Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

MASTEKTOMI

DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL

RS KEN SARAS

Disusun oleh:
NAMA : FARA DILA SANTI

NIM : P17420613055

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
Jalan Tirto Agung Padalangan Banyumanik Semarang 50268
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN

MASTEKTOMI

I. Jenis Kasus (Diagnosa Medik)


Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada
keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari
seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas
tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III secara en
bloc TANPA mengangkat m.pektoralis major dan minor (Sjamsulhidayat, 1998).
Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori : mastektomi
radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih terbatas (contoh segmental,
lumpektomi) (Sjamsulhidayat, 1998).
1. Mastektomi preventif (preventife mastectomy) disebut juga prophylactic
mastectomy.operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh
payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy dimana seluruh payudara
diangkat namun putting tetap dipertahankan .
2. Mastektomi total ( sederhana ) mengangkat semua jaringan payudara tetapi semua atau
kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
3. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa atau semua
nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada mayor masih
utuh.Mastektomi radikal ( halsted ) adalah prosedur yang jarang dilakukan yaitu
pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis mayor dan minor, nodus limfe
ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari internal atau supra klavikular.
4. Prosedur membatasi ( contoh : lumpektomi ) mungkin dilakukan pada pasien rawat
jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya diangkat.
Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm ukurannya yang
tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik ( menentukan tipe sel ) dan atau
pengobatan bila dikombinasi dengan terapi radiasi.
Beberapa tipe mastektomi yang ada pada saat ini (Sjamsulhidayat, 1998):
1. Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat
berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau berupa
subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun puting tetap
dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan kanker payudara
dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi preventif pada wanita
dengan risiko tinggi.
2. Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)
Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun
simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node biopsy terpisah
dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul limfe pertama.
3. Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)
Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)-mastektomi
radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan daripada
mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di Amerika. Dengan MRM, seluruh
payudara akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral
(mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih tetap dipertahankan. Kulit
dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan
rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.
4. Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’, termasuk
puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah payudara,
serta simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak lebih efektif
namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan.
4. Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)
Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker
payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving therapy-
terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian payudara dimana tumor
bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan
sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan
ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh kanker
dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini,
dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan
dengan lumpektomi.
6. Lumpectomy atau sayatan lebar,
Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor dan
sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker
ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur
ini disebuat re-excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).
7. Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy
dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor.

Indikasi (Smeltzer, 2002):


1. Kanker payudara stadium dini (I,II)
2. Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
3. Keganasan jaringan lunak pada payudara.

Kontraindikasi (Smeltzer, 2002):


1. Tumor melekat dinding dada
2. Edema lengan
3. Nodul satelit yang luas
4. Mastitis inflamatoar

Asuhan Keperawatan (Johnson, 2000)


A. Pre Operatif
a. Pengkajian
 Identitas pasien
 Tanda-tanad vital
 Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru), penggunaan
narkoba, alkoholisme, menggunakan obat seperti kortikosteroid dan obat
jantung
 Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi
 Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan implan
prosthesis lainnya
 Pencukuran daerha operasi
 Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi dan
pemakaian obat anestesi yang akan dilakukan
 Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium (darah
lengkap, faal hepar, faa ginjal, masa pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan
gula darah
 Informed consent
 Penentuan status ASA
b. Diagnosa Keperawatan (Johnson, 2000)
 Cemas berhubungan dengan krisis situasional
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
c. Intervensi (Johnson, 2000)

DIAGNOS
NOC NIC
A KEP.
Cemas Setelah dilakukan Anxiety reduction :
berhubunga asuhan · Tenangkan pasien
n keperawatan · Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada pasien
dengan peru selama..... pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
bahan status menunjukan anxi melakukan tindakan
kesehatan ety · Berusaha memahami keadaan pasien
control dengan · Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan
kriteria hasil: tindakan
1. Pasien · Mendampingi pasien untuk mengurangi
kooperatif kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
2. Mampu · Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi
mengidentifikas perasaannya
ikan cemas · Kaji tingkat kecemasan
dengan bahasa · Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh yang · Ciptakan hubungan saling percaya
tenang · Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa
3. Vital sign menimbulkan kecemasan
dbn · Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang
membuat cemas
· Ajarkan pasien teknik relaksasi
· Berikan obat obat yang mengurangi cemas
Kurang Setelah Teaching : Dissease Process
pengetahuan dilakukanasuhan - Kaji  tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang keperawatan tentang proses penyakit
penyakit, selama......, - Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan
perawatan,p pengetahuan klien gejala serta penyebabnya
engobatan meningkat - Sediakan informasi tentang kondisi klien
kurang dengan kriteria - Berikan informasi tentang perkembangan klien
paparan hasil - Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
terhadap 4. Klien diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
informasi mampu yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
menjelaskan - Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau
kembali apa terapi
yang dijelaskan - Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Klien - Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari
kooperative penyakit
saat dilakukan - Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
tindakan - Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas kesehatan

