Dosen Fasilitator :
Disusun Oleh :
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................
B. Rumusan Masalah…........................................................
C. Tujuan………………..…………...…………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................
B. Saran................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari
rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health
Organization (WHO), 2016). Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk
dalam perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%,
kanker 34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan
memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta
orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif.
Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok
dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada
usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014)
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat
sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan paliatif
merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan
paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016). Perawatan paliatif
meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional, dukungan
spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak
awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan
tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian
Cancer Society, 2016). Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa
kebutuhan pasien paliatif tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang
dilakukan dengan pendekatan yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Ramdani (2015) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan
beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap sesama maupun sang
penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir
tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual
merupakan bagian penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan
spiritual adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan. Pada perawatan
paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi
kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus
kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan spiritual Agama dalam keperawatan paliatif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan spiritual Agama dalam keperawatan paliatif
BAB II
PEMBAHASAN
B. SPIRITUALITAS
1. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai
Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan
manusia dengan Tuhan dengan melakukan sholat, puasa, zakat, haji, doa dan
sebagainya.
Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang memberikan
kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas
mencakup aspek non fisik dari keberadaan seorang manusia. Spiritualitas sebagai
suatu multidimensi yang terdiri dari dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih
berfokus lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan (Mickley).
Spiritualitas merupakan suatu konsep dua dimensi yaitu dimensi vertical dan
dimensi horizontal. Dimensi vertical merupakan hubungan individu dengan Tuhan
Yang Maha Esa yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal
merupakan hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
(McSherry W).
Spiritualitas merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan arti
kehidupan dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan (Burkhardt MA). Spiritual merupakan kekuatan
yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan nilai-nilai individu, persepsi,
kepercayaan dan keterikatan di antara individu.
Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa spiritualitas adalah
kebutuhan dasar manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan untuk menemukan arti kehidupan dan tujuan hidup agar mendapatkan
kekuatan, kedamaian, dan rasa optimis dalam menjalankan kehidupan.
2. Fungsi Spiritualitas
Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup para individu.
Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada saat
stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini
sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika
penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum
pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan
lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu
perlindungan bagi individu.
Penelitian tentang spiritualitas pada tahun 2001menyebutkan bahwa 90 %
pasien di beberapa area Amerikamenyandarkan pada agama sebagai bagian dari aspek
spiritual untuk mendapatkan kenyamanan dan kekuatan ketika merasa mengalami
sakit yang serius. Pendekatan spiritual dapat meningkatkan kekuatan pada pasien
secara emosional. Menurut America Psychological Association21, spiritualitas dapat
meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan jika seseorang
sedang sakit dan mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Hal
ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Abernethy, menyebutkan bahwa
spiritualitas dapat meningkatkan imunitas yaitu kadar interleukin-6 (IL-6) seseorang
terhadap penyakit sehingga dapat mempercepat penyembuhan bersamaan dengan
terapi medis yang diberikan (Koenig HG)
Penelitian tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi pada tahun 2006
menyebutkan bahwa kecemasan seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek
spiritualnya, sehingga bagi pasien yang dirawat di rumah sakit sangat memerlukan
kondisi spiritual yang baik agar tidak cemas terhadap operasi yang akan dijalani. Hal
ini juga menjadi salah satu tugas perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual
tersebut (Tauhid dan Raharjo).
Pada individu yang menderita suatu penyakit, spiritualitas merupakan sumber
koping bagi individu. Spiritualitas membuat individu memiliki keyakinan dan harapan
terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima kondisinya, sumber kekuatan,
dan dapat membuat hidupindividu menjadi lebih berarti. Pemenuhan kebutuhan
spiritual yang dilakukan perawat dapat membuat pasien menerima kondisinya atau
penyakit yang sedang dialami serta pasien memiliki pandangan hidup yang positif.
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat memberikan semangat pada individu dalam
menjalani kehidupan dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan
lingkungan. Jika spiritualitas terpenuhi, maka individu menemukan tujuan, makna,
kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidup (4. Young C, Koopsen C).
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada seseorang dapat meningkatkan
kepercayaan, kekuatan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang. Spiritualitas dapat
mengurangi kecemasan pasien, membuat pasien menerima kondisinya, dan
meningkatkan rasa optimis pada pasien. Adanya rasa optimis, dukungan, dan motivasi
dapat meningkatkan proses penyembuhan yang dialami pasien.
3. Karakteristik Spiritualitas
Pemenuhan spiritual harus berdasarkan 4 karakteristik spiritual itu sendiri. Ada
beberapa karakteristik yang dimiliki spiritual, adapaun karakteristik itu antara lain :
a. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi
pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga
sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada
kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri
sendiri (Young dan Koopsen, 2007). Kekuatan yang timbul dari diri seseorang
membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya
memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan
hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas
(Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (Faith).
Menurut Fowler dan keen (1985) kepercayaan bersifat universal,
dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat
dibuktikan dengan pikiran yang logis.Kepercayaan dapat memberikan arti
hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau
stress.Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan
wawasan yang lebih luas.
Harapan (Hope).
C. Spiritual Care
1. Definisi Spiritual Care
Spiritual care merupakan kegiatan dalam keperawatan dengan tujuan
membantu pasien yang dilakukan melalui sikap dan tindakan praktek keperawatan
berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yaitu mengakui martabat manusia,
kebaikan, belas kasih, ketenangan dan kelemah lembutan (Meehan T). Spiritual care
merupakan aspek perawatan yang integral dan fundamental dimana perawat
menunjukkan kepedulian kepada pasien (Meehan T). Spiritual care berfokus pada
menghormati pasien, iteraksi yang ramah dan simpatik, mendengarkan dengan
penuh perhatian dan memberikan kekuatan pada pasien dalam menghadapi
penyakitnya (Chan MF).
