Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

MANAJEMEN DIKLAT DALAM UPAYA OPTIMALISASI


KINERJA PEGAWAI PUBLIK
Oleh:
Rosidah

Absract

Training is a form of employee development toward achieving the vision and mission of an organization. The process toward
achieving vision and mission is inseparable from various challenges such as: technological development, politic, social,
and the demand for good quality service. In order to get the right balance as a result of those challenges, the existence
of qualified human resoure that meet the required qualification needs to be taken into account in order to obtain effective
work as demanded by either internal and external stakeholder. One of the efforts that can done is by improving the training
management. Trainig will be more effective when it is capable of transforming one’s attitudes to meet the organizational
goals. In accordance to that, there are some stages needed to be done : 1) planning stage which involves needs analysis,
setting objectives for the training management development, the material/curriculum, time/duration of training, trainer
and method of training, 2) the training which involves setting the committee either in organizing committee, those belong
to the training organization and sterring committee, those immediately in charge of the training, 3) evaluation stage can
be conducted through the following alternatives: post test, pretest/post test, or multiple pretest/multiplepost test, or post
training action plan.
Key word: training, human resource.

I. PENDAHULUAN organisasi yang penuh ketidakpastian


Reformasi terhadap kualitas pegawai (boundarlys organization) memaksa sebuah
(sumberdaya manusia) merupakan bagian organisasi untuk selalu menyesuaikan dan
dari reformasi pemerintahan dalam rangka mengikuti arah perubahan tersebut. Beberapa
mengarah pada pencapaian good governance. sebab lain adanya kebutuhan diklat selain
Upaya yang dapat dilakukan melalui sistem dipicu oleh permasalahan-permasalahan
manajemen kinerja, tidak hanya pada staf terkait dengan kualitas angkatan kerja dan
akan tetapi menyeluruh dari pegawai jajaran persaingan global, juga adanya alih teknologi.
kepemimpinan sampai dengan pegawai Kondisi masyarakat yang semakin maju
pada tingkat operasional. Salah satu aspek baik tingkat ekonomi maupun sosial juga
manajemen kinerja adalah bagaimana sistem mempengaruhi kebutuhan diklat. Tuntutan
pengembangan pegawai dikelola dalam masyarakat akan kualitas pelayanan
kemasan pendidikan dan pelatihan (diklat) memberikan sinyal pada birokrasi untuk
supaya benar-benar sesuai dengan fungsinya, melakukan penyesuaian-penyesuaian.
yakni mampu memberikan efek positif pada Sebuah organisasi harus mampu beradaptasi
peningkatan kinerja di lingkungan organi- secara cepat agar perubahan yang terjadi
sasinya. Kebutuhan diklat muncul karena tidak menggangggu kinerjanya.
adanya masalah-masalah yang mengganggu Pendidikan dan Pelatihan merupakan
kinerja organisasi, seperti penurunan prestasi suatu proses pembelajaran dalam organisasi
mencakup menurunya pelayanan dan tingkat yang mengarah pada perubahan sikap dan
produksi. Di samping itu, perubahan lingkungan perilaku pegawai untuk memenuhi harapan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 21


