Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ROOTS, SOILS, AND NUTRIENT UPTAKE


PLANTS AND INORGANIC NUTRIENTS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan


Dosen Pengampu:
Haslinda Yasti Agustin, S.Si, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Laili Izkiyah (12208193036)
2. Mufidah (12208193086)
3. Khoristiana Pratiwi (12208193094)
4. M. Khoirul Abidin (12208193097)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI 5C


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta berkahnya
kepada kami, sehingga makalah yang berjudul “Roots, Soils and Nutrient Uptake serta Plants
and Inorganic Nutrient” dapat kami selesaikan dengan baik. Dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari beberapa pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini, untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang
telah memberikan fasilitas sehingga makalah dapat selesai dengan baik.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M. Pd. I. selaku Dekan FTIK UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
3. Ibu Dr. Eni Setyowati S. Pd., M. M. selaku Ketua Jurusan Tadris Biologi UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Haslinda Yasti Agustin, S.Si, M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan pengarahan
kepada kami sehingga makalah dapat terselesaikan dengan baik.
5. Serta teman-teman yang telah memberikan motivasi serta dukungan dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mohon dimaklumi dan untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca yang sangat
diharapkan agar dalam penulisan makalah berikutnya dapat diperbaiki untuk lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Tulungagung, 13 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ vi

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... vi

1.3 Tujuan ............................................................................................................ vi

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peranan Tanah Sebagai Sumber Nutrisi ........................................................ 7

2.2 Sifat Tanah (Struktur, Tekstur, dam Koloid Tanah) ...................................... 8

2.3 Proses Ketersediaan Unsur Hara yang Dapat Diserap Lewat Akar ............... 14

2.4 Mekanisme Transpor Larutan Antarsel ......................................................... 15

2.5 Masuknya Ion Melalui Jaringan Akar Secara Simplas dan Apoplas ............. 19

2.6 Peran Mikroorganisme Terhadap Evektifitas Penyerapan Nutrisi ................. 22

2.7 Macam dan Fungsi Nutrisi yang Diperlukan Tumbuhan .............................. 26

2.8 Tanda-tanda Defisiensi dan Taksisitas Suatu Nutrien ................................... 30

2.9 Proses Plasmolisi, Kelayuan, dan Pemupukan Tanah yang Berlebihan ........ 34

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 36

3.2 Saran .............................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 38

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur Tanah .............................................................................................................. 9

2.2 Klasifikasi Tekstur tanah menurut USDA .................................................................... 10

2.3 Tekstur tanah ................................................................................................................. 11

2.4 Koloid tanah .................................................................................................................. 14

2.5 Permeabilitas membrane sel terhadap molekul............................................................. 16

2.6 Transport aktif ............................................................................................................... 18

2.7 Avenic Acid dan Muginec Acid ................................................................................... 19

2.8 Jalur masuknya air kedalam jaringan akar tumbuhan apoplas dan siimplas ................ 21

2.9 Aquaporin ..................................................................................................................... 22

2.10 Infeksi Akar ................................................................................................................ 25

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Unsur Esensial Beserta Fungsinya Dalam Tubuh Tumbuhan ............................ 27

Tabel 2.2 Unsur Benefisial Beserta Fungsinya Dalam Tubuh Tumbuhan ......................... 29

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan semua mahkluk yang berukuran beberapa micron atau


lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat
rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu
atau protozoa, dan virus yang hanya Nampak dengan mikroskop electron
(Dwidjoseputro,1990).

Tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup di atasnya, sumber nutrisi, dan
tempat melekatkan diri dengan akarnya. Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari
berbagai nutrisi untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi. Nutrisi yang terlalu sedikit
atau yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan. Adapun nutrisi di dalam tanah
adalah berupa air dan mineral.

Transport aktif adalah pergerakan molekul melewati membran sel melawan gradien
konsentrasi. Sebagaimana difusi terfasilitasi, transport aktif memerlukan protein pembawa
atau protein transport. Akan tetapi, karena molekul dibawa melawan gradien konsentrasi,
maka transport aktif memerlukan suplai energi. Membedakan proses masuknya ion melalui
jaringan akar secara simplas dan apoplas.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah peran tanah sebagai sumber nutrisi ?


2) Bagaimana proses ketersediaan unsur hara yang dapat di serap lewat akar ?
3) Bagaimana proses transport larutan antar sel ?
4) Apakah nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan ?
5) Bagaimana tanda-tanda definisasi dan toksisitas suatu nutriens ?
6) Bagaimana proses plasmolysis, kelayuan dan penumpukan tanah ?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui peran tanah sebagai sumber nutrisi ?


2) Mengetahui proses ketersediaan unsur hara yang dapat di serap lewat akar ?
3) Mengetahui proses transport larutan antar sel ?
4) Mengetahui nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan ?
5) Mengetahui tanda-tanda definisasi dan toksisitas suatu nutriens ?
6) Mengetahui proses plasmolysis, kelayuan dan penumpukan tanah ?

vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Tanah Sebagai Sumber Nutrisi

Tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup di atasnya, sumber nutrisi, dan
tempat melekatkan diri dengan akarnya. Unsur hara yang terkandung dalam tanah
diperlukan tumbuhan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya, tumbuhan menyerap tanah yang mengandung unsur hara dengan berbagai proses.

Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh,
berkembang, dan bereproduksi. Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi, tumbuhan
menunjukkan gejala-gejala tidak sehat. Nutrisi yang terlalu sedikit atau yang terlalu banyak
dapat menimbulkan masalah. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari pertumbuhan suatu pohon. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan. Adapun nutrisi di dalam tanah
adalah berupa air dan mineral.

Nutrisi (nutrition) penyediaan /suplai dan absorbsi senyawa-senyawa kimia yg


dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman, Nutrient adalah senyawa-
senyawa kimia yg dibutuhkan oleh organisme (termasuk tanaman). Nutrisi tanaman
mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh tanaman serta fungsi unsur-unsur
tersebut pada kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh
kadar nutrisi yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh
unsur–unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Unsur-unsur
yang terdapat di dalam tanah cukup banyak. Seringkali tanah mengandung unsur yang
diperlukan maupun yang tidak diperlukan bagi tanaman. Dalam konsentrasi yang tinggi
unsur-unsur tersebut dapat merusak tanaman.
Tumbuhan umumnya melakukan osmoregulasi untuk mengatasi cekaman air pada
lingkungan salin. Osmoregulasi adalah upaya tumbuhan untuk menjaga turgor sel dengan
mengakumulasi solut yang memiliki berat molekul rendah atau nilai osmotik tinggi 1.

Tanah sangat bervariasi sehubungan dengan komposisi, struktur, dan pasokan nutrisi.
Terutama penting dari perspektif nutrisi adalah partikel tanah anorganik dan organik yang
disebut koloid. Koloid tanah mempertahankan nutrisi untuk dilepaskan ke dalam larutan
tanah di mana mereka tersedia untuk diserap oleh akar. Dengan demikian, koloid tanah
berfungsi untuk mempertahankan reservoir nutrisi terlarut di dalam tanah.

Agar nutrisi mineral dapat diambil oleh tanaman, mereka harus memasuki akar
dengan melintasi plasma membrane sel akar. Dari sana mereka dapat ditransmisikan melalui
simplas kebagian dalam akar dan akhirnya menemukan jalan mereka ke sisa tanaman. Oleh
karena itu, serapan hara oleh akar pada dasarnya sangat penting, transportasi membrane
secara inheren adalah subjek abstrak. Artinya, penyelidik mengukur kinetika gerakan zat
terlarut pada keadaan membrane di berbagai alam dan buatan2.

2.2 Sifat Tanah (Struktur, Tekstur, dan Koloid Tanah)

Dalam penjelasan mengenai sifat-sifat tanah maka dibagi menjadi beberapa bagian
dari sifat-sifat fisik tanah yang pokok, yang satu dengan lainnya saling berkaitan, yaitu
tekstur tanah, struktur tanah dan koloid tanah.
1) Struktur Tanah
Struktur tanah dapat diartikan bangun atau bentuk alami dari beberapa agregat
primer yang merupakan satu kesatuan bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang- bidang.
Kenyataan di alam-alam bangun/ bentuk tanah dapat dibedakan menjadi empat tipe,
yaitu :
a) Pipih – Agregat pipih tipis, berlapis-lapis secara horizontal, yaitu bangun tanah
yang berlapis-lapis ukuran horisontal lebih besar dari ukuran vertikal.
b) Prismatik atau kolom – Berbentuk pilar-pilar vertikal, dengan sisi enam. Ukuran
vertikal lebih besar dari ukuran horisontal.

1
An-Nuriyah, Pengaruh Kesuburan Tanah Terhadap Nutrisi Tanaman, 2020.
2
William G. Hopkins, Introduction to Plant Physiology (The University of Western Ontario, 2008), hlm. 42

8
c) Blok- Blok tanah berbentuk kubus mencapai diameter 10 cm. Ukuran vertikal dan
horisontal hampir sama dapat seperti kubus atau bulat.
d) Kebulat-bulatan
Berbentuk butir atau ukuran ke segala arah sama, dapat berupa kersai atau
remah. Struktur tanah mempengaruhi banyak sedikitnya aliran air dan pergantian
udara di dalamnya serta kedalaman perakaran dan kemampuan tanah untuk dapat
memberikan unsur baranya kepada tanaman.
Struktur tanah mempunyai kaitan dengan partikel-partikel penyusunannya (pasir,
debu dan lempung) serta bahan penyusun tanah sekunder yang berupa agregat
tanah (bahan perekat) tanah yang berwujud koloid-koloid tanah yang dapat berasal
dari bahan organik maupun larutan dari beberapa jenis garam.

