Pembentukan Karakter Kerja
Pembentukan Karakter Kerja
Revitalisasi 06
PEMBENTUKAN
KARAKTER
KERJA
&
KONTRAK
BELAJAR
Disusun
oleh:
Supriyadi
Adang
Suryana
Endang
Sadbudhy
Rahayu
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020
Pengarah:
Dr.
Ir.
M.
Bakrun,
M.M.
Direktur
SMK
Arfah
Laidiah
Razik,
S.H.,
M.A
Kasubbag
Tata
Usaha
Dr.
Abdul
Haris,
M.Si
Koordinator
Bidang
Tata
Kelola
Mochamad
Widiyanto,
S.Pd.,
M.T
Koordinator
Bidang
Penilaian
Drs.
Haryono,
M.M
Koordinator
Bidang
Peserta
Didik
Arie
Wibowo
Khurniawan,
S.Si.,
M.Ak
Koordinator
Bidang
Sarana
dan
Prasarana
Chrismi
Widjajanti,
S.E.,
M.B.A
Koordinator
Bidang
Program
dan
Evaluasi
Penulis:
Adang
Suryana
Supriyadi
Endang
Sadbudhy
Rahayu
Penyunting:
Huda
Saifullah
Kamalie
Tim
Dit.
SMK
Desain
Sampul:
Sonny
Rasdianto
Layout:
Winih
Wicaksono
ISBN: 978-602-5517-72-3
©
Hak
Cipta
Dilindungi
Undang-Undang
Dilarang
memperbanyak
karya
tulis
ini
dalam
bentuk
dan
dengan
cara
apapun
tanpa
izin
tertulis
dari
Direktorat
06
Buku
Serial
Revitalisasi
PEMBENTUKAN
KARAKTER
KERJA
&
KONTRAK
BELAJAR
Disusun
oleh:
Supriyadi
Adang
Suryana
Endang
Sadbudhy
Rahayu
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
iii
KATA
PENGANTAR
iv
BAB
I.
PENDAHULUAN
1
A.
Latar
Belakang
1
B.
Tujuan
2
C.
Ruang
Lingkup
2
BAB
II.
KONSEP
PEMBENTUKAN
KARAKTER
SISWA
SMK
3
A.
Karakter
Kerja
3
B.
Lembar
Kegiatan
14
BAB
III.
MODEL
PEMBENTUKAN
KARAKTER
KERJA
15
A.
Penyelenggaraan
Pembentukan
Karakter
Kerja
15
B.
Implementasi
Model
Pembelajaran
Pembentukan
15
Karakter
Kerja
C.
Lembar
Kegiatan
17
BAB
IV.
PENUTUP
19
DAFTAR
PUSTAKA
20
SUPLEMEN
21
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
1.
Ilustrasi
pendidikan
karakter
di
sekolah
3
Gambar
2.
Kompetensi
abad
21
6
Gambar
3.
Warunk
upnormal
7
Gambar
4.
Tokopedia.com
7
Gambar
5.
Promosi
dan
penjualan
pin
enamel
melalui
instagram
7
Gambar
6.
Perkembangan
revolusi
industri
7
Gambar
7.
Ilustrasi
bisnis
stratup
11
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 iii
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
KATA
PENGANTAR
Pengembangan
dan
penerapan
pendidikan
karakter
kerja
siswa
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)
merupakan
urgensi
dalam
upaya
meningkatkan
kapasitas
dan
kualitas,
sebagaimana
tertuang
dalam
penjelasan
Pasal
15
Undang
Undang
nomor20
Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional,
Sekolah
Menengah
Kejuruan
merupakan
pendidikan
menengah
yang
mempersiapkan
peserta
didik
terutama
untuk
bekerja.
Perpres
No.
87
tahun
2018
tentang
Penguatan
Pendidikan
Karakter,
kemudian
dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Nomor
34
Tahun
2018
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
SMK/MAK,
khususnya
Standar
Kompetensi
Lulusan
terdapat
9
(sembilan)
area
kompetensi,
salah
satu
area
kompetensi
tersebut
adalah
Karakter
Pribadi
dan
Sosial
lulusan
SMK/MAK.
Pengembangan
karakter
kerja
bagi
siswa
SMK
merupakan
aspek
penting
dalam
menghasilkan
lulusan
yang
mampu
bersaing
dan
berhasil
dalam
pekerjaannya.
Siswa
SMK
harus
dipersiapkan
untuk
menghadapi
kondisi
dan
tantangan
real-job
yang
ada
di
dunia
usaha
dan
industri.
Bekerja
di
dunia
usaha
dan
industri
berada
dalam
lingkungan
yang
berbeda
dengan
lingkungan
sekolah
sehingga
diperlukan
adanya
pengembangan
karakter
kerja
meliputi
pembinaan
ketahanan
mental,
disiplin
kerja,
ketahanan
fisik,
dan
perilaku
positif
siswa.
Oleh
karenanya
dalam
melaksanakan
pelaksanaan
pembentukan
karakter
kerja
di
SMK,
diperlukan
adanya
materi
pembinaan
ketarunaan
yang
memuat
tentang
materi
Kesamaptaan,
Tata
Tertib
Taruna,
dan
Pembentukan
Organisasi
Senat
Taruna
tentang
bagaimana
pembentukan
karakter
kerja
untuk
kesiapan
kerja
yang
terintegrasi
dalam
proses
pembelajaran
dengan
melibatkan
pihak
internal
maupun
eksternal
sekolah.
