Komitmen Afektif
utama pada abad ke-21 (Luthans, 2006). Individu yang loyal terhadap
organisasi akan selalu bekerja dengan organisasi dan terus berusaha untuk
tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi (Kemp dalam Khan dkk,
tetap sebagai anggota organisasi tertentu, 2). keinginan untuk berusaha keras
sesuai keinginan organisasi 3). keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan
tujuan organisasi (Becker dkk dalam Luthans, 2006). Mowday dkk (dalam
dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai
penerimaan nilai yang ada di dalam organisasi serta tekad dalam diri untuk
a. Affective commitment
akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin (want
b. Continuance commitment
akan bertahan dalam organisasi karena memang mereka butuh (need to)
c. Normative commitment
tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Hal ini berarti
bergabung.
organisasi, menerima tujuan dan nilai-nilai yang dianut organisasi dan hal itu
diwujudkan dengan pengabdian serta loyalitas penuh sesuai tujuan dan nilai
individu akan berdampak positif pada hasil baik organisasi serta berkurangnya
memiliki dasar yang berbeda. Individu yang memiliki komitmen afektif tinggi
memberikan efek kuat secara langsung terhadap niat untuk keluar dari
organisasi. Apabila komitmen afektif tinggi, maka niat untuk keluar dari
organisasi juga rendah. Individu yang memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap
mengacu kepada perasaan memiliki, merasa terikat kepada organisasi dan telah
nilai organisasi dengan berdasarkan pada ikatan psikologis antara individu dan
organisasi tersebut.
Mowday dkk (dalam Allen dan Meyer, 1990) memiliki definisi tersendiri
mengenai komitmen afektif, yaitu suatu hubungan yang kuat antara individu
konsisten sebagai hasil dari akumulasi investasi yang hilang jika aktivitasnya
dihentikan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
merupakan kesadaran bahwa anggota organisasi memiliki tujuan dan nilai yang
sama dan selaras dengan organisasi tempatnya bergabung. Pada tahap ini
tujuan dan nilai individu memiliki keselarasan dan kesatuan sehingga akan
ingin tetap bergabung dengan organisasi serta rendahnya niat untuk keluar dari
organisasi.
organisasi memiliki anteseden yang berbeda. Mowday dkk (dalam Allen &
a. Karakteristik pribadi
b. Karakteristik pekerjaan
c. Pengalaman kerja
Meyer dan Allen (dalam Allen dan Meyer, 1990) telah menunjukkan
d. Karakteristik struktural
Dari keempat kategori diatas, Meyer & Allen (Allen & Meyer, 1990)
a. Tantangan pekerjaan
b. Kejelasan peran
d. Kesulitan tujuan
menuntut
lain
organisasi
g. Ketergantungan organisasi
i. Kepentingan pribadi
kinerja individu
k. Pastisipasi
komitmen afektif. Allen & Meyer (1990) menjelaskan ada tiga aspek yang
a. Keterikatan emosional
b. Identifikasi
dilihat dari beberapa sikap, yaitu: adanya kesamaan tujuan dan nilai yang
c. Partisipasi
a. Emotional attachment
b. Identification
tujuan individu dengan nilai dan tujuan organisasi. Selain itu individu
c. Involvement
organisasi. Hal ini ditunjukan dari usaha individu untuk menerima dan
organisasi di atas, yang akan digunakan sebagai landasan alat ukur komitmen
afektif dalam penelitian ini adalah aspek yang dirumuskan oleh Allen & Meyer
digunakan untuk penyusunan alat ukur komitmen afektif dengan nama ACS
(Affective Commitment Scale) yang nantinya akan digunakan sebagai alat ukur
melebihi tugas-tugas formal (Mathieu & Zajac, 1990; Meyer dkk, 2002).
Meyer, 1990). Individu yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus
bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin (want to) melakukan
dalam penerimaan nilai dan tujuan organisasi serta dedikasi dan loyalitas
Komitmen Afektif
dan keterlibatan dalam organisasi tertentu (Mowday dkk dalam Allen &
Meyer, 1990). Komitmen organisasi terdiri dari beberapa komponen salah
komitmen jenis ini merupakan ikatan secara emosional yang melekat pada
Komitmen afektif bisa dikatakan sebagai hal yang penting untuk menentukan
keinginan untuk mencapai tujuan organisasi, dan keinginan untuk dapat tetap
dengan istilah komitmen kohesi yaitu kedekatan individu yang berdasar pada
perasaan dan emosional kepada kelompok dan oleh Buchanan (dalam Allen
yang berhubungan dengan tujuan, nilai, dan demi organisasi itu sendiri,
positif terhadap diri dan organisasi, salah satunya adalah mengurangi penarikan
memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap intensi untuk berhenti dan
karyawan menemukan lebih banyak energi dari ikatan emosional dari atasan
Allen & Smith (dalam Allen & Meyer, 1990) mengemukakan bahwa
pelaporan diri, dan efisiensi waktu. Meyer dkk (2002) telah melakukan studi
yang memiliki komitmen afektif tinggi akan bereaksi negatif terhadap stressor
dibanding mereka yang kurang berkomitmen afektif (Reilly dalam Meyer dkk,
2002).