Gambar 2.1 Struktur Tanah


2) Tekstur Tanah
Yang dimaksud dengan tekstur tanah ialah perbandingan kandungan fraksi pasir,
debu dan lempung dalam suatu masa tanah. Fraksi ini berkaitan dengan kisaran ukuran
partikel tanah, yaitu partikel penyusun tanah tertentu. Tanah dalam kenyataannya,
misalnya yang berupa bongkahan tanah terdiri dari bagian-bagian kecil atau yang disebut

9
partikel-partikel tanah yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok yaitu pasir,
debu, lempung dan bahan- bahan organik. Sedangkan batu atau batuan induk
merupakan bahan yang m engalami pelapukan dan akan berubah menjadi tanah dalam
jangka waktu yang lama.
Adapun mengenai klasifikasi tekstur tanah dipengaruhi oleh banyaknya perbandingan
masing-masing partikel tanah penyusunannya.

Gambar 2.2 Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA

Di dalam survey di lapangan penentuan klasifikasi tekstur tanah diperkirakan


dengan memijat dan meraba-raba dan dipilin sambil dirasakan di antara telunjuk
dan ibu jari, maka dapat dibedakan dari hasil rabaan dan pengamatan tersebut secara
garis besar menjadi empat golongan pokok adalah sebagai berikut :
Tekstur Tanah Sifat-sifatnya :
• Pasir : Jika dipilin kasar, lepas-lepas, tanpa daya kohesi (tidak membentuk
bola), baik basah maupun kering.
• Geluh: Jika dipilin tidak begitu kasar dan tidak licin, membentuk bola tetapi
tidak teguh dengan permukaan agak mengkilat dan tidak begitu melekat di
kedua jari.
• Debu: Jika dipilin terasa licin, bentuk bola sedikit teguh dengan dilapisi
permukaan mengkilat dan agak melekat di kedua jari. Bila dalam keadaan
kering diraba seperti badak atau tepung melekat di kedua jari. Bila dalam
keadaan kering diraba seperti badak atau tepung.

10
• Lempung: Jika dipilin terasa berat, membentuk bola begitu baik dan melekat di
kedua jari.
Dari tiga macam jenis partikel penyusun tanah kenyataannya di lapangan
tergantung dari persentase masing partikel penyusun, maka kelas tekstur tanah dapat
berupa: lempung, lempung berpasir, geluh, geluh berdebu, geluh berpasir dan
sebagainya seperti terlihat pada gambar 2.2.
Tanah dikatakan dalam golongan tanah pasir mencakup semua tanah yang
mempunyai kadar pasir 70% atau lebih dari berat tanah tersebut, dan disebut tanah
lempung jika paling sedikit mengandung 35% lempung. Adapun tanah geluh
mempunyai perbandingan komposisi fraksi pasir, debu dan lempung yang kira-kira
sama. Sebagian besar tanah pertanian mempunyai tekstur geluh yang mempunyai sifat
tidak terlalu lepas daya menahan air sedang, liat bergumpal gerakan air dan udara
lambat.
Penentuan kelas struktur tanah secara rabaan dengan perasaan tersebut
membutuhkan pengalaman yang lama. Adapun cara lain yang lebih teliti melalui
analisa di laboratorium dengan memisah-misahkan masing-masing fraksi tanah dan
ditentukan perbandingan beratnya untuk masing-masing fraksi.
Kenyataan dalam tanah masing-masing partikel penyusun tanah tidak berdiri
sendiri-sendiri akan tetapi merupakan satu kesatuan kelompok terdiri dari beberapa
jenis partikel tanah yang diikat oleh bahan perekat yang berupa koloid tanah, senyawa
besi, alumunium dan lain-lain.
Kesatuan kelompok ini disebut agregat tanah, dan dibedakan antara agregat
primer dan agregat sekunder. Agregat primer merupakan kelompok yang terdiri dari
butir-butir atau partikel tanah, sedangkan agregat-agregat primer, gabungan agregat-
agregat primer, gabungan agregat-agregat sekunder disebut gumpalan tanah.

11
Gambar 2.3 Tekstur Tanah
3) Koloid Tanah
Fraksi tanah yang paling penting dalam menentukan sifat kimia tanah adalah
koloid tanah, yaitu bahan mineral (liat) maupun organik (humus) yang berukuran sangat
halus. Kata koloid berasal dari bahasa yunani colla yang berarti lem. Ukuran koloid ini
kurang dari 1 mikron. Dengan demikian, tidak semua mineral liat termasuk dalam koloid
ini karena mineral liat adalah fraksi tanah yang berukuran kurang dari dua mikron.
Halusnya ukuran koloid tanah ini mengakibatkan koloid memiliki luas permukaan per
satuan berat yang sangat besar. Kondisi ini mengakibatkan koloid memiliki sifat adhesi
yang sangat tinggi terhadap partikel tanah lain.
Partikel tanah liat dalam suspensi biasanya tidak terlihat dengan mata telanjang—
mereka terlalu kecil. Mereka, bagaimanapun, cukup kecil untuk tetap ditangguhkan.
Partikel tanah liat tersuspensi ini dapat dideteksi dengan mengarahkan seberkas cahaya
melalui suspensi. Partikel tanah liat yang tersuspensi akan menghamburkan cahaya,
menyebabkan jalur yang dilalui oleh berkas cahaya menjadi terlihat.
Partikel yang cukup kecil untuk tetap dalam suspensi tetapi terlalu besar untuk
masuk ke larutan sejati disebut koloid dan fenomena hamburan cahaya, yang dikenal
sebagai efek Tyndall, merupakan karakteristik yang membedakan suspensi koloid.
Sebaliknya, larutan sejati, seperti natrium klorida atau sukrosa dalam air, tidak akan
menghamburkan cahaya. Ini karena, dalam larutan sejati, zat terlarut dan pelarut
merupakan satu fase.
Sedangkan suspensi koloid adalah sistem dua fasa. Ini terdiri dari fase padat,
misel koloid, tersuspensi dalam fase cair. Cahaya yang dihamburkan oleh fase padat
bertanggung jawab atas efek Tyndall. Tanah liat bukan satu-satunya komponen tanah

12
yang membentuk partikel koloid. Banyak tanah juga mengandung residu karbon koloid,
yang disebut humus. Humus adalah bahan organik yang telah terdegradasi secara
perlahan tetapi tidak sempurna menjadi dimensi koloid melalui aksi pelapukan dan
mikroorganisme. Dalam tanah lempung yang baik, kandungan humus koloid mungkin
jauh lebih besar daripada kandungan lempung koloid dan memberikan kontribusi yang
lebih besar pada reservoir nutrisi.
Tanah liat bukan satu-satunya komponen tanah yang membentuk partikel koloid.
Banyak tanah juga mengandung residu karbon koloid, yang disebut humus. Humus
adalah bahan organik yang telah terdegradasi secara perlahan tetapi tidak sempurna
menjadi dimensi koloid melalui aksi pelapukan dan mikroorganisme. Dalam tanah
lempung yang baik, kandungan humus koloid mungkin jauh lebih besar daripada
kandungan lempung koloid dan memberikan kontribusi yang lebih besar pada reservoir
nutrisi. Tanah liat bukan satu-satunya komponen tanah yang membentuk partikel koloid.
Banyak tanah juga mengandung residu karbon koloid, yang disebut humus. Humus
adalah bahan organik yang telah terdegradasi secara perlahan tetapi tidak sempurna
menjadi dimensi koloid melalui aksi pelapukan dan mikroorganisme. Dalam tanah
lempung yang baik, kandungan humus koloid mungkin jauh lebih besar daripada
kandungan lempung koloid dan memberikan kontribusi yang lebih besar pada reservoir
nutrisi3.
Partikel tanah yang sangat halus ini dinamakan dengan misel (dari micro cell).
Misel ini memiliki permukaan yang bermuatan listrik negatif (anion), sehingga mampu
menarik kation (ion positif) yang terdapat di dalam larutan tanah. Penarikan ini
mengakibatkan terbentuknya lapisan ganda (double layer). Bagian dalam lapisan ganda
ini terdiri atas partikel koloid yang bermuatan negatif, sedangkan bagian luarnya adalah
kerumunan kation yang tertarik oleh partikel koloid ini.
Muatan negatif pada permukaan misel ini dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu:
1) Patahan mineral liat yang mengandung gugusan hidroksil (-OH). Hidrolisis
gugusan ini mengakibatkan terjadinya muatan negatif pada daerah ini.
2) Terjadinya kelebihan muatan negatif pada ujung patahan mineral liat.

3
Ibid.

13
3) Adanya substitusi yaitu penggantian kation di dalam struktur kristal oleh kation
lain yang mempunyai ukuran yang sama tetapi dengan valensi yang berbeda.
Misalnya pengantian Al3+ oleh Fe2+ atau oleh Mg2+ , dan sebagainya.

Koloid organik mengandung beberapa gugusan yang sangat potensial untuk


membentuk muatan negatif, yaitu gugusan karboksil (-COOH), gugusan fenol, dan
gugusan enol (ROH). Hidrolisis gugusan tersebut pada pH yang mendekati netral
mengakibatkan timbulnya muatan negatif pada koloid organik ini sehingga memperbesar
muatan negatif pada misel.