Dalam
rangka
inilah
Direktorat
Pembinaan
SMK
pada
tahun
2019
menyusun
Dokumen
Pembinaan
Karakter
Kerja
berbasis
Ketarunaan,
yang
meliputi,
Pedoman
Pelaksanaan,
Materi
Pembinaan
Ketarunaan,
dan
Panduan
Training
of
Trainer
(ToT)
sebagai
dokumen
yang
utuh
dan
menyeluruh,
untuk
membentuk
dan
pembiasaan
karakter
kerja
lulusan
SMK.
Dokumen
pembinaan
ketarunaan
ini
diharapkan
dapat
digunakan
bagi
SMK
bersama
pihak
terkait
yang
berkepentingan
baik
langsung
maupun
tidak
langsung,
untuk
menyiapkan
kemampuan
dan
membangun
karakter
utama
para
peserta
didiknya
yang
pada
akhirnya
tercipta
suatu
budaya
yang
disiplin,
maju,
modern
dan
kompetitif
mengenai
pentingnya
karakter
kerja.
Direktur Pembinaan SMK
Dr. Ir. M. Bakrun, M.M.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
iv 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berdasarkan
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan
Nasional
No.
20
tahun
2003,
Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan,
akhlak
mulia,
serta
keterampilan
yang
diperlukan
dirinya
dan
masyarakat.
Pendidikan
di
sekolah
merupakan
suatu
proses
memanusiakan
peserta
didik.
Seharusnya
proses
yang
dilakukan
di
dalam
pendidikan
tidak
semata-mata
hanya
mengajarkan
materi
pelajaran
kepada
peserta
didik
namun
lebih
dari
itu,
yaitu
terjadinya
proses
mendidik
kepada
peserta
didik.
Dalam
proses
mendidik
akan
menghasilkan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
yang
terintegrasi.
Utamanya
proses
pendidikan
haruslah
menghasilkan
sikap
dan
perilaku
yang
akhirnya
menjadi
sebuah
watak,
kepribadian,
dan
karakter
peserta
didik.
Menurut
Ki
Hadjar
Dewantara,
pendidikan
merupakan
tanggung
jawab
bersama
antara
pemerintah,
masyarakat
dan
orang
tua.
Tanggung
jawab
bersama
tersebut
merupakan
tanggung
jawab
dalam
mempersiapkan
generasi
muda
dalam
rangka
menjaga
keberlangsungan
kehidupan
masyarakat
yang
lebih
baik
di
masa
depan.
Keberlangsungan
tersebut
ditandai
oleh
pewarisan
budaya
dan
karakter
yang
telah
dimiliki
bangsa
dan
negara.
Kurikulum
pendidikan
di
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)
bukanlah
pedoman
yang
statis,
namun
dapat
dijadikan
sebagai
pedoman
yang
dinamis
yang
dapat
menyesuaikan
dengan
situsi
dan
kondisi
di
dunia
kerja
saat
ini.
Dunia
kerja
sekarang
telah
memasuki
era
industri
4.0
yang
ditandai
antara
lain
dengan
pemanfaatan
jaringan
internet,
intenet
of
things
(IoT),
kecerdasan
buatan.
Karakter
kerja
di
dunia
industri
atau
dunia
kerja
akan
menyesuaikan
dengan
era
industri
4.0.
B.
Tujuan
Setelah
mempelajari
materi
Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK
dan
Kontrak
Belajar,
pemangku
kebijakan
atau
tim
PPK
di
Sekolah
diharapkan
,mampu:
1.
Menganalisis
“Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK”
pada
sekolah
masing-masing
sesuai
dengan
program
keahlian.
2.
Mengembangkan
program
kegiatan“Model
Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK”
pada
sekolah
masing-masing
sesuai
dengan
program
keahlian.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 1
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
C.
Ruang
Lingkup
Ruang
lingkup
materi
Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK
terdiri
dari:
1.
Pendahuluan,
meliputi:
Latar
Belakang,
Tujuan,
dan
Ruang
Lingkup.
2.
Konsep
Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK,
meliputi:
Karakter
Kerja
dan
Lembar
Kegiatan.
3.
M o d e l
Pe m b e n t u k a n
K a r a k t e r
Ke r j a
S i s w a
S M K ,
m e l i p u t i :
Penyelenggaraan
Program
Pendidikan
Karakter
Kerja,
Implementasi
Model
Pembelajaran
Pembentukan
Karaker
Kerja,
dan
Lembar
Kegiatan.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
BAB
II
KONSEP
PEMBENTUKAN
KARAKTER
KERJA
SISWA
SMK
A.
KARAKTER
KERJA
Mengacu
pada
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
bahwa
karakter
dapat
diartikan
dengan
tabiat,
sifat-sifat
kejiwaan,
akhlak
atau
budi
pekerti
yang
membedakan
seseorang
dengan
yang
lain.
Dengan
demikian
orang
berkarakter
dapat
diartikan
sebagai
orang
yang
mempunyai
kepribadian,
berperilaku,
bersifat,
bertabiat,
serta
berwatak.
Bahwa
karakter
sejatinya
dapat
dibentuk
dan
diupayakan
melalui
pendidikan,
sehingga
pendidikan
karakter
menjadi
bermakna
untuk
membawa
peserta
didik
agar
dapat
berkarakter
yang
baik.
Individu
yang
berkarakter
baik
atau
unggul
adalah
seseorang
yang
berusaha
melakukan
hal-hal
yang
terbaik
terhadap
Tuhan
YME,
dirinya,
sesama,
lingkungan,
bangsa
dan
negara
serta
dunia
internasional
pada
umumnya
dengan
mengoptimalkan
potensi
(pengetahuan)
dirinya
dan
disertai
dengan
kesadaran,
emosi
dan
motivasinya
(perasaannya)
(Pusat
Bahasa,
2008).
