DOSEN PEMBIMBING:
NIDN. 0614068303
DISUSUN OLEH:
SINANSARI GULO
NIM 200106163
SITI NURALIZA
NIM 200106168
SRI WAHYUNI
NIM 200106171
1
FAKULTAS KESEHATAN
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. 3
BAB 1 ................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 5
A. Analisi Situasi .......................................................................................... 5
I. Pengorganisasian ...................................................................................... 4
J. Setting Tempat ......................................................................................... 9
2
D. Peta Lokasi Penyuluhan.......................................................................... 13
MATERI ........................................................................................................... 13
KESELAMATAN KERJA DI BENGKEL LAS ................................................ 13
1. Kecelakaan ......................................................................................... 15
2. Perbuatan tidak aman (berbahaya) ...................................................... 16
BAB III.............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25
HALAMAN PENGESAHAN
3
4. Bentuk Kegiatan : Penyuluhan mengenai keselamatan & kesehatan kerja
5. Jangka Waktu Kegiatan : 1 jam
6. Tempat : Bengkel Las “Kurnia Jaya” Purwokerto.
7. Alamat : Jl. Brigjend. Encung, Pakembaran, Bancarkembar, Kec.
Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53121.
Mengetahui
Menyetujui
Ketua LPPM
BAB 1
4
PENDAHULUAN
A. Analisi Situasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatlah vital, selain sebagai salah
satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk melindungi aset
perusahaan. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan dan meningkatkan produktivitas nasional serta terjaminnya
keselamatan. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya
lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di
sekitarnya.
Upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan adalah dengan menerapkan dan melaksanakan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Bengkel las merupakan bengkel yang melayani konstruksi besi dan
sejenisnya, biasanya berupa pagar/pintu besi, teralis pengaman/teralis jendela,
tangga, kanopi, rangka atap dan lain-lain. Proses kegiatan yang dilakukan di
bengkel las berdasarkan hasil observasi adalah pemotongan besi dan
penyambungan besi sesuai bentuk yang diinginkan menggunakan mesin las.
Banyak pekerja las selama ini hanya memperoleh pelayanan kesehatan
secara umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Pada umumnya
fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak dinikmati oleh
tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja lebih dari
500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan
kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama sekali. Upaya
kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
5
membahayakan diri sendiri, maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
Kecelakaan kerja pada pekerja las umumnya disebabkan karena kurang
hati-hati pada pengerjaan las, pemakaian alat pelindung diri yang kurang benar,
pengaturan lingkungan yang tidak tepat. Untuk menghindari kecelakaan tersebut
perlu diperlukan adanya pengetahuan yang baik terhadap pemakaian alat pelindung
diri dan mengetahui tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan faktor-faktor
terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan data Jamsostek angka kecelakaan kerja cenderung meningkat
setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 terdapat
99.491 kasus, tahun 2012 terdapat 103.074 kasus dan tahun 2013 terdapat 103.283
kasus kecelakaan kerja. Menurut data yang didapat dari BPJS Ketenagakerjaan
jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2014 periode Januari-Agustus sebanyak 675
kasus sedangkan pada tahun 2013 periode Januari-Desember sebanyak 953 kasus
dengan wilayah kerja Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Pesisir Selatan dan Kota Solok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Albertus Ari Eka Prasetia pada
21 tenaga pengelas di 10 bengkel las menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang
pernah mereka alami diantaranya adalah terpukul, tertusuk dan tergores pada waktu
pemotongan bahan, perakitan, penggerindaan dan pengamplasan. Selain itu 8
pekerja mengeluh mata merah, pedih pandangan menjadi gelap dalam waktu
tertentu, 9 pekerja mengalami kulit wajah terasa terbakar serta kulit wajah
mengelupas, sedangkan untuk pemakaian APD 3 belum terlalu diperhatikan oleh
tenaga kerja yaitu sebanyak, 15 orang (71,4%) pekerja memakai topeng muka pada
saat mengelas karena dianggap merepotkan, 15 orang (71,4%) tidak memakai
sepatu sehingga kaki mereka terluka, 13 orang (61,9%) tidak memakai masker saat
bekerja dan 13 orang (61,9%) tidak memakai kacamata gelap biasa saat bekerja.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan di Bengkel Las
Kurnia Jaya. Pada penyuluhan ini kami akan bekerja sama dengan Pak Ace yaitu
pemilik dari bengkel las “Kurnia Jaya” yang telah bersedia menyiapkan tempat
untuk penyuluhan ini. Di bengkel las kurnia jaya banyak para karyawan yang masih
belum memahami betul mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Maka dari
6
itu perlu adanya penyuluhan Keselamatan dan kesehatan kerja pada para karyawan
bengkel las.
B. Perumusan Masalah
Melihat kondisi dan situasi di atas dapat di simpulkan beberapa rumusan
masalah terutama pada keselamatan kerja di bengkel las, yaitu : Bagaimana
Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Mengurangi
Resiko Kecelakaan Kerja Pada Bengkel Las “Kurnia Jaya” Purwokerto.
C. Pemecahaan Masalah
Untuk turut membantu memecahkan masalah keselamatan kerja di Bengkel
Las “Kurnia Jaya” Purwokerto, seperti yang telah disebutkan di atas, maka langkah-
langkah yang diambil adalah:
a. Memberikan penyuluhan tentang keselamatan kerja kepada para pekerja
bengkel las agar dapat menghindarkan dirinya dari suatu kecelakaan.
b. Selain itu diberikan juga edukasi kesehatan kepada para pekerja bengkel las
untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahayanya peralatan kerja apabila
langsung digunakan dengan tangan kosong atau tidak menggunakan sarung
tangan sehingga tangan dapat terinfeksi kuman. Diharapkan dengan melakukan
kegiatan ini, tingkat kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja bengkel las
dapat ditingkatkan.
D. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini yaitu untuk mengetahui sarana-
sarana perlindungan kesehatan pekerja yang terdiri dari:
1) Memberikan pengetahuan pentingnya Manfaat Program Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Dalam Mengurangi Resiko Kecelakaan Kerja Pada
Bengkel Las “Kurnia Jaya” Purwokerto.
2) Untuk mengetahui dan memberikan masukan tentang manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif pada Bengkel las.
3) Pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja Bengkel.
7
E. Manfaat Kegiatan
1) Secara Akademis
Bagi PkM (Program Kreativitas Mahasiswa) kelompok kami dapat
menambah wawasan dengan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh secara
teori di lapangan, serta bagi mahasiswa lain dapat dijadikan sebagai acuan
terhadap pengembangan ataupun pembuatan dalam (PkM) Program kreativitas
mahasiswa.
2) Secara Praktis
Ini dapat dijadikan acuan kepada perusahaan-perusahaan, terkhusus
Bengkel Las Kurnia Jaya untuk lebih memperhatikan lingkungan kerja dan
keselamatan kesehatan kerja para karyawan saat bekerja agar seluruh pekerja
dapat terjaga dan bekerja dengan nyaman.
F. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada:
Tanggal/ Bulan : 01 Desember 2021
Pukul : 09.30-10.00 WIB
Tempat : Bengkel las “Kurnia Jaya” Purwokerto
Peserta : 5 orang
2. Khalayak Sasaran
Kegiatan ini ditujukan bagi para karyawan di Bengkel Las “Kurnia
Jaya” Purwokerto Jl. Brigjend. Encung, Pakembaran, Bancarkembar, Kec.
Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53121.
G. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Brainstorming
8
H. Media dan Alat Peraga
Leaflet
I. Pengorganisasian
Penanggungjawab : Sri Wahyuni
Observer : Sinansari Gulo
Dokumentasi : Siti Nuraliza
J. Setting Tempat
Keterangan:
: Penyuluhan
: Peserta
9
2 30 Menit Pelaksanaan:
Menjelaskan pengertian dari k3
Menjelaskan ruang lingkup k3
Menjelaskan tentang penyebab
kecelakaan kerja Ceramah
Menjelaskan tentang upaya Oleh:
kesehatan dan keselamatan yang
1. Sinansari Gulo
dapat diterapkan
2. Siti Nuraliza
Menjelaskan apa saja alat 3. Sri Wahyuni
pelindung diri (APD)
3 15 Menit Evaluasi:
Memberi kesempatan peserta untuk Diskusi & tanya
bertanya jawab
4 10 Menit Terminasi:
Mengucapkan terima kasih atas peran Ceramah
serta para karyawan bengkel.
Oleh: Siti Nuraliza
Mengucapkan salam penutup
10
BAB II
METODE KEGIATAN
A. Metode Kegiatan
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan terlebih dahulu peninjauan lokasi.
Dalam peninjauan lokasi ini dimusyawarahkan mengenai waktu pelaksanaan
kegiatan. Kegiatan yang akan dilakukan adalah penyuluhan mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja di bengkel las, dalam hal memberikan edukasi mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja atau karyawan bengkel las.
Untuk mecapai tujuannya kegiatan pengabdian masyarakat akan dilakukan
melalui beberapa pendekatan, sebagai berikut:
11
1) Keterlibatan para pekerja atau karyawan bengkel di Bengkel Las “Kurnia
Jaya” Purwokerto pada keseluruhan kegiatan dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program kegiatan.
2) Teknologi tepat guna yang berbasis pada ilmu pengetahuan.
BULAN
URAIAN
No NOVEMBER DESEMBER
KEGIATAN
MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU
1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1
Proposal
Konsultasi
2 Proposal Ke
dosen
Pembimbing
Pembuatan
3 media
penyuluhan
Survey lokasi
4
pengabdian
Pelaksanaan
5
Penyuluhan
Penyusunan
6 laporan
penyuluhan
Presentasi
7
Hasil Laporan
C. Anggaran
12
1 Snack&Kudapan Rp. 60.000,00
4 Transportasi Rp.20.000,00
TOTAL Rp.141.000,00
D. Peta Lokasi Penyuluhan
MATERI
13
Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian
Bengkel Las untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di per Bengkel Lasan yang bersangkutan. Menurut
Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, per Bengkel Lasan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan
dan kesehatan kerja juga merupakan suatu Bengkel Las untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja menuju pada kondisi kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perBengkel Lasan. Jika sebuah perBengkel Lasan melaksanakan tindakan-
tindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedkit pekerja yang
menderita cedera atau penyakit jangka pendek maupun jangka panjang sebagai
akibat dari pekerjaan mereka diperBengkel Lasan tersebut.
kondisi fisiologis-fiskal meliputih penyakit-penyakit kecelakaan kerja
seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cidera yang diakibatkan gerakan yang
berulang, sakit punggung, sindrom karpaltunnel, penyakit-penyakit kardiovaskular,
berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukemia, emphysema, serta
arthritis. Kondisi- kondisi lainyang diketahui sebagai akibat dari tidak sehatnya
lingkungan pekerjaan meliputi penyakit paru-paru putih, penyakit paru-paru coklat,
penyakit paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan sistem syaraf pusat dan
bronghitis kronis. Kondisi-kondisi fisikologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan
kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputih ketidak puasan, sikap
apatis, penarikan diri, penonjolan diri, pandangan sempit, menjadi pelupah,
kebingungan terhadap peran dan kewajiban, tidak mempercayai orang lain, bimbang
dalam mengambil keputusan, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda
pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus asah terhadap hal-hal yang remeh.
14
B. Manajemen keselamatan kerja yang efektif pada bengkel las
Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspek yang
berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan cara kerja.
Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-Undang No.1 tahun 1970 adalah
sebagai berikut:
1. Kecelakaan
Faktor yang paling banyak terjadi di lingkungan kerja adalah adanya
kecelakaan, dimana kecelakaan merupakan:
a) Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan cedera fisik
seseorang bahkan fatal sampai kematian/cacat seumur hidup dan
kerusakan harta milik.
b) Kecelakaan biasanya akibat kontak dengan sumber energi diatas nilai
ambang batas dari badan atau bangunan.
c) Kejadian yang tidak diinginkan yang mungkin dapat menurunkan
efisiensi operasional suatu usaha
15
Kecelakaan selalu menimbulkan gangguan.
Kecelakaan selalu mempunyai sebab.
Kecelakaan dapat dicegah/dieliminir
16
dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. APD juga merupakan
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Perlengkapan pelindung
diri termasuk semua pakaian dana sesories pekerjaan lain yang dirancang untuk
menciptakan sebuah penghalang terhadap bahaya tempat kerja. Penggunaan APD
harus tetap dikontrol oleh pihak yang bersangkutan, khususnya di sebuah tempat
kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah
melalui Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini
tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut
adalah:
1) Safety Helmet
Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
2) Sabuk Keselamatan (safety belt)
Sabuk Keselamatan (safety belt) berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
3) Sepatu Pelindung (safety shoes)
Sepatu karet (sepatu boot) berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja
di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan dilapisi dengan
metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas,
cairan kimia, dan sebagainya.
4) Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja
di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cederatangan. Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
5) Tali Pengaman (Safety Harness)
17
Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian
lebih dari 1,8 meter.
6) Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Penutup telinga (ear plug/ear muff) berfungsi sebagai pelindung telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising.
7) Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Kaca mata pengaman (safety glasses) berfungsi sebagai pelindung mata
ketika bekerja (misalnya mengelas).
8) Masker (Respirator)
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun,
dan sebagainya).
9) Pelindung wajah (Face Shield)
Pelindung wajah (face shield) berfungsi sebagai pelindung wajah dari
percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
10) Jas Hujan (Rain Coat)
Jas hujan (rain coat) berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja
(misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L: Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan). APD harus digunakan sesuai dengan jenis
pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai, memastikan APD yang digunakan
aman untuk keselamatan pekerja, selain itu APD juga harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Dasar hukum yang terkait dengan penggunaan APD (alat pelindung diri):
18
2) Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung
Diri.
3) Pasal Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3)
menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung
diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
19
20
LAMPIRAN
21
SOAL POST TEST:
22
b. memberi jalur evakuasi keadaan darurat
c. menggunakan APD yang diwajibkan
d. mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja (PAK)
Pilihan ganda
23
24
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pengabdian_dir/01974458d8790bb355f5c052cc0
54afa.pdf
http://eprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/165/4/BAB%20I.pdf
https://www.safetyshoe.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-dalam-pengelasan/
https://www.scribd.com/document/390840183/Laporan-K3-Di-Bengkel-Las-
Kelompok-1-Rima-Dan-Winda-Alih-Program-2016
25