Gambar 2.4 Koloid Tanah

Distribusi ion di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh konsentrasi muatan negatif
misel. Kation tertarik oleh misel, namun tidak terlalu kuat, sehingga mudah dipertukarkan
oleh kation yang lain. Sebagian kation terjerap di permukaan misel, sedangkan sebagian
lainnya berada dalam jarak yang cukup jauh di dalam larutan tanah. Konsentrasi ion
semakin turun dengan semakin jauhnya jarak dari permukaan jerapan.4

2.3 Proses Ketersediaan Unsur Hara yang Dapat diserap Lewat Akar

Sebagian unsur hara yang diperlukan oleh tanaman diserap langsung dari daun.
Namun, sebagian besar lainnya berasal dari larutan tanah yang diserap oleh akar tanaman.
Unsur C dan O diperoleh tanaman dari udara melalui fotosintesis. Unsur H diambil dari air
tanah oleh akar tanaman. Selain unsur C dan O, stomata daun serta lentisel pada bagian atas
tanaman juga mampu menyerap hara tanaman. Penelitian dengan menggunakan bahan
radioaktif menunjukkan bahwa ion fosfat, nitrat, dan sulfat dapat secara langsung diserap

4
Herry Gusmara, Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah (Universitas Bengkulu, 2016), hlm. 53.

14
oleh mulut daun (stomata). Ion yang terdapat di dalam tanah dapat diserap oleh akar
tanaman melalui tiga proses, yaitu (1) aliran massa (mass flow), (2) difusi, dan (3) intersepsi
akar.

a) Aliran Massa
Ion yang mudah larut seperti NO3- , SO4 2-
, K, dan sebagainya akan bergerak di
dalam tanah sesuai dengan pergerakan aliran air tanah. Gerakan ion bersama-sama massa
air ini dinamakan dengan aliran massa. Air bergerak dari daerah di luar jangkauan akar
ke permukaan akar tanaman karena tanaman menyerap air untuk mengimbangi
penguapan. Ion yang terkandung di dalam air ini dapat segera diserap oleh akar tanaman.
b) Difusi
Difusi adalah proses bergeraknya suatu zat (unsur hara) dari tempat yang
konsentrasinya lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Ion yang
terdapat di dalam larutan tanah pada dasarnya berada dalam kondisi seimbang.
Penyerapan ion oleh akar tanaman mengakibatkan berkurangnya konsentrasi ion di
sekitar akar. Hal ini menyebabkan terjadinya pergerakan ion dari daerah di luar perakaran
ke permukaan akar untuk menyeimbangkan konsentrasinya. Dengan demikian,
pergerakan ion ini sama sekali tidak dipengaruhi oleh pergerakan air tanah.
c) Intersepsi Akar
Pertumbuhan akar tanaman memungkinkan permukaan akar bersinggungan secara
langsung dengan unsur hara yang semula di luar jangkauan akar. Pemanjangan akar ini
berarti pula pemendekan jarak tempuh ion untuk masuk ke dalam tanaman, baik melalui
aliran massa maupun secara difusi. Di antara hara esensial tanaman, unsur N, S, Ca, dan
Mo merupakan unsur yang paling banyak diserap melalui aliran massa. Unsur P dan K
kebanyakan diserap oleh tanaman melalui difusi, sedangkan unsur yang banyak diserap
melalui intersepsi akar adalah unsur Ca. 5

2.4 TRANSPORT MOLEKUL MELALUI MEMBRAN SEL

Membran sel berfungi sebagai barier selektif antara sitoplasma dengan cairan
ekstraselular yang merupakan lingkungan internal. Sel untuk hidup memerlukan suplai air,

5
Ibid, hlm. 61

15
gas oksigen, nutrien, dan elektrolit dari lingkungannya. Begitu pula sebaliknya, sel yang
hidup pasti melakukan metabolisme dalam tubuhnya, yang akan menghasilkan produk
metabolisme, seperti gas karbondioksida dan urea, yang harus dibuang ke cairan ekstra
selular dan selanjutnya ke luar tubuh mahluk mikroorganisme. Arus molekul dari luar sel ke
dalam sel, atau sebaliknya, memerlukan peran pasif dan aktif membran sel.
Apabila membran sel tersusun hanya oleh lipid bilayer, maka membran sel dapat dilintasi
(permeable) oleh molekul-molekul hidrofobik (non-polar), seperti molekul O2, CO2, N2, dan
hormon steroid. Permeabilitas membran sel semakin berkurang terhadap molekul-molekul
hidrofilik (polar) tidak bermuatan berukuran kecil, seperti air (H2O), urea, dan gliserol, dan
molekul-molekul hidrofilik tidak bermuatan berukuran besar, antara lain glukosa dan
sukrosa. Pada akhirnya, membran sel tidak mudah dilewati (impermeable) terhadap ion-ion
yang bermuatan atau elektrolit, misalnya H+, Na+, HCO3-K+, Ca2+, Cl-, Mg2+ (Gambar
1)6.

Gambar 2.5. Permeabilitas membrane sel terhadap molekul

Difusi sederhana
Difusi sederhana berlangsung apabila proses perpindahan molekul melintasi membran sel
menuruni gradien konsentrasi dan tanpa memerlukan protein pembawa. Sebagai contoh adalah

6
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., Walter, P. 2008. Molecular
Biology of the Cell. 5
TH Ed.. Garland Science: New York.
Ganong, W.F. 2003. Review of Medical Physiology. 21st ed. McGraw Hill: Boston.

16
perpindahan molekul oksigen dari alveolus menuju kapiler. Difusi berlangsung melalui gerakan
molekular yang secara random (Brownian movement). Laju difusi (J) berbanding lurus dengan
gradien konsentrasi molekul (∆C), permeabilitas membran (P), dan luas area membran (A),
dengan formula difusi dari Fick (Fick’s law of diffusion):

J = ∆C.P.A.

Difusi terfasilitasi
Difusi terfasilitasi berlangsung apabila proses perpindahan molekul melintasi membran
sel menuruni gradien konsentrasi memerlukan protein pembawa (carrier protein). Peran protein
pembawa adalah untuk mempermudah transport molekul-molekul hidrofilik dan elektrolit
melintasi membran sel yang cenderung bersifat impermeabel terhadap molekul-molekul tersebut.
Difusi terfasilitasi berlangsung lebih cepat daripada difusi sederhana.

Transport Aktif

Transport aktif adalah pergerakan molekul melewati membran sel melawan gradien
konsentrasi. Sebagaimana difusi terfasilitasi, transport aktif memerlukan protein pembawa atau
protein transport. Akan tetapi, karena molekul dibawa melawan gradien konsentrasi, maka
transport aktif memerlukan suplai energi.Dari semua mikronutrien, zat besi dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah terbesar (dianggap sebagai makronutrien oleh beberapa). Besi dapat
diambil sebagai besi (Fe3+) atau ion besi (Fe2+), meskipun yang terakhir lebih umumkarena
kelarutannya yang lebih besar.3 Pentingnya zat besiberkaitan dengan dua fungsi penting pada
tumbuhan. Diabagian dari kelompok katalitik untuk banyak enzim redoks dan diperlukan untuk
sintesis klorofil.

Enzim redoks penting termasuk yang mengandung hemesitokrom dan protein besi-
sulfur non-heme (misalnya,Protein Rieske, ferredoxin, dan fotosistem I) terlibat dalam
fotosintesis, respirasi dan fiksasi nitrogen . Selama kursus transfer elektron, bagian besi
berkurang secara reversible dari besi ke negara besi. Besi juga merupakan konstituen dari
beberapa enzim oksidase, seperti katalase dan peroksidase. Besi bukan merupakan penyusun
molekul klorofil itu sendiri dan peran tepatnya dalam sintesis klorofil tetap ada. Ada, misalnya,
tidak bukti definitif bahwa salah satu enzim yang terlibat dalam sintesis klorofil bergantung pada
besi. Sebagai gantinya,kebutuhan zat besi mungkin terkait dengan kebutuhan zat besi yang lebih

17
umum dalam sintesis kloroplas konstituen, terutama protein transpor elektron. Defisiensi besi
selalu menyebabkan hilangnya klorofil dan degenerasi struktur kloroplas. Klorosis muncul
pertama kali di daerah interveinal daun termuda, karena mobilitas besi dalam tanamanasam, jauh
lebih spesifik untuk besi.