Gambar
1.
Ilustrasi
pendidikan
karaker
di
sekolah
Sumber:
cerdaskarakter.kemdikbud.go.id
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 3
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
Karakter
kerja
yang
dibutuhkan
dunia
kerja
meliputi:
etika
kerja,
rasa
keingintahuan,
sifat
dapat
dipercaya,
disiplin
diri,
kejujuran,
komitmen,
tanggungjawab,
respek
terhadap
diri
sendiri
dan
orang
lain,
toleransi,
kerjakeras,
hubungan
kerja
yang
baik,
integritas,
perilaku
yang
baik,
komunikasi,
kegigihan,
motivasi
kerja
tinggi,
kerjasama
yang
baik,
inisiatif,
keberanian,
moral,
kerajinan,
daya
adaptasi,
pengendalian
diri,
pembelajar
yang
cepat,
keinginan
untuk
belajar
hal-hal
yang
baru,
kemampuan
cara
belajar,
keluwesan,
dan
kewirausahaan
(Slamet,
2011).
Dengan
demikian
dapat
diartikan
bahwa
karakter
kerja
merupakan
nilai-nilai
dasar
kerja
yang
harus
dimiliki
seseorang
dalam
melaksanakan
kerja
yang
dibutuhkan
di
dunia
kerja.
Pendidikan
karakter
kerja
merupakan
proses
pendidikan
yang
dilakukan
dalam
rangka
mempersiapkan
lulusan
yang
memenuhi
persyaratan
karakter
kerja
di
dunia
kerja,
baik
sebagai
pekerja
mupun
mandiri.
Karakter
seseorang
tumbuh
dan
berkembang
atas
dua
kekuatan,
yaitu
berasal
dari
dalam
yang
berupa
factor
biologis
dan
kekuatan
dari
luar
yang
berupa
factor
lingkungan.
Sebagaimana
diketahui
berdasarkan
Peraturan
Dirjen
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
No.
06/D.D5/KK/2018
tentang
Spektrum
Keahlian
Sekolah
Menengah
Kejuruan
(SMK)/Madrasah
Aliyah
Kejuruan
(MAK)
memiliki
9
Bidang
Keahlian
yaitu:
Teknologi
dan
Rekayasa,
Energi
dan
Pertambangan,
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi,
Kesehatan
dan
Pekerja
Sosial,
Agribisnis
dan
Agroteknologi,
Kemaritiman,
Bisnis
dan
Manajemen,
Pariwisata,
Seni
dan
IndustriKreatif.
SMK
adalah
sekolah
menengah
yang
mempersiapkan
peserta
didik
untuk
dapat
bekerja
dalam
bidangnya
masing-masing.
SMK
dibangun
dengan
tujuan
untuk
membentuk
tenaga
kerja
yang
trampil,
kompetitif,
dan
berkompetensi.
Oleh
karena
itu,
pendidikan
di
SMK
dapat
dirancang
untuk
mempersiapkan
lulusannya
memenuhi
persyaratan
karakter
kerja
di
dunia
kerja.
Penyelenggaraan
proses
pendidikan
di
SMK
dapat
dilakukan
setiap
saat
pada
setiap
aktivitas
proses
pembelajaran
yang
menekankan
pada
berbagai
nilai
dasar
karakter
kerja.
Pembentukan
karakter
dapat
dibentuk
oleh
sebuah
proses
kebiasaan
yang
terjadi
secara
terus
menerus
yang
ditanamkan
melalui
budaya
sekolah.
Pendidikan
di
sekolah
dapat
membentuk
karakter
peserta
didik
sampai
peserta
didik
lulus
dari
sekolah.
Pembentukan
karakter
merupakan
pikiran
yang
di
dalamnya
terdapat
seluruh
program
yang
terbentuk
dari
pengalaman
hidupnya.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
4 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
1.
Karakter
Dunia
Kerja
Implementasi
karakter
kerja
melalui
proses
pembelajaran
di
sekolah
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
cara.
Karakter
kerja
dapat
diintegrasikan
melalui
mata
pelajaran
yang
lebih
banyak
menekankan
praktik,
namun
tidak
menutup
kemungkinan
diintegrasikan
melalui
mata
pelajaran
yang
lebih
menekankan
teori.
Meskipun
sebenarnya
antara
teori
dan
praktik
merupakan
satu
kesatuan.
Karakter
kerja
lulusan
SMK
dalam
memasuki
dunia
kerja/industri
ataupun
usaha
mandiri
mutlak
harus
dimiliki
agar
sesui
yang
diinginkan
oleh
dunia
kerja/industri
ataupun
usaha
mandiri.
2.
Kompetensi
Abad
21
Perubahan
yang
terjadi
pada
abad
ke-21
menurut
Trilling
and
Fadel
(2009)
adalah:
(a)
dunia
yang
kecil,
karena
dihubungkan
oleh
teknologi
dan
transportasi;
(b)
pertumbuhan
yang
cepat
untuk
layanan
teknologi
dan
media
informasi;
(c)
pertumbuhan
ekonomi
global
yang
mempengaruhi
perubahan
pekerjaan
dan
pendapatan;
(d)
menekankan
pada
pengelolaan
sumberdaya:
air,
makanan
dan
energi;
(e)
kerjasama
dalam
penanganan
pengelolaan
lingkungan;
(f)
peningkatan
keamanan
terhadap
privasi,
dan
keamanan
(g)
kebutuhan
ekonomi
untuk
berkompetisi
pada
persaingan
global.