Vol. 2, No.1, Juni 2008

kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan dan memberikan motivasi pegawai dalam
organisasi baik internal maupun eksternal. peningkatan kinerja. Salah satu strategi untuk
Berdasar PP RI No. 101 tahun 2000, disebutkan memenuhi tuntutan karir adalah keikutsertaan
bahwa tujuan diklat antara lain: meningkatkan dalam diklat. Secara konsep, karir merupakan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap untuk rangkaian pekerjaan atau tugas yang
dapat melakukan tugas jabatan secara disesuaikan dengan kepentingan individu.
profesional dengan dilandasi kepribadian Seseorang pegawai akan menentukan sendiri
dan etika PNS sesuai kebutuhan instansi, arah karirnya sesuai dengan nilai, kekuatan,
memantapkan sikap dan semangat peng- kelemahan, dan kemampuan yang dimiliki.
abdian yang berorientasi pada pelayanan, Diperlukan diklat yang profesional untuk
pengayoman dan pemberdayaan masyarakat, menyesuaikan pemenuhan kualifikasi tuntutan
menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pekerjaan, bagi para pegawai yang akan
pikir. PP tersebut memberikan penekanan menelusuri jenjang karir. Melalui diklat, pegawai
pada kualitas PNS untuk selalu meningkatkan diharapkan dapat memperoleh pengetahuan,
kapasitas/kualitas diri yaitu dengan mengikuti keterampilan, dan keahlian yang nantinya
diklat. dapat diterapkan dalam bekerja maupun
Untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam rangka pengembangan organisasi.
sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Oleh karena itu, organisasi harus memberikan
Pemerintah No. 101 Tahun 2000 tentang fasilitas terkait dengan jenjang karir yang
pendidikan dan Pelatihan PNS, pada ayat 2 jelas, antara lain dengan manajemen diklat
dijelaskan bahwa diklat dalam jabatan meliputi: yang efektif guna memenuhi kualifikasi yang
diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan dipersyaratkan.
diklat teknis. Seiring dengan perkembangan
organisasi maka kebutuhan diklat baik diklat
II. PERAN PIMPINAN DALAM KINERJA
fungsional maupun teknis sangat mendesak
PEGAWAI
selain untuk mengisi jabatan juga dalam rangka
memenuhi tuntutan persyaratan pekerjaan dan Sejalan dengan perkembangan pola
pelayanan masyarakat. Tantangan yang perlu pikir masyarakat dan perubahan global
menjadi perhatian selanjutnya terarah pada maka sudah saatnya birokrasi melakukan
bagaimana sumberdaya manusia (pegawai) pengkajian terkait dengan sejauhmana
mampu memenuhi harapan perkembangan kontribusi diklat dalam pelayanan publik.
organisasi sebagaimana misi yang telah Sumberdaya manusia dalam birokrasi harus
ditentukan. Nampaknya perlu ada kese- mampu memenuhi standar pelayanan yang
imbangan antara orientasi organisasai yang menjadi tuntutan bagi pihak eksternal.
akan dituju dengan kinerja yang seharusnya Menurut Keputusan Menpan No. 63 tahun
dieksiskan oleh pegawai dalam mewujudkan 2004, sebagaimana telah dikutip oleh
pengembangan organisasi yang optimal. Ratminto & Atik Septi Winarsih (2005:24)
diterangkan beberapa standar kualitas
Permasalahan organisasi publik tidak
pelayanan dalam organisasi publik minimal
lepas pula dengan persoalan karir para
meliputi: 1) Prosedur pelayanan harus
pegawainya. Pengembangan karir merupakan
dibakukan, 2) Waktu pelayanan ditetapkan
kebutuhan pegawai, yang mampu memicu
dari awal sampai dengan penyelesaian suatu

22 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

urusan, 3) Pene-tapan biaya pelayanan, produce new of improved product, process


4) Produk pelayanan sesuai dengan ketentuan and services. Jadi dalam inovasi terdapat
yang telah ditetapkan, 5) Sarana dan prasarana simbiosis nilai-nilai sosial maupun ekonomi
yang memadai, 6) Petugas pemberi pelayanan yang bersumber pada pengetahuan/secara
harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan generatif, pengembangan dan implementasi
pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap, ide-ide yang menuju pada peningkatan
dan perilaku yang dibutuhkan. Terkait dengan produk , serta proses serta jasa pelayanan.
persyaratan di atas, khususnya pada aspek Pendidikan dan Pelatihan
sumberdaya maka sudah seharusnya pimpinan merupakan tanggungjawab manajemen
peduli pada kondisi pegawai yang ada dalam puncak (pimpinan) yang harus mendapat
lingkup organisasinya. Kalau dilihat prinsip dukungan dari berbagai pihak, antara lain
pelayanan organisasi non public bahwa salah adalah para pegawainya. Meskipun diklat
satu strategi pelayanan supaya memuaskan menjadi tanggungjawab pimpinan, namun
pelanggan adalah memberikan pelayanan keberhasilan diklat menjadi tanggungjawab
yang lebih dari apa yang dipersepsikan bersama baik pimpinan, departeman (bagian
oleh orang yang membutuhkan. Sementara pengembangan pegawai), para pimpinan
kondisi masyarakat sudah demikian maju tingkat menengah (midle managemen)
dan banyak berubah serta perkembangan maupun pegawai itu sendiri. Departemen
permintaan pelayanan yang berkualitas pengembagan pegawai pada suatu
menjadi sebuah tuntutan. Oleh karena itu organisasi membantu manajemen diklat
perlu diikuti kemampuan para pegawai untuk dalam menyediakan keahlian sumber-daya
memenuhi tuntutan tersebut. Hal ini tentunya manusia yang dibutuhkan untuk kepentingan
memaksa para aparatur (birokrasi) untuk dapat diklat. Sedang porsi tanggung-jawab
menyesuaikan dengan berbagai inovasi yang pegawai ditunjukkan dengan adanya minat
selama ini telah berkembang. dan kedisiplinan mengikuti progam diklat
Inovasi tidak saja diartikan pada dalam upaya peningkatan kualitas kerja dan
perbaikan sarana prasarana pembelian pengembangan karir untuk dirinya maupun
alat baru, namun juga dalam arti perbaikan untuk pengembangan organisasinya.
manajemen pendidikan pelatihan, Peran pimpinan sangat substansial dalam
peningkatan analisa sistem dan prosedur melakukan manuver-manuver perubahan
supaya lebih simpel dengan biaya rendah, guna memenuhi harapan pegawai maupun
inovasi dalam penyelesaian alur pekerjaan mewujudkan misi yang telah menjadi orientasi
yang lebih transparan, dan sebagainya. organisasi. Untuk mencapai misi tersebut
Inovasi menjadi sebuah kebutuhan organisai sebagai pembelajar (organization
organisasi yang ingin berkembang dan learning) menjadi sangat penting direalisasikan
berlanjut (suistainibilty). Oleh Haris Fauzan dalam proses peningkatan kinerja para
(2003) diterangkan bahwa sebagaimana pegawainya. Sehingga para pimpinan
didefinisikan dalam The conference board penting memiliki keterampilan, sebagaimana
of Canada: Innovation as a process through dikatakan oleh Rhincsmith dalam makalah
which economic of social value is estracted yang dituturkan oleh Rina Herawati (2003:84)
from knowledge/through the generation, antara lain meliputi: 1) mengelola persaingan,
defelopment and implementation of ideas to