Pentingnya zat besi dalam nutrisi tanaman disorot oleh strategi yang telah
dikembangkan tanaman untuk penyerapan dalam kondisi stres besi. Kekurangan zat besi
menginduksi beberapa perubahan morfologi dan biokimia di akar dikotil dan monokotil
nongraminaceous. Dua strategi untuk pelarutan dan penyerapan zat besi anorganik yang sedikit
larut oleh tanaman. (A) Pompa proton ATPase di korteks akar sel mengasamkan rizosfer, yang
membantu melarutkan sebagai Fe3+ (FeIII). Fe3+ kemudian dikhelat oleh asam fenolat (Ch),
juga disekresikan ke dalam rizosfer oleh akar. NS besi chelated dibawa ke permukaan akar
beradadireduksi oleh FeIII reduktase. Fe2+ (FeII) yang dihasilkan segera diangkut melintasi
membran plasma oleh pengangkut FeII. Baik reduktase FeIII dan FeII diinduksi oleh defisiensi
besi. (B) Fe3+ dilarutkan dengan phytosiderophores (PS) disekresikan ke dalam rizosfer
olehakar. Seluruh ferrisiderophore (siderophore-besikompleks) kemudian dibawa ke dalam sel
akar dimana besi selanjutnya dilepaskan.Pembentukan sel transfer khusus di epidermis akar,
meningkatkan sekresi proton ke dalam tanah mengelilingi akar, dan pelepasan ligan yang kuat,
seperti asam caffeic, oleh akar. Bersamaan dengan itu, ada induksi enzim pereduksi dalam
membran plasma sel epidermis akar. Pengasaman rizosfer mendorong khelasi Fe3+ dengan
asam caffeic, yang kemudian bergerak ke akar permukaan di mana besi direduksi menjadi Fe2+
di plasma membran. Reduksi menjadi Fe2+ menyebabkanligan untuk melepaskan besi, yang
segera diambil oleh tanaman sebelum memiliki kesempatan untuk terbentuk endapan yang tidak
larut7.

7
Hopkins, William G. 2008. Introduction to Plant Physiology. Ontario: University of Western
Ontario.

18
Gambar 2.6 Transport Aktif

Strategi kedua untuk penyerapan zat besi oleh organismemelibatkan sintesis dan
pelepasan oleh organisme ligan pengikat besi dengan berat molekul rendah disebut siderophores
(Yunani pembawa besi). Sebagian besar dari kami pengetahuan tentang siderophores berasal dari
studi dengan mikroorganisme aerobik (bakteri, jamur, dan alga),tempat mereka pertama kali
ditemukan dan dipelajari paling luas. Baru-baru ini, bagaimanapun, telah telah ditemukan bahwa
siderophores juga dilepaskan oleh akar tumbuhan tingkat tinggi (Gambar 2.7). Dikenal sebagai
phytosiderophores, untuk membedakannya dari ligan asal mikroba, pengikatan besi yang sangat
spesifik ini ligan sejauh ini hanya ditemukan pada anggota dari keluarga Gramineae, termasuk
biji-bijian sereal. Phytosiderophores disintesis dan dilepaskan oleh tanaman hanya di bawah
kondisi stres besi, memiliki tinggi afinitas untuk Fe3+, dan sangat efektif mengais besi dari
rizosfer. Ciri khas dari sistem siderophore adalah bahwa seluruh besi-phytosiderophore
kompleks, atau ferrisiderophore, kemudian diserap kembali ke dalam akar . Begitu berada di
dalam akar, besinya adalah mungkin direduksi menjadi Fe2+ dan dilepaskan untuk digunakan
oleh sel. Nasib phytosiderophore tidak diketahui.Dalam mikroorganisme, siderophores mungkin
secara kimiawi terdegradasi dan dimetabolisme atau, sebagai alternatif, Fitosiderofor. Struktur
duafitosiderofor yang dilepaskan oleh akar tumbuhan tingkat tinggi.Besi besi membentuk ikatan
koordinasi dengan nitrogen dan gugus karboksil. 8

8
Hopkins, William G. 2008. Introduction to Plant Physiology. Ontario: University of Western

19
Gambar 2.7 Avenic Acid dan Muginec Acid

2.5 Proses masuknya ion melalui jaringan akar secara simplas dan apoplas

Secara umum air bergerak di dalam jaringan karena adanya perbedaan (gradien)
tekanan, baik gradien potensial air, gradien tekanan hidrostatik, maupun karena gradien
tekanan uap. Gradien potensial air biasanya terjadi apabila air melewati membran sel seperti
dari tanah/media ke dalam sel akar, atau dari sel-sel yang satu ke sel-sel lainnya. Gradien
tekanan hidrostatik terjadi manakala air bergerak tanpa melalui membran sel, misalnya di
dalam pembuluh xilem, yaitu dari xilem akar ke xilem batang dan daun. Adapun gradien
tekanan uap biasa terjadi di stomata daun di mana air berubah dari cairan menjadi uap.
Dengan demikian dalam sistem tumbuhan yang utuh ketiga jenis gradien ini terjadi dan
saling sambung menyambung.
Di dalam sel-sel akar air harus masuk mulai dari sel-sel epidermis akar, melewati
korteks akar hingga ke jaringan pembuluh (xilem akar). Gambar penampang melintang akar
menunjukkan bahwa dari luar hingga ke dalam, jaringan akar terdiri dari epidemis, korteks,
endodermis, dan silinder pusat. Silinder pusat terdiri dari jaringan xilem dan floem dalam
posisi yang berselang dengan pusatnya adalah jaringan pengangkut xilem (Gambar 2.8).
Dengan demikian air yang masuk ke dalam akar tumbuhan harus melewati
epidermis, korteks dan endodermis akar, sehingga dapat mencapai xilem.
Pergerakan air dari tanah ke dalam akar bisa terjadi melalui dua mekanisme, yaitu (1)
air masuk melalui ruang-ruang antarsel, atau dikenal dengan jalur apoplas, dan (2) air masuk
ke dalam sel epidermis akar, kemudian bergerak dari sel ke sel di dalam jaringan korteks
melalui benang-benang plasmodesmata; mekanisme ini dikenal dengan jalur simplas

Ontario.

20
(Gambar 4). Kedua mekanisme ini bisa sama-sama terjadi selama masihdalam jaringan
korteks akar. Namun ketika sampai pada jaringan endodermis, air dan garam mineral tidak
lagi dapat melewati ruang-ruang antarsel (jalur apoplas) karena pada jaringan endodermis
terdapat garis kaspari (Gambar 4). Garis kaspari atau yang juga disebut pita kaspari
(casparian strip) adalah penebalan dinding sel yang mengandung suberin pada endodermis
pada posisi radial. Adanya garis kaspari menyebabkan air dan mineral yang masuk melalui
jalur apoplas menjadi terputus. Dengan demikian ketika sampai pada jaringan endodermis,
air hanya bergerak melalui jalur simplas, yaitu masuk ke dalam sel, dan bukan lagi melalui
ruang-ruang antarsel. Adanya jaringan yang bersuberin ini, terutama pada jaringan
endodermis akar yang sudah tidak mengalami pertumbuhan (daerah diferensiasi), sedangkan
pada jaringan endodermis akar yang masih muda (beberapa mm di dekat ujung akar) belum
terbentuk suberin.9

Gambar 2.8. Jalur masuknya air kedalam jaringan akar tumbuhan apoplas dan
simplas (Taiz dan Ziger;2002)

Setelah melewati endodermis, air dan mineral akan sampai di jaringan pembuluh xilem
akar. Xilem adalah jaringan yang tersusun oleh sel-sel yang mati yang berperan seperti pipa-pipa
kapiler yang banyak. Melalui jaringan xilem inilah air akan diangkut ke bagian atas tumbuhan,

9
Maurel. C. (1997). Aquaporins and Water Permeability of Plant Membranes. Annu. Rev. Plant Physiol. Plant Mol.
Biol. 48: 399-429.

21
yaitu ke batang dan daun. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana air dapat naik
ke atas/puncak pohon yang tinggi. Percobaan-percobaan mengenai hal ini telah banyak dilakukan
untuk menguak rahasia naiknya air dari akar ke daun tumbuhan yang tinggi.

Walaupun telah diketahui bahwa air masuk ke dalam sel tumbuhan melalui osmosis,
pergerakan air ke dalam sel akar tumbuhan diyakini juga terjadi melalui cara yang lain agar air
dapat masuk lebih cepat. Pada beberapa dekade terakhir ini telah diketahui bahwa ada protein
saluran (channel protein) yang berfungsi khusus untuk melalukan air ke dalam sel akar. Protein
saluran ini dikenal dengan istilah aquaporin. Sesuai dengan namanya protein ini ada pada
membran akar dengan membentuk semacam pori/saluran yang khusus untuk lewatnya air.
Dengan adanya aquaporin ini memungkinkan air bergerak lebih cepat jika dibandingkan dengan
hanya melalui proses osmosis biasa, yaitu melewati dua lapisan lipid membran.