Dalam
menyikapi
perubahan
yang
terjadi
pada
abad
21
tersebut,
maka
BNSP
telah
menerbitkan
framework
pembelajaran
abad
ke-21
sebagai
berikut:
(a)
Kemampuan
berpikir
kritis
dan
pemecahan
masalah(Critical-
Thinking
and
Problem-Solving
Skills),
mampu
berfikir
secara
kritis,
lateral,
dan
sistemik,
terutama
dalam
konteks
pemecahan
masalah;
(b)
Kemampuan
berkomunikasi
dan
bekerjasama
(Communication
and
Collaboration
Skills),
mampu
berkomunikasi
dan
berkolaborasi
secara
efektif
dengan
berbagai
pihak;
(c)
Kemampuan
berpikir
kritis
dan
pemecahan
masalah(Critical-
Thinkingand
Problem-Solving
Skills),
mampu
berfikir
secara
kritis,
lateral,
dan
sistemik,
terutama
dalam
konteks
pemecahan
masalah;
(d)
Kemampuan
berkomunikasi
dan
bekerjasama
(Communication
and
Collaboration
Skills),
mampu
berkomunikasi
dan
berkolaborasi
secara
efektif
dengan
berbagai
pihak;
(e)
Kemampuan
mencipta
dan
membaharui
(Creativity
and
Innovation
Skills),
mampu
mengembangkan
kreativitas
yang
dimilikinya
untuk
menghasilkan
berbagai
terobosan
yang
inovatif;
(f)
Literasi
teknologi
informasi
dan
komunikasi
(Information
and
Communications
Technology
Literacy),
mampu
memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
meningkatkan
kinerja
dan
aktivitas
sehari-hari;
(g)
Kemampuan
belajar
kontekstual(Contextual
Learning
Skills),
mampu
menjalani
aktivitas
pembelajaran
mandiri
yang
kontekstual
sebagai
bagian
dari
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 5
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
pengembangan
pribadi,
dan
(h)
Kemampuan
informasi
dan
literasi
media,
mampu
memahami
dan
menggunakan
berbagai
media
komunikasi
untuk
menyampaikan
beragam
gagasan
dan
melaksanakan
aktivitas
kolaborasi
serta
interaksi
dengan
beragampihak.
Learning
and
innovation
skills
(keterampilan
belajar
dan
berinovasi)
meliputi
(a)
berpikirkritis
dan
mengatasi
masalah/Critical
Thinking
and
Problem
Solving,
(b)
komunikasi/Communication,
(c)kolaborasi/Collaboration,
(d)
kreativitas
dan
inovasi/Creativity
and
Innovation.
Komunikasi Kolaborasi
Kompetensi
Abad
21
Kreativitas Berfikir Kritis
Gambar 2. Kompetensi abad 21.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
6 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
a.
Tantangan
Revolusi
Industri
4.0
Revolusi
industry
generasi
keempat
ditandai
dengan
kemunculan
super
komputer,
robot
pintar,
kendaraan
tanpa
pengemudi,
editing
genetik
dan
perkembangan
neuroteknologi
yang
memungkinkan
manusia
untuk
lebih
mengoptimalkan
fungsi
otak.
Hal
inilah
yang
disampaikan
oleh
Klaus
Schwab,
Founder
dan
Executive
Chairman
of
the
World
Economic
Forum
dalam
bukunyaThe
Fourth
Industrial
Revolution.
Gambar
6.
Perkembangan
revolusi
industri.
Sumber:
Peta
jalan
pengembangan
SMK.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 7
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
telah
mengubah
dunia
sebagaimana
revolusi
generasi
pertama
melahirkan
sejarah
ketika
tenagamanusia
dan
hewan
digantikan
oleh
kemunculan
mesin.
Salah
satunya
adalah
kemunculan
mesinuap
pada
abad
ke-18.
Revolusi
ini
dicatat
oleh
sejarah
berhasil
mengerek
naik
perekonomian
secara
dramatis
di
mana
selama
dua
abad
setelah
Revolusi
Industri
terjadi
peningkatan
rata-rata
pendapatan
perkapita
Negara-negara
di
dunia
menjadi
enam
kali
lipat.
Berikutnya,
pada
revolusi
industry
generasi
kedua
ditandai
dengan
kemunculan
pembangkit
tenaga
listrik
dan
motor
pembakaran
dalam
(combustion
chamber).
Penemuan
ini
memicu
kemunculan
pesawat
telepon,
mobil,
pesawat
terbang,
dll
yang
mengubah
wajah
dunia
secara
signifikan.
Kemudian,
revolusi
industry
generasi
ketiga
ditandai
dengan
kemunculan
teknologi
digital
dan
internet.
Selanjutnya,
pada
revolusi
industry
generasi
keempat,
seperti
yang
telah
disampaikan
di
atas,
telah
menemukan
pola
baru
ketika
teknologi
disruptif
(disruptive
technology)
hadir
begitu
cepat
dan
mengancam
keberadaan
perusahaan-perusahaan
incumbent.
Sejarah
telah
mencatat
bahwa
revolusi
industry
telah
banyak
menelan
korban
dengan
matinya
perusahaan-
perusahaan
raksasa.
Lebih
dari
itu,
pada
era
industry
generasi
keempat
ini,
ukuran
besar
perusahaan
tidak
menjadi
jaminan,
namun
kelincahan
perusahaan
menjadi
kunci
keberhasilan
meraih
prestasi
dengan
cepat.
