S
DENGAN DM
DI RS BEN MARI MALANG
OLEH :
MACHRIENA FITRIANI
2014914301023
NIM : 2014914301023
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu
sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau
kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam
waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi
kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011)
B. Etiologi
a. Genetik
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah
respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer 2015 dan bare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
Obesitas
Riwayat keluarga
C. Epidemologi
1. Pemeriksaan darah
Kadar glukosa darah dalam tubuh
Glukosa darah sewaktu : > 200mg/dl
Glukosa darah puasa : >140mg/dl
Glukosa darah 2 jam setelah makan : > 200mg/dl
2. Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain: a. Obat-obatan Hipoglikemik Oral
(OHO) (Rahmawati, 2020):
a. Golongan sulfoniluria
Cara kerjanya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin. Jadi
golongan sulfoniluria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh, mengalangi
pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin dan
menekan pengeluaran glukagon.
b. Golongan biguanid
Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid dapat
menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Efek samping obat ini (metformin) menyebabkan
anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan diare.
c. Alfa glukosidase inhibitor
Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam saluran cerna
sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hiperglikemia dan tidak berpengaruh pada kadar insulin.
d. insulin sensitizing agent
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport
glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa
darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah
akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi
sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1) Insulin masa kerja singkat (Short-acting/ Insulin), disebut juga insulin
reguler
2) Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
3) Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
4) Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin) .
2. Terapi non farmakologi
a. Jenis makanan
Karbohidrat
Sebagai sumber energi yang diberikan pada dibetisi tidak boleh lebih dari 55-65% dari
total kebutuhan energi sehari atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan
pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal. Pada setiap hari karbohidrat
terdapat kandungan energi sebesar 4 kilokalori.
Protein
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari total kalori
per hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal dimana diperlukan pembatasan
asuhan protein sampai 40 gram per hari, maka perlu ditambahkan pemberian
suplementasi asam amino esensial. Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/
gram.
Lemak
Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori/ gram. Bahkan makanan ini
sangat penting untuk membawa vitamin larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan
K.
Berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dikelompokkan menjadi lemak jenuh dan
tidak jenuh. Pembatasan lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan bagi diabetisi
karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering dijumpai
pada diabitis.
b. Jadwal makan
Jadwal makan pengidap diabetes mellitus dianjurkan lebih sering dengan porsi
sedang. Disamping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam dianjurkan juga porsi
makanan ringan di sela- sela waktu tersebut.
c. Jumlah kalori
Jumlah kalori perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada
tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Penentuan 24 status gizi dapat dipakai
indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Brocca.
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
Akvitas / Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur. Tanda: takikardia dan takypnea pada keadaan istirahat atau
aktifitaa, letargi/disorientasi, koma.
Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat hipertensi, kebas dan kesemutan pada ektermitas, ulkus
pada kaki penyembuhannya yang lama, takikardia.Tanda : hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekles, distensi vena jugularis, kulit panas, kering,
dan kemerahan, bola mata cekung
Integritas/ Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsangan
Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi Saluran Kemih (ISK) berulang, nyeri tekan
abdomen, diare. Tanda : urine cair, pucat, polyuria (dapat berkembang sebagai
oliguria/anuria, bila terjadi hypovolemia berat), bising usus lemah dan menurun/
hiperaktif (diare).
Nutrisi/Cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, kenaikan kadar glukosa/karbohidrat,
penurunan berat badan berlebih dari beberapa hari/minggu, sering haus (polydipsia),
penggunaan diuretik (thiazid). Tanda : kulit kering/bersisik, kekakuan/distensi
abdomen, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan
gula darah).
Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
gangguan penglihatan. Tanda : disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma,(tahap
lanjut).
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri. Tanda : terlihat ekspresi kesakitan.
Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : sesak, frekuensi pernapasan meningkat.
Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal ulkus kulit. Tanda : demam, diaphoresis, menurunnya
rentang gerak.
Seksualitas
Masalah impoten dalam pria dan sulit orgasme dalam wanita.
Pemeriksaan diagnostik
Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau
Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan resppon atau infeksi.
Ureum/kreatinin: bisa menjadi meningkat atau mungkin dalam kondisi normal. Ada
kondisi dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal (Dwi, 2019).