Gambar 2.9. Aquaporin

2.6 Peran mikroorganisme (mikoriza) terhadap efektivitas penyerapan nutrisi

Mikroorganisme merupakan salah satu faktor pembentuk tanah. Sifat dan ciri dari
suatu tanah dipengaruhi oleh jenis, jumlah, dan aktivitas organisme yang ada didalam tanah.
Organisme tanah termasuk mikroorganisme dan makroorganisme bersama-sama dengan
tumbuhan tingkat tinggi menyebabkan terjadinya interaksi biologis yang dinamis dan
menimbulkan reaksi biokimia yang beragam dalam proses perombakan bahan organic,
sintesis, senyawa baru, pelapukan batuan, dan penyediaan hara bagi tanaman (Paul dan

22
Clark, 1989). Mikroorganisme merupakan bagian dari ekosistem tanah disamping fraksi
anorganik dan organic lainnya (Paul dan Clark, 1989). Didalam tanah terdapat lima
kelompok utama mikroorganisme yaitu bakteri, fungi, aktinomisetes, algae, dan protozoa.
Sebagian besar spesies mikroorganisme merupakan mikroorganisme yang bermanfaat,
kecuali beberapa jenis spesifik yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman.
Mikroorganisme memiliki banyak manfaat namun tidak semua mikroorganisme
memiliki manfaat yang menguntungkan. Pemanfaatan miroorganisme yang menguntungkan
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman, nutrisi, dan daya saing dan tanggap
tanaman terhadap factor stress eksternal dengan berbagai mekanisme. Selain itu
mikroorganisme juga dapat menghambat pathogen tanah dan meningkatkan ketahanan suatu
tanaman terhadap penyakit (Leeman et al, 1996; Vessey, 2003; Lucy et al, 2004) 10
Interaksi antara akar dan mikroba, akar hidup meluas jauh melampaui permukaan
akar langsung kewilayah tanah yang didefinisikan sebagai rizosfer. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa asosiasi pengaruh utama yang terjadi dalam hal ini disebabkan oleh asosiasi antara
akar dan mikroorganisme tanah, terutama bakteri dan jamur. Asosiasi yang terjadi antara akar
dan mikroba dapat terjadi secara kompleks dan melibatkan invansi akar inang oleh
mikroorganisme. Dalam kedua kasus tersebut asosiasi yang terjadi memungkinkan
bermanfaat bagi tanaman atau justru menyebabkan kerusakan pada tanaman. Lendir pada
akar merupakan bagian yang dominan pada sekresi akar, lendir merupakan polisakarida yang
disekresikan oleh vesikel golgi dalam sel dekat ujung tumbuhan. Sekresi lendir tampak
terbatas pada sel-sel tudung akar, sel epidermis muda, dan rambut akar dimana dinding
sekunder belum terbentuk. Sekresi lendir di daerah yang lebih basal dari akar tampak dibatasi
oleh perkembangan dinding sekunder. Lendir dengan cepat akan diserang oleh bakteri tanah
yang menyumbangkan produk metabolisme mereka sendiri, termasuk mukopolisakarida dari
kapsul bakteri. Selain itu lendir juga berfungsi menarik mineral koloid dan bahan organic
dari tanah. Maka dalam hal ini disimpulkan bahwa bakteri sangat terlibat dalam nutrisi
nitrogen tanaman.11

10
Hifnalisa, Skripsi: “Pemanfaatan Mikroorganisme Penyedia Fosfat dan Bahan Organik Untuk Meningkatkan
Ketersediaan P-Tanah dan Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika Pada Andisol di KabupatenBener Merah” (Medan:
2017), Hlm 26.
11
William G. Hopkins & Norma P. AHiiner, “Introduction To Plant Physiology” (America, 2008), Hlm 56.

23
Pada umumnya akar tanaman mendukung populasi besar bakteri, hal ini dikarenakan
akar menyediakan nutrisi yang kaya akan energi. Lingkungan langsung dari akar sangat
mendukung pertumbuhan bakteri sehingga populasi bakteri di rizosfer dapat melebihi
populasi disekitar tanah curah sebanyak 50 persen. Nutrisi yang disediakan oleh akar
sebagian besar terdiri dari asam amino dan amidal aut, gula pereduksi, dan senyawa molekul
berbobot rendah lainnya. Senyawa ini dapat bocor dari sel (proses non metabolik) atau secara
aktif disekresikan kedalam ruang apoplastik berdifusi kerizosfer sekitarnya.12
Mikoriza merupakan salah satu mikroorganisme yang menguntungkan dan memiliki
efektifitas terhadap penyerapan nutrisi. Akar yang telah terinfeksi oleh jamur disebut
mikoriza. Mikoriza adalah bentuk mutualisme, sebuah asosiasi dimana kedua pasangan
memperoleh keuntungan. Dalam sebuah pengamatan telah membuktikan bahwa lebih dari 80
persen tanaman yang diteliti hampir semua spesies tanaman yang penting secara ekonomis
membentuk asosiasi mikoriza. Pada awalnya mikoriza ditemukan oleh ahli botani jerman
abad ke Sembilan belas A. B. Frank, yang menyimpulkan bahwa inokulasi mikoriza
merangsang pertumbuhan bibit. Penyebab utama pertumbuhan yang ditingkatkan mikoriza
adalah adanya peningkatan penyerapan nutrisi terutama fosfor.
Dalam suatu percobaan Hatch menunjukkan bahwa pada tahun 1937 bibit pinus yang
telah terinfeksi menyerap nitrogen, kalium, dan fosfor dua hingga tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak terinfeksi oleh mikoriza. Terdapat dua bentuk
utama mikoriza yaitu ektotrofik dan endotrofik, ectomycorrhizae biasanya berbentuk pendek,
sangat bercabang, dan diselubungi oleh hifa jamur yang terjalin erat. Jamur juga menembus
ruang antar selat auapoplastik korteks akar, membentuk jaringan antarsel yang disebut
jaringan hartig. Mikoriza endotrof ikat auendomikoriza ditemukan dibeberapa spesies dari
hamper setiap keluarga angiosperma dan sebagian besar gymnospetma (kecuali pada
Pinaceae) Berbeda dengan ektomikoriza, hifa endomikoriza berkembang secara luas didalam
selkortikal akar inang. Jenis endomikoriza yang paling umumditemukan di sebagian besar
vegetasi dunia adalah mikoriza vesicular-arbuskular (VAM).
Hifa VAM tumbuh di antara dan ke dalam sel kortikal akar, di mana mereka
membentuk struktur “seperti pohon” yang sangat bercabang yang disebut arbuscules (artinya
pohon kerdil). Setiap cabang arbuskula dikelilingi oleh membran plasma sel inang.

12
Ibid

24
Arbuskula berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan kontak antara hifa dan sel
sebanyak dua hingga tiga kali lipat dan mempengaruhi sel inang, yang dapat meningkatkan
volume sitoplasma sebanyak 20 sampai 25 persen.VAM membentuk vesikel ellipsoid besar
baik di antara atau di dalam sel inang. Kehadiran arbuskula dan vesikel menyediakan
permukaan yang luas untuk pertukaran nutrisi antara tanaman inang dan jamur yang
menyerang. Meskipun VAM tidak membentuk selubung yang terdefinisi dengan baik di
sekitar akar, hifa, seperti ektomikoriza, secara efektif memperluas rizosfer dengan tumbuh ke
luar ke dalam tanah di sekitarnya.
Peran menguntungkan dari mikoriza, terutama yang berkaitan dengan penyerapan
fosfor, terkait dengan zona penipisan nutrisi yang mengelilingi akar. Zona ini menentukan
batas-batas tanah dari mana akar dapat dengan mudah mengekstraksi unsur-unsur hara.
Nutrisi tambahan dapat tersedia hanya dengan perluasan akar ke daerah baru di tanah atau
dengan difusi nutrisi dari tanah curah ke zona deplesi. Luasnya zona penipisan bervariasi
dari satu unsur hara ke unsur hara lainnya, tergantung pada kelarutan dan mobilitas unsur
tersebut dalam larutan tanah. Zona penipisan nitrogenmeluas agak jauh dari akar karena
nitrat mudah larut dan sangat mobile. Fosfor, di sisi lain, kurang larut dan relatif tidak
bergerak di tanah dan, akibatnya, zona penipisan fosfor juga lebih kecil. Jamur mikoriza
membantu dalam penyerapan fosfor dengan memperluas miselia mereka di luar zona
penipisan fosfor.13

Gambar 2. 10. Merupakan gambar infeksi akar dengan jamur mikoriza memperpanjang
zona deplesi nutrisi untuk tanaman. Zona penipisan nutrisi adalah zona dari mana nutrisi
diambil oleh system akar.

13
William G. Hopkins & Norma P. AHiiner, “Introduction To Plant Physiology” (America, 2008), Hlm 57.

25
Peranan mikoriza, mikoriza pada tanaman mampu meningkatkan penyerapan nutrisi dan air
yang ada didalam tanah. Beberapa peranan atau manfaat dari mikoriza ialah:

1. Serapan air dan hara

Jaringan hipa eksternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan air dan hara.
Disamping itu ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat
menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil sehingga hipa bisa menyerap air pada
kondisikadar air yang sangatrendah. Serapan air pada tanaman yang bermikoriya juga
membawa unsur hara yang mudah larut sehingga serapan unsur tersebut juga meningkat.

2. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan

Setah periode kekurangan air, akar akan cepat kembali normal hal ini dikaren akan hifa
jamur mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah saat akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air.

3. Proteksi dari pathogen dan unsur hara

Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari


patogen akar dan unsur toksik. Struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung
biologi bagi terjadinya patogen akar. Jamur mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang
dapat mematikan patogen. Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur
tertentu yang bersifat racun seperti logam berat.

4. Memproduksi senyawa-senyawa perangsang pertumbuhan

5. Merangsang aktivitas beberapa organisme yang menguntungkan

Jamur mikoriza berinteraksi dengan berbagai organisme di rhizosfer, misalnya


Rhizobium pada tanaman legum. Jamur berasosiasi pada tanaman legum dapat
meningkatkan serapan fosfor, sehingga meningkatkan aktivitas nitrogenase yang
selanjutnya memperbaiki pertumbuhan akar dan mikoriza.