Hal
ini
ditunjukkan
oleh
Grab
yang
bergerak
dalam
bidang
taksi,
mobil,
ojek,
kurir,
antar
makanan,
dan
lain
sebagainya
yang
mengancam
pemain-pemain
besar
pada
industri
di
seluruh
dunia
yang
mengancam
pemain-pemain
utama
di
industry
jasa
pariwisata.
Ini
membuktikan
bahwa
yang
cepat
dapat
memangsa
yang
lambat
dan
bukan
yang
besar
memangsa
yang
kecil.
Oleh
sebab
itu,
para
pekerja
juga
harus
peka
dan
melakukan
instrospeksi
diri
sehingga
mampu
mendeteksi
posisinya
di
tengah
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
World
Economic
Forum
memperkirakan
pada
Januari
2016
ada
sekitar
35%
keahlian
yang
yang
dianggap
penting
saat
ini
kelak
akan
berubah.
Kecerdasan
buatan
dan
machine
learning,
robotika,
transportasi
autonomous,
advanced
materials,
bioteknologi
dan
genomic
akan
sangat
berperan
dalam
revolusi
industry
generasi
keempat.
Selanjutnya
juga
dirangkum
dari
World
Economic
Forum
(WE),
nanti
pada
tahun
2020
dimana
era
Revolusi
Industri
Generasi
Keempat
dimulai
ada
sepuluh
soft
skill
yang
harus
dimiliki
untuk
menjawab
tantangan
dunia
industri.
Soft
skill
tersebut
adalah
menyelesaikan
permasalahan
yang
kompleks/sulit
(Complex
Problem
Solving),
berpikir
kritis
(Critical
Thinking),
kreatifitas
(Creativity),
manajemen
SDM
(People
Management),
koordinasi
(Coordinating),
kecerdasan
emosional
(Emotional
Intelligence),
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
8 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
b.
Startup
Startup
merupakan
sebuah
istilah
yang
dapat
diartikan
sebagai
perusahaan
yang
sedang
berkembang
atau
sedang
tumbuh.
Startup
banyak
dihubungkan
dan
didukung
dengan
pemanfaatan
teknologi
dan
internet.
Transformasi
digital
telah
mengubah
Indonesia
menjadi
salah
satu
negara
dengan
pertumbuhan
e-commerce
yang
sangat
cepat
seiring
dengan
peningkatan
penggunaan
smartphone
dan
infrastruktur
telekomunikasi
internet.
Gambar
7.
Ilustrasibisnisstartup
Sumber:
https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup.html
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 9
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
B.
KONTRAK
BELAJAR
Menurut
catatan
penting
melalui
proyek
“What
Works
in
Character
Education”
(Berkowitz
&
Bier,
2005b)
dan
“What
Works
Clearinghouse”
disimpulkan
bahwa
pendidikan
karakter
dapat
cukup
efektif
dalam
mempromosikan
perkembangan
karakter
dan
prestasi
akademik.
Secara
kontekstual
hal
tersebut
dapat
menjadi
peletak
dasar
pola
pendidikan
dan
pembelajaran
di
setiap
lembaga
penyelenggara
pendidikan,
dalam
hal
ini
adalah
sekolah.
Oleh
karenanya
perlu
diperhatikan
pula
mengenai
proses
pembelajaran
yang
tepat
dan
efektif
di
sekolah.
Sekolah
efektif
adalah
sekolah
yang
berupaya
menjalankan
fungsinya
sebagai
tempat
belajar
yang
paling
baik
dengan
menyediakan
layanan
pembelajaran
yang
bermutu
bagi
siswa
siswinya.
Selain
itu,
sekolah
yang
efektif
perlu
memiliki
visi
dan
misi
yang
jelas
serta
dilaksanakan
secara
konsisten,
memiliki
lingkungan
yang
baik,
kepemimpinan
sekolah
yang
kuat,
dukungan
dari
masyarakat
sekitar,
sekolah
mempunyai
rancangan
program
yang
jelas,
guru
menerapkan
strategi
gembelajaran
yang
inovatif,
evaluasi
berkelanjutan,
kurikulum
sekolah
yang
terancang
dan
terintegrasi
satu
sama
lain.
Selanjutnya,
diantara
hal
yang
tidak
kalah
pentingnya
dalam
mendukung
terciptanya
mutu
pembelajaran
adalah
adanya
kesepakatan
antar
para
penyelenggara
pendidikan
(pembelajaran)
di
sekolah.
Mereka
yang
bersepakat
tersebut
adalah
Pihak
Sekolah,
Guru,
Siswa,
dan
Orang
tua.
Komitmen
atau
kesepakatan
bersama
nantinya
akan
dituangkan
ke
dalam
sebuah
dokumen
k e s e p a h a m a n
y a n g
d i n a m a k a n
d e n g a n
k o n t r a k
b e l a j a r.
Hakikatnya
sebuah
kontrak
yang
diartikan
sebagai
kesepakatan
antara
dua
orang
atau
lebih
mengenai
hal
tertentu
yang
disetujui
oleh
para
pihak
diantara
mereka.
Maka
masing-masing
elemen
yang
bersepakat
pun
harus
dengan
pasti
mengetahui
secara
rinci
tentang
isi
kesepakatan
yang
ditandatangani
oleh
semua
pihak
terlibat.
Hal
ini
tentu
saja
diorientasikan
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
10 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
1.
https://www.jpnn.com/news/mendikbud-minta-guru-dan-siswa-teken-kontrak-belajar
2.
https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/18/02/14/p45aya335-mendikbud-buat-kontrak-
belajar-demi-tata-hubungan-siswaguru
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 11
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
3.
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/198124/sekolah-dan-orang-tua-siswa-dituntut-bersinergi
4.