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 23


Vol. 2, No.1, Juni 2008

2) mengelola kompleksitas, 3)mengelola pada bawahannya dengan memperhatikan


penyelarasan organisasi, 4) mengelola perbedaan pribadi. Peran pengalokasian
perubahan organisasi, 5) mengelola tim sumberdaya manusia dimasudkan bahwa
multicultural. Adanya persaingan yang semakin pimpinan mampu untuk menempatkan
kompetitif menjadikan sebuah organisasi pegawai sesuai dengan keahlian/kapasitas-
selalu proaktif untuk mencari informasi guna nya. Ketika ada proyek pengembangan
menentukan strategi yang perlu dilakukan pegawai harus dapat adil dalam penentuan
dalam mengantisipasi sebuah kemunduran/ siapa dan jabatan/fungsi apa yang memang
ketertinggalan. Perjalanan menuju pencapaian benar-benar membutuhkan/layak untuk
tujuan organisasi banyak permasalahan- menempati fungsi/jabatan tersebut, dan ketika
permasalahan yang sangat kompleks, sehingga mengalokasikan pegawai dalam mengikuti
seorang pimpinan harus mampu menghadapi pendidikan dan pelatihan harus memenuhi
hal tersebut. Penyelarasan organisasi penting the right man on the right place.
dilakukan untuk mengimbangi perkembangan Kedudukan pimpinan dalam organisasi
lingkungan baik internal maupun eksternal. menjadi penentu yang sangat dominan
Perubahan organisasi juga harus dipantau dalam sebuah perkembangan lembaga yang
supaya tidak berdampak pada menurunnya dipimpinnya. Kearah mana lembaga dibawa
kinerja pegawai. atau misi/visi apa yang diorientasikan dalam
Kepemimpinan sebagaimana definisi pencapaian tujuan organisasi akan banyak
oleh Bennet (1994: 165) yakni Leadership ditentukan oleh kebijakan pimpinan. Segala
is the ability to influence the thoughts and bentuk inovasi terhadap perubahan organisasi
behaviour of others, menyiratkan bahwa dalam menjadi hal yang perlu dipikirkan. Media yang
diri pimpinan melekat kemampuan mem- mungkin dapat dilakukan untuk mengimbangi
pengaruhi pola pikir dan perilaku bawahan. perubahan organisasi antara lain melalui
Maka ketika organisasi mengalami berbagai pendidikan dan pelatihan yang tepat agar arah
tantangan, kemampuan tersebut dibutuhkan peningkatan kinerja pegawai dapat memenuhi
untuk menyesuaikan perubahan global. tuntutan perubahan. Richard P Draft, (2002),
Seorang pimpinan mempunyai kewenangan mengatakan bahwa pada performance
untuk mengambil keputusan dalam me- pemimpin ada kekuatan pribadi sehingga
nentukan langkah-langkah pengembangan bawahan mengikuti pemimpin karena rasa
organisasi. Ada beberapa peran yang melekat hormat, maupun karena kekaguman ide-idenya.
pada sosok pimpinan, antara lain seperti Dalam hal ini pemimpin mempunyai kekuatan
dikemukakan oleh Chuck William (2002), pribadi untuk melakukan perubahan pegawai.
yakni: peran antar pribadi, peran sumber Adanya kekuatan referensi yang bersumber
informasi, dan peran pengambil keputusan, dari karakteristik kepribadian pimpinan untuk
peran mengalokasi sumberdaya manusia, memulai dahulu saling menghormati dan
dan peran ahli negosisasi. Bagi seorang mengidentifikasi bawahan sehingga bawahan
pemimpin kemampuan untuk menempatkan mau secara moral otonom (tidak dengan paksa)
berbagai peran sangat diharapkan oleh bawahan dapat mengikuti pemimpinnya yang
bawahannya. Peran antar pribadi ditunjukkan akan menghasilkan komitmen luar biasa pada
ketika seorang pimpinan memperlakukan bawahannya. Dengan adanya komitmen dari

