Anda di halaman 1dari 2

Pesan Ibu Kepada Saya

November 4th, 2010 by ceritabijakmotivasi.com

Suatu hari tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena
kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja
kue menghampirinya, “Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!”

“Tidak Dik, saya mau makan nasi saja,” kata si pemuda menolak.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan
menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan
berkata, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, “Kuenya bisa dibuat oleh-oleh
pulang, Om.”

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali.


Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. “Saya
tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya.”

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan
memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia
langsung menegur, “Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain?
Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu,
malah kamu berikan ke si pengemis itu?”

“Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk
mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis.
Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya
menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah,
maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu.”

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. “Baiklah, berapa
banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh.” Si anak pun segera
menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, “Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini.
Sampaikan salam saya kepada ibumu.”
Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan
gembira diterimanya uang itu sambil berucap, “Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan
gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami.”

Renungan: Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan
TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi
kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi
dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang.

Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam
menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu
akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari
kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

Anda mungkin juga menyukai