Hambatan mobilitas fisik b.d adanya ulkus pada kaki (c: D.0054 h: 124)
Ambulasi
1. Menopang berat badan (5)
2. Berjalan dengan langkah yang efektif (5)
3. Berjalan dengan pelan (5)
4. Berjalan dengan kecepatan sedang (5)
5. Berjalan dengan cepat (5)
6. Berjalan dengan jarak yang dekat (5)
7. Berjalan dengan jarak yang jauh (5)
Ketidaksatbilan kadar glukosa darah b.d Gangguan toleransi glukosa darah (c:
D.0027 h: 71)
Keparahan Hiperglikemia
1. Tidak ada kelelahan (5)
2. Tidak sakit kepala (5)
3. Glukosa darah normal (5)
4. Tidak kehilangan nafsu makan (5)
5. Tidak kehausan (5)
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis ( inflamasi dan iskemi ) d.d klien mengeluh
nyeri, klien tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur (c :
D.0077 h : 172)
Manajamen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
3. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti teknik napas dalam
5. Dukung istirahat/tidur yang cukup
6. Batasi jumlah pengunjung
7. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi nyeri
8. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik
Hambatan mobilitas fisik b.d adanya ulkus pada kaki (c: D.0054 h: 124)
Peningkatan mekanika tubuh
1. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam jangka waktu yang
lama
2. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
3. Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang tepat
4. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk memfasilitasi penyesuain
sikap tubuh
Terapi latihan ambulasi
1. Bantu pasien untuk berpindah sesuai kebutuhan
2. Sediakan tempat tidur dengan berketinggian rendah
3. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki untuk berjalan dan mencegah cidera
4. Sediakan alat bantu kursi roda untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil
Terapi latihan mobilitas: Pergerakan Sendi
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga manfaat dan tujuan latihan sendi
2. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan ketidaknyamanan selama
nyeri dan ketidaknyamanan selama pergerakan/aktifitas
3. Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan sesuai indikasi
Ketidaksatbilan kadar glukosa darah b.d Gangguan toleransi glukosa darah (c:
D.0027 h: 71)
Manajemen Hiperglikemia
1. Monitor kadar glukosa darah, sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
letargi, malaise, pandangan kabur, atau sakit kepala.
3. Berikan insulin, sesuai resep.
4. Dorong asupan cairan
5. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
6. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah.
L. Daftar Pustaka
Abdulla, A., Adams, N., Bone, M., Elliott, A., Jones, D., Knaggs, R., Martin, D., & Sampson, L.
(2013). Evidence-based clinical practice guidelines on the management of pain in older
people : executive summary. https://doi.org/10.1177/2049463713495669
Copanitsanou, P. (2018). Mobility, Remobilisation, Exercise and Prevention of the
Complications of Stasis. 67–83. https://doi.org/10.1007/978-3-319-76681-2_6
Engelking, L. R. (2015). Diabetes Mellitus (DM). Textbook of Veterinary Physiological
Chemistry, Dm, 644–648. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-391909-0.50113-4
Hartati, M., Firsty, L., & Krishna, P. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes
Mellitus Abstrak Pendahuluan Keluarga masyarakat keluarga adalah yang unit terdiri
terkecil dari dari kepala yang dapat menjadi pemicu Diabetes Mellitus seperti jarang
berolahraga , merokok , dan minum-minuman b. Jurnal Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Diabetes Melitus, 2(1), 44–55.
Hong, S., & Lee, E. (2014). Effect of Evidence-based Postoperative Pain Guidelines via Web
for Patients undergoing Abdominal Surgery in South Korea. Asian Nursing Research,
8(2), 135–142. https://doi.org/10.1016/j.anr.2014.05.005
Rahmawati, N. (2020). Gambaran Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe-2 Setelah Pemberian Ceramah Di Bandar Lampung Tahun …. 1(Dm), 7–29.
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/2438/
Rome, sandra. (2014). Bone Health, Pain, and Mobility ✔. 21(5), 47–59.
Wahyu, D. (2017). Journal of Health Education. Journal of Health Education, 25(1), 57–60.
https://doi.org/10.1080/10556699.1994.10603001
Yusuf, A., Iswari, M. F., Sriyono, S., & Yunitasari, E. (2020). The effect of combination of
spiritual deep breathing exercise therapy on pain and anxiety in postoperative
nonpatological orthopedic fracture patients. 1631(May), 1625–1631.