24 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

pegawai maka pemberdayaan sebagaimana akan diadopsi dari pengalaman yang dialami
telah dilakukan oleh pimpinan akan berjalan pegawai pada program diklat baik secara
dengan baik karena ada kekuatan yang total konsep maupun praktik. Pengembangan
dari bawahan tersebut untuk mengarah pada pegawai melalui diklat cenderung mengarah
pencapaian tujuan. pada tipe gaya pembelajaran asimilator. Gaya
pembelajaran ini menurut Richard P. Draft
(2002) mempunyai kemampuan pembelajaran,
III. URGENSI DIKLAT DALAM yang dominan pada konseptualisasi abstrak
PENGEMBANGAN ORGANISASI dan observasi reflektif. Dalam proses
Dalam perjalanan menuju pencapaian pengembangan individu/organisasi maka
tujuan/misi organisasi tidak lepas dari pembelajaran berkesinambungan selalu
perbagai tantangan dan kendala yang diupayakan melalui keaktifan pegawai untuk
dihadapi. Berbagai persoalan timbul baik mengambil peran dalam mengaplikasikan apa
yang diakibatkan oleh faktor sumber daya yang dialaminya dari berbagai peristiwa. Adanya
manusia maupun sumber daya lain dalam berbagai peristiwa dalam diklat merupakan
organisasi. Apabila persoalan terkait dengan pembelajaran yang bermanfaat bagi pengem-
ke-senjangan kualifikasi yang diharapkan bangan diri yang menciptakan sikap, loyalitas,
dari pegawai dengan realitas yang ada, dan kerjasama menguntungkan.
maka solusi yang dilakukan adalah berpikir Diklat merupakan salah satu bentuk
terkait dengan permasalahan pelatihan pengembangan pegawai yang pada akhirnya
dan pengembangan atau pendidikan dan dapat berimbas pada peningkatan kesejah-
pelatihan pegawai. Persoalan sumber daya teraan pegawai serta pengembangan sebuah
manusia yang memicu dilakukan pemikiran organisasi. Sebagaimana diketahui bahwa
terhadap pentingnya diklat dalam organisasi desakan untuk menyelenggarkan diklat
apabila terjadi permasalahan, antara lain: bersumber dari adanya beberapa faktor,
ketidakharmonisan/konflik antar pegawai, antara lain; adanya kesenjangan kemampuan
sulit dilakukan koordinasi, absensi meningkat, pegawai dalam jabatan dengan realitas yang
produktivitas kerja menurun, dan adanya ada, memenuhi tuntutan perkembangan
tekanan eksternal yang menyebabkan eksternal, peningkatan pelayanan,dan lain-lain.
terganggunya ketenangan kerja atau tidak Seperti dijelaskan Simamora (1996), tujuan
stabilnya kerja organisasi. Supaya pendidikan pelatihan dan pengembangan antara lain
dan pelatihan memenuhi harapan dalam adalah: a) memperbaiki kinerja, b) membantu
pengembangan pegawai dan organisasi, maka memecahkan persoalan operasional, c) mem-
orientasi tujuan diklat menjadi arahan dalam persiapkan pegawai untuk promosi serta
proses merencanakan, mengorganisasi, memenuhi kebutuhan pribadi. Perbaikan
menyelenggarakan dan mengevaluasi kinerja akan sulit dilakukan oleh pegawai tanpa
program diklat. intervensi dari program pelatihan maupun
Bagi pegawai, diklat merupakan proses pendidikan. Karena mereka bekerja secara
pembelajaran yang mengarah pada perubahan rutin dan selalu ada pekerjaan yang harus
sikap dan perilaku sesuai yang diarahkan diselesaikan. Apabila terjadi permasalahan
oleh tujuan dari diklat tersebut. Pembelajaran dalam pekerjaan yang berlangsung relatif