suatu hal yang mudah. Menurut Allen & Meyer (1990) terdapat faktor
kepribadian dan sikap yang berhubungan kuat dengan komitmen afektif. Sikap
optimis dan prososial diduga berhubungan dengan terjadi atau tidak terjadinya
sikap prososial yang tinggi akan memiliki tingkat komitmen afektif yang tinggi
pula.
merasa kurang optimis dan penuh harap terhadap organisasi berarti mereka
merasa tidak ada hubungan emosional. Hal tersebut diperkuat oleh Karrasch
(2003) yang menyatakan bahwa tentara dengan penuh harapan dan optimis
being, dan self efficacy dengan komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Hasil
(komitmen afektif dan komitmen normatif) dan kepuasan kerja. Hal ini
dikarenakan pada individu yang optimis akan cenderung terus berada dalam
terus bertahan dengan harapan bahwa situasi akan membaik pada pekerjaan
yang sama dan tidak perlu mencari alternatif lain. Optimisme ini juga
dalam organisasi.
Terdapat faktor lain yang diduga berhubungan dengan komitmen afektif
membantu orang lain di tempat kerja juga dapat membantu organisasi menjadi
dilakukan oleh Grant, Dutton, & Rosso (2008). Hasil penelitian tersebut
prososial akan membantu orang lain atau organisasi tanpa diminta dan untuk
profit (NGO) salah satunya adalah Palang Merah Indonesia sehingga individu
akan berkomitmen pada organisasi untuk tetap bisa menolong orang lain.
Selain itu, individu yang memiliki optimisme tinggi akan berpikir positif
terhadap kondisi dan tindakannya saat ini dan juga masa yang akan datang. Hal
& Seligman, 2004) sebagai ekspektasi menyeluruh bahwa hal-hal baik akan
banyak terjadi di masa depan dan sedikit hal-hal buruk. Ketika seseorang
pengaturan diri untuk tetap bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Optimisme
internal, stabil, dan global merupakan deskripsi dari seseorang yang pesimis.
kebahagiaan, daya tahan tubuh yang baik, prestasi dan kesehatan (Peterson
optimis akan cenderung termotivasi untuk bekerja lebih keras, lebih puas dan
memiliki semangat yang tinggi, memiliki aspirasi yang tinggi, memiliki tujuan
yang luas, tekun dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Selain itu, mereka
membuat atribusi dari kegagalan dan mundur sementara, atribusi yang terjadi
bukan karena ketidakmampuan pribadi tetapi sebagai suatu kejadian unik, dan
cenderung merasa nyaman dan kuat secara fisik dan mental (Luthans, 2006).
diperoleh bagi orang yang bersikap optimis. Bagi siswa yang bersekolah, siswa
lapangan bermain. Siswa yang optimis akan mengatasi hambatan belajar, tidak
potensinya. Selain itu, individu atau tim yang lebih optimis dalam bidang olah
(Seligman, 2008).
Hal ini dikarenakan individu dengan level hope, resilience, optimism yang
tinggi menunjukkan kepuasan dan komitmen yang lebih tinggi (Luthan dan
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ahmadi dkk (2015) yang meneliti
keunggulan organisasi.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap optimis
orang lain atau anggota dari kelompok. Perilaku prososial diartikan sebagai
istilah untuk memberikan konsekuensi bagi orang lain, mereka melakukan hal
mereka melakukan hal tersebut karena berbagai alasan. Contoh alasan individu
penghargaan), untuk mendapat pengakuan dari orang lain, atau karena benar-
benar simpati atau peduli mengenai orang lain. Perilaku prososial individu
kepada orang lain dapat ditunjukan dengan berbagi, kerja sama, menolong,
dalam organisasi. Hal ini dikarenakan apabila perilaku menolong dan perilaku
afektif.
organisasi dan melakukan lebih dari tugas yang telah dideskripsikan akan