6. Meningkatkan pertumbuhan dan hasiltanam

7. Membantu siklus mineral

26
Pada beberapa mikoriza, hifa mampu menghasilkan enzim hidrolitik seperti protaste dan
fosfatase yang penting dalam mineralisasi bahan organic dan meningkatkan agregasi
tanah.14

2.7 Membedakan macam dan fungsi nutrisi yang diperlukan tumbuhan (esensial dan
benefisial)

Nutrisi esensial merupakan unsur kimiawi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
menyelesaikan siklus hidupnya dan menghasilkan generasi yang lain (Campbell dkk.,
2008).Unsur esensial didasarkan pada dua kriteria yang dirumuskan oleh E. Epstein pada
tahun 1972. Menurut Epstein, suatu unsur dianggap esensial jika (1) tanpa kehadirannya
tumbuhan tidak dapat menyelesaikan siklus hidup normal, atau (2) unsur tersebut merupakan
bagian dari beberapa konstituen tanaman penting atau metabolit. Dengan kriteria pertama,
jika tanaman tidak dapat menghasilkan benih yang layak ketika kehilangan unsur itu, maka
unsur itu dianggap esensial. Dengan kriteria kedua, unsur seperti magnesium akan dianggap
esensial karena merupakan penyusun molekul klorofil dan klorofil sangat penting untuk
fotosintesis. Demikian pula, klorin sangat penting karena merupakan faktor penting dalam
oksidasi fotosintesis air. Sebagian besar elemen memenuhi kedua kriteria, meskipun salah
satu saja biasanya dianggap cukup.
Berdasarkan pada criterianya terdapat 17 elemen yang penting untuk pertumbuhan
semua tanaman yang lebih tinggi. Sembilan unsur esensial disebut makro nutrien atau unsur
hara makro karena tumbuhan memerlukan unsur tersebut dalam jumlah besar (lebih dari 10
mmole kg-1 berat kering). Enam diantaranya adalah komponen utama senyawa organic yang
membentuk struktur tumbuhan yaitu karbon, oksigen, hydrogen, nitrogen, fosfor, sulfur,
kalium, kalsium, dan magnesium. Diantara semua nutrient tersebut nitrogen adalah
penyumbang paling besar bagi pertumbuhan tumbuhan dan hasil panen. Selain itu tumbuhan
juga memerlukan nitrogen sebagai komponen protein, asam nukleat, klorofil dan molekul
organic penting lainnya. Sementara itu delapan unsur esensial lainnya disebut mikronutrien
karena tumbuhan memerlukan unsur tersebut dalam jumlah yang kecil (kurang dari 10
mmole kg-1 berat kering) dan melayani peran katalitik dan pengaturan seperti aktivator

Hifnalisa, Skripsi: “Pemanfaatan Mikroorganisme Penyedia Fosfat dan Bahan Organik Untuk Meningkatkan
14

Ketersediaan P-Tanah dan Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika Pada Andisol di Kabupaten Bener Merah” (Medan:
2017), Hlm77.

27
enzim. Delapan unsur yang termasuk mikronutrien adalah klorin, besi, mangan, boron, seng,
tembaga, nikel, dan molibdenum.15

Tabel 2.1 merupakan 17 unsur esensial beserta fungsinya dalam tubuh tumbuhan

No Unsur Fungsi
1. Karbon Komponen utama senyawa organic tumbuhan
2. Oksigen Komponen utama senyawa organic tumbuhan
3. Hidrogen Komponen utama senyawa organic tumbuhan
4. Nitrogen Komponen utama senyawa organic tumbuhan
5. Kalium Berperan penting dalammengatur potensi osmotic,
berfungsi sebagai factor utama dalam pergerakan tumbuhan,
seperti pembukaan dan penutupan sel penjaga stomata dan
Gerakan tidur atau perubahan orientasi daun setiap hari.
Selain itu kalium juga berfungsi untuk menyeimbangkan
muatan anion yang dapat berdifusi dan tidak dapat
berdifusi.
6. Kalsium Penting dalam pembentukan dan stabilitas dinding sel serta
pemeliharaan struktur dan permeabilitas membrane,
mengaktivkan beberapa enzim, meregulasi respon terhadap
stimulus.
7. Magnesium Berfungsi untuk menghubungkan ATP molekulke situs aktif
enzim.
Berfungsi untuk aktik fator dua enzim penting dalam fiksasi
karbon fotosintesis.
8. Fosfor Komponen asam nukleat, fosfolipid, ATP, dan beberapa
koenzim
9. Sulfur Berperan penting dalam konstituen protein, koenzim, dan
fitamin.
10. Klorin Diperlukan dalam pembelahan sel dalam baik daun maupun
puncuk.
11. Besi Dibutuhkan dalam sintesis klorofil dan reaksi transfer
electron
12. Mangan Berfungsi sebagai enzim cofactor serta berperan dalam
bagian pengembangan oksigen kompleks di koloroplas
13. Baron Berperan dalam intergritas structural dinding sel,
penghambat pembelahan dan pemanjangan sel dalam akar
primer dan sekunder. Merangsang perkecambahan dan
pemanjangan tabung polen.
14. Seng Berperan sebagai pengaktif dari banyak enzim
15. Tembaga Berperan dalam pemenuhan kebutuhan kofaktor untuk
oksidatif enzim.

15
William G. Hopkins & Norma P. AHiiner, “Introduction To Plant Physiology” (America, 2008), Hlm65.

28
16. Nikel Kofaktor untuk sebuah enzim yang berfungsi dalam
metabolisme nitrogen
17. Molibdenum Berfungsi sebagai kunci komponen nitrogen metabolisme

Selain 17 unsur penting yang tercantum dalam Tabel diatas beberapa tanaman memiliki
persyaratan tambahan. Namun, karena ini belum terbukti menjadi persyaratan tanaman tingkat
tinggi secara umum, mereka dikeluarkan dari daftar elemen esensial. Mereka disebut sebagai
elemen yang bermanfaat. Definisi bermanfaat pada saat ini berlaku terutama untuk natrium,
silikon, selenium, dan kobalt. Seiring waktu, dan seiring dengan peningkatan metode
eksperimental, satu atau lebih elemen bermanfaat ini dapat ditambahkan ke daftar elemen
penting.

Nutrisi benefisial merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak
memenuhi kaidah unsur hara essensial karena jika unsur ini tidak ada pertumbuhan tanaman
tidak akan terganggu.16

Tabel 2.2 merupakan unsur benefisial beserta fungsinya

No Unsur Fungsi

1. Silicon (Si) Berperan penting untuk pertumbuhan, mineral nutrisi, dan


resistensi terhadap penyakit jamur

2. Sodium (Na) Pengganti K untuk beberapa tanaman

3. Cobalt (Co) Mempercepat penyerbukan meningkatkan kandungan


protein legums, memaksimalkan pembentukan kloroplas
dan pigmen esensial untuk fiksasi

4. Vanadium (V) Fiksasi N2 bersama Mo2, V dan Mo berkontribusi pada


tahap awal pekercambahan biji

5. Lithium (Li) Meningkatkan kandungan klorofil pada kentang dan lada

6. Rubidium (Rb) Pengganti K saat P dan NH4N dalam konsentrasi tinggi

16
WiratamajaWayan, Skripsi: “Pergerakan Hara Mineral DalamTanaman”, (Denpasar: 2016), hlm 01

29
7. Strontium (Sr) Pengganti Ca ketika Ca harus tersedia banyak

8. Aluminium (Al) Bermanfaat pada tanaman yang mengakumulasikan Al (Al


ditemukan di DNA dan RNA)

9. Selenium (Se) Pengganti S dalam asam amino pada gandum

10. Iodine (I) Menstimulasi pertumbuhan tanaman, sintesis selulosa, dan


proses lignifikasi pada jaringan batang .

11. Silver (Ag) Induksi pembuangan

12. Titanium (Ti) Fotosintesis dan fiksasi N2 meningkatkan kandungan


klorofil pada daun tomat.

2.8 Tanda-tanda Defisiensi dan Taksisitas Suatu Nutrien

2.8.1 Tanda Defisiensi Nutrien


Apabila suatu tanaman kekurangan nutrien tertentu (unsur esensial) maka
akan menimbulkan suatu tanda atau gejala fisik berupa kerusakan pada tubuh tanaman
bagian tertentu (akar, batang, dan daun), inilah yang disebut defisiensi. Gejala
defisiensi bergantung sebagian pada fungsi mineral sebagai nutrien. Misalnya,
defisiensi Magnesium, salah satu komponen klorofil menyebabkan krorosis
(chlorosis), yaitu penguningan daun-daun. Pada beberapa kasus, hubungan antara
defisiensi mineral dan gejalanya tidak berjalan secara langsung. Misalnya defisiensi
Besi dapat menyebabkan klorosis walaupun klorofil tidak mengandung Besi, karena
ion Besi dibutuhkan sebagai kofaktor pada salah satu langkah enzimatik dari sintesis
klorofil (Campbell dkk., 2008).
Gejala defisiensi mineral tidak hanya bergantung pada peran nutrien namun
juga pada mobilitasnya di dalam tumbuhan. Jika suatu nutrien bergerak bebas, gejala
akan timbul terlebih dahulu pada orhan yang lebih tua karena jaringan muda dan
sedang tubuh memiliki daya menarik nutrien yang lebih besar namun jumlahnya
terbatas. Misalnya Magnesium bersifat relatif lebih mudah bergerak dan memiliki
kecenderungan untuk bergerak ke dedaunan muda. Oleh karena itu, tumbuhan yang