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/198124/sekolah-dan-orang-tua-siswa-dituntut-bersinergi
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
12 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
MANAJEMEN
SEKOLAH
SISWA
KONTRAK GURU
BELAJAR
ORANG TUA
Gambar 8. Siklus Komponen Pelaku KONTRAK BELAJAR (ilustrasi penulis)
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 13
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
C.
LEMBAR
KEGIATAN
Lembar
Kegiatan
1.
Analisis“Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK”
pada
sekolah
masing-masing
sesuai
dengan
program
keahlian.
1.
Buatlah
kelompok
sesuai
sekolah
masing-masing.
2.
Bacalah
konsep
pembentukan
karakter
kerja
Siswa
SMK.
3.
Setelah
Anda
membaca
dan
memahami
konsep
pembentukan
karakter
kerja
Siswa
SMK,
lakukan
analisis
karakter
kerja
yang
mana
yang
sesuai
dengan
program
keahlian
yang
ada
pada
sekolah
Anda?
Contoh.
Analisis
Karakter
kerja
Siswa
SMK.
Nama
Sekolah:
……………
No
Program
Keahlian
Nilai
Karakter
Kerja
1
……,
….,
…..,
dan
…..
2
……,
….,
…..,
dan
…..
3
……,
….,
…..,
dan
…..
dst ……,
….,
…..,
dan
…..
4. Presentasikan hasilnya.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
14 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
BAB
III
MODEL
PEMBENTUKAN
KARAKTER
KERJA
A.
Penyelenggaraan
Program
Pendidikan
Karakter
Kerja
Terdapat
dua
konsep
kurikulum
penyelenggaraan
program
pendidikan
karakter
yang
dipandang
relevan
untuk
diaplikasikan,
yaitu
:
1)
Model
Konkuren
(concurrent
model),
adalah
kurikulum
pendidikan
karakter
dengan
subjek
akademik,
dalam
hal
ini
adalah
mata
pelajaran
yang
terdapat
dalam
struktur
kurikulum
sekolah,
menjadi
bagian
utuh
dari
kurikulum
profesional
yang
dirancang
untuk
diimplementasikan
secara
paralel
antara
satu
dengan
lainnya,
serta
diajarkan
oleh
guru
pengampu
mata
pelajaran
yang
sama;
2)
Model
konsekutif
(consecutive
model),
adalah
kurikulum
pendidikan
karakter
yang
diberikan
secara
terpisah
dari
kurikulum
subjek
akademik,
baik
yang
berkaitan
dengan
pengajar/fasilitator
program
maupun
waktu
pelaksanaannya.
Dimana
peserta
didik
mengikuti
program
pendidikan
karakter
ini
terpisah
dari
pelaksanaan
belajar
regular
sesuai
dengan
mata
pelajaran
dan
jenjangnya.
B.
Implementasi
Model
Pembelajaran
Pembentukan
Karakter
Kerja
Secara
lebih
spesifik
implementasi
kurikulum
yang
lebih
bersifat
tangible
serta
mampu
dituangkan
ke
dalam
model
pelaksanaan
kurikulum
di
lapangan,
dalam
hal
ini
tentu
saja
pelaksanaan
di
sekolah,
maka
terdapat
4
(empat)
tawaran
model
penerapan,
sebagai
berikut;
1)
Model
Otonom
Model
otonomi
yang
memposisikan
pendidikan
karakter
kerja
sebagai
sebuah
mata
pelajaran
tersendiri
menghendaki
adanya
rumusan
yang
jelas
seputar
standar
isi,
kompetensi
dasar,
silabus,
rencana
pembelajaran,
bahan
ajar,
metodologi
dan
evaluasi
pembelajaran.
Jadwal
pelajaran
dan
alokasi
waktu
merupakan
konsekuensi
lain
dari
model
ini.
Sebagai
sebuah
mata
pelajaran
tersendiri
pendidikan
karakter
akan
lebih
terstruktur
dan
terukur.
Guru
memiliki
otoritas
yang
luas
dalam
perencanaan
dan
membuat
variasi
program
karena
ada
alokasi
waktu
yang
dikhususkan
untuk
itu.
Namun
demikian
model
ini
dengan
pendekatan
formal
dan
struktural
kurikulum
dikhawatirkan
lebih
banyak
menyentuh
aspek
kognitif
siswa,
tidak
sampai
pada
aspek
afektif
dan
perilaku.
Model
seperti
ini
biasanya
mengasumsikan
tanggung
jawab
pembentukan
karakter
hanya
ada
pada
guru
bidang
studi
sehingga
tersebut,
keterlibatan
guru
lain
sangat
kecil.
Pada
akhirnya
pendidikan
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 15
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
karakter
akan
gagal
karena
hanya
mengisi
intelektualitas
peserta
didik
tentang
konsep-konsep
kebaikan,
sementara
aspek
atau
sisi
emosional
dan
spiritualnya
tidak
terisi.
2)
Model
Integrasi
Model
kedua
adalah
model
yang
mengintegrasikan
pendidikan
karakter
kerja
dengan
seluruh
mata
pelajaran
yang
ditempuh
dengan
menghadirkan
paradigma
bahwa
semua
guru
adalah
pengajar
karakter
(character
educator).
Semua
mata
pelajaran
diasumsikan
memiliki
misi
moral
dalam
membentuk
karakter
positif
siswa.
Dengan
model
ini
maka
pendidikan
karakter
kerja
menjadi
tanggung
jawab
kolektif
dari
seluruh
komponen
sekolah.
Sudah
saatnya
pendidikan
karakter
kerja
diaplikasikan
dalam
pendidikan
SMK.
