Anda di halaman 1dari 6

JURNAL IDAMAN, VOLUME 2, NO.

1, APRIL 2018: 7-12

Budiono dkk., Pemberdayaan Lansia Melalui Aktivitas Relaksasi Progresif ...

PEMBERDAYAAN LANSIA MELALUI AKTIVITAS RELAKSASI PROGRESIF


UNTUK MENURUNKAN NYERI KEPALA DAN TEKANAN DARAH
DI PANTI WERDHA PANGESTI DI KELURAHAN KALIREJO
KEC. LAWANG KAB. MALANG

Budiono, Sumirah Budi Pertami, Mustayah


Poltekkes Kemenkes Malang, Prodi Keperawatan Lawang
Jalan Ahmad Yani Sumberporong Lawang
Email : budisumodiwiryo@gmail.com

Abstract: Hypertension in the elderly is often triggered by stress and psychological disorders, to pre-
vent and avoid the occurrence of hypertension in the elderly can be taught progressive relaxation
techniques, which can relax muscles tense, cardiovascular system, and lower blood pressure and head-
aches. The purpose of Community Service is to improve the health status of elderly to stay Healthy,
Active and Productive avoid of hypertension and headache through through progressive relaxation
activity. The result of activity community service, firstly a decrease in blood pressure in the elderly from
62% down 55%, who suffered mild and moderate headache from 58% down 48% and experienced
Insomnia from 65% down 53%.

Keywords: elderly, progressive relaxation, blood pressure, headache

Abstrak: Hipertensi pada lansia sering dipicu oleh adanya stress dan gangguan psikologis, untuk
mencegah dan menghidari terjadinya hipertensi pada lansia dapat diajarkan teknik relaksasi progresif,
yang dapat merelaksasikan otot yang tegang, sistem kardiovaskular, dan menurunkan tekanan darah
dan sakit kepala. Tujuan pengabdian masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan lansia agar
tetap Sehat, Aktif dan Produktif terhidar dari penyakit hipertensi dan nyeri kepala melalui melalui
aktifitas relaksasi progresif. Hasil kegiatan pengabmas, terjadi penurunan tekanan darah pada lansia
dari 62% turun 55%, yang menderita nyeri kepala ringan dan sedang dari 58% turun 48% dan mengalami
Insomnia dari 65% turun 53% .

Kata kunci: lansia, relaksasi progresif, tekanan darah, nyeri kepala

PENDAHULUAN berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial dan


Lanjut usia adalah bagian dari proses gangguan gambaran diri akibat perubahan fisik
tumbuh kembang yang ditandai dengan yang dialami. Adanya perubahan sosial ini
perubahan fisik, tingkah laku yang terjadi pada menyebabkan timbulnya stres psikologis, dan
semua orang pada saat mereka mencapai usia meningkatnya kejadian hipertensi pada lansia
lajut dan merupakan suatu proses alami. Semua yang sering menyertai para usia lanjut bersifat
orang akan mengalami proses menjadi tua dan kronis dan multipatologis (Darmojo, dkk 2004).
masa tua merupakan masa hidup manusia yang Lansia sering mengalami perubahan dalam
terakhir. Dampak dari peningkatan umur harapan kehidupan (life event) antara lain kehilangan dan
hidup lanjut usia (usia lanjut) adalah peningkatan perubahan pada pola hidup (life pattern) dapat
jumlah usia lanjut dan semakin bertambahnya menyebabkan stres dan menyebabkan gangguan
masalah penyakit degeneratif yang sering kesehatan. Konsekuensi negatif akibat perubahan
menyertai para usia lanjut, bersifat kronis dan pada system kardiovaskular dan stres psikologis
multipatologis (Hardywinoto & Setiabudhi, akibat perubahan psikologis yang terjadi pada
pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383 usia lanjut adalah risiko timbulnya penyakit7
1999). Selain itu pada lansia sering terjadi
perubahan sosial yang dapat mengganggu dalam hipertensi yang mengakibatkan tingginya angka