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 25


Vol. 2, No.1, Juni 2008

lama, maka akan mempengaruhi kelancaran Dijelaskan oleh Russel, dalam Sulistiyani
pekerjaan. Untuk itu, ada waktu khusus & Rosidah (2005) bahwa tahapan diklat
bagi pegawai untuk melakukan proses pem- meliputi:1). penilaian kebutuhan pelatihan (need
belajaran yaitu dengan diikutkan program diklat assesment), yang bertujuan me-ngumpulkan
sesuai dengan kompetensinya yang dapat informasi untuk menentukan dibutuhkan atau
diharapkan akan mampu menyelesai-kan tidaknya program diklat, 2) pengembangan
pekerjaan dengan lancar. program pelatihan (development), bertujuan
untuk merancang lingkungan pelatihan dan
metode pelatihan yang dibutuhkan guna
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN DIKLAT mencapai tujuan pelatihan, 3) evaluasi
Keputusan untuk menyelenggarakan program pelatihan (evaluation) bertujuan untuk
diklat harus berdasar pada data valid, yang menilai apakah diklat telah mencapai tujuan
dihimpun melalui penilaian kebutuhan. yang diharapkan. Adanya tahapan tersebut
Penilaian ini mendiagnosis berbagai program diklat benar-benar dirancang sesuai
permasalahan yang dihadapi oleh pegawai/ dengan kebutuhan. Berbagai manfaat adanya
organisasi dengan tujuan untuk pengem- analisis kebutuhan diklat yang pasti adalah
bangan organisasi. sebagai dasar menyusun program diklat. Di
Kualitas diklat sangat bergantung pada sisi lain, adanya analisis tersebut secara tidak
manajemen diklat yang diselenggarakan, langsung adalah dalam rangka menghadapi
antara lain pada ketepatan memilih materi tugas maupun peraturan/kebijakan baru.
diklat, kualitas penatar/nara sumber, metode Mengacu pada pemikiran Anthony, et.al
pelatihan serta evaluasi yang dilakukan. (2002:327-328), bahwa untuk mencapai
Untuk itu. pemilihan penatar harus benar- efektivitas diklat perlu analisis terhadap:
benar sesuai dengan bidang keahlian serta 1) Oganizational Needs Assesment,
pengalaman kerja yang dimilikinya. Analisis 2) Task Needs Assesment, 3) Employee
terhadap kebutuhan diklat sebagai suatu Needs Assesment, 4) Development of
tahapan dalam penyusunan program terkait Training Objektive, 6) Development of Criteria
dengan jenis, prosedur, model dan teknik for Training Evaluation. Penilaian terhadap
diklat perlu dilakukan dalam manajemen diklat. kebutuhan organisasi mencakup ruang lingkup
Penelusuran dimulai dengan analisis tugas/ permasalahan-permasalahan pada level
fungsi yang ada, kualifikasi persyaratan untuk organisasi (organizational needs assessment),
memenuhi fungsi tersebut, kemudian mencari meliputi standar kinerja yang harus dipenuhi
solusi jenis diklat yang meliputi: materi yang oleh pegawai, persyaratan kualifikasi pegawai
harus disajikan, metode diklat yang tepat untuk untuk pencapain misi organisasi, sistem
memenuhi jenis kualifikasi yang diperlukan organisasi yang barangkali mempengaruhi
terkait dengan keterampilan dan bidang kinerja pegawai serta perubahan-perubahan
keahliannya. Pada akhir penyelenggaraan strategi organisasi yang mempengaruhi
diklat harus dievaluasi untuk mengetahui kualifikasi kerja juga menjadi bagian yang
efektivitasnya mengubah atau meningkatkan dianalis. Mungkin saja perlu penambahan
perilaku pegawai dalam upaya peningkatan fungsi atau bagian baru dalam organisasi.
kinerja. Asesmen pada kebutuhan kerja (task needs
assesment) yakni melakukan analisis

26 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

terhadap standar kinerja pekerjaan, pekerjaan pekerjaan manajerial dan non


persyaratan kualifikasi untuk memenuhi sebuah manajerial
fungsi/tugas/pekerjaan, yang memungkinkan
2. Mengidentifikasi Kinerja Pegawai
untuk dapat diterapkan dalam kelancaran
Dengan dilakukan identifikasi standar
organisasional. Menurut Simamora (1997)
kinerja, yang meliputi sifat, jenis dan beban
analisis tugas atau operasional meliputi:
kerja maka informasi tersebut digunakan
1) suatu pengumpulan secara sistematis
sebagai bahan mengidentifikasi kinerja
informasi yang menggambarkan secara rinci
pegawai yang diharapkan.
bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga,
2) standar kinerja untuk pekerjaan tersebut 3. Menentukan masalah, yakni mengiden-
dapat ditentukan, 3) bagaimana tugas- tifikasi permasalahan-permasalahan
tugas akan dilaksanakan untuk mencapai yang ada dengan mengkomparasi hasil
standar tersebut dan, 4) pengetahuan, identifikasi standar kinerja dengan
keahlian, kemampuan dan karakteristik identifikasi kinerja pegawai.
lainnya yang diperlukan bagi pelaksanaan
4. Menentukan penyebab masalah, yakni
tugas yang efektif. Penilaian terhadap
mencari sebab-sebab masalah.
kebutuhan kepegawaian (Employee Needs
Analisis ini dapat dilakukan oleh para
Assesment) meliputi pengamatan terhadap
pegawai melalui diskusi kelompok
proses pegawai melakukan pekerjaan,
pada sub masing-masing. Hal-hal yang
perilaku dan sikap yang dipersyaratkan
didiskusikan antara lain: a) Menentukan
dalam kerja baik tingkat operasional maupun
permasalahan dalam pekerjaan apakah
menajerial. Pada tahap terakhir adalah
disebabkan oleh sumber daya manusia,
menentukan pengembangan tujuan pelatihan
sarana dan prasarana, uang, metode
yang disesuaikan dengan harapan dan kriteria
kerja, b) Menentukan sejauh mana
pengembangan evaluasinya.
kesenjangan yang ada antara kualifikasi
Secara rinci disebutkan bahwa langkah- kerja yang ada dengan kualifikasi yang
langkah dalam Analisis Kebutuhan Diklat dipersyaratkan dalam tugas
menurut Modul Analisis Kebutuhan Diklat dan
Penyusunan Kurikulum (2008) meliputi: 5. Menentukan alternatif pemecahan
masalah.
1. Mengidentifikasi standar kinerja.
Pada tahap ini dilakukan pemilihan
Pada umunya standar kinerja ditetapkan
alternatif-alternatif untuk pemecahan
dalam organisasi disesuaikan dengan
masalah sehingga dapat diketahui
jenis pekerjaan, sifat pekerjaan, dan
permasalahan yang dapat dipecahkan
beban pekerjaan dalam jabatan tersebut.
melalui program diklat maupun per-
Berdasarkan jenisnya maka pekerjaan
masalahan yang dapat dipecahkan
meliputi: a) menurut frekuensinya:
dengan nondiklat.
pekerjaan harian, periodik, insidental,
b) menurut hubungangan antar pekerjaan: 6. Menetapkan solusi: melalui diklat dan non
pekerjaan siklik (rangkaian pekrjaan diklat (dengan perbaikan sistem kerja dan
tetap) dan non siklik, c) menurut tingkat perbaikan sarana/fasilitas)

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 27


Vol. 2, No.1, Juni 2008

Sebagai gambaran singkat siklus proses pelajaran yang akan diberikan dengan
pelatihan yang dikemukakan oleh (Anthony, cara pemberian nilai pencapaian tujuan.
2002:125adalah sbb.: Menuru Ggrayson, sebagaimana di-
jelaskan dalam Modul Analisis Kebutuhan
MODEL OF THE TRAINING PROCESS Diklat dan Kurikulum, kurikulum adalah
suatu perencanaan untuk mendapatkan
Assessment Stage Training Stage
keluaran (outcomes) yang diharapkan
Evaluation Stage
dari suatu pembelajaran. Kurikulum me-
Feedback ngandung 4 elemen: a) isi (content), b)
Soource: Adabted from I.L Goldstein strategi pembelajaran (teaching-learning
strategies), c) proses penilaian (assessment
Gambar di atas memberikan kejelasan
processes), d) evaluasi proses (evaluation
bahwa sebelum melaksanakan diklat maka
processes). Penyususnan kurikulum pada
perlu dilakukan analisis kebutuhan, pengem-
program diklat harus responsif menjawab
bangan tujuan diklat serta pengembangan
permasalahan-permasalahan yang akan
kriteria evaluasinya. Hasil dari pengembangan
dipecahkan melalui diklat.
tujuan yang telah ditentukan sebagai bahan
pertimbangan pemilihan jenis pelatihan B. Penyelenggarakan Diklat
beserta desain/metode yang dipilih.
Selanjutnya adalah pelaksanaan pelatihan, Dalam penyelenggaran diklat perlu
yang pada akhirnya dilakukan pengukuran memperhatikan aspek-aspek terkait dengan
hasil yaitu membandingkan dengan kriteria event organization (EO). Hal-hal yang
pengembangan pegawai yang telah di- perlu diperhatikan adalah: a) penetapan
tentukan. organizing commite (OC), b) staring
commitee (SC). Pembentukan OC adalah
Secara menyeluruh prosedur penye- penentuan kepanitian dengan pembentukan
lenggaraan diklat dapat diterangkan sebagai struktur organisasi/pertanggungjawaban
berikut: terhadap pelaksanaan diklat serta
A. Perencanaan Diklat, yang meliputi: pembagian fungsi-fungsi pada masing-
masing anggota dengan memperhatikan
Penyelenggaraan diklat perlu direncana-
siapa-siapa yang bertanggung jawab pada
kan dengan cermat agar supaya tujuan diklat
apa dari mata kegiatan diklat. Penentuan
dapat tercapai. Adapun kegiatannya meliputi:
struktur penaggungjawab diklat sampai pada
1). Menentukan tujuan diklat, struktur yang paling bawah. Aktivitas OC
Tujuan diklat disusun berdasarkan juga meliputi: pemilihan tempat yakni sejauh
orientasi yang diharapkan oleh organisasi mana ruang dan tempat dapat memberikan
pada sumber daya manusia yang akan kenyamanan para peserta diklat, yang
mengikuti diklat. meliputi kapasitas ruangan dan tempat parkir,
kamar kecil yang respsresentatif, ruang
2). Penyusunan program.
tunggu dan fasilitas yang diperlukan, dan
Yang penting dalam penyusunan program
selanjutnya adalah membuat time scedule
adalah menentukan kurikulum diklat.
diklat. Kualitas penyelenggaraan juga
Kurikulum merupakan kumpulan materi
sangat tergantung pada orang-orang yang