Jika
semula
pendidikan
karakter
hanya
menjadi
anak
tiri,
maka
kini
harus
dijadikan
poin
utama.
Artinya,
pendidikan
karakter
tidak
lagi
terpisah
dengan
bentuk
pendidikan
yang
sifatnya
kognitif
atau
akademik.
Formatnya,
jika
ditingkat
dasar
pendidikan
karakter
ini
tidak
harus
menjadi
mata
pelajaran
sendiri.
Tetapi,
cukup
menjadi
komponen
semacam
kurikulum
tersembunyi
(hidden
curriculum)
yang
diselipkan
di
berbagai
mata
pelajaran.
Contoh,
dalam
pembelajaran
pertanian
terkait
dengan
perawatan
tanaman,
maka
peserta
didik
perlu
disisipkan
pada
kedisiplinan
dalam
melakukan
penyiaangan,
ketelitian
dalam
ukuran
pupuk
yang
diberikan.
Contoh
lain,
dalam
pembelajaran
teknologi
informasi
terkait
dengan
membuat
program
(coding)
maka
peserta
didik
perlu
disisipkan
ketekunan
membuat
coding,
pantang
menyerah
membuat
coding.
Model
ini
dipandang
lebih
efektif
dibandingkan
dengan
model
pertama,
namun
memerlukan
kesiapan,
wawasan
moral
dan
keteladanan
dari
seluruh
guru.
Dimana
hal
ini
dianggap
sebagai
satu
hal
yang
lebih
sulit
dari
pada
pembelajaran
karakter
itu
sendiri.
Pada
sisi
lain
model
ini
juga
menuntut
kreatifitas
dan
keberanian
para
guru
dalam
menyusun
dan
mengembangkan
silabus
dan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP).
3)
Model
Suplemen
Model
ketiga
yang
menawarkan
pelaksanaan
pendidikan
karakter
melalui
sebuah
kegiatan
di
luar
jam
sekolah
dapat
ditempuh
melalui
dua
cara.
Pertama,
melalui
suatu
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
dikelola
oleh
pihak
sekolah
dengan
seorang
penanggung
jawab.
Kedua,
melalui
kemitraan
dengan
lembaga
lain
yang
memiliki
kapasitas
dan
kapabilitas
dalam
pembinaan
atau
pendidikan
karakter.
Model
ini
memiliki
kelebihan
berupa
pengalaman
kongkret
yang
dialami
para
siswa
dalam
pembentukan
karakter.
Ranah
afektif
dan
perilaku
siswa
akan
banyak
tersentuh
melalui
berbagai
kegiatan
yang
dirancang.
Keterlibatan
siswa
dalam
menggali
nilai-nilai
kehidupan
melalui
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
16 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
C.
Lembar
Kegiatan
Lembar
Kegiatan2.
Analisis
SWOT
implementasi
4
model
pembelajaran
pembentukan
karakter.
1.
Buatlah
kelompok
sesuai
sekolah
masing-masing.
2.
Bacalah
konsep
implementasi
model
pembelajaran
pembentukan
karakter
kerja.
3.
Setelah
Anda
membaca
dan
memahami
konsep
implementasi
4
model
pembelajaran
pembentukan
karakter
kerja,
lakukan
analisis
SWOT.
INTERNAL EKSTERNAL
Strength Weakness Opportunity Treaths
(Kekuatan)
(Kelemahan)
(Peluang) (Tantangan)
1. 1. 1.
1.
2. 2. 2. 2.
3. 3. 3. 3.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020
17
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
4.
Berdasarkan
analisis
SWOT
tersebut,
pilihlah
implementasi
satu
model
pembelajaran
pembentukan
karakter
kerja
yang
paling
sesuai
dengan
sekolah
Anda.
5.
Presentasikan
hasilnya.
Lembar
Kegiatan
3.
Program
Kegiatan
“Model
Pembentukan
Karakter
Kerja
Siswa
SMK”.
1.
Buatlah
kelompok
sesuai
sekolah
masing-masing.
2.
Berdasarkan
pilihan
implementasi
model
pembelajaran
karakter
kerja
yang
telah
dipilih,
buatlah
program
kerja
untuk
sekolah
Anda.
Contoh.
Program
kerja
model
pembelajaran
karakter
kerja.
Nama
Sekolah
:
………………..
Tahun
Pelajaran
:
………………..
Model
:
………………..
1
2
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
18 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
IV
PENUTUP
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 19
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
DAFTAR PUSTAKA
--,
Kamus
Bahasa
Indonesia.
Pusat
Bahasa
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Jakarta.
2008.
--,
Making
Indonesia
4.0,
Kementerian
Perindustrian,
Jakarta.
2018
--,
Peta
Jalan
Pengembangan
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Direktorat
Pembinaan
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Jakarta.
2017
--,
Strategi
Membentuk
Kecakapan
Abad
21
dalam
Implementasi
Kurikulum
SMK.
Direktorat
Pembinaan
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Jakarta.
2018.
https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup.html
Slamet.
Implementasi
Pendidikan
Karakter
Kerja
dalam
Pendidikan
Kejuruan.
UNY
Press.
Yogyakarta.
2011.
Umi
Rochyati
dan
Ratna
Wardani.
Model
Pembelajaran
Karakter
Kerja
di
Sekolah
Menengah
Kejuruan.
Jurnal
Kependidikan
UNY,
Yogyakarta.
2018.
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
20 2020
SUPLEMEN
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
BEST
PRACTICE
KONTRAK
BELAJAR
SMK
Mitra
Industri
MM2100
I.