30
mengalami defisiesi Magnesium menunjukkan tandatanda klorosis pertama pada
dedaunan yang lebih tua (Campbell dkk., 2008).
Sebaliknya, defisiensi mineral yang relatif tidak bergerak mempengaruhi
bagian tumbuhan muda terlebih dahulu. Jaringan yang lebih tua biasanya memiliki
mineral dalam jumlah cukup yang dipertahankan selama periode kekurangan suplai.
Misalnya, Besi tidak bergerak bebas di dalam tumbuhan, dan defisiensi Besi
menyebabkan penguningan daun muda sebelum efek apapun terlihat pada daun yang
lebih tua. Kebutuhan nutrien suatu tumbuhan juga dapat berubab menurut tahun dan
umur tumbuhan. Semaian muda, misalnya, jarang menunjukkan gejala defisiensi
mineral karena sebagian besar kebutuhan mineralnya dipenuhi oleh mineral yang
dilepaskan dari cadangan makanan yang tersimpan di dalam biji itu sendiri (Campbell
dkk., 2008).
Defisiensi Fosfor, Kalium, dan terutama Nitrogen paling sering terjadi.
Kelangkaan mikronutrien jarang terjadi, dan cenderung terjadi di wilayah geografis
tertent akibat perbedaan komposisi tanah. Gejala defisiensi mineral dapat bervariasi
antarspesies namun sering kali cukup berbeda sehingga para ahli fisiologi tumbuhan
dapat mendiagnosis penyebabnya. Berdasarkan diagnosis nantinya bisa dianalisis
kandungan mineral yang diperlukan tumbuhan untuk bisa menyembuhkan defisiensi
tersebut (Campbell dkk., 2008).
Fungsi unsur esensial pada tumbuhan, Apabila kekurangan sejumlah unsur
tertentu maka akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Berikut ini akan
dijelaskan gejala akibat kekurangan unsur esensial tertentu, yaitu sebagai berikut.
a) C, H, dan O merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan, unsur yang sangat
penting dalam pembentukan karbohidrat. Kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan
gangguan dalam proses fotosintesis.
b) Nitrogen (N) merupakan hara makro yang diperlukan dalam jumlah besar, merupakan
penyusun semua asam amino, jadi juga protein, juga penyusun asam nukleat, klorofil, dan
senyawa penting untuk metabolisme (Loveless, 1987). Menurut Arief (1978) 17 Nitrogen
merupakan salah satu komponen dalam molekul protein, purin, pirimidin, dan porifirin.
Purin dan pirimidin merupakan basa nitrogen yang penting dalam pembentukan molekul

17
Arief, Amiruddin. 1978. Biologi Umum. Malang: IKIP Malang.

31
asam nukleat (RNA dan DNA). Sedangkan porifirin penting dalam pembentukan klorofil.
Gejala kekurangan Nitrogen ialah daun dari tanaman itu mengalami klorosis, yaitu warna
daun menjadi pucat dan rontok sebelum dewasa. Sering timbul warna kemerahan pada
daun.
c) Kalium (K), fungsinya khusus bagi tanaman masih belum diketahui. Kalim penting untuk
membantu sistem enzim, yaitu untuk memperlancar reaksi biokimia tertentu. Gejala
akibat kekurangan kalium pada daun adalah timbul 10 bintik klorosis disertai dengan
bercak pada ujung dan pinggiran daun (Arief, 1978). Sedangkan menurut Loveless
(1987)18 kekurangan Kalium mempengaruhi kecepatan fotosintesis, sintesis protein, dan
respirasi karena itu Kalium memengang peranan pada semua jalur metabolisme. Kalium
merupakan faktor penting dalam mengatur potensi osmosis sel. Pada sel pengawal dalam
daun, K memegang peranan kunci yaitu dalam mekanisme gerakan stomata.
d) Kalsium (Ca), dibutuhkan untuk penyusunan dinding sel, yang didapat dari kalium pekat.
Jika kekurangan Ca akan menimbulkan kematian di ujung batang, ujung akar, dan di
daerah pertumbuhan lainnya. Akar menjadi pendek dan kecoklatan. Klorosis pada
pinggiran daun muda menyebabkan nekrotik (bercak kering) (Arief, 1978).
e) Magnesium (Mg), merupakan unsur logam yang diperlukan tanaman untuk pembentukan
molekul klorofil. Sehingga secara tidak langsung Mg mempengaruhi metabolisme
karbohidrat dan aktif dalam kegiatan enzim tertentu. Gejala kekurangannya akan timbul
klorosis diantara tulang daun yang sering diikuti timbulnya warna kemerahan (Arief,
1978).
f) Fosfor (P), merupakan unsur pada asam nukleat, fosfolipid, dan ATP. P juga berperan
dalam pembentukan RNA dan DNA. Gejala akibat kekurangannya hampir sama dengan
kekurangan N, dengan kelainannya timbul bercak kering (nekrotik) pada daun, tangkai,
dan kulit buah (Arief, 1978).
g) Sulfur (S) juga terlibat dalam metabolisme protein yang membentuk ikatan disulfida.
Gejala akibat kekurangan S hampir sama dengan gejala kekurangan N, hanya tidak
menimbulkan warna kemerahan (Arief, 1978).
h) Besi (Fe), meskipun tidak menjadi konstituen dari klorofil namun sangat diperlukan
tanaman untuk pembentukan klorofil. Kekurangan Fe dalam bentuk ion Fe2+ dapat

18
Loveless, A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik I. Jakarta: Gramedia

32
menimbulkan klorosis. Lembaran daun menjadi pucat, sedangkan urat daun tetap
berwarna hijau (Dwidjoseputro, 1973).
i) Mangan (Mn) merupakan mikronutrien yang mengaktifkan beberapa enzim
dehidrogenase dan karboksilase. Kekurangan Mn dapat memiliki efek seperti kekurangan
Fe maupun Mg, yaitu klorosis. Ada pula penyakit defisiensi 11 tertentu akibat
kekurangan Mn. Tanah basa hanya sedikit mengandung Mn (Dwidjoseputro, 1973).
j) Boron (B), seperti Fe juga merupakan mikronutrien yang penting, akan tetapi fungsinya
di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas. Gejala kekurangan B adalah bagian yang
mengalami pertumbuhan mulai mati seperti penyakit pucuk atau top sickness pada
tembakau, menguningnya kobis, dan menggulungnya daun kentang (Dwidjoseputro,
1973).
k) Seng (Zn), suatu mikronutrien yang penting dalam mengaktifkan beberapa enzim,
diperlukan dalam pembentukan asam indolasetat. Kekurangan Zn menyebankan salah
tumbuh pada ujung akar dan akhirnya menghambat pertumbuhan selanjutnya
(Dwidjoseputro, 1973).
l) Tembaga (Cu), mikronutrien yang berperan dalam reaksi redoks. Kekurangannya
menyebabkan ujung daun mengisut, dan pada akhirnya seluruh daun gugur
(Dwidjoseputro, 1973).
m) Molibdenum (Mo), ialah mikronutrien yang paling sedikit dibutuhkan, penting dalam
mereduksi nitrat. Kekurangan Mo mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman
(Dwidjoseputro, 1973).

2.8.2 Tanda Toksisitas Nutrien

Toksisitas merupakan keadaan yang menandakan adanya efek toksik (racun)


dikarenakan keberadaannya pada tanaman melebihi jumlah yang dibutuhkan. Suatu
tanaman akan tumbuh dengan subur apabila semua unsur yang dibutuhkan tersedia
cukup dan unsur tersebut ada dalam bentuk yang sesuai yang dapat diserap oleh akar
tanaman. Namun apabila pemberiannya terlalu berlebihan maka akan menimbulkan
suatu gejala yang disebut toksisitas. Menurut Dwidjoseputro (1973) 19 suatu
eksperimen memberikan kesimpulan bahwa di dalam tanah yang mengandung segala

19
Dwidjoseputro. 1973. Pengantar Fisiologi Tumbuhan Edisi Kelima. Malang: IKIP Malang

33
unsur yang serba cukup, kecuali Kalium, maka penambahan unsur K sedikit demi
sedikit akan menghasilkan panen yang meningkat sebanding dengan tambahnya unsur
tersebut. Namun ketika Kalium terus ditambahkan pada tanaman maka penambahan
Kalium tersebut tidak menghasilkan tambahan panen yang sebanding lagi dan
akhirnya 12 jika tambahan tetap diberikan terus, penambahan itu tidak berarti lagi,
bahkan membahayakan kehidupan tanaman. Contoh lain adalah kelebihan unsur Fe.
Meskipun besi merupakan unsur hara esensial bagi semua jenis tanaman, akan tetapi
jika kelebihan Fe juga akan berakibat buruk pada tanaman. Pada tanah dengan tingkat
kemasaman tinggi (pH rendah) yang banyak mengandung Fe, pertumbuhan tanaman
kurang baik, bahkan pada kondisi tertentu tanaman tidak dapat di panen. Sturz dkk.
(2000) dalam Syafruddin (2011)20 mengemukakan bahwa keracunan besi pada
tanaman padi dapat menurunkan produksi hingga 90 %. Sedangkan gejalah keracunan
pada umumnya memperlihatkan warna coklat kemerah-merahan atau kuning
kecoklatan sering disebut bronzing (Ismunadji, 1990 dalam Syafruddin, 2011).
Aluminium dalam dosis rendah dapat merangsang pertumbuhan akar, tetapi pada dosis
tinggi Al menjadi racun bagi tanaman. Keracunan mengganggu sistem metabolisme
dan sistem enzim yang gejalanya terlihat pada sistem perakaran (memendek dan
menebalnya akar) dan memendeknya tinggi tanarnan (Sobrizal, tanpa tahun).
Syafruddin (2006) dalam Sonbai dkk. (2013) 21 menyatakan bahwa kelebihan unsur
hara nitrogen dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit,
memperpanjang umur, dan tanaman lebih mudah rebah. Kelebihan unsur Fosfor
menyebabkan penyerapan unsur lain, terutama unsur mikro seperti Fe dan Cu akan
terganggu, namun tidak ada gejala fisik pada tanaman. Kelebihan Tembaga (Cu) dan
Molibdenum (Mo) juga dapat meracuni tanaman (Dwidjoseputro, 1973).

