Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENGERTIAN IJTIHAD DAN RUANG LINGKUP IJTIHAD


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Kontemporer
Dosen Pengampu: Dr. Endad Musaddad, S. Ag., M.A

Disusun Oleh:
M. Subakti ( 181510080 )
Mila Aprilia ( 201510039 )
Elka Novaliska ( 201510073 )
Syd Agil Husein ( 201510069 )

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat


menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Pengertian Ijtihad Dan
Ruang Lingkup Ijtihad” dengan lancar.
Makalah ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang pengetahuan dari
“Pengertian Ijtihad Dan Ruang Lingkup Ijtihad” dan juga makalah ini bertujuan
untuk menginformasikan kepada para pembaca bagaimana Pengertian Ijtihad Dan
Ruang Lingkup Ijtihad di lihat dari sisi psikologi. Dalam pembuatan makalah ini
penulis mendapat referensi dari beberapa buku dan sumber-sumber dari internet.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya apa bila makalah ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran tetap
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Pandeglang, September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal diturunkannya Islam, segala bentuk peribadatan sudah diatur dan
ditata bentuk aplikasinya baik dalam al-Qur’an maupun Sunah Rasulullah saw yang
tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat itu. Seluruh
pengejewantahan aplikasi syari’at pada zaman Nabi Muhammad saw. praktis tidak
terdapat perbedaan. Hal ini karena Nabi Muhammad saw. menjadi rujukan dalam
segala permasalahan. Ketika muncul suatu persoalan, secara otomatis langsung
dimintakan penjelasannya kepada Rasulullah saw. Syari’at yang berarti jalan dan
sesuatu yang telah diatur oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya dengan menunjuk
pada suatu hukum yang beragam, dianggap sebagai tolak ukur aturan dan sistem
kehidupan dalam Islam. Diantara sistematisasi syari’at yang menjadi pedoman
hubungan kehidupan, baik itu hubungan sosial kemasyarakatan, hubungan dengan
lingkungan, maupun hubungan transendental manusia dengan Tuhannya, adalah
fikih. Fikih yang mengatur hubungan muamalah menjadi pemahaman manusia
berkenaan dengan garis hubungan horizontal-vertikal. Para ulama terdahulu,
bahkan dari Nabi Muhammad Saw. sendiri, mendasarkan aturan ini pada nas- nas
yang sudah terkodifikasi dalam al-Qur’an maupun Hadist.
Syari’at Islam, salah satu ciri khasnya adalah memiliki ruang lingkup yang
menyeluruh. Oleh karena itu syari’at menempati posisi yang universal dalam lini
kehidupan. Universalitas syari’at ini menuntut untuk diaplikasikan oleh umat Islam
di manapun dan kapanpun, dengan mendudukkan salah satu prinsip bahwa syari’at
memberi aturan yang sejalan dengan kemaslahatan dan menganulir segala
kerusakan yang merugikan dan mengacaukan sirkulasi kehidupan manusia. Seperti
halnya yang telah dinyatakan oleh beberapa ulama bahwasanya syari’at Islam
berlandaskan pada prinsip membuka kemaslahatan dan menutup segala bentuk
kerusakan.
Pada dimensi ruang dan waktu syari’at Islam memiliki suatu posisi. Artinya
ia selalu layak untuk diproyeksikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
dikarenakan pedoman teks syari’at itu terbatas (mutanahiy) dan perkembangan
zaman semakin melebar luas, maka kemudian umat Islam – dalam hal ini mujtahid–
dituntut untuk melakukan istiqra’ (mengkaji dan meneliti nas-nas syari’at kemudian
mengembangkannya sejalan dengan kondisi) tanpa mengesampingkan kriteria-
kriteria yang sudah digariskan. Aktifitas ijtihad menjadi bahan penting bagi
kebutuhan umat Islam seiring dengan berbagai perkembangan yang terjadi di
belahan dunia saat ini. Oleh karenanya, banyak usaha-usaha yang kemudian
digagas demi menstabilkan gerak aplikatif masyarakat Islam demi satu arah
kemajuan. Kebutuhan akan Ijtihad ini terus berkembang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Ijtihad ?
2. Apa ruang lingkup Ijtihad ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Ijtihad
2. Mengetahui ruang lingkup Ijtihad
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IJTIHAD
Ijtihad secara etimologi berasal dari kata kerja “Ijtihadah” yang berarti
mencurahkan tenaga dan pikiran, berusaha dengan sungguh-sungguh, bekerja
semaksimal mungkin.
Secara terminologi Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
dapat menentukan suatu hukum dari sebuah dalil agama. Ijtihad hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dalam keahlian yang
mendalam disamping memiliki syarat-syarat yang tertentu baik dilakukan secara
individual maupun dilakukan secara bersama-sama sehingga mencapai kesepakatan
dalam suatu masalah tertentu pada masa tertentu pula (ijma consensus) berkenan
dengan penilaian sesuatu yang belum ada kepastiannya secara tegas dalam Al-
Qur’an dan Hadits.
Ijtihad sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad saw.,sebab ketika Nabi
berdialog dengan Muaz bin Jabal yang diangkat sebagai gubernur Yaman tentang
cara menghadapi suatu masalah/kenyataan, dan Muaz bin Jabal akan melakukannya
dengan ijtihad yakni apabila masalah tersebut tidak tercantum dalam Al-Quran dan
Hadits dan Nabi pun menyetujuinya.
Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata
"ijtihad" dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang mudah/ringan. Pengertian
ijtihad menurut istilah hukum Islam ialah mencurahkan tenaga (memeras pikiran)
untuk menemukan hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil syara’, dan tanpa
cara-cara tertentu. Usaha tersebut merupakan pemikiran dengan kemampuan
sendiri semata-mata.
Muhammad Ibn Husayn Ibn Hasan al-Jizani mengatakan bahwa ijtihad
adalah mengerahkan semua pemikiran dalam mengkaji dalil shar’iyyah untuk
menentukan beberapa hukum syari’at. Berdasarkan defenisi tersebut mengandung
beberapa ketentuan, yaitu:
1. Sesungguhnya ijtihad merupakan mengerahkan pemikiran dalam mengkaji
dallil-dalil, dan hal ini lebih umum dari qiyas. Kalau qiyas menyamakan far’
dengan asl, sedangkan ijtihad mengandung qiyas dan lain sebagainya.
2. Ijtihad dilakukan oleh faqih, yaitu orang yang mengetahui dalil-dalil dan cara
istinbat al-hukum.
3. Ijtihad dilakukan terhadap sesuatu yang belum ada hukumnya atau bersifat
zanni serta menghasilkan hukum yang bersifat zanni.
4. Dengan adanya batasan “istinbat”, maka ijtihad merupakan pemikiran mujtahid
dan ijtihadnya.

B. RUANG LINGKUP IJTIHAD


Masalah yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia dan
hubungannya dengan alam, senantiasa berkembang dan berubah-ubah, sehingga
karenanya senantiasa membutuhkan adanya penyelesaian dalam ketentuannya.
Semua penyelesaian hubungan tersebut diperlukan penggunaan ijtihad guna
menentukan pedoman hukumnya, agar tidak salah dalam penetapannya akibat
adanya perubahan siatuasi dan kondisi tersebut. Disinilah pangkal perlunya ijtihad,
sehingga ijtihad tersebut menjangkau ruang lingkup yang luas yang meliputi
a) Hubungan individu/masyarakat dengan invidu/masyarakat yang termasuk
hubungansosial kemasyarakatat
b) Hubungan manusia dengan benda dalam rangka mencapai kemakmuran
yang termasuk hubungan sosial ekonomi
c) Hubungan manusia dengan penguasa, antara penguasa dengan penguasa
yang lain, dalam rangka mengatur msyarakat yang termasuk hubungan
politik
d) Hubungan maanusia dalam bentuk ciptaan, kesenangan dan keindahan,
yang termasuk hubungan estetika ekonomi
e) Hubungan manusia dengan kebenaran alam dan karya yang termasuk
hubungan ilmu dan tekhnologi
f) Hubungan manusia dengan hakikat kebenaran dan nilai-nilai yang temasuk
hubungan filsafat.
g) Hubungan manusia dengan alam flora dan fauna bahkan dengan alam
semesta.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat
menentukan suatu hukum dari sebuah dalil agama. Ijtihad hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dalam keahlian
yang mendalam disamping memiliki syarat-syarat yang tertentu baik
dilakukan secara individual maupun dilakukan secara bersama-sama
sehingga mencapai kesepakatan dalam suatu masalah tertentu pada masa
tertentu pula (ijma consensus) berkenan dengan penilaian sesuatu yang
belum ada kepastiannya secara tegas dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ijtihad
memiliki ruang lingkup yang luas, Mulai dari hubungan manusia dengan
manusia hingga hubungan manusia dengan flora dan fauna.

B. Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna
dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini.hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami.oleh karena itu,
kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi A, Pengantar dan sejarah Hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang,


1995), h. 162.
https://www.ilmusaudara.com/2015/09/pengertian-ijtihad-ruang-lingkup-
dan.html (diakses pada 26 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai