Anda di halaman 1dari 8

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN MINAT

MASYARAKAT TERHADAP WIRAUSAHA DI INDONESIA

Aulia Indah Rengganies

Fakultas Agama Islam, Ekonomi Syariah, Universitas Muhammadiyah Bandung

Indah10aul@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini mengenal peran pemerintah dalam meningkatkan minat masyarakat


terhadap wirausaha di Indonesia. Menurut Stephen P.Robbins dan Mary Coulter
(2010, p46) adalah proses dimana seseorang atau sekelompok orang
menggunuakan usaha dan sarana yang terorganisasi untuk mengejar peluang guna
menciptakan peluang guna menciptakan nilai dan bertumbuh dengan memenuhi
keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikakan, sedangkan menurut
pendapat Retno Dewanti (2008) wirausahawan secara umum adalah orang-orang
yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang peluang
yang ada. Pada saat ini minat masyarakat Indonesia menjadi wirausaha masih
sangat minim tercatat hanya 3% dari jumlah penduduk yang berjumlah lebih dari
250 jiwa yang menjadi entrepreneur.

I. PENDAHULUAN
Era globalisasi sekarang banyak negara di dunia mulai bergerak dengan segala
potensi yang di milikinya. Indonesia masiah tertinggal jauh dengan masalah
perokonomian itu. Hal ini di sebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi, banyak
jumlah pengangguran, kemiskinan yang menjamur, kesenjangan penghasilan dan
kurangnya minat untuk berwirausasha
Maka dari itu di perlukannya bantuan pemerintah untuk meningkatkan
kesadaran berwirausahaan untuk masyarakat Indonesia. Untuk saat ini wirausaha
di Indonesia masih identik dengan berjualan. Namun di era global sekarang
banyak dari mahasiswa yang mulai sadar dengan kewirausahaan.
Pemberdayaan merupakansalah satu tugas pemerintah untuk mengangkat serta
memberikan dukungan kepada masyarakat secara nyata agar memiliki
mengembangkan potensi yang ada dalam masyarakat dengan pengembangan
wirausaha yang akan tercipta lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang lainnya,
serta mengembangngkan inovasi masyarakat secara mandiri untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya.
Wirausaha merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas dan
memberikan peluang bagi masyarakat untuk pemerataan dan peningkatan
pendapatan. Mendorong pertemubuhan ekonomi, yang berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional.
Berdasarkan data tahun 2019, peringkat wirausaha Indonesia menempati 94
dari 137 Negara, dengan jumlah mencapai 3,5 persen dari jumlah penduduk.
Rasio ini masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia 5
persen, China 10 persen, Singapura 7 persen, Jepang 11 persen maupun AS yang
12 persen. Perguruan tinggi memiliki peran penting untuk mendorong dan
meningkatkan jumlah wirausaha muda di Indonesia. Oleh karena itu, lulusan
perguruan tinggi itu harus disiapkan untuk menciptakan lapangan kerja bukan
untuk sekedar meluluskan para pencari kerja.
II. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data
sekunder (secondary research) dimana data riset yang telah di kumpulkan dari
berbagai buku , jurnal dan sumber pendukung dari internet.
Dengan demikian metode studi pustaka dalam jurnal jurnal maupun buku 1)
jurnal pengaruh mata kuliah kewirausahaan terhadap minat mahasiswa menjadi
wirausaha.
III. PEMBAHASAN
1. Wirausaha
Menurut Schumpeter dalam Alma (2011:24), wirausaha adalah orang
yang mendobrak sistem ekoomi yang ada dengan memperkenalkan barang
dan jasa baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru. Sukses dalam
berwirausaha tidak di peroleh tiba-tiba atau instan dan secara kebutulan,
tetapi dengan penuh perencanaan, memiliki visi, misi, kerja keras, dan
memiliki keberanian secara bertanggung jawab.
Drs. Joko Untoro mendefinisikan bahwa kewirausaan merupakan suatu
keberanian yang di miliki seseorang dalam melakukan berbagai upaya agar
kebutuhan hidup bisa terpenuuhi, menggunakan kemampuan dan juga
meanfaatkan potensi yang di miliki agar bisa menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Kata kunci: Wirausaha


