Anda di halaman 1dari 2

BAB II

A. Pengertian Implementasi
Usman mengemukakan pendapatnya tentang Implementasi atau pelaksanaan
sebagai berikut “implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau
adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”. Pengertian implementasi
yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh–sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.(Rosad, 2019)
B. Pengertian Nilai-Nilai
Nilai ialah sesuatu yang berbentuk abstrak, yang bernilai mensifati dan disifatkan
terhadap sesuatu hal yang ciri-cirinya dapat dilihat dari prilaku seseorang, yang memiliki
hubungan yang berkaitan dengan fakta, tindakan, norma, moral, dan keyakinan. Menurut
Muhmidayeli, pengertian nilai adalah “gambaran sesuatu yang indah, yang mempesona,
menakjubkan, yang membuat kita bahagia dan senang serta merupakan sesuatu yang
menjadikan seseorang ingin memilikinya.(Frimayanti, 2017)
Pendapat lainnya mendefinisikan nilai adalah “suatu pola normatif yang
menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar dan tidak membedakan fungsi-fungsi tersebut. bagianbagiannya”.
(Arifin, 2012) Adapun menurut Rohmat Mulyana, nilai adalah “rujukan terhadap
keyakinan dalam menentukan suatu pilihan”.(Frimayanti, 2017)
C. Pengertian Religius
Sedangkan pengertian religius atau religion berasal dari kata relegere dalam
bahasa Latin. Artinya berpegang kepada norma-norma. Sedangkan religius yang
dimaksud di sini sangat terkait dengan nilai keagamaan yang terkait dengan hubungan
dengan Tuhan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Religius juga berakar pada
ketuhanan yang selalu dikaitkan dengan amal atau perbuatan manusia untuk mencapai
tujuan manusia itu sendiri.(Mustakim, 2014)
Sedangkan pengertian religius (agama). Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata
al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia bisa berarti al-mulk
(kerajaan), alkhidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-ikrah
(pemaksaan), al-ihsan (kebijakan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat (pengabdian), al-qahr wa
al-sulthan (kekuasaan dan pemerintahan), altadzallul wa al-khudu (tunduk dan patuh), al-
tha`at (taat), al-islam altaukid (penyerahan dan mengesakan Tuhan).(Almu’tasim, 2016)

D. Pengertian Nilai-Nilai Moderasi Beragama


Secara etimologi, kata moderasi berasal dari bahasa Latin yaitu moderatio, yang
artinya ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Bisa juga berarti
penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Adapun menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni:
pengurangan kekerasan, dan penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu
bersikap moderat”, kalimat ini berarti bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja,
dan tidak ekstrem.
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian
average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara
umum, moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan
watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika
berhadapan dengan institusi negara.
Adapun dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau
wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah--tengah),
i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa
disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan
terbaik”. Apapun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni
adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan
ekstrim.(Ririn et al., 2021)

Anda mungkin juga menyukai