ANALISA DATA
DATA DIAGNOSA
PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN
S: 36,6 C
RR: 22 x/menit
N: 96x/menit
SpO2: 98%
DS: Nyeri d.d post Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Mobilitas
debridement digiti Fisik b.d Nyeri d.d
Pasien mengatakan kaki
1-3 post debridement
kanan sulit digerakkan dan
digiti 1-3
nyeri ketika digerakkan
DO :
1. Kekuatan Otot
5 5
X 5
S:
Pasien mengatakan nyeri
berkurang
1. Mengidentifikasi lokasi,
P: Nyeri post op
karakteristik, durasi,
amputasi
frekuensi, kualitas,
Q: Seperti di tusuk
intensitas nyeri (PQRST)
R: Pada jari kaki kanan
2. Mengidentifikasi skala S: Skala nyeri 2
nyeri yang dirasakan oleh T: nyeri hilang timbul
pasien (skala nyeri 3)
A:
masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Observasi (1,2)
Terapeutik (1,3)
Edukas (2,3)
1. Mengkaji kekuatan otot,
rom dan nyeri pasien
(skala nyeri 3)
Lilis
2. Berkolaborasi pemberian S:
obat pereda nyeri pasien Pasien mengatakan nyeri
mendapatkan pada kaki kanan
5 5 inj.Dexketoprofen 50mg berkurang, kaki kanan
2 5 mg via IV karet sedikit bisa digerakkan
3. Melakukan pemeriksaan
TTV dan menanyakan O:
keluhan Pasien tidak terlihat
4. Merawat luka post op meringis
(luka terlihat basah, Kekuatan otot
keluar darah, jaringan
nekrosis tidak ada)
5. Membantu pasien duduk
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N: 85x/menit
S: 36,7˚C
RR: 20x/menit
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Observasi (1,2)
Terapeutik (1,3)
3. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manejemen 1. Mengedukasi pasien S: -
kadar glukosa tindakan 3x24 maka Hiperglikemi (I.03115) untuk menjaga kadar O:
Kestabilan Kadar Observasi : gula darah secara - Pasien tampak Lelah
darah b.d Glukosa Darah 1. Identifikasi mandiri
Gangguan - Pasien tampak
dengan kriteria kemungkinan 2. Mengedukasi pasien
hasil : penyebab untuk menjaga diet/ pola lemah
toleransi
hiperglikemia makan seperti - GDS : 303mg/dl
glukosa darah
- Rasa haus 2. Monitor kadar membatasi gula/ - Luka post
d.d menurun glukosa darah karbohidrat yang masuk debridement di kaki
Hiperglikemia - Kadar glukosa Terapeutik : (nasi, minuman manis, kanan bawah
dalam darah 1. Konsultasi dengan porsi makan) - TTV:
menurun medis jika ada 3. Menganjurkan pasien
- TTV:
- Tidak tampak tanda dan gejala untuk rutin olahraga
lelah hiperglikemia ringan TD: 140/80 mmHg
Edukasi 4. Memotivasi pasien N: 96 x/menit
1. Anjurkan untuk dalam pengadaan alat
S: 36,7˚C
memonitor kadar pengecekan gula darah
glukosa secara 5. Mengobservasi tanda – RR: 22 x/menit
mandiri tanda vital.
2. Anjurkan 6. Berkolaborasi dalam
kepatuhan diet pemberian obat A: masalah belum
dan olahraga DM(memberikan obat teratasi)
3. Ajarkan oral Metforminn 500mg)
pengelolahan
P: lanjutkan intervensi
diabetes
Kolaborasi Observasi (2)
1. Kolaborasi Terapeutik (1)
pemberian obat Edukasi (1,2)
Kolaborasi (1)
1. Menanyakan keluhan
pasien S: -
2. Memonitor kadar gula O:
darah (mengecek GDS - Tampak Lelah
pasien = 245mg/dl) - Tampak lemah
3. Memberikan obat - Berkeringat (-)
injeksi antibiotik - GDS = 245mg/dl
(injeksi cefoperazone - TTV:
1gr via IV karet) TD: 140/80 mmHg
4. Mengobservasi TTV N: 84x/menit
S: 36,6˚C
RR: 22x/menit
A:
Masalah teratasi
Sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Observasi (2)
Kolaborasi (1)
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)
Intervensi dalam askep yg disusun wajib menyertakan EBN nya (minimal menyertakan
5 jurnal).
A. Masalah Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik d.d amputasi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri d.d post amputasi digiti 1-3