2. Faktor faktor pengaruh keberhasilan kewirausahaan
Menurut Suryana (2003), karakteristik sikap dan perilaku yang
diperlukan agar kewirausahaan dapat berhasil adalah sebagai berikut: (1)
memiliki komitmen yang tinggi dan tekad yang bulat untuk mencurahkan
semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan
besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha; (2) memiliki rasa
tanggung jawab baik dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan
maupun tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Keinginan
bertanggung jawab ini erat hubungannya dengan mempertahankan internal
locus of control yaitu minat kewirausahaan dalam dirinya; (3) berambisi
untuk selalu mencari peluang, keberhasilan wirausaha selalu diukur
dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi
apabila ada peluang; (4) tahan terhadap risiko dan ketidakpastian;(5)
percaya diri yang kuat, ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang
kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil; (6) memiliki
kreativitas yang tinggi dan luwes. Salah satu kunci penting adalah
kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam
menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali
membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang
cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi; (7)
selalu memerlukan umpan balik yang segera. la selalu ingin mengetahui
hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki
kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu
pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan; (8)
memiliki tingkat energi yang tinggi, wirausaha yang berhasil biasanya
memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya,
sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif
lama; (9) memiliki semangat kerja yang tinggi dan tidak mudah putus asa;
(10) berorientasi pada masa yang akan datang, untuk tumbuh dan
berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik;
(11) belajar dari kegagalan, wirausaha yang berhasil tidak pernah takut
gagal. la selalu memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan; (12)
memiliki ketrampilan memimpin orang lain. Beberapa motivasi yang
mendorong seseorang berwirausaha antara lain: (1) alasan keuangan, yaitu
untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan
tambahan; (2) alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status untuk
dapat dikenal dan dihormati, agar dapat bertemu dengan orang banyak; (3)
alasan pelayanan yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk
membantu ekonomi masyarakat, untuk masa depan anak dan keluarga,; (4)
alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan mandiri, untuk
menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan, untuk menjadi lebih produktif, untuk menggunakan
kemampuan pribadi atau berprestasi.
3. Hambatan Pengembangan UMKM
Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui baik dalam hal
manajemen secara internal dan eksternal maupun dalam pelaksanaan
kegiatan usaha yang antara lain sebagai berikut:
a. Terbatasnya modal yang dimiliki oleh pelaku UMKM
b. Masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman pelaku
UMKM dalam mengembangkan dan mempertahankan usaha
c. Kurangnya ketersedian sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pelaku UMKM dalam membantu pengembangan dan
peningkatan usahanya.
d. Adanya hambatan secara eksternal seperti kesediaan tenaga
listrik yang dianggap mengganggu kegiatan operasional dari
UMKM
e. Kurangnya pemahaman dari pelaku UMKM tentang
strategi, sistem dan proses pemasaran bagi hasil produksinya
f. Kurang pahamnya mengenai birokrasi dalam dunia usaha
untuk dapat menembus pasar yang lebih luas dari pasar lokal yang
telah mereka lakukan dan minimnya atau sedikitnya informasi
mengenai pengembanganusaha bagi UMKM
g. Kemampuan penggunaan atau penerapan teknologi dalam
menunjang peningkatan usaha serta kemampuan penerapan
standar produk UMKM yang masih terbatas
h. Akses sarana informasi yang dapat diakses oleh masyarakat
masih terbatas dan kebijakan yang masih terlihat bias bagi
pelaku UMKM, sehingga mengurangi ruang gerak bagi pelaku
UMKM (Ariani & Utomo, 2017) dalam (Hendrawan, 2019)
4. Fasilitasi pemerintah
Komitmen dan perhatian yang besar dari pemerintah sangat diperlukan agar
pelaku usaha yang tergabung dalam koperasi dan UMKM dapat meningkatkan
terus daya-saingnya berhadapan dengan perusahaan-perusahaan yang berskala
besar. Komitmen ini dapat ditunjukkan dengan rencana yang berkesinambungan
dari rencana program jangka menengah yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Pada RPJM Nasional tahun 2004-2009 prinsip-prinsip pengembangan koperasi
dan UMKM telah dikembangkan dengan arah sebagai berikut:
a) Perluasan basis usaha dan penumbuhan wirausaha baru berkeunggulan untuk
mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Strategi pokok yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan ini adalah: 1) meningkatkan perpaduan
antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi teknologi, 2) pendekatan
klaster di sektor agribisnis dan agroindustri yang disertai kemudaan dalam
pengelolaan usaha, 3) mengembangkan peran koperasi dan UMKM dalam proses
industrialisasi, dan 4) mengintegrasikan pengembangan usaha di tingkat regional.
b) Penguatan kelembagaan koperasi dan UMKM, yang dilaksanakan dengan
strategi: 1) perluasan akses kepada sumber permodalan, terutama perbankan, 2)
memperbaiki lingkungan usaha dan prosedur perijinan, dan 3) memperluas dan
meningkatkan kualitas institusi pendukung non-finansial.
c) Pengembangan koperasi dan UMKM untuk berperan sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya-saing.
Khusus bagi usaha skala mikro, pengembangan diarahkan untuk peningkatan
pendapatan kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.
d) Pengembangan koperasi dan UMKM sebagai penyedia barang dan jasa di pasar
domestik. Strategi ini sangat penting agar masyarakat banyak tidak tergantung
kepada produk-produk impor yang melemahkan ketahanan ekonomi rakyat secara
keseluruhan.
Strategi pengembangan di atas dapat dilanjutkan dengan melihat kelemahan-
kelemahan yang dihadapi dalam pelaksanaan masing-masing strategi. Komitmen
diperlukan melalui kerangka kebijakan nasional yang terwujud dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) yang bersifat tahunan. Namun perlu juga diingat bahwa
pelaksanaan strategi jangka menengah di masa mendatang tidak hanya didukung
oleh jajaran pemerintah pusat, tetapi juga oleh para pejabat 8 pemerintah daerah.
Ini penting disadari mengingat bahwa mulai tahun anggaran 2008, besaran dana
yang telah dikelola oleh pemerintah daerah sudah mencapai 65% dari volume
APBN.
IV. KESIMPULAN
Dari berbagai kajian dan literature pustaka yang telah dibahas diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan jiwa dan tradisi entrepreneur kepada
masyarakat dibutuhkan waktu yang panjang dan berkelanjutan, tidak dengan
instan jiwa dan tradisi entrepreneur ini muncul pada diri masyarakat.
Menumbuhkan jiwa dan tradisi entrepreneur dimulai dari lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga adalah tempat pertama kali manusia belajar dan membentuk
karakter. Tradisi keluarga mengarahkan manusia untuk berjiwa mandiri, inovatif,
kreatif, pantang menyerah, dan ulet.
Selanjutnya adalah pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk terbiasa
belajar berjiwa entrepreneur. Dengan kurikulum pendidikan yang berbasis
entrepreneur peserta didik di biasakan berperilaku entrepreneur sehingga tradisi
ini membawa kebiasan mereka untuk memilih profesi entrepreneur.
Terakhir adalah dukungan pemerintah terhadap tradisi entrepreneur. Berbagai
program telah dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuh kembangkan
entrepreneur-entrepreneur muda. Diantara program tersebut adalah seminar,
pelatihan, kompetisi bisnis plan, penerapan kurikulum berbasis entrepreneur,
entrepreneur, hingga hibah pendanaan UMKM.
Ketiga tradisi yang diciptakan oleh keluarga, pendidikan dan pemerintah
mampu mendorong tumbuhnya tradisi entrepreneur pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Hanum, Ayu Noviantri "pengaruh mata kuliah kewirausahaan terhadap
minat mahasiswa menjadi wirausaha" vol 11, no 1 (2015) : 3
Atmaja, Hanung eka & Verawati, DM, " meningkatkan kewirausahaan di
era global melalui e-comers "
Ondang, Chirstoper. Singkoh, Frans & Kumayan, N " peranan pemerintah
daerah hunian perbedayaan UMKM di Kabupaten Minahasa" jurnal
jurusan ilmu pemerintahan Vol 3 no. 3 (2019) : 2
Dinar, Muhammad. Ahmad, M Ihya said, Hasan, Muhammad. 2020.
Bandung, Media sains kewirausahaan Indonesia, 2020
Yasmin maya wibawa, Dian prihardani " menaikan peran pemerintahan
dan akademisi terhadap pengembangan UMKM " vol 5, no 1 (2020) : 63
Kumorotomo, wahyudi "perubahan paradigma peran pemerintahan dalam
pemberdayaan koperasi dan UMKM, 7
Ni Putu Wiwin Setyari, Dinamika Pengembangan UMKM di Indonesia,
2007. Tersedia
di: ejournal.unud.ac.id/abstrak/dinamika%20pengembangan
%20umkm.pdf.
Onny S. Prijono & Pranaka (eds.), Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi,
CSIS, Jakarta, 1996
Revrisond Baswir, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta, 1997
Manurung, Adler`Haymans. 2006, Bisnis UKM (Usaha Kecil Menengah),
Kompas, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai