Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

AKAD SALAM

Dosen Pengampu Dr. Heni Mulyasari, ST.,M.Ag

Di susun oleh :

Nugraha Akbar Islami (200415056)

Aria Satriani (200415006)

Haekal Kahfi (200415052)

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Akad Salam ini dengan baik. Tak lupa Sholawat serta salam
kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Heni Mulyasari, ST.,M.Ag selaku
Dosen mata kuliah Fiqih Muamalah, Universitas Muhammadiyah Bandung yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Makalah ini telah kami buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas
kelompok Fiqih Muamalah. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Akad Salam.
Demikian yang dapat kami sampaikan,mohon maaf apabila ada salah kata
yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Sumbawa Besar,13
Desember 2021

Penulis
(Kelompok 5)

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian Akad Salam........................................................................3
B. Jenis Akad Salam..................................................................................6
C. Dasar Syariah........................................................................................7
D. Keuntungan dan Manfaat Akad Salam.............................................10
E. Mekanisme Pembiayaan akad Salam & Skema pembiayaan salam
paralel…………………………………………………………………12

BAB III PENUTUP............................................................................................15


A. Kesimpulan..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belakangan ini sedang marak terjadi suatu transaksi dimana membeli suatu
barang namun barang itu belum ada saat terjadinya transaksi tersebut.Biasanya
pembayaran dilakukan di muka dan barang akan dikirim atau diterima oleh si
pembeli di kemudian hari.
Di dalam Syariah, transaksi tersebut dikenal dengan nama Akad Salam.
Akad Salam berbeda dengan ijon. Di dalam Syariah Islam, Akad Salam
diperbolehkan sedangkan system ijon dilarang. Meskipun ijon dan akad salam
sama-sama pembayarannya dilakukan di muka/awal transaksi dan barang yang
diperjual belikan akan diberikan di kemudian hari. Namun,bedanya ijon tidak
jelas akan barang yang akan diperjual belikan,tentang waktu maupun kualitas.
Sedangkan Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, di mana pembeli
membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian
hari. Akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia
dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.
Sebaliknya, pembeli mendapat jaminan memperoleh barang tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Salam?
2. Apa saja jenis dari Akad Salam?
3. Apa dasar syariah dari Akad Salam?
4. Apa keuntungan dan manfaat dari akad salam?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui dan memahami pengertian Akad Salam.
2. Mengetahui dan memahami jenis Akad Salam.

1
3. Mengetahui dan memahami dasar Syariah.
4. Mengetahui Keuntungan dan Manfaat akad salam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Salam


Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. Para ahli fikih menamainya al mahawi’ij
(barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak
walaupun barang yang diperjual belikan tidak ada di tempat. ”Mendesak”, dilihat
dari sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari
sementara dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan uang tersebut.1
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana
barang yang diperjual belikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli
melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di
kemudian hari. PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang
pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam
illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Untuk menghindari resiko yang
merugikan, pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.2
Sekilas transaksi salam mirip dengan transaksi ijon. Contoh transaksi ijon,
misalnya membeli padi di sawah yang belum siap panen. Ada gharar
(ketidakpastian) baik dalam jumlah maupun kualitas pada transaksi pada transaksi
ijon, sehingga syarat saling rela dapat tidak terpenuhi atau dapat merugikan salah
satu pihak dan oleh karena itu transaksi ini dilarang oleh syariah.
Salam tidak sama dengan transaksi ijon dan karena itu diperbolehkan oleh
syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan di kemudian
hari. Harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu
penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi.

1
Anax Tany,makalah akad salam,diakses dari https://qwords.com/blog/cara-membuat-footnote-
dari-internet/, pada tanggal 1 januari 2021, pukul 19:00.
2
Ibid., hlm. 5.

3
Contoh akad salam, misalnya pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak
2 ton dengan harga Rp 5000 per kilogram dan diserahkan 4 bulan ke depan atau
pada waktu panen serta dibayar di muka. Di sini jelas bahwa pembeli harus
menyerahkan uang di muka sebesar Rp 10.000.000 untuk pembelian 2 ton beras
IR 64 yang akan diserahkan 4 bulan kemudian oleh penjual.
Contoh transaksi ijon misalnya, pembeli membeli 1 hektar padi (waktu
akad ini terjadi padi belum siap dipanen) dengan harga Rp 15.000.000. Apabila
ternyata padi terserang hama sehingga tidak dapat dipanen atau menghasilkan
lebih sedikit dari 5 ton gabah, maka pembeli akan rugi (asumsi harga per kg padi
gabah Rp 3000), sebaliknya jika hasilnya 8 ton maka petani yang akan merugi.
Salam merupakan pembayaran yang dimana dilakukan terlebih dahulu dan
penyerahan barang dilakukan kemudian hari. Tujuan dari penyerahan modal usaha
salam adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh penjual untuk
menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh
barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan
harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah
diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian
kebutuhan hidupnya.
Dalam akad salam harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat
berubah selama angka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, pembeli boleh melakukan
khiar yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.
Apabila pembeli menerima, sedangkan kualitasnya lebih rendah maka
pembeli akan mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan
harga karena harga sudah disepakati dalam akad dan tidak dapat diubah.
Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi, penjual tidak dapat meminta
tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya keuntungan karena
kalau diakui sebagai keuntungan dapat dipersamakan ada unsur riba (kelebihan
yang tidak ada iwad/faktor pengimbang yang dibolehkan syariah).

4
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual serta
dapat juga dilakukan oleh 3 pihak secara paralel: pembeli – penjual – pemasok
yang disebut sebagai salam paralel. Risiko yang muncul dari kasus ini adalah
apabila pemasok tidak bisa mengirim barang maka ia tidak dapat memenuhi
permintaan pembeli, risiko lain barang yang dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai
dengan yang dipesan oleh pembeli sehingga perusahaan memiliki persediaan
barang tersebut dan harus mencari pembeli lain yang berminat. Sedangkan ia tetap
memiliki kewajiban pada pembeli dan pemasok.
Transaksi salam biasanya digunakan pada industri pertanian. Akad salam
dapat digunakan untuk membantu petani dengan 3 strategi pendekatan yang
dilakukan pemerintah (Syafi’i Antonio,1999) antara lain sebagai berikut :
1. Pemerintah membentuk perusahaan pembiayaan syariah untuk sektor
pertanian secara khusus dalam bentuk BUMN nonbank. Perusahaan ini
bertanggung jawab untuk menyalurkan pembiayaan pada petani dan
kemudian menjual hasil pertanian yang di dapat kepada publik atau
pemerintah dengan kata lain memperluas peran bulog, di mana bulog
difungsikan pula sebagai lembaga pembiayaan petani. Hal yang terpenting,
lembaga ini haruslah amanah.
2. Pemerintah membentuk bank pertanian syariah. Namun demikian yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana cara bank untuk menyimpan hasil
pertanian mengingat ia akan menerima dalam bentuk produk dari petani
dan bukan dalam bentuk uang. Untuk itu perlu ada modifikasi dari skema
salam, dimana bank dapat menunjuk petani yang bersangkutan utnuk
menjualkan hasil pertaniannya ke pasar dan kemudian mengembalikan
sejumlah uang kepada bank. Petani dapat diberikan komisi tambahan oleh
bank karena telah bertindak sebagai agennya.
3. Melalui penerbitan sukuk. Daerah-daerah surplus pangan dapat
menerbitkan sukuk berbasis salam dan daerah-daerah yang kekurangan
pangan dapat menginvestasikan dananya untuk membeli sukuk. Daerah

5
surplus pangan akan memiliki modal tambahan dan daerah minus pangan
akan mendapat kepastian supply pangan.3

B. Jenis Akad Salam

1. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan
belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

Skema Salam

Barang/Modal
(1)
Penjual Pembeli
(2)

(3)

Keterangan :
(1) Pembeli dan Penjual menyepakati akad salam.
(2) Pembeli membayar kepada penjual.
(3) Penjual menyerahkan barang.
2. Salam paralel, artinya melaksanakan 2 transaksi salam yaitu antara
pemesan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok
(supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak
memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut.
Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada
akad pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada

3
Ibid., hlm. 7.

6
akad antara pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi
syarat maka tidak diperbolehkan (terjadi taalluq).
Akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan
penjual. Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara
terus-menerus karena dapat menjurus kepada riba.

Perbedaan antara Jual Beli Salam dengan Jual Beli Biasa


Semua syarat-syarat dasar suatu akad jual beli biasa masih tetap ada pada jual beli
salam. Namun ada beberapa perbedaan antara keduanya. Misalnya :
a. Dalam jual beli salam, perlu ditetapkan periode pengiriman barang,
yang dalam jual beli biasa tidak perlu.
b. Dalam jual beli salam, komoditas yang tidak dimiliki oleh penjual dapat
dijual yang dalam jual beli biasa tidak dapat dijual.
c. Dalam jual beli salam, hanya komoditas yang secara tepat dapat
ditentukan kualitas dan kuantitasnya dapat dijual, yang dalam jual

C. Dasar Syariah
1. Sumber Hukum Akad Salam
a. Al Qur’an
ِ َّ
‫س ًّم ى‬ َ ‫آم نُ وا إِ َذ ا تَ َد َاي ْن تُ ْم بِ َد يْ ٍن إِ لَ ٰى أ‬
َ ‫َج ٍل ُم‬ َ ‫ين‬
َ ‫يَا أ َُّي َه ا ال ذ‬

ُ‫اك تُ بُ وه‬
ْ َ‫ف‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu
menuliskannya dengan benar...” (QS 2;282)

7
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْوفُ ْوا ِب ْال ُعقُ ْو ۗ ِد‬
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5;1).

b. Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka
waktu yang diketahui.” (HR.Bukhari Muslim)
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu
Majah).

2. Rukun dan Ketentuan Akad Salam4


Rukun salam ada 3,yaitu :
a. Pelaku,terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan
modal salam (ra’su maalis salam).
c. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan syariah,terdiri dari:
a. Pelaku mengerti hukum dan baligh.
b. Objek akad.
1) Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:
a). Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b). Modal salam berbentuk uang tunai.
c).Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh
utang atau merupakan pelunasan piutang.
2) Ketentuan syariah barang salam, yaitu:

4
Moh Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, CV Wicaksana, Semarang 2002, hlm. 68-69

8
a). Barang tersebut harus dapat dibedakan/diidentifikasi mempunyai
spesifikasi dan karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran
sehingga tidak ada gharar.
b) Barang tersebut harus dapat dikualifikasi/ditakar/ditimbang.
c). Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu
boleh juga dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam waktu 6 bulan
atau musim panen disesuaikan dengan kemungkinan tersedianya
barang yang dipesan.
d). Barang tidak harus ada di tangan penjual, tetapi harus ada pada
waktu yang ditentukan.
e). Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang
ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih
apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau
membatalkan akad sehingga penjual harus mengembalikan dana yang
telah diterima.
f). Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau
memilih untuk menerima atau menolak.
g). Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hak ini
dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
h). Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli
boleh memilih menolak atau menerimanya.
i). Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh
kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan harga.
j). Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.
k). Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
l).Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.

9
c. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Berakhirnya Akad Salam


Hal-hal yang membatalkan kontrak adalah:
a. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
b. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad.
c. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih
untuk menolak atau membatalkan akad.
d. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli
menerimanya.
e. Barang diterima.
Etika dalam Jual Beli Salam
Diantara etika dalam jual beli salam, ialah: 1). Masing-masing hendaklah
bersikap jujur dan tulus ikhlas serta hendaklah amanah dalam perjanjian-
perjanjian yang telah dibuat; 2). Penjual hendaklah berusaha memenuhkan
syarat-syarat yang telah ditetapkan itu; 3). Pembeli janganlah coba menolak
barang-barang yang telah dijanjikan itu dengan membuat berbagai-bagai
alasan palsu; 4). Sekiranya barang yang dibawa itu terkurang sedikit dari pada
syarat-syarat yang telah dibuat, masing-masing hendaklah bertolak ansur dan
mencari keputusan yang sebaik-baiknya.

D. Keuntungan dan Manfaat Akad Salam

Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan manfaat
yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali tidak bisa
dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu penjual dan

10
pembeli bisa sama-sama mendapatkankeuntungan dan manfaat dengan
menggunakan akad salam. Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:
1.      Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan
pada waktu yang ia inginkan.
2.      Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih
murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan
kepada barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan
keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya:
a.       Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-
cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama belum
jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut
untuk menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.
b.      Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli,
karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.
Dengan adanya Bai’ As-salam, tertolonglah pengusaha-pengusaha,
khususnya pengusaha yang lemah. Mereka tetap berproduksi dan
menjaga mutu barang hasil industrinya. Prinsip tolong menolong yang
sangat dianjurkan Islam dapat terwujud dalam perdagangan dengan
adanya salam ini. 5

5
MuhammadZaki,makalahakadsalam,diaksesdarihttps://www.academia.edu/37844408/MAKALA
H_AKAD_SALAM_docx, pada tanggal 1 januari 2021, pukul 19:00.

11
E. Mekanisme Pembiayaan akad Salam & Skema pembiayaan
salam paralel

keterangan :

1. Penandatanganan akad antara bank syariah dan pembeli (nasabah 2).


Nasabah 2 adalah nasabah yang akan membeli barang pada saat barang
telah tersedia.

2. Bank membeli barang dari petani (nasabah 1) dengan cara pesanan. Atas
pembelian ini , bank membayar pada saat awal akad salam.