2.9 Menghubungkan Proses Plasmolisi, Kelayuan, dan Pemupukan Tanah yang Berlebihan

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan

20
Syafruddin. 2011. Keracunan Besi pada Tanaman Padi dan Upaya Pengelolaannya pada Lahan Sawah Cefars :
Jurnal Agribisnis Dan Pengembangan Wilayah Vol. 3 No. 1 Desember 2011.
21
Sonbai, Jemrifs H. H., Djoko Prajitno, & Abdul Syukur. 2013. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Pada Berbagai
Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol (The Growth And Harvest Of Corn At Various Of Providing
Nitrogen Fertilizer On Regosol Dry Lands). Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 16 No.1, 2013 : 77 – 89.

34
baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun nonorganik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme (smno, 2013). Meskipun demikian, ke dalam pupuk,
khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam aplikasi
pupuk harus diperhatikan kebutuhan hara tanaman, agar tanaman tidak mendapatkan suplai
hara secara berlebihan. Suplai hara yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat
membahayakan pertumbuhan tanaman (smno, 2013). Pemberian pupuk yang terlalu banyak
dapat membahayakan tumbuhan. Sel tumbuhan apabila ditempatkan pada lingkungan
hipertonik, seperti ketika ditambahkan pupuk (NPK, KCl, atau Urea) secara berlebihan maka
dapat menyebabkan keluarnya air dari vakoula. Sitoplasma mengkerut dan membran plasma
terlepas dari dinding sel. Hal inilah yang dinamakan plasmolisis. Potensial turgor menurun
hingga dapat mencapai nol dan mengakibatkan kelayuan bahkan plasmolisis jika kehilangan
air dari tanaman berlangsung terus menerus di luar batas kendalinya (Naiola, 1996 dalam
Sinaga, 2008) Plasmolysis jika berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan
tumbuhan kehilangan cairan dalam tubuhnya, sehingga menjadikan tumbuhan tersebut
menjadi layu. Jika kelayuan yang terjadi belum parah atau sel tumbuhannya belum rusak
maka tumbuhan tersebut masih bisa ditolong dengan melakukan penyiraman air pada
tumbuhan. Tetapi jika kelayuan tersebut telah merusak selnya maka selnya akan mati dan
tidak bisa ditolong lagi dengan penyiraman air dan tumbuhan tersebut akan mati.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup di atasnya, sumber nutrisi, dan
tempat melekatkan diri dengan akarnya. Unsur hara yang terkandung dalam tanah
diperlukan tumbuhan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya, tumbuhan menyerap tanah yang mengandung unsur hara dengan berbagai
proses. Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh,
berkembang, dan bereproduksi. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan
organisme untuk fungsi normal dari pertumbuhan suatu pohon. Nutrisi didapatkan dari
makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan. Adapun nutrisi di
dalam tanah adalah berupa air dan mineral.

Struktur tanah dapat diartikan bangun atau bentuk alami dari beberapa agregat
primer yang merupakan satu kesatuan bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang- bidang.
Tekstur tanah ialah perbandingan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam suatu
masa tanah. Fraksi tanah yang paling penting dalam menentukan sifat kimia tanah adalah
koloid tanah, yaitu bahan mineral (liat) maupun organik (humus) yang berukuran sangat
halus. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman diserap langsung dari daun. Namun,
sebagian besar lainnya berasal dari larutan tanah yang diserap oleh akar tanaman. Unsur C
dan O diperoleh tanaman dari udara melalui fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah
oleh akar tanaman. Selain unsur C dan O, stomata daun serta lentisel pada bagian atas
tanaman juga mampu menyerap hara tanaman. Ion yang terdapat di dalam tanah dapat
diserap oleh akar tanaman melalui tiga proses, yaitu (1) aliran massa (mass flow), (2)
difusi, dan (3) intersepsi akar.

Membran sel berfungi sebagai barier selektif antara sitoplasma dengan cairan
ekstraselular yang merupakan lingkungan internal. Sel untuk hidup memerlukan suplai air,
gas oksigen, nutrien, dan elektrolit dari lingkungannya. Begitu pula sebaliknya, sel yang
hidup pasti melakukan metabolisme dalam tubuhnya, yang akan menghasilkan produk
metabolisme, seperti gas karbondioksida dan urea, yang harus dibuang ke cairan ekstra

36
selular dan selanjutnya ke luar tubuh mahluk mikroorganisme. Apabila membran sel
tersusun hanya oleh lipid bilayer, maka membran sel dapat dilintasi (permeable) oleh
molekul-molekul hidrofobik (non-polar), seperti molekul O2, CO2, N2, dan hormon
steroid. Mikoriza merupakan salah satu mikroorganisme yang menguntungkan dan
memiliki efektifitas terhadap penyerapan nutrisi. Mikoriza merupakan symbiosis asosiasi
antara jamur dan tanaman yang mengkolonisasi jaringan korteks akar tanaman, dimana hal
ini terjadi selama masa pertumbuhan aktif tanaman tersebut. Nutrisi esensial merupakan
unsur kimiawi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya dan
menghasilkan generasi yang lain. Nutrisi benefisial merupakan unsur yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara essensial karena jika unsur
ini tidak ada pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu.

3.2 Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut:

- Mahasiswa disarankan untuk mengembangkan pengetahuan tentang gejala- gejala


defisiensi maupun toksisitas dalam bentuk penelitian.
- Mahasiswa sebaiknya bisa melakukan pengamatan secara langsung terhadap
tanaman yang mengalami gejala defisiensi maupun toksisitas agar pemahaman
tentang materi lebih dalam lagi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Annuriyah. 2020. Pengaruh Kesuburan Tanah Terhadap Nutrisi Tanaman. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.

Arief, Amiruddin. 1978. Biologi Umum. Malang: IKIP Malang

Basri, Arie Hapsani Hasan. 2018. Kajian Peranan Mikoriza DAlam Bidang Pertanian. Vol 12
(02): 74-78.

Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasterman, Minorsky, & Jackson.2008. Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dwidjoseputro. 1973. Pengantar Fisiologi Tumbuhan Edisi Kelima. Malang: IKIP Malang

Gusmara Herry. 2016. Bahan Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Hopkins, William G. 2008. Introduction to Plant Physiology. Ontario: University of Western


Ontario.

Hifnalisa. 2017. Pemanfaatan Mikroorganisme Penyedia Fosfat dan Bahan Organik Untuk
Meningkatkan Ketersediaan P-Tanah dan Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika Pada
Andisol di Kabupaten Bener Merah. Skripsi. Universitas Sumatra Utara Medan.

Loveless, A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik I. Jakarta:
Gramedia.

Maurel. C. (1997). Aquaporins and Water Permeability of Plant Membranes. Annu. Rev. Plant
Physiol. Plant Mol. Biol. 48: 399-429.

Moore, R., Clark, W.D. and Vodopich. D.S. (1998). Botany. 2nd Edition. Mc Graw-Hill. New
York. Bab. 21.

Sinaga, Riyanto. 2008. Keterkaitan Nisbah Tajuk Akar dan Efisiensi Penggunaan Air Pada
Rumput Gajah dan Rumput Raja Akibat Penurunan Ketersediaan Air Tanah. Jurnal
Biologi Sumatera, Januari 2008, Hlm. 29 – 35 ISSN 1907-5537 Vol. 3, No. 1.
Smno. 2013. Bahan Kajian Mata Kuliah Manajemen Kesuburan Tanah, Pupuk dan Pemupukan
Ramah Lingkungan. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Sobrizal. Studi Pendahuluan Pengujian Ketahanan Padi terhadap Keracunan Aluminium. Jurnal
hal 185-195.

Sonbai, Jemrifs H. H., Djoko Prajitno, & Abdul Syukur. 2013. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung
Pada Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol (The Growth
And Harvest Of Corn At Various Of Providing Nitrogen Fertilizer On Regosol Dry
Lands). Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 16 No.1, 2013 : 77 – 89.

Suprapto. 2016. Modul Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Bandung: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi.

Syafruddin. 2011. Keracunan Besi pada Tanaman Padi dan Upaya Pengelolaannya pada Lahan
Sawah Cefars. Jurnal Agribisnis Dan Pengembangan Wilayah. Vol. 3 No. 1 Desember
2011.

Taiz, L. and Zeiger E. (2002). Plant Physiology. (3rd Edition). Massachusetts: Sinauer
Associates, Inc. Publishers. Bab 3 dan 4.

Wiratamaja, Wayan. 2016. Pergerakan Hara Mineral Dalam Tanaman. Skripsi. Fakutas
Pertanian UNUD. Denpasar

39

Anda mungkin juga menyukai