28 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

bertugas sebagai Staring Committee (SC) peserta yang meliputi jawaban pertanyaan:
terdiri atas: pembawa acara, moderator, para apa yang pegawai pikirkan secara umum
nara sumber dalam menyampaikan materi, (tanggapan) dari diklat, pemberian fasilitas
yang meliputi: jenis bahan ajar serta metode dari program diklat yang dapat dirasakan,
yang dipakai. Para petugas SC sebaiknya serta isi/materi dari program. Pada level
orang-orang yang sudah berpengalaman dan kedua yaitu Learning dimaksudkan tingkatan
berkualitas sehingga penyelenggaraan dapat pencapaian proses pembelajaran peserta
sesuai dengan tujuan yang diorientasikan diklat. Apakah peserta telah mencapai standar
pada penyelenggaraan diklat tersebut dapat kelulusan baik keterampilannya maupun ketika
tercapai. proses pelatihan. Jenis tes untuk mengukur
ini, antara lain performance test, yang dapat
C. Tahap Evaluasi mengukur tingkatan kelulusan. Pendekatan
Pada kenyataannya banyak program diklat lain untuk mengukur dengan simulasi atau
yang hanya sekedar memberikan sosialisasi role playing biasanya melalui test setelah
terhadap hal yang baru atau diinginkan pemberian materi, kemudian pada level ketiga
oleh manajemen SDM. Namun evaluasi penilaian terhadap perilaku (behaviour) dapat
terhadap pemanfaatan untuk pengembangan/ dilihat apakah para peserta diklat terjadi
peningkatan kinerja sehari-hari belum banyak perubahan perilaku dalam bekerja. Untuk
dilakukan. Hal tersebut barangkali disebabkan mengetahui sejauhmana perubahan perilaku
bahwa proses evaluasi akan lebih lama dalam dilakukan pengumpulan data melalui program
penyelenggaraan pertanggungjawabannya. supervisi, yang meliputi seberapa besar terjadi
Namun demikian, untuk benar-benar mengacu peningkatan yang dihasilkan dari program
pada pencapaian visi/misi lembaga baik skala diklat dan sejauhmana program diklat telah
mikro maupun makro maka proses evaluasi banyak mempengaruhi perubahan perilaku
menjadi bagian penting yang perlu dilakukan kerja. Pada tahap terakhir adalah evaluasi
oleh penyelenggaraan diklat atau lembaga hasil (result), yakni penyelidikan bagaimana
yang bersangkutan supaya diklat mempunyai program diklat telah mempengaruhi
nilai guna yang maksimal dalam peningkatan organisasinya. Untuk organisasi publik maka
kualitas SDM dan pengembangan organisasi. evaluasi hasil yang dapat ditelusuri meliputi:
Tahap evaluasi diklat perlu dilakukan penurunan absensi pegawai, peningkatan
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan sikap pegawai, peningkatan produksi kerja/
diklat telah memenuhi harapan atau tujuan dari semangat kerja. Evaluasi terhadap hasil
diklat yang sudah dicanangkan sebelumnya terkait juga dengan sejauh mana program
atau apakah diklat mampu menjawab diklat telah memenuhi tujuan organisasi
permasalahan-permasalahan kinerja ke- yang dicanangkan. Apabila terjadi gap atau
pegawaian dan organisasi. Ada beberapa ketidak sesuaian antara kenyataan yang
tahap evaluasi, antara lain sebagaimana ada dengan harapan tujuan organisi maka
dikemukakan oleh William Antoni, et.al, yaitu: perlu dilakukan filter terhadap sebab-sebab
1) Reaction, 2)Learning, 3)Behaviour, kegagalan tersebut bilamana mungkin perlu
4)Result. Reaksi dari peserta diklat perlu digali dilakukan tahap evaluasi ulang. Ada juga
informasinya, data dikumpulkan dari para desain evaluasi dengan metode post training
action plan (www.srtategimanajemen.net),

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 29


Vol. 2, No.1, Juni 2008

yang berisi serangkaian rencana tindakan sejauhmana kualitas program diklat yang
kongkrit yang harus dilakukan peserta untuk sudah dilakukan.
meng-aplikasikan training yang telah diikuti. Alternatif yang ketiga adalah multiple
Alternatif lain yang mungkin dapat pretets/multiple posttest. Desain ini dapat
dilakukan pada tahap evaluasi meliputi 3 mengeliminir kelemahan dari post test dan
desaian, yakni dengan cara: 1) postest, pretest/post test. Dalam hal ini peserta diukur
2) pretest/posts test dan 3) multiple pretest/ beberapa kali dari sebelum dan sesudah
multiple post-test. Post test dilakukan pada program diklat dilaksanakan. Test dirancang
akhir program diklat. Hal ini untuk mengetahui untuk membandingkan tingkat kebenaran hasil
reaksi peserta diklat terhadap materi diklat pengukuran tersebut. Selanjutnya dilakukan
yang baru saja diterima dari proses belajar pengamatan terhadap perubahan dalam
ketika berlangsung diklat. Evaluasi men- perilaku kerja. Apakah terjadi perubahan
fokuskan pada perasaan peserta terhadap kearah positif yang berarti pada peningkatan
proses pelatihan dan nara sumber (pelatih). kinerja. Apabila terjadi perubahan yang positif
Untuk mengetahui sejauh mana hasil diklat maka dapat dikatakan bahwa program diklat
terhadap reaksi-reaksi peserta, misalnya adalah berhasil.
dengan angket, yang antara lain menanyakan: Penyelenggara diklat dapat memilih
apakah program tersebut bermanfaat, berbagai alternatif desain evaluasi di atas
apakah program menambah keterampilan/ untuk melakukan evaluasi terhadap diklat yang
ke-mampuan pekerjaan nantinya, dan se- berlangsung demi kepentingan organisasinya.
terusnya. Namun test ini tidak mungkin untuk Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan
mengukur sejauh mana berimbas pada metode evaluasi di atas, antara lain adanya
peningkatan keterampilan kerja/perubahan waktu yang tersedia maupun biaya serta tenaga
sikap dan perilaku, hanya reaksi ketika pegawai yang tersedia. Namun apapun alasan yang
selesai diklat. Paling tidak peserta diklat sudah ada, evaluasi tetap penting dilakukan. Pada
dapat mengetahui sejauh mana materi diklat akhirnya perubahan terhadap sikap/perilaku
tersebut membantu pegawai untuk melakukan ataupun peningkatan ke-terampilan merupakan
perubahan sikap dan perilaku dalam rangka suatu proses yang selalu harus diamati/
peningkatan kinerjanya. dievaluasi dan dilakukan pemberdayaan yang
Alternatif kedua pretest/posttest dapat berkelanjutan.
juga dilakukan untuk mengukur efek atau
perbedaan tingkat pengetahuan/keterampilan
kerja melalui tanggapan peserta dari sebelum V. KESIMPULAN
mengikuti diklat dan setelah mengikuti program Diklat merupakan salah satu upaya
diklat. Kelemahan desain ini juga terletak pengembangan pegawai dalam rangka
pada tidak terpantaunya pengaruh yang se- memenuhi kinerja yang diharapkan dan
sungguhnya terjadi nantinya ketika pegawai memenuhi kualifikasi sumber daya manusia
mengerjakan rutinitas kerja. Karena pada test untuk menghadapi perubahan tuntutan kualitas
tersebut hanya pada tingkat tanggapan. Tetapi baik dari internal maupun eksternal. Keputusan
meskipun demikian paling tidak informasinya pentingnya penyelenggaraan diklat didasarkan
merupakan masukan untuk mengetahui pada analisis kebutuhan, yang dapat dianalisis

30 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

melalui kebutuhan pengembangan karir, Henry Simamora, 1997. Manajemen Sumber


adanya kepentingan perbaikan kinerja Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN
pegawai yang rendah, penambahan fungsi Modul, 2008: Analisis Kebutuhan Diklat dan
dalam organisasi, memperkecil kesenjangan Penyusunan Kurikulum, SCBD Sleman
tuntutan pekerjaan dengan sumber daya
manusia yang ada. Informasi dari analisis Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
kebutuhan mengharuskan ada dan tidaknya No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
program diklat. Apabila permasalahan terkait dan pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
dengan persoalan pegawai, maka perlu Sipil.
program diklat, yang harus dirancang dengan Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2005.
langkah-langkah: 1) tahap perencanaan Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
dengan menentukan jenis diklat, nara sumber Pustaka Pelajar
(pelatih), durasi waktu, penentunan materi/ Richard L Draft (2002). Manajemen.
kurikulum, 2) tahap pelaksanaan dan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
3) tahap evaluasi. Ada beberpa alternatif
William P. Antony, 2002. Human Resouces
desain evaluasi: post test, pretest/post test
Management., A Strategic Approach,
atau dengan multiple pretest/multiplepost test,
United States Of America
atau post training action plan. Keberhasilan
diklat terwujud apabila diklat mempunyai
dampak positif pada peningkatan kinerja
atau hasil diklat sesuai dengan kriteria
pengembangan tujuan yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, 2003


Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakrta: Graha Ilmu
Bennet, 1994. Organizational Behaviour.
London: Pitman publishing.
Bunga Rampai Administrasi Negara, 2005.
Fokus dan Solusi menuju Terwujudnya
Good Governance.. Jakarta. Lembaga
Administrasi Negara.
Chuck Wikkiam, 2001. Manajemen
(terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 31

Anda mungkin juga menyukai