12
3. Setelah barang tersedia , nasabah 1 mengirim dokumen kepada bank
syariah untuk pengambilan barang.

4. Nasabah 1 mengirinkan barang kepada nasabah 2 perintah dari bank


syariah.

5. Nasabah 2 melakukan pembayaran kepada bank syariah setelah barang


dikirim oleh nasabah 1. Keuntungan atas transaksi salam berasal dari
perbedaan antara harga jual bank syariah kepada nasabah 2 dengan harga
beli anatara bank dan nasabah 1.

Berikut Ilustrasi Pembiayaan :

Keterangan :

Koperasi petani mangga harum manis memerlukan bantuan dana untuk


mensukseskan panen anggota-anggotanya tahun depan terhitung dari sekarang.
Untuk itu, koperasi petani tersebut mendatangi bank syariah dan menawarkan
skema jual beli salam agar bank syariah tidak rugi dan petanipun dapat panen
dengan baik. Maka prosesnya adalah sebagai berikut:

1. Bank syariah membeli 10 ton mangga harum manis dari koperasi petani
buah mangga harum manis dengan harga Rp. 50.000,- per kilogram
menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.

13
2. Bank syariah membayar tunai kepada koperasi tersebut sebesar:
Rp.50.000,- x 1000 x 10 = Rp. 500.000.000,- .

3. Bank syariah menjual kepada pemborong buah mangga harum manis


dengan harga Rp.55.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam
untuk 1 tahun kedepan.

4. Pemborong membayar tunai kepada bank syariah sebesar: Rp.55.000,- x


1000 x 10 = Rp.550.000.000,-.

5. Setelah satu tahun berlalu, koperasi petani mengirimkan mangga harum


manis dengan jumlah dan kualitas sesuai pesanan kepada bank syariah.

6. Bank syariah kemudian mengirimkan buah-buah tersebut kepada


pemborong.

7. Pemborong menjual mangga harum manis di pasar buah dengan harga


Rp.100.000,- per kilogram.

8. Pemborong mendapatkan keuntungan dari penjualan mangga di pasar


buah.

Dari penjelasan dalam skema di atas, terlihat bahwa semua yang terlibat dalam
jual beli salam mendapatkan keuntungan mereka masing-masing. Para petani
mendapatkan keuntungan berupa panen yang baik dengan hasil yang memuaskan
disebabkan keperluan-keperluan mereka dalam mengelola perkebunan tersebut
dapat terpenuhi dengan uang tunai yang dibayarkan di muka oleh pihak bank
syariah. Sedangkan pihak bank syariah mendapatkan keuntungan sebesar lima
puluh juta rupiah yang merupakan selisih harga jual kepada pemborong dengan
harga beli dari petani mangga. Dan pihak pemborong mendapatkan keuntungan
dari selisih harga beli dari bank syariah dengan harga jual di pasar buah.

Memang resiko yang ditanggung oleh pihak bank dan pemborong cukup besar,
utamanya ketika prospek harga barang tersebut ke depannya tidak terlalu positif.
Oleh karena itu, sikap kehati-hatian bank dalam model jual beli ini sangatlah
tinggi, dan skema ini pada akhirnya memang tidak dapat diterapkan untuk semua
jenis produk atau hasil pertanian, hanya pada jenis-jenis hasil pertanian yang
dapat diramalkan bagus.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad salam merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengiriman
di belakang.Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namun
harga,spesifikasi,karakteristik,kualitas,kuantitas dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan ketika akad terjadi,sehingga tidak ada gharar.Hal inilah yang
membedakan salam dengan transaksi ijon.
Salam merupakan transaksi yang diizinkan oleh syariah Islam sesuai
dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah serta harus mengikuti rukun dan
ketentuan yang digariskan.
Selain akad salam yang biasa,juga dikenal salam paralel.Salam paralel
merupakan akad salam di mana barang tidak dimiliki oleh penjual dan penjual
memesannya kepada pemasok lainnya.Akad ini juga diizinkan syariah asalkan
antara ke dua akad tersebut tidak saling tergantung atau menjadi syarat,selain itu
akad antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia : edisi 3.2014.Jakarta:


Salemba Empat.
Moh Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, CV Wicaksana, Semarang 2002
“makalah akad salam”. academia.edu 2 agustus 2020.13 desember 2021.
https://www.academia.edu/37844408/MAKALAH_AKAD_SALAM_docx
“makalah akad salam”. Blogspot Pendidikan islam 12 november 2016.13
desember2021.http://makalahqw.blogspot.com/2016/11/makalah-akad-
salam.html

16

Anda mungkin juga menyukai