7
JURNAL IDAMAN, VOLUME 2, NO. 1, APRIL 2018: 7-12

kesakitan atau morbiditas dan angka kematian Efektifitas teknik relaksasi progresif juga telah
atau mortalitas (Maryam, dkk., 2008). diteliti di Indonesia pada berbagai masalah
Berbagai cara dan upaya sering dilakukan kesehatan. Penelitian yang dilaksanakan tersebut
oleh pasien penderita hipertensi agar tekanan menunjukan bahwa teknik relaksasi progresif
darahnya menurun atau kembali normal, baik dapat mengurangi keluhan insomnia, efektif
mengggunakan obat-obat modern maupun cara menurunkan nyeri pada klien dengan penyakit
alternatif lain, misalnya penatalaksanaan glaukoma, dan efektif terhadap relaksasi otot
Manajemen Stres adalah suatu cara untuk skeletal dan stabilitas tekanan darah pada pasien
menghilangkan ketegangan yang dirasakan pada stroke haemorrhagik (Aziz, 2009).
tubuh dan pikiran akibat terpapar dengan sumber Survey awal yang dilakukan di Panti Werdha
stres. Cara menghilangkan stres yang ter- Pangesti Kelurahan Kalirejo Kec. Lawang,
akumulasi melalui bangkitnya terus menerus ditempati oleh 60 lansia, dengan rata-rata usia
sistem saraf simpatis adalah dengan melawan 60-75 tahun. Kondisi kesehatan para lansia 75%
pengaruh itu dengan cara meningkatkan respons lansia mengalami keterbatasan gerak (meng-
parasimpatis secara sadar (Jain, Ritu. 2011). gunakan kursi roda), 37 lansia (62%) kesulitan
Terdapat beberapa teknik manajemen stres memulai tidur dan sering terbangun lebih awal
antara lain meditasi, relaksasi autogenik/ imag- (Imsomnia), 15 lansia (25%) lansia mengeluh
ery, relaksasi progresif, biofeedback, teknik sakit kepala dengan tekanan darah diatas nor-
pernafasan diafragma/ nafas dalam, body mal (hipertensi) dan 8 lansia (12%) kondisi
scaning, massase, akupresur, Yoga, stretching, kesehatan normal.
Tai Chi dan terapi musik. Relaksasi progresif Mengingat kondisi dan permasalahan lansia
merupakan salah satu teknik menurunkan stress. yang ada di panti tersebut, maka diperlukan suatu
Teknik ini meningkatkan kesadaran tubuh secara upaya untuk menyelesaikan masalah yang
umum dan pengenalan terhadap kelompok otot dihadapi oleh para lansia, yaitu dengan cara
tertentu yang sering mengalami ketegangan atau memberdayakan lansia melalui aktivitas relaksasi
terganggu akibat stres. Teknik relaksasi progresif progresif sebagai salah satu cara alternatif untuk
mengandalkan kesadaran mental, pernafasan menurunkan nyeri dan tekanan darah lansia dan
dalam dan ketenangan (Jain, Ritu. 2011). meningkatkan kebutuhan tidur lansia.
Efek teknik relaksasi progresif secara Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah
fisiologis adalah merelaksasikan otot yang meningkatkan status kesehatan lansia agar tetap
tegang, relaksasi saluran pencernaan dan sehat, aktif dan produktif terhidar dari penyakit
kardiovaskular sehingga menyebabkan tekanan hipertensi dan nyeri kepala melalui melalui aktifitas
darah menjadi normal, sakit kepala menjadi relaksasi progresif. Setelah mengikuti kegiatan
hilang, pencernaan menjadi normal. Efek secara aktivitas relaksasi progresif diharapkan para
psikologis adalah menurunkan kecemasan, lansia mampu melaksanakan dan mempraktikan
menghilangkan depresi, mengatasi kesulitan tidur dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga
dan menghilangkan insomnia. Latihan relaksasi lansia terhidar dari masalah nyeri kepala dan
dapat digunakan pada pasien nyeri untuk tekanan darah tiggi, yang pada akhirnya lansi
mengurangi rasa nyeri melalui kontraksi otot, tetap dalam kondisi sehat, aktif dan produktif.
mengurangi pengaruh dari efek stres, dan
mengurangi efek samping dari kemoterapi pada METODE PELAKSANAAN
pasien kanker (Benson, H dan Proctor, W. Pelaksanaan pengabdian masyarakat
2004). dilakukan melalui beberapa kegiatan yaitu 1)

8 pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383


Budiono dkk., Pemberdayaan Lansia Melalui Aktivitas Relaksasi Progresif ...