Dapat disimpulkan bahwa spiritual care adalah praktek dan prosedur
keperawatan yang dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yang berfokus pada menghormati
pasien, interaksi yang ramah dan simpatik, mendengar dengan penuh perhatian,
memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan kebutuhan pasien,
memberikan kekuatan pada pasien dan memberdayakan mereka terkait dengan
penyakitnya, dan tidak mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan
pasien tentang agamanya.
2. Peran Perawat Dalam Spiritual Care
Perawat merupakan orang yang selalu hadir ketika seseorang sakit, kelahiran,
dan kematian. Pada peristiwa kehidupan tersebut kebutuhan spiritual sering menonjol,
dalam hal ini perawat berperan untuk memberikan spiritual care. Perawat berperan
dalam proses keperawatan yaitu melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, menyusun rencana dan implementasi keperawatan serta melakukan
evaluasi kebutuhan spiritual pasien, perawat juga berperan dalam komunikasi dengan
pasien, tim kesehatan lainnya dan organisasi klinis/pendidikan, serta menjaga masalah
etik dalam keperawatan.
Peran perawat dalam proses keperawatan terkait dengan spiritual care
diantaranya :
a) Lingkungan
Apakah pasien memiliki kitab suci atau dilingkungannya terdapat kitab
suci atau buku doa lainnya, literatur-literatur keagamaan, penghargaan
keagamaan, simbol keagamaan misalnya tasbih, salib dan sebagainya
diruangan? Apakah gereja atau mesjid mengirimkan bunga atau buletin?
b) Perilaku
Apakah pasien berdoa sebelum makan atau pada waktu lainnya atau
membaca literatur keagamaan? Apakah pasien mengalami mimpi buruk
dan gangguan tidur atau mengekspresikan kemarahan pada Tuhan?
c) Verbalisasi
Apakah pasien menyebutkan tentang Tuhan atau kekuatan yang Maha
Tinggi, tentang doa-doa, keyakinan, mesjid, gereja, kuil, pemimpin
spiritual, atau topik-topik keagamaan? Apakah pasien menanyakan
tentang kunjungan pemuka agama? Apakah pasien mengekspresikan
ketakutannya akan kematian?
A. Kesimpulan
Tujuan dari Palliative Care adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual.
Spiritualitas adalah kebutuhan dasar manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan untuk menemukan arti kehidupan dan tujuan hidup
agar mendapatkan kekuatan, kedamaian, dan rasa optimis dalam menjalankan kehidupan.
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada seseorang dapat meningkatkan kepercayaan,
kekuatan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang. Spiritualitas dapat mengurangi
kecemasan pasien, membuat pasien menerima kondisinya, dan meningkatkan rasa optimis
pada pasien. Adanya rasa optimis, dukungan, dan motivasi dapat meningkatkan proses
penyembuhan yang dialami pasien.
Spiritual care adalah praktek dan prosedur keperawatan yang dilakukan perawat untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yang
berfokus pada menghormati pasien, interaksi yang ramah dan simpatik, mendengar
dengan penuh perhatian, memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
kebutuhan pasien, memberikan kekuatan pada pasien dan memberdayakan mereka terkait
dengan penyakitnya, dan tidak mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan
pasien tentang agamanya.
B. Saran
Sebagai perawat kita harus memperhatikan kegiatan terapi menggunakan metode
holistic keagamaan atau mendekatkan kepada Tuhan karena ini sangatlah berdampak
positif bagi kualitas hidup pada pasien terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah,
menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah semua abadi pastilah semua mahluk hidup akan
wafat pada akhirnya. Akan lebih meringankan beban bagi pasien terminal baik secara
psikologis dan fisiknya siap menerima keadaanya sampai dengan akhir hayatnya.
Memperlakukan pasien dengan peduli, penuh kasih, gembira, ramah dalam berinteraksi,
dan menghargai privasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, S., Beckwith, S. K., Clark, D., Cleary, J., Falzon, D., Glaziou, P., et al. (2014).
Global Atlas of Palliative Care at the End of Life. (S. R. Connor, & M. C. Bermedo,
Penyunt)) Worldwide Palliative Care Aliance.
Chan MF. Factors affecting nursing staff in practicing spititual care. Journal of
Clinical Nursing, 19, 2128-2136. 2008
Donna R, Luise BK, Lanza M. Spiritual care activities of nurses using Nursing
Interventions Classification (NIC) labels. International Journal of Nursing
Terminologies and Classification,14, 113-122. 2003
Hamid DN, Yani A. Buku ajar aspek spiritual dalam keperawatan. Jakarta: Widya
Medika. 2000
Judith M, Wilkinson NR. Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC. 2012
KEMENKES. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Margaret, O., & Sanchia, A. (2016). Palliative Care Nursing: Aguide to Practice
Second Edition. New York: CRC Press.
Nurwijaya, H., dkk. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker. Jakarta: Gramedia.
Peter J Franks, C. Salisbury., Nick Bosanquet et al. “The Level of Need for Palliative
Care: A Systemtic Review of the Literature,” Palliative Medicine, 14, (2000), 97.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
W. Breitbart, “The Goals of Palliative Care: Beyond Symptom Control,” Palliative &
Supportive Care, 4(01) (2006), 1-2. doi:10.1017/S1478951506060019, 1
WHO. (2016). WHO. Dipetik Juni 20, 2019. dari WHO: http://www.who.int/en/