
β1i = kostanta periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh data
e = Faktor pengganggu dalam bentuk first difference. Karena data di atas
tidak stasioner maka data akan dikurangi dengan
uji first difference yaitu sebagai berikut:
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tabel 3
Uji Stasionaritas (Unit Root Test)
Uji ini digunakan untuk mengetahui Hasil uji First Difference Pada Data JUB
apakah data memiliki unit root atau tidak serta
Null Hypothesis: D(JUB) has a unit root
untuk mengetahui derajat stasioneritas data. Uji
Exogenous: Constant, Linear Trend
stasioneritas data dilakukan untuk melihat apakah
data terintegrasi pada ordo yang sama atau tidak. Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)

Pengujian stasioneritas dalam penelitian ini


dilakukan dengan menggunakan uji Augmented t-Statistic Prob.*
Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP).
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.228256 0.0000
antara t-statistic dan critical value (1%, 5%, 10%) Test critical values: 1% level -4.078420
yang dihasilkan, apabila t-statistic lebih besar 5% level -3.467703
daripada critical value maka H0 di tolak, yang 10% level -3.160627
berarti data adalah stasioner (Oktavia dan Amri,
2017:169). Oleh karna itu, stasioner atau tidaknya Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017)
data JUB dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Berdasarkan hasil pengujian first
Tabel 2 difference seperti pada Tabel 4.5 di atas, ternyata
Uji Stasioneritas (Unit RootTest) Pada Data JUB pada tingkat level stasioner. Karena nilai
Variabel JUB ADFstatistik lebih besar dari test critical valuesnya,
Null Hypothesis: JUB has a unit root baik 1%, 5% dan 10%. Selain itu juga terlihat
Exogenous: Constant, Linear Trend bahwa nilai probabilitasnya lebih kecil dari α =
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) 1%. Selanjutnya adalah melihat stasioner atau
tidaknya data BI Rate dapat dilihat pada Tabel 4.6
t-Statistic Prob.* berikut:

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.783735 0.0223 Tabel 4


Test critical values: 1% level -4.072415 Uji Stasioneritas (Unit RootTest) Pada Data
5% level -3.464865
Variabel BI Rate
10% level -3.158974
Null Hypothesis: BI_RATE has a unit root

Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017) Exogenous: Constant, Linear Trend


Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
Berdasarkan hasil pengujian seperti pada
Tabel 4.4 di atas, ternyata JUB pada tingkat level t-Statistic Prob.*
tidak stasioner. Karena nilai ADFstatistik lebih kecil
dari test critical valuesnya, baik 1%, 5% dan 10%.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.389872 0.9865
Dan nilai probabilitasnya besar 2%. Jika hasil uji
Test critical values: 1% level -4.072415
84

5% level -3.464865
10% level -3.158974 Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.524772 0.3158
Test critical values: 1% level -4.073859
Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017) 5% level -3.465548
10% level -3.159372
Berdasarkan hasil pengujian seperti pada
Tabel 4.6 di atas, ternyata BI Rate pada tingkat
Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017)
level tidak stasioner. Karena nilai ADFstatistik lebih
kecil dari test critical valuesnya, baik 1%, 5% dan Berdasarkan hasil pengujian seperti pada
10%. Selain itu juga terlihat bahwa nilai Tabel 4.8 di atas, ternyata BI Rate pada tingkat
probabilitasnya lebih besar dari α = 10%. Maka level tidak stasioner. Karena nilai ADFstatistik lebih
perlu melakukan uji first difference yaitu sebagai kecil dari test critical valuesnya, baik 1%, 5% dan
berikut: 10%. Selain itu juga terlihat bahwa nilai
probabilitasnya lebih besar dari α = 10%. Maka
Tabel 5 perlu melakukan uji first difference yautu sebagai
Hasil uji First Difference Pada Data
berikut:
Variabel BI Rate
Null Hypothesis: D(BI_RATE) has a unit root Tabel 7
Exogenous: Constant, Linear Trend Hasil uji First Difference Pada Data
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) Variabel Inflasi
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root

t-Statistic Prob.* Exogenous: Constant, Linear Trend


Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)

Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.331577 0.0000

Test critical values: 1% level -4.073859 t-Statistic Prob.*

5% level -3.465548
10% level -3.159372 Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.948548 0.0000
Test critical values: 1% level -4.075340
Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah:2017)
5% level -3.466248
10% level -3.159780
Berdasarkan hasil pengujian first difference
seperti pada Tabel 4.7 di atas, ternyata BI Rate
Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017)
pada tingkat level stasioner. Karena nilai
ADFstatistik lebih besar dari test critical valuesnya, Berdasarkan hasil pengujian first
baik 1%, 5% dan 10%. Selain itu juga terlihat difference seperti pada Tabel 4.6 di atas, ternyata
bahwa nilai probabilitasnya lebih kecil dari α = Inflasi pada tingkat level stasioner. Karena nilai
1%. Kemudian melihat stasioner atau tidaknya ADFstatistik lebih besar dari test critical valuesnya,
data inflasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut: baik 1%, 5% dan 10%. Selain itu juga terlihat
bahwa nilai probabilitasnya lebih kecil dari α =
Tabel 6 1%.
Uji Stasioneritas (Unit RootTest) Pada Data
Variabel Inflasi Penentuan Lag Optimal
Dalam menggunakan metode Granger
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Causality, juga dilakukan penentuan panjang lag
Exogenous: Constant, Linear Trend
yang ada dalam variabel penelitian. Jika panjang
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
lag yang digunakan terlalu banyak lag dalam
model, maka dapat mengurangi kemampuan
t-Statistic Prob.* hipotesis nol (H0) ditolak karena tambahan
85

parameter yang terlalu banyak akan mengurangi At most 2 0.000315 0.025848 3.841466 0.8722

derajat bebas (Maria Alvyonita, 2012:624). Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
Penentuan jumlah lag dalam metode Vector Autore * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Rression (VAR) ditentukan pada kriteria informasi Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017)
yang direkomendasikan oleh Final Prediksion
Error (FPE), Aike Information Criterion (AIC), Berdasarkan tebel di atas, terlihat bahwa
Schwarz Criterion (SC) dan Hannan Quinn (HQ). nilai Trace Statistic lebih besar dari niai kritis dan
Apabila terdapat tanda bintang (*) berarti nilai Max-Eigen juga menunjukan lebih besar dari
menunjukan Lag optimal. Oleh karena itu, Lag nilai kritis 1% dan 5%. Oleh karena itu,
Optimal dapat dilihat pada Tabel berikut: berdasarkan hasil tersebut maka data dalam
penelitian ini terkointegrasi artinya adalah terdapat
Tabel 8 hubungan jangka panjang antara variabel jumlah
Uji Lag Length Criteria penduduk, tingkat suku bunga dan inflasi di
Indonesia selama periode penelitian.
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -1287.680 NA 7.28e+10 33.52417 33.61548 33.56069 Regresi Granger Kausality


Dalam penelitian ini variabel yang diregres
1 -1003.687 538.4805 57548320* 26.38149* 26.74675* 26.52759*
adalah variabel JUB yang di notasikan dengan
2 -997.4694 11.30504 61937133 26.45375 27.09297 26.70943 (X1), BI Rate yang di notasikan dengan (X2) dan
inflasi yang di notasikan dengan (X3). Oleh
3 -989.7384 13.45405 64199474 26.48671 27.39988 26.85197 karena itu, hasil regres dalam penelitian ini dapat
4 -987.7392 3.323379 77416542 26.66855 27.85567 27.14339
dilihat pada Tabel berikut:

5 -976.3775 18.00164* 73441472 26.60721 28.06828 27.19162


Tabel 10
6 -969.4401 10.45114 78479344 26.66078 28.39581 27.35478 Hasil Regres Granger Kausality

7 -964.9729 6.381621 89877751 26.77852 28.78749 27.58209 Pairwise Granger Causality Tests

Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017) Lags: 2

Berdasarkan pada Tabel 4.10 di atas, dapat F-


L
Null Hypothesis: Obs Statistic Prob.
dilihat bahwa FPE, AIC, SC dan HQ leg
optimalnya terdapat pada lag 1.
1 BI_RTE does not Granger Cause JUB 82 1.11902 0.3319
Kointegrasi 2 JUB does not Granger Cause BI_RATE 1.66921 0.1951
Tabel 9
Uji Kointegrasi
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) INFLASI does not Granger Cause
3
JUB 82 0.74708 0.4771
Hypothesized Trace 0.05 4 JUB does not Granger Cause INFLASI 0.51159 0.6016
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical ValueProb.**

None * 0.342290 52.79058 35.01090 0.0003 INFLASI does not Granger Cause
5
At most 1 * 0.201069 18.43327 18.39771 0.0494 BI_RTE 82 5.61233 0.0053
At most 2 0.000315 0.025848 3.841466 0.8722 BI_RATE does not Granger Cause
6
INFLASI 0.06357 0.9385
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Sumber:Hasil Penelitian (Data diolah:2017)
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Berdasarkan hasil uji granger kausalitas
Hypothesized Max-Eigen 0.05 pada Tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical ValueProb.**
tidak tedapat hubungan antara BI Rate dengan
None * 0.342290 34.35730 24.25202 0.0017 JUB karena nilai probabilitasnya sebesar 0.332
At most 1 * 0.201069 18.40743 17.14769 0.0327
86

berarti lebih besar dari α (torenasi) (1%, 5% dan Rate. Kemudian, jika BI Rate tinggi masyarakat
10%). Sedangkan hubungan JUB dengan BI Rate akan cendrung menabung uangnya di bank. Hal ini
juga menunjukan tidak terdapat hubungan antara diikuti dengan berkurangnya jumlah uang yang
kedua variabel tersebut karena nilai beredar, keinginan masyarakat untuk melakukan
probabilitasnya lebih besar dari α (toleransi). pembelanjaan pun akan menurun. Ini artinya
Selanjutnya hubungan antara inflasi dengan kenaikan dalam penawaran uang akan
jumlah JUB juga tidak terdapat hungan kausalitas menyebabkan turunnya BI Rate, dan sebaliknya.
antara kedua variabel tersebut karena nilai
probabilitasnya lebih besar dari α (torenasi) (1%, Hubungan Kausalitas Antara JUB Dengan
5% dan 10%). Kemudian terdapat hubungan antara Inflasi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di
inflasi dengan BI Rate karena nilai probabilitasnya
atas maka H2 ditolak dan terima HO2 berarti tidak
sebesar 0,053 maka lebih kecil dari α (torenasi)
terdapat hubungan kausalitas antara JUB dengan
(10%). Sedangkan hubungan antara inflasi dengan
inflasi karena nilai probabilitasnya lebih besar dari
BI Rate tidak terdapat hubungan antara kedua
α (torenasi) (1%, 5% dan 10%). Bererti bahwa
variabel tersebut, karena nilai probabilitasnya lebih
variabel JUB dengan inflasi sama-sama tidak
besar dari α (torenasi) (1%, 5% dan 10%).
saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya,
artinya JUB tidak mempengaruhi inflasi dan
Pembahasan
Hubungan Kausalitas Antara JUB Dengan BI inflasi tidak pula mempengaruhi JUB. Artiya
Rate adalah perubahan JUB di masyarakat akibat
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat kebijakan moneter yang di lakukan oleh Bank
diambil kesimpulan bahwa H1 ditolak dan terima Indonesia (BI) tidak lansung mempengaruhi inflasi
HO1 maka tidak terdapat hubungan kausalitas secara cepat, tetapi memerlukan waktu jangka
antara JUB dengan BI Rate baik hubungan dua panjang dan begitu pula sebaliknya yaitu
arah maupun satu arah. Hal ini dapat di lihat pada hubungan inflasi dengan JUB.
nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0.195 dan Kesimpulannya adalah selama periode
sebaliknya, BI Rate dengan JUB nilai penelitian yang penulis lakukan memperoleh
probabilitasnya sebesar 0,332 berarti lebih besar fenomena baru sehingga tidak sejalan dengan hasil
dari nilai α (torenasi) (1%, 5% dan 10%). Bererti penelitian yang di lakukan (Setyawan, 2005), hasil
bahwa variabel JUB dan BI Rate sama-sama tidak penelitiannya adalah dalam periode tersebut
saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, terdapat hubungan kausalitas satu arah antara
artinya JUB tidak mempengaruhi BI Rate dan BI kedua variabel tersebut yaitu perubahan JUB akan
Rate tidak pula mempengaruhi JUB. Hal ini mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia dan
menunjukan bahwa di laksanakan (realisasi) bukan sebaliknya.
kebijakan menaikkan atau menurunkan BI Rate
yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) memiliki Hubungan Kausalitas BI Rate Dengan Inflasi
jangka waktu dan tidak bisa dengan cepat Dari tabel regresi granger causality di atas
mempengaruhi JUB yang ada, dan begitu juga berarti Ho3 ditolak dan terima H3 maka dapat di
sebaliknya. Pada periode penelitian ini terjadi ketahui bahwa terdapat hubungan satu arah antara
fenomena baru dari penelitian-penelitian kedua variabel tersebut Artinya adalah hanya
terdahulu. variabel inflasi yang mempengaruhi BI Rate yang
Oleh karena itu hasil penelitian ini yang di tunjukan oleh nilai probabilitasnya sebesar
penulis lakukan tidak sejalan dengan hasil 0,005 bererti lebih kecil dari nilai α. Sedangkan
penelitian yang di lakukan oleh (Akbar, 2012), BI Rate tidak mempengaruhi inflasi karena nilai
hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat probabilitasnya lebih besar dari α (torenasi) (1%,
hubungan negatif dan signifikan antara penawaran 5% dan 10%). Dari hasil penelitian ini berarti
uang dengan BI Rate. Artinya adalah perubahan tingkat inflasi dapat mempengaruhi BI
meningkatnya JUB dapat mendorong turunnya BI Rate dan bukan sebaliknya yaitu perubahan BI
Rate tidak mempengaruhi tingkat inflasi secara
87

cepat dan harus memiliki waktu jangka panjang. Saran


Hal ini di sebabkan karena BI telah Berdasarkan hasil dan kesimpulan
memberlakukan BI 7- Day Repo Rate sebagai penelitian di atas, maka penulis merumuskan
acuan bukan lagi BI rate. Hasil penelitian ini beberapa saran sebagai berikut:
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan 1. Untuk Bank Indonesia agar dapat
oleh (Setioeti, 2014), yang berjudul “Analisis berkoordinasi dengan pemerintah dalam
Hubungan Kausalitas Antara BI Rate Dengan mencermati perkembangan perekonomian
Inflasi Di Indonesia Periode Juli 2006 - Juli 2013. regional, domestik dan perospek
hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perekonomian global agar perekonomian
hubungan satu arah pada uji kausalitas Granger Indonesia selalu stabil. Pemerintah dan Bank
yaitu perubahan inflasi menyebabkan perubahan Indonesia harus lebih teliti dalam menentukan
BI Rate dan bukan sebaliknya. kebijakannya untuk mengendalikan JUB, BI
Rate dan laju inflasi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Untuk peneliti selanjutnya agar menambah
Kesimpulan variabel penelitian yang tidak terdapat dalam
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian ini dengan tujuan agar kita dapat
penelitian maka penulis mengambil kesimpulan mengetahui hubungan kausalitas variabel lain
yaitu sebagai berikut: dengan variabel dalam penelitian ini.
1. Hubungan jumlah penduduk deangan BI Rate
Tidak terdapat hubungan kausalitas antara
JUB dengan BI Rate. Hal ini dapat di lihat pada DAFTAR PUSTAKA
nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0.195 dan
sebaliknya, BI Rate dengan JUB nilai Akbar, D. A. (2012). Kausalitas Inflasi , Tingkat
probabilitasnya sebesar 0,332 berarti lebih besar Suku Bunga , dan Jumlah Uang
dari α (torenasi) (1%, 5% dan 10%). Bererti bahwa Beredar : A Case of Indonesia Economy.
variabel JUB dan BI Rate sama-sama tidak saling Jurnal Ilmiah STIE MDP, 2(1), 59–68.
mempengaruhi antara satu dengan lainnya, artinya Bank Indonesia. 2011. Inflasi Diakses dari Bank
JUB tidak mempengaruhi BI Rate dan BI Rate Indonesia website: http://www.BI.go.id
tidak pula mempengaruhi JUB. ______.2004. Bank Indonesia, Bank Sentral
Republik Indonesia.
2. Hubungan JUB dengan inflasi Hidayat, P. (2013). Analisis Kausalitas Dan
Tidak ada hubungan kausalitas antara JUB Kointegrasi Antara Tingkat Suku Bunga
dengan inflasi karena nilai probabilitasnya lebih Bank Indonesia (Bi Rate) Dengan Suku
besar dari α (torenasi) (1%, 5% dan 10%). Bererti Bunga Bank Amerika Serikat (The Fed).
bahwa variabel JUB dengan inflasi sama-sama Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Vol. 1 No.
tidak saling mempengaruhi antara satu dengan 8, (2009).
lainnya, artinya JUB tidak mempengaruhi inflasi Maria Alvyonita, P. H. (2012). Analisis
dan tidak pula mempengaruhi JUB. Kausalitas Antara Bi Rate Dengan
3. Hubungan BI Rate dengan inflasi Jumlah Uang Beredar Di Indonesia.
Terdapat hubungan satu arah antara BI Rate Jurnal Ekonomi Dan Keuangan vol.2
dengan inflasi Artinya adalah hanya variabel No.10, (1999), 623–633.
inflasi yang mempengaruhi BI Rate yang di Muhammad, M. (2014). Kointegrasi dan
tunjukan oleh nilai probabilitasnya sebesar 0,005 estimasi ecm pada data time series, 4(1),
bererti lebih kecil dari nilai α. Sedangkan BI Rate 41–51.
tidak mempengaruhi inflasi karena nilai Mursalin. (2016). Pengaruh Jumlah Uang
probabilitasnya lebih besar dari α (torenasi) (1%, Beredar Dan Jumlah Penduduk
5% dan 10%). Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kota Lhokseumawe Tahun 2006-2013.
88

Niki Ermija Oktavia dan Amri. (2017). Analisis


Kausalitas Antara Inflasi Dan Konsumsi
Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
(JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1
Februari 2017: 164- 175, 2(1), 164–175.
Qizfir. (2015). Pengaruh Tingkat Suku Bunga,
Inflasi Dan Return On Asset Terhadap
Kredit Macet Di Bank Aceh.
Setioeti, L. (2014). Analisis Hubungan
Kausalitas Antara Bi Rate Dengan
Inflasi Di Indonesia Periode Juli 2006-
Juli 2013 Menggunakan Metode
Granger Dan Final Prediction Error.
Setyawan, A. B. (2005). Kausalitas Jumlah Uang
Beredar Dan Inflasi ( Sebuah Kajian
Ulang ), 23–24.
Silvanita, K. (2009). Bank Dan Lembaga
Keuangan Lainnya. Jakarta: penerbit
Erlangga.
Trianto, D. W. (2012). Uji Kointegrasi Dengan
Metode Johansen Dan Aplikasinya Pada
Data Harga Sembako Di Pasar Induk
Kota Yogyakarta (Studi Kasus : Data
Harga Daging Sapi Dan Daging Ayam
Kampung), 2–4.
Yodiatmaja, B. (2012). Hubungan antara bi rate
dan inflasi pendekatan kausalitas toda –
yamamoto. Journal of Economics and
Policy, 5(2), 127–136.

Anda mungkin juga menyukai