Manajemen Layanan Khusus Sekolah
Manajemen Layanan Khusus Sekolah
Pendahuluan
Kegiatan memberikan bimbingan, nasehat, dan petunjuk merupakan kegiatan yang biasa
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, guru kepada siswanya, atau pendidik kepada anak
didiknya, terutama dalam membantu memecahkan masalah atau membuat keputusan. Namun
manakala kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu program yang sistematis
serta dengan menggunakan metode dan teknik yang ilmiah, serta dilakukan oleh tenaga-
tenaga yang profesional, memang merupakan suatu hal yang baru.
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan seringkali diartikan secara salah dan kadang-kadang juga dirumuskan secara
kurang tepat. Menurut Arthur Jones (dalam Kusmintardjo, 1992), salah satu sebabnya adalah
bimbingan ini dimulai dengan pekerjaan Frank Parson, dimana ia hanya menekankan pada
aspek vokasioanal saja. Oleh karena itu banyak beranggapan bahwa seolah-olah pekerjaan
bimbingan itu hanya berhubungan dengan hal yang berkenaan dengan usaha mencari
pekerjaan dan menempatkan orang -orang dalam pekerjaan yang cocok dengan bakat dan
kemampuannya. Sebab lain dari kekeliruan itu adalah adanya sementara pihak yang
mengidentifikasikan pengertian bimbingan dengan semua aspek pendidikan. Akibatnya
bimbingan itu sendiri kehilangan maknanya yang khusus, sehingga mereka berpendapat
bahwa istilah bimbingan sebaiknya dihapuskan.
Untuk memperoleh pengertian bimbingan secara lebih jelas, berikut dikutipkan beberapa
pengertian bimbingan (guidance). Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa:
guidance is a process of helping individual through their own fort to discover d develop their
potentialities both for personal happiness and social usefulness. Definisi yang diungkapkan
oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada
pelaksanaan bimbingan di sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa:
“Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri
dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum
kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
Dari definisi-definisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan tentang apa sebenarnya bimbingan
itu, sebagai berikut.
a. Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang
memerlukannya. Perkataan “membantu' berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan,
tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai
dengan potensinya. Jadi dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut
menentukan pilihan atau keputusan dari orang yang dibimbingnya. Yang
menentukan pilihan atau keputusan adalah individu itu sendiri.
Peranan dan Fungsi Staf Sekolah Dalam Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
1. Peranan dan Fungsi Guru Bidang Studi dalam Bimbingan Konseling
Tugas utama guru adalah mengajar, tetapi untuk keberhasilannya ia perlu bekerja sama
dengan petugas-petugas “pupil personnel”. Tugas guru dalam program bimbingan yang
sangat penting adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid-murid dapat
menyesuaikan diri dengan baik, di samping menciptakan lingkungan yang menyenangkan
bagi murid-murid.
Sehubungan dengan usaha menciptakan lingkungan sekolah/kelas yang sesuai dengan
azas-azas kesejahteraan jiwa,. maka tugas guru bidang studi adalah:
a. Menciptakan suasana kelas yang memungkinkan murid-murid merasa bebas untuk
menyatakan dirinya dan menunjukan usahanya sebagai individu maupun sebagai
anggota kelompok;
b. Mengembangkan rasa harga diri pada anak-anak denagn menghargai pekerjaan yang
baik;
c. Mempunyai pengertian bahwa tingkah laku itu ada sebabnya (bisa dari sekolah,
keluarga dan masyarakat);
d. Mempunyai pengertian mengenai tingkah laku murid sehingga dapat menangani
masalah-masalah disiplin dengan tepat;
a. Jenis-jenis informasi
Sedangkan jenis informasi/data yang dikumpulkan adalah yang memberikan informasi
tentang murid dalam hal:
1) latar belakang keluarga dan data pribadi;
2) keadaan kesehatan dan fisik;
3) riwayat sekolah dan catatan mengenai nilai/prestasi;
4) minat, kesukaan dan hal-hal yang disukai;
5) rencana untuk yang akan datang atau cita-cita.
Walaupun ada berbagai cara dalam menyusun informasi tersebut, namun yang penting
adalah bahwa informasi tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah bagaimana kita dapat
memahami anak. Anak dapat kita pahami melalui bermacam-macam persepsi, yakni
pandangan orang dewasa, pandangan teman-temannya, dan pandangan dari dirinya sendiri.
c. Penyelenggaraan “Cumulative-Record”
Masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan Cumulative-Record
adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan:
Penyusunan dan pencatatan informasi;
Beberapa data yang sangat penting bagi “cumulative-record” biasanya telah
dikumpulkan secara rutin di sekolah ialah presensi, nilai dan data identifikasi murid.
Data lainnya seperti riwayat keluarga, lingkungan keluarga, laporan mengenai
tingkah laku, score test, hubungan dengan orang lain, kegiatan-kegiatan diluar
sekolah. Yang tidak kurang pentingnya adalah cara dan alat pengumpulannya. Ini
penting supaya tidak terjadi duplikasi sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya. Alat pengumpul informasi tersebut dapat berupa kuesioner, otobiografi,
anekdot record, dan tes standart (standardized-test)
Penyaringan, peringkasan, dan pemasukan informasi;
Karena sangat banyaknya data/informasi yang harus dikumpulkan mengenai murid-
murid, maka perlu ada cara untuk menyederhanakan penyimpanan catatan-catatan
tersebut.
Penyaringan berarti bahwa pada saat-saat tertentu perlu diadakan pemeriksaan
terhadap informasi-informasi yang disimpan, apakah informasi-informasi tersebut
dapat menunjukan: (-) kekuatan dan kelemahan murid, (-) informasi yang cukup
tentang murid, (-) perbedaan antara fakta dan pendapat, dan (-) keterangan-
keterangan yang pasti (yang belum pasti dibuang saja).
Peringkasan berarti ada beberapa data mungkin perlu diringkaskan pada waktu-
waktu tertentu, seperti anekdot, otobiografi. Akan tetapi data yang lain apabila
direncanakan dengan baik tidak memerlukan pringkasan. Meringkas memerlukan
banyak waktu dan tenaga.
Memasukakan data dapat dilakukan oleh petugas yang sesuai dengan sifat informasi
tersebut, misalnya oleh guru, pegawai tata usaha, dan pembimbing.
Penyimpanan data/ informasi
Cara penyimpanan data dapat dilakukan secara sentralisasi dan disentralisasi.
Sentralisasi artinya semua data tersebut dipusatkan pada suatu tempat, misalnya
kantor kepala sekolah, atau ruang yang khusus untuk itu. Disentralisasi artinya data
tersebut disimpan pada tiap-tiap kelas masing-masing. Pemilihan cara yang mana
yang terbaik, tergantung pada (-) sifat dari rumah sekolah, (-) staf dan organisasinya,
dan (-) lokasi yang memungkinkan penggunaan yang maksimum oleh seluruh staf.
Penggunaan informasi oleh staf sekolah.
Cara-cara untuk mempertinggi kemampuan staf dalam menggunakan informasi
tentang murid adalah: (-) case conference, (-) in service meeting, (-) demontrasi
interview, (-) tukar pengalaman antar guru.
Pemindahan dan pengarsipan catatan-catatan yang tidak aktif;
Tentang penyimpanan data informasi dari murid yang telah lulus, Hacth menyarankan
agar: (a) semua commulative-record hendaknya disimpan secara untuh selama 5 tahun, (b)
pada akhir tahun ke 5, yang bukan bagian dari commulative-record dimusnahkan, dan (c)
pada akhir tahun ke 10 semua catatan dimusnahkan
2. Counselingservice
Konseling adalah suatu proses belajar. Proses belajar yang ditekankan oleh counselee,
dan persepsi counselee mengenai dirinya sendiri, nilai-nilainya, kebutuhan-kebutuhannya
adalah sangat diperhatikan oleh konselor.
Proses belajar yang terjadi dalam hubungan guru-murid mempunyai tujuan yang
ditentukan oleh kelompok. Karena itu perlu pendidikan khusus untuk dapat melaksanakan
konseling. Pembagian counselee dapat dilakukan dengan cara: (a) menurut kelas, (b) menurut
jenis kelamin, (c) menurut program, dan (d) menurut nama (abjad).
a. Penugasan konselor
Penugasan konselor dapat berupa pemberian tugas penuh (full time) atau sebagian
mengajar dan sebagaian konselor (part time)
1) Kebaikan dari “full-time counselor”
1. Tugasnya tidak rangkap, sehingga dapat memusatkan perhatian pada
keahliannya.
2. Jumlahnya sedikit, sehingga lebih mudah bagi murid untuk mengenalnya.
2) Kebaikan dari “part-time counselor”
a. Hubungan dengan murid lebih baik (lebih mengenal) karena dia juga
mengajar.
b. Hubungan dengan guru-guru lebih akrab karena merasa seprofesi.
c. Jumlah konselee yang dibebankan sebagai tanggung jawabnya hanya
sedikit sehingga menjadi lebih mudah.
d. Beban konselor
1) 1 jam/hari atau 200 jam/hari = 100 counselee
3. Placement service
Bantuan yang diberikan kepada murid untuk mendapatkan pekerjaan atau pendidikan
tambahan adalah yang dinamakan “placement service”. Ada juga menggunakan istilah Job-
placement”. Hatch (1987) berpendapat bahwa pengertian “placement” ini sebenarnya masih
dalam pengertian konseling.
Di Amerika Serikat, masalah placement untuk mencarikan pekerjaan juga diatur di
sekolah. Ada 2 cara pengorganisasian kegiatan ini, yaitu sentralisasi dan desentralisasi.
Mungkin yang lebih baik adalah cara desentralisasi.
Pendahuluan
Pembangunan manusia Indonesia, khususnya kelompok anak dan pemuda sebagai tunas
bangsa yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, tidak dapat
diabaikan. Mereka merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang sehingga
mereka merupakan suatu investasi (human investment) yang sangat besar bagi kelangsungan
bangsa ini. Oleh karena itu pembinaan terhadap golongan anak dan pemuda, khususnya
pembinaan bidang kesehatan, perlu mendapatkan perhatian sehingga dikemudian hari
diharapkan mereka dapat menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab dan berguna bagi
bangsa dan negara. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, sekolah sebagai lembaga
pendidikan memiliki posisi yang strategis dan sangat menentukan. Namun demikan perlu
juga disadari bahwa usaha kesehatan bagi para tunas bangsa tersebut tidak akan dapat
mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan apabila tidak dilaksanakan secara teratur dan
terorganisir.
Sekolah didirikan untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat mengembangkan
pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, serta kepribadian dan karakter siswa
sebagaimana yang diharapkan dari seorang warga negara yang baik. Oleh karena itu, salah
satu hal penting yang memungkinkan terjadinya perkembangan pribadi anak dalam arti yang
seluas-luasnya adalah kesehatan dan kesejahteraan anak. Sebagai salah seorang yang
bertanggungjawab terhadap pendidikan siswa di sekolah, maka seorang guru juga harus ikut
bertanggung jawab terhadap kemajuan kesehatan dan kesejahteraan para siswanya.
Walaupun tanggung jawab utama kesehatan anak terletak pada keluarga, namun
tanggung jawab itu juga ada pada sekolah dan masyarakat. Di luar lingkungan keluarga,
faktor yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan kebiasaan anak adalah
sekolah. Berkenaan dengan bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat di masa yang
datang, banyak ditentukan oleh peranan sekolah pada masa kini.
Apa yang dapat dilakukan kepala sekolah dan guru untuk kesehatan dan kesejahteraan
fisik dan mental dari para siswanya. Hal ini tergantung pada pengetahuan kepala sekolah dan
guru tentang kesehatan dan program kesehatan sekolah, apresiasinya terhadap nilai-nilai
kesehatan, kemampuannya untuk bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain, dan
terutama pada perhatiannya terhadap anak serta ketrampilannya dalam membantu
mengembangkan pengetahuan, sikap dan tingkah laku tentang kesehatan. Suatu program
kesehatan sekolah yang efektif harus merupakan bagian integral dari program pendidikan di
sekolah, dan diarahkan pada pemecahan masalah-masalah kesehatan yang sekarang ada, serta
disusun secara logis berdasarkan prinsip-prinsip kesehatan dan pendidikan.
5. Penyakit Menular
Hubungan yang dekat di antara murid di sekolah memungkinkan kesempatan yang
sangat baik untuk penyebaran penyakit menular yang dibawa ke sekolah. Walaupun
manusia telah banyak dapat menguasai penyakit-penyakit menular, namun masih belum
dapat menguasai semuanya. Kelalaian untuk menjaga kesehatan lingkungan juga sering
menimbulkan penyakit. Adalah merupakan tanggung jawab dinas kesehatan dan sekolah
untuk menjaga anak-anak dari penyakit menular. Juga merupakan tugas sekolah untuk
mengajar peserta didik agar dapat menjaga dirinya sendiri dan kelak juga menjaga
keluarganya dan masyarakat dari penyakit menular.
6. Pengendalian Lingkungan
Tanpa pengendalian sanitasi air dan bahan-bahan makan serta pengawasan pembuangan
kotoran, kehidupan masyarakat yang modern dan sehat tidak mungkin dapat terwujud.
Kenyamanan dan kesehatan kita juga dipengaruhi oleh kondisi rumah kita, seperti
ventilasi, penerangan, dan sebagainya. Masalah pengendalian lingkungan di sekolah-
sekolah kita, misalnya adalah mengenai tempat duduk, konstruksi bangunan, tempat
bermain dan sebagainya. Menjaga lingkungan sekolah yang sehat merupakan kewajiban
kepala sekolah dan warga sekolah lainnya.
7. Push-Buttom Living
Di dalam kehidupan yang modern ini, mesin-mesin telah banyak menggantikan tenaga
manusia, baik di rumah maupun di tempat kerja. Keadaan yang demikian apabila
dibiarkan berlarut-larut akan membahayakan manusia karena menjadi terlalu sedikit
bergerak. Bergerak adalah merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan badan, dan
oleh karenanya pendidikan olah raga di sekolah menjadi sangat penting.
9. Stabilitas Keluarga
Keluarga adalah lembaga yang merupakan dasar dari kebudayaan. Oleh karena itu
integritas keluarga adalah sangat penting bagi kebudayaan kita. Di kota-kota besar
banyak orang yang hidupnya lebih banyak di luar keluargannya. Hal yang demikian tentu
kurang baik bagi anak-anak, karena kesehatan mental dan fisik dari anak-anak terutama
bergantung pada keluarga. Oleh karena itu sekolah harus pula membantu kesejahteraan
keluarga.
1. Klinik Sekolah
Dalam pelaksanaannya, sekolah dapat menyelenggarakan klinik sekolah sendiri namun
juga dapat bekerjasama dengan layanan kesehatan umum, seperti Puskesmas, rumah
sakit dan lainnya.
2. Ujian Kesehatan
Sekolah harus memiliki informasi yang berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan
memahami masalah-masalah emosi/mental dan penyesuaian diri. Informasi-informasi ini
sebaiknya disimpan dalam rekaman komulatif. Menurut American Medical Association
menyebutkan ada 4 ujian kesehatan sebagai berikut:
a. saat anak memasuki sekolah;
b. pada tingkat pertengahan;
c. saat usia adolescence;
d. saat anak meninggalkan sekolah.
3. Pemeriksaan Gigi
Peserta didik secara periodic perlu diperiksa gigi, agar kesehatan gigi terjaga
4. Bimbingan Kesehatan
Beberapa hal yang harus berdiskusi kepala sekolah dengan guru dan masyarakat untuk
mengendalikan berkembangnya suatu penyakit:
a. Tidak memasukkan anak-anak yang sedang sakit ke sekolah;
b. Menyediakan tempat bagi anak yang sakit dan tidak dapat mengikuti pelajaran di
kelas sampai diperiksa dokter;
c. Jika tidak ada perawat/dokter di sekolah, anak yang sakit segera dikirim ke orang
tuanya;
d. Jangan memulangkan anak dari sekolah (walaupun jam pelajaran sudah selesai) dalam
cuaca yang buruk atau membahayakan siswa.
1) Cacat Penglihatan
Cacat penglihatan merupakan salah satu sebab dari kesulitan membaca yang sering kali
mempengaruhi perkembangan belajar siswa. Oleh karena itu guru perlu mengetahui
bagaimana mendeteksi adanya cacat penglihatan, bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan
dan kepribadian anak dan apa yang dapat dilakukan guru untuk membantu anak. Beberapa
Jenis Cacat Penglihatan:
a. Myopis (penglihatan dekat)
Anak-anak yang menderita “myopia” akan mudah dalam membaca, tetapi mengalami
kesulitan dalam aktivitas di mana diperlukan penglihatan yang jauh untuk mengatasinya
dengan lensa cekung.
b. Hyperopia (penglihatan jauh)
Untuk dapat melihat dekat dengan jelas harus memaksakan otot-otot yang mengatur
lensa, sehingga untuk membaca menimbulkan ketegangan pada mata.
c. Astigmatisme (bayangan pada retina kabur)
Anak yang menderita ”astigmatisme” mungkin tulang belakangnya dapat bengkok ke
samping karena sering memiringkan kepalanya untuk berusaha mendapatkan penglihatan
yang jelas. Untuk membantunya dapat dipergunakan kaca mata.