Tujuan
Menjalin
komunikasi
yang
baik
dengan
orang
tua
melalui
proses
Segi
Tiga
Emas
(Orang
Tua,
Sekolah,
&
Siswa).
Dan
bersama-sama
mendukung
kesuksesan
siswa
dalam
mengapai
cita
–
cita
yang
diimpikan.
II.
Ouptput
yang
Diharapkan
1.
Siswa
dan
Orang
tua
memahami
maksud
dan
tujuan
sekolah
dalam
menjalankan
aturan
yang
telah
disepakati
antara
Siswa,
Sekolah
dan
Orang
tua.
2.
Zero
Komplain
dalam
pelaksaan
pendidikan
di
sekolah.
III. Alur Proses Kontrak Belajar
Penguman Hasil Tes
Sosialisasi Sistem Sekolah
Tandatanggan Surat Penyataan Orang Tua
Masa Pengelalan Lingkungan Sekolah ( MPLS)
Tandatangan Surat Pernyataan Siswa
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
22 2020
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
1.
Pengumuman
hasil
tes:
a.
setelah
siswa
melaksanakan
rangkaian
tes
masuk
yang
terdiri
dari
empat
rangkaian
tes,
yaitu
tes
Tulis,
Fisik,
Kesehatan
dan
Interview.
b.
Tes
Tulis
meteri
yang
diujikan
hanya
Matematika
Dasar,
dengan
tujuan
sejauh
mana
pemahaman
calon
siswa
materi
matematika
dasar.
c.
tes
Fisik
lari
memutari
lapang,
satu
putaran
dangan
jarak
120
Meter,
tujuanya
untuk
menguji
ketahanan
fisik
calon
siswa.
d.
Tes
kesehatan
medical
cek
up
(MCU),
terdiri
dari;
cacat
fisik,
buta
warna
dan
lain
nya
sesuai
standar
kesehatan
masuk
kerja.
e.
Tes
Interview,
tes
ini
merupakan
tahapan
akhir
yang
harus
dijalankan
oleh
calon
siswa,
tujuannya
untuk
menanyakan
langsung
kepada
calon
siswa,
apa
yang
menjadi
harapan
dan
tujan
akhir
dalam
menempuh
pedidikan
di
sekolah.
Semua
proses
seleksi
diatas
merupakan
rangkain
yang
sama
di
lakuakan
oleh
industri.
2.
Sosialisasi
program
Sekolah,
Hal
yang
disampaikan
dalam
kegiatan
ini
sistem
pembelajaran
yang
dijalankan
serta
apa
yang
menjadi
bagian
orang
tua
dalam
mewujudkan
kesuksesan
siswa.
ini
semua
bertujuan
agar
orang
tua
paham
proses
pembelajaran
yang
di
jalankan
oleh
sekolah
dan
aturan
yang
akan
diterapkan
kepda
calon
siswa.
Serta
orang
tua
mengetahui
apa
yang
menjadi
tujuan
sekolah
dalam
mendidik
siswanya.
3.
Masa
pengenalan
lingkungan
sekolah
(MPLS).
Kegiatan
yang
dilaksanakan
tidak
ada
unsur
“perploncoan”
semuanya
merupakan
unsur
pendidikan,
mulai
dari
pembuatan
aturan
bersama,
pembuatan
cita-cita
masing-masing
siswa,
memperkenalkan
budaya
industri,
pengenalan
PBB
serta
diakhiri
seminar
berbasis
hipnoterapi
(penanaman
sugesti
berbasis
psikologi).
Kegiatan
ini
bertujuan
agar
semua
siswa
yang
akan
melaksanakan
pembelajaran
disekolah
sudah
siap
mental
dan
semangat
untuk
menggapai
kesuksesan.
4.
Tanda
tangan
pernyataan
siswa,
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
membangun
rasa
tanggung
jawab
siswa
selama
menjalankan
proses
belajar-mengajar
di
sekolah.
IV.
Waktu
dan
Pelaksanaan
1.
Orang
tua
Kontrak
belajar
bersama
orang
tua
dilaksanakan
saat
sebelum
calon
siswa
melakukan
registrasi
ulang
untuk
mulai
pendidikan.
Hal
ini
bermaksud
agar
orang
tua
sudah
memahami
apa
yang
menjadikan
hak
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
2020 23
Pembentukan
Karakter
Kerja
dan
kontrak
belajar
dan
kewajiban
selama
siwanya
melaksanakan
pendidikan
di
SMK
Mitra
Industri
MM2100.
2.
Siswa
Kontrak
belajar
antara
sekolah
dan
siswa
dilaksanakan
setelah
pelaksanaan
Masa
Pengenalan
Lingkungan
Sekolah
(MPLS).
salah
satu
program
dalam
MPLS
ada
workshop
5
Nilai,
Siswa
Ideal,
Guru
Ideal
dan
Orang
Tua
Ideal.
Hasil
dari
workshop
tersebut
menjadi
tatatertib
siswa
yang
harus
dijalani
bersama.
Sebagai
bukti
kumitmen
siswa
dalam
menjalankan
tatatertib
tersebut,
siswa
diwajibkan
menandatangani
kontrak
belajar
diatas
materai
6000.
Lampiran :
DIREKTORAT
SEKOLAH
MENENGAH
KEJURUAN
DIREKTORAT
JENDERAL
PENDIDIKAN
VOKASI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
24 2020
Untuk
kritik
dan
saran
yang
membangun,
hubungi
kami
di
;
Email
:
pesertadidiksmk@kemdikbud.go.id
No.
Hp
:
08222
-
1001
-
0016
(Bidang
Peserta
Didik)