melakukan survey awal di panti werdha, (46%) peserta latihan relaksasi progresif
dilanjutkan koordinasi dengan pengelola panti, berpendidikan tingkat SMP, 19 orang (32%)
menjelaskan rencana dan tujuan pelaksanaan tingkat SD dan 13 orang (22%) tingkat SMA.
kegiatan pengabmas, 2) melakukan pemeriksaan Karakteristik berdasarkan umur didapatkan
kesehatan dasar (mengukur tanda-tanda vital), bahwa lebih dari setengah, 36 orang (60%)
meliputi, pemeriksaan tekanan darah, nadi dan peserta latihan relaksasi progresif berumur 66-
pernafasan, dan wawancara mengenai adanya 70 tahun, 15 orang 71-75 tahun (25%), 5 orang
gangguan tidur dan nyeri kepala pada lansia, 3) 60-65 tahun (8%) dan 4 orang 76-80 tahun
melakukan penyuluhan tentang kesehatan lansia (7%).
dan masalah-masalah kesehatan yang sering Status kesehatan responden secara umum
dialami lansia, 4) melakukan latihan relaksasi antara lain 12% sehat, 25% insomnia, 29% nyeri
progresif yang dilakukan secara serentak di aula kepala dan 34% hipertensi.
panti dan dilakukan pada masing-masing wisma, Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan
5) tahap yang terakhir adalah tahap evaluasi, pengabmas tentang data tekanan darah, nyeri
dengan cara melakukan kunjungan ke wisma- kepala dan pola tidur lansia sebelum dan sesudah
wisma untuk cek status kesehatan lansia. Pada mengikuti kegiatan aktivitas relaksasi progresif,
tahap ini dilakukan evaluasi atas hasil yang telah terlihat ada perbedaan jumlah yang cukup
dicapai oleh peserta pelatihan. signifikan pada penurunan tekanan darah, nyeri
kepala dan pola tidur lansia (Tabel 1-3).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kegiatan aktivitas relaksasi progresif
Karakteristik responden berdasarkan jenis tersebut membuktikan bahwa pelatihan relaksasi
kelamin menunjukan bahwa lebih dari setengah dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
adalah 34 orang (56,67%) peserta latihan hipertensi. Walaupun hasil ini terbukti dapat
relaksasi progresif berjenis kelamin wanita dan menurunkan tekanan darah pada lansia, bukan
26 orang (43, 33%) laki-laki. berarti penderita hipertensi tidak membutuhkan
Berdasarkan jenis pendidikan diketahui pengobatan medis lagi untuk menurunkan
bahwa kurang dari setengahnya yaitu 28 orang tekanan, dengan kata lain relaksasi bukan satu
satunya intervensi yang berguna untuk

Gambar 1. Kegaiatan Pengabdian Masyarakat di Panti Werdha Pengesti Kalirejo Kecamatan Lawang

pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383 9


JURNAL IDAMAN, VOLUME 2, NO. 1, APRIL 2018: 7-12

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah


Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Progresif

Sebelum Sesudah
Kategori
F % F %
Hipotensi
2 3 1 2
(<110/70 mmHg)
Normal
15 25 24 40
(110/70 – 120/80 mmHg)
Hipertensi Ringan
37 62 33 55
(120/80 – 130/90 mmHg)
Hipertensi Sedang
6 10 2 3
(130/90 – 140/100 mmHg)
Hipertensi Berat
0 0 0 0
(150/110 mmHg)
Jumlah 60 100 60 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nyeri Kepala


Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Progresif

Sebelum Sesudah
Nyeri Kepala
F % F %
Tidak Nyeri (None) 16 27 24 40
Nyeri Ringan (Mild) 24 40 18 30
Nyeri Sedang (Moderate) 17 28 17 28
Nyeri Berat (Severe) 3 5 1 2
Nyeri Sangat Berat (Very Severe) 0 0 0 0
Jumlah 60 100 60 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gangguan Tidur


Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Progresif
Sebelum Sesudah
Gangguan Tidur
F % F %
Tidak Insomnia 14 23 24 40
Insomnia Ringan 39 65 32 53
Insomnia Berat 7 12 4 7
Insomnia Sangat Berat 0 0 0 0
Jumlah 60 100 60 100

menurunkan tekanan darah. Pada kondisi oleh lansia penderita hipertensi adalah pola
tertentu, saat tekanan darah sedang mengalami makan yaitu asupan kalori dan zat tertentu berupa
kenaikan yang signifikan atau berada pada sta- garam dan aktivitas fisik seperti olahraga
dium II maka penderita hipertensi tetap akan Tekanan darah yang turun setelah mendapat-
membutuhkan penanganan medis berupa terapi kan pelatihan relaksasi dapat dijelaskan bahwa
obat untuk menurunkan tekanan darahnya. di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem
Faktor faktor lain yang juga tetap perlu dikontrol saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi

10 pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383


Budiono dkk., Pemberdayaan Lansia Melalui Aktivitas Relaksasi Progresif ...

sistem saraf pusat adalah mengendalikan penderita hipertensi. Penelitian yang sama juga
gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya dilakukan oleh Kenia, dkk. (2013) dalam
gerakan tangan, kaki, leher dan jari-jari. Sistem penelitiannya ditemukan bahwa penderita
saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan- hipertensi yang melakukan latihan fisik mengalami
gerakan yang bersifat otomatis, misalnya fungsi penurunan tekanan darah sistolik (SBP) maupun
digestif, proses kardiovaskuler dan gairah tekanan darah diastolik (DBP). Suryani, (2009),
seksual. Sistem saraf otonom terdiri dari yang menyebutkan bahwa berbagai macam
subsistem yang kerjanya saling berlawanan, teknik dari relaksasi dapat menurunkan tekanan
terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf darah pada penderita hipertensi.
parasimpatetis Perubahan emosi negatif ke emosi positif
Sistem saraf simpatis bekerja untuk ternyata menimbulkan dampak yang signifikan
meningkatkan rangsangan atau memacu organ- terhadap kehidupan sosial penderita hipertensi.
organ tubuh, memacu meningkatnya denyut Hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik
jantung dan pernafasan, menimbulkan penyem- dan aktivitas sosial pun mulai dijalankan karena
pitan pembuluh darah tepi dan pembesaran berkurangnya rasa nyeri yang selama ini
pembuluh darah pusat, menurunkan temperatur dirasakan. Nyeri di kepala dapat menimbulkan
kulit dan daya tahan kulit, serta akan menghambat gangguan hidup penderita karena adanya
proses digestif dan seksual. Sebaliknya sistem disabilitas yang signifikan dengan kehilangan
saraf parasimpatis bekerja untuk menstimulasi waktu untuk bekerja dan berinteraksi sosial.
turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem Nyeri di kepala juga dapat menurunkan kualitas
saraf simpatis dan menstimulasi naiknya semua hidup penderita sehingga dapat menimbulkan
fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatis. Selama kerugian besar di bidang ekonomi akibat
sistem-sistem tersebut berfungsi secara normal banyaknya hari kerja yang terbuang dan besarnya
dan seimbang, maka bertambahnya aktivitas biaya pengobatan yang harus dikeluarkan.
sistem yang satu akan menghambat atau Dukungan dari lingkungan juga diperoleh oleh
menekan efek sistem yang lain. Dalam kondisi penderita hipertensi yang mengikuti pelatihan,
relaks tubuh akan mengalami fase istirahat. Pada yaitu berupa dukungan emosional dan dukungan
saat itulah, tubuh akan mengaktifkan sistem saraf informasi. Perasaan takut untuk berjalan atau
parasimpatis. Bekerjanya saraf parasimpatis berpergian mulai berkurang dan kemauan untuk
menyebabkan terjadinya penurunan detak bekerja serta melakukan aktivitas sehari-hari
jantung, laju pernafasan dan tekanan darah. dalam rangka memenuhi kebutuhan juga semakin
Sebaliknya, ketika tubuh dalam keadaan tegang kuat. Selain itu, relaksasi dapat meningkatkan
atau berada dalam kondisi tidak nyaman maka aktivitas saraf parasimpatetik, meningkatkan
syaraf simpatik dan otot-otot pembuluh darah konsentrasi dan pengetahuan seseorang tentang
akan berkontraksi sehingga diameter penampang sesuatu yang ada disekelilingnya.
pembuluh darah kecil akan menurun yang Setelah dilakukan relaksasi, beberapa
berakibat meningkatnya tekanan darah. subjek merasakan kondisi fisik yang berbeda,
Beberapa penelitian yang mendukung hasil ini misalnya berkurangnya sakit kepala dan kelelahan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Maimunah, fisik serta tidak mengalami kesulitan dan
(2011) yang menemukan bahwa pelatihan gangguan pada saat tidur. Istirahat yang cukup,
relaksasi yang berupa relaksasi otot dan imajeri membuat penderita hipertensi tidak mudah
kognitif dapat menurunkan tekanan darah pada mengalami kelelahan fisik. Secara fisik, relaksasi

pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383 11


JURNAL IDAMAN, VOLUME 2, NO. 1, APRIL 2018: 7-12

akan menimbulkan rasa nyaman atau relaks. penderita hipertensi.


Dalam keadaan relaks, tubuh melalui otak akan Bahan masukkan khususnya untuk Puskes-
memproduksi endorphrin yang berfungsi sebagai mas Lawang, ataupun pusat kesehatan lainnya
analgesik alami tubuh dan dapat meredakan rasa dapat melakukan pelatihan relakasi progresif
nyeri (keluhan-keluhan fisik). Jika penderita kepada kader-kader Posyandu Lansia yang ada
hipertensi melakukan aktifitas relaksasi secara pada setiap dusun yang seterusnya dapat
teratur dapat membuat gangguan fisik yang dilanjutkan kepada penderita hipertensi yang
berkaitan dengan hipertensi menjadi berkurang. berdomisili di dusunnya masing-masing
Beberapa keluhan fisik yang reda akibat
melakukan relaksasi adalah sakit di leher, sakit DAFTAR PUSTAKA
kepala, sulit tidur, badan yang kaku dan pegal- Aziz. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar
pegal. Secara psikologis, pelatihan relaksasi Manusia : Aplikasi konsep dan proses
membuat penderita hipertensi merasa relaks yang Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba
selanjutnya perasaan relaks tersebut mengurangi Medika
rasa ketidaknyamanan dan membuat mereka Benson, H dan Proctor, W. (2004). Dasar-
menjadi tenang, perasaan cemas serta khawatir dasar Relaksasi. Bandung: Kaifa
pun menjadi berkurang. Penderita hipertensi Darmojo, Boedhi dan Martono. (2004).
merasa lebih dapat mengendalikan emosinya jika Geriatri. Edisi 3.Jakarta: Balai Penerbit
menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
dan dapat memancing reaksi emosinya. (FKUI)
Hardywinoto, Setiabudi, T. (1999). Panduan
PENUTUP Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
dan analisis data hasil evaluasi kegiatan aktivitas Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternative
relaksasi progresif yang dilakukan oleh lansia Untuk Mengatasi Tekanan Darah.
penghuni Panti Werdha Pangestu, maka dapat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
disimpulkan bahwa aktivitas relaksasi progresif Kenia, N. M., & Dian, T. (2013). Pengaruh
dapat menurunkan tekanan darah baik sistolik relaksasi (aromaterapi mawar) terhadap
maupun diastolik pada penderita hipertensi. perubahan tekanan darah pada lansia
Saran yang dapat diberikan dari kegiatan ini hipertensi. Jurnal STIKES, 6(1), 84-98.
antara lain: para lansia penderita hipertensi Maimunah, A. (2011). Pengaruh pelatihan
diharapkan dapat tetap konsisten dalam relaksasi dengan dzikir Untuk mengatasi
mempraktikkan relaksasi progresif sebagai upaya kecemasan ibu hamil Pertama. Jurnal
mengontrol tekanan darah pada penderita Psikologi Islam (JPI). Vol 8 No.1 2011 1-
hipertensia. 22. Lembaga Penelitian Pengembangan
Bagi pengelola panti agar senantiasa danKeislaman (LP3K).
memotivasi para lansia untuk selalu melakukan Maryam. Dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut
aktivitas ini minimal 1 minggu sekali karena dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
relaksasi progresif dapat dijadikan sebagai salah Medika
satu upaya pencegahan (preventif) dan Suryani, Luh, Ketut. (2009). Menemukan Jati
pengobatan (kuratif) dalam menangani serta Diri Dengan Meditasi. Jakarta: Elex Me-
mengontrol peningkatan tekanan darah pada dia

12 pISSN 2614-1000 eISSN 2613-9383

Anda mungkin juga menyukai