2) Cacat Pendengaran
Mengenal kelainan dalam pendengaran adalah sangat penting. Anak yang kurang
pendengarannya tidak akan menceritakan kepada guru. Namun guru dapat melihat gejala-
gejala yang mungkin menunjukan adanya kelainan tersebut, seperti:
a. Agak memutar kepala apabila diajak berbicara;
b. Kalau berbicara suaranya datar dan tidak wajar (seperti yang didengarkanya);
c. Kalau guru berbicara, melihat dengan seksama kepada guru (mencoba mengerti
perkataan guru dengan melihat gerak bibir guru);
d. Selalu meminta agar pertanyaan guru diulang-ulang;
e. Pekerjaan tertulisnya lebih baik dari pekerjaan lisannya.
Gejala kurangnya pendengaran ini seringkali salah ditafsirkan dan anak dianggap sebagai
pemalu, pemurung, keras kepala atau bodoh.
Para siswa yang mengalami gangguan pendengaran yang agak ringan (kurang dari 25
desibel), tetapi dapat mengikuti pelajaran di kelas biasa dengan menempatkan pada tempat
duduk yang cocok. Di dalam kelas di mana terdapat anak-anak semacam ini, maka guru
berusaha agar murid dapat mengikuti pelajaran dengan baik yaitu dengan cara:
a. Tidak membelakangi jendela pada waktu berbicara (bayangan dan sinar yang
menyilaukan mempersulit anak melihat bibir guru)
3) Kekurangan Gizi
Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut.
a. Anak kelihatan: kulit pucat, rambut kering dan kusam, di bawah mata kehitam-
hitaman, sangat kurus, otot-otot kecil, ekspresinya menunjukan kekecewaan, gigi
rusak.
b. Anak merasa: mudah lelah, agak gugup, mudah tersinggung, perhatian tidak dapat
memusat.
c. Tingkah lakunya: gelisah, nafsu makan tidak seperti biasanya, tidak suka banyak
jenis makanan, terlalau suka gula-gula, mudah masuk angin, infeksi kulit, pekerjaan
di sekolah tidak baik.
Sebab-sebabnya adalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan kurang pengawasan dari
keluarga. Sedangkan sebab-sebab yang langsung adalah:
a. Cara makan yang salah
b. Kekurangan makanan karena tidak ada nafsu makan, mungkin disebabkan karena
penyakit pencernaan, ventilasi kamar tidur yang kurang baik, kurang tidur, makanan
kurang tersedia atau tidak cukup.
c. Jenis makanan tidak cukup
Makanan tidak tersedia cukup, tidak menyukai makanan tertentu, kebiasaan makanan
yang kurang baik atau tidak teratur.
a. Kebiasaan hidup yang salah
b. Terlalu sedikit tidur;
c. Terlalu banyak kesibukan;
d. Kurang sinar matahari dan udara segar
e. Penyakit atau cacat tubuh
Dilihat dari tujuan jangka panjang, maka “health education” memegang peranan penting
dalam keseluruhan program kesehatan di sekolah. Untuk itu dalam pelaksanakannya perlu
adanya kerjasama, baik antar dinas di lingkungan kesehatan maupun dengan pihak-pihak lain
di luar lingkungan kesehatan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
a. Kerjasama dengan unsur-unsur pemerintah meliputi :
1) Kerjasama antar petugas kesehatan/dinas-dinas kesehatan dalam rangka memperoleh
perencanaan seksama dari kegiatan-kegiatan kesehatan di sekolah, sehingga tidak
terjadi “over lapping” dalam pelaksanaan kesehatan disekolah
2) Kerja sama dengan Departen pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka penyusunan
perencanaan kurikulum kesehatan/pendidikan kesehatan disemua jenis dan tingkatan
sekolah;
3) Kerjasama dengan Departemen Luar Negeri dalam kaitannya dengan pembangunan
gedung sekolah agar memenuhi syarat-syarat kesehatan, dan pendanaan/pembiayaan
kegiatan-kegiatan disekolah.
4) Kerjasama dengan Instansi/ Dinas yang lain, meliputi:
a. Dinas