Nyeri akut Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


b.d agen asuhan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi
injuri keperawatan - Monitor vital sign
biologi selama 1x - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
pertemuan nyeri mengetahui pengalaman nyeri
klien berkurang - Ajarkan teknik
dengan kriteria - relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri
hasil:
1.Nyeri
terkontrol
2. Klien
menggunakan
teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri
3. Tanda
vital dalam
rentang normal

B. Intra Operatif (Smeltzer, 2002)

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang
dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu:
      a.   Safety Management (Pengaturan posisi pasien)
Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi
adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi
yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan
penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan
operasi.
- Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat
selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda
pula, supine
- Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan
dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat
dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping
- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi dengan tujuan untuk
mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan
pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
- Memasang alat grounding ke pasien
- Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan
pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
- Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti :
cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
b.   Monitoring Fisiologis
- Melakukan balance cairan
- Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan
darah, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen, perdarahan dll.
- Pemantauan terhadap perubahan vital sign
     c.    Monitoring Psikologis
- Memberikan dukungan emosional pada pasien
- Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
- Mengkaji status emosional klien
- Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada
perubahan)
     d.   Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
- Memanage keamanan fisik pasien
- Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
           
Obat-obat anestesi (Smeltzer, 2002):
1. Obat-obat premedikasi: SA 0,001-0,002 mg/KgBB, Midazolam 0,1-0,2
mg/KgBB, Fentanyl 1-2 mcg/KgBB, Pethidin 1 mg/KgBB
2. Obat antiemetik: Ondansetron 4mg/2mL, Sotatic 10mg/2 mL
3. Obat induksi: Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB
4. Obat musculorelaksan: Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB, Sucynil Colin 1
mg/KgBB, Roculax 0,5-1 mg/KgBB
5. Obat emergency: Adrenalin injeksi, Epidrin injeksi, Dexamethason injeksi,
Aminophilin injeksi
6. Obat analgetik: Ketorolac 30 mg/ 1 mL, Torasix 30mg/1 mL
7. Obat antidotum: Prostigmin dan narkan
8. Cairan yang diperlukan: Kristaloid seperto ringer laktat, aquadest 25 CC untuk
larutan obat, assering. Koloid seperti fimahest atau gelofusion

Prosedur Operasi Mastektomi (Smeltzer, 2002)


Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi
diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal
tipis.
b. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian
bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma
kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas
didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek
steril dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
c. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan
kasa steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
d. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer,
Halsted, insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor,
kemudian dibuat flap.
e. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral,
flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m.
Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
f. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat
perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal.
Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak
jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan serratus anterior
(mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
g. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I
(lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level
III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa
aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke
jaringan mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis
longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya
didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu
kesatuan (en bloc)
h. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
i. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga
dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.
j. Evaluasi ulang sumber perdarahan
k. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa
aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.
l. Luka operasi ditutup lapais demi lapis

Komplikasi operasi Mastektomi (Smeltzer, 2002)

Dini :
- pendarahan,
- lesi n. Thoracalis longus  wing scapula
- Lesi n. Thoracalis dorsalis.
Lambat :
- infeksi
- nekrosis flap
- wound dehiscence
- seroma
- edema lengan
- kontrakturkekakuan sendi bahu
Mortalitas
hampir tidak ada
Diagnosa Keperawatan
 Cemas berhubungan dengan krisis situasional
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Intervensi (Juall, 2003)

DIAGNOSA
NOC NIC
KEP.
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Airway and breathing management :
efektif asuhan 1.Monitor ventilasi (jalan dan suara nafas)
berhubungan keperawatan 2.Lakukan management ventilasi dengan head tilt
dengan penurunan selama..... pasien chin leaf / jaw trust positioning
tekanan inspirasi menunjukan respi 3.Pasang alat bantu nafas : mouth airway/orofaringeal
dan ekspirasi ration tube, ET, LMA
karena pemberian control dengan 4.Monitor keakuratan fungsi ET, LMA
agent anastesi. kriteria hasil: 5.Lakukan assisted respiration
a. Jalan nafas 6.Monitor vital sign dan saturasi O2 secara periodik
adequat
b. Suara nafas
vesikuler
c. Saturasi O2
dbn
Resiko infeksi Setelah Infection control management
berhubungan dilakukanasuhan 7. Kendalikan prosedur masuk kamar operasi untuk
dengan keperawatan pasien maupun petugas
pembedahan, selama......, 8. Batasi jumlah personil di kamar operasi
prosedur invasif menunjukkan 9. Kendalikan sterilitas ruangan dan peralatan yang
dan truma infection dipakai
jaringan. protection, 10. Lakukan cuci tangan bedah, pemakaian jas
enviroment, host operasi, pemakaian sarung tangan dan duk operasi
and agent control  sesuai prosedur.
dengan kriteria 11. Terapkan prosedur septik aseptik.
hasil 12. Lakukan penutupan luka sesuai prosedur
a. Terkendalinya 13. Kolaborasi pemberian antibiotik
infection 14. Environment kontrol
control
b.  Luka dan
keadaan
sekitar bersih

Resiko cidera Setelah Injury control management


berhubungan dilakukanasuhan 1. Anatomis dan imobil position
dengan anastesi keperawatan 2. Pasang groundit kouter dengan benar
dan pembedahan. selama......menunj 3. Melakukan tindakan anastesi sesuai dengan
ukkan injury prosedur
neuromuscular 4. Memasang alat bantu pernafasan sesuai dengan
protection dengan prosedur
kriteria hasil : 5. Hindari manipulasi jaringan berlebihan
a. Tidak terjadi 6. Penggunaan instrument yang tepat dan benar
luka baru 7. Perhitungan jumlah instrument sebelum dan
diluar organ sesudah operasi
target
b. Instrument
terhitung
lengkap
sebelum dan
sesudah
operasi.

C. Post Operatif (Juall, 2003)

    Fase pasca anesthesia.


Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai dengan
oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
1. Mempertahankan ventilasi pulmoner.
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan,
diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang dan tumpukan sekret,
lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah
dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala
ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir,
harus dilakukan penghisapan dengan suction.
2. Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk
mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah
halus) lengan diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya
udema, semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka
operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi
3. Masalah psikologis.
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan
akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai
wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan
hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
4. Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi
otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk
(diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara
bersamaan.
Perawatan post mastektomi
1. Pemasangan plester /hipafik
2. Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya
diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-
gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa
hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada
luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
3. Plester medial melewati garis midsternal
4. Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
5. Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.
6. Plester superior tidak melewati clavicula
7. Plester inferior harus melewati lubang drain
8. Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan
dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.
9. Perawatan pada luka eksisi tumor.
10. Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH
sehingga menyangga payudara .
11. Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan
darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh
dibuka.
12. Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
13. Pengukuran tensi

Diagnosa
- Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum
optimal karena pemakaian obat anastesi
- Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien
Intervensi (Juall, 2003)

DIAGNOSA
NOC NIC
KEP.
Resiko Setelah Aspiration Precaution :
aspirasi dilakukanasuhan o Monitor tingkat kesadaran dan reflek menelan
berhubungan keperawatan o Monitor status airway dan bebaskan airway
dengan status selama......, o Lakukan suctioning jika perlu
kesadaran, menunjukkan o Posisikan supinasi atau posisi SIM pada operasi
reflek control  dengan jalan nafas
menelan kriteria hasil
belum optimal a. Airway
karena terkontrol dan
pemakaian adequat
obat anastesi b. Reflek
menelan
efektif

Resiko cidera Setelah dilakukan Environment Management :


berhubungan asuhan o Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
dengan tingkat keperawatan o Posisikan tidur sesuai instruksi medis / anastesi
kesadaran selama......, o Memasang side trail tempat tidur
pasien menunjukkan risk o Hindari dari perabot yang berbahaya
control  dengan o Kaji tingkat kesadaran
kriteria hasil o Dampingi selama pasien belum sadar penuh
a. Pasien o Lindungi arah gerakan dan jangan lawan gerakan
terbebas dari
pasien
cidera
o Rangsang kesadaran pasien ke Compos Mentis
b. Pasien
komunikatif o Alat invasif terkontrol
dan kooperatif

IV. Buku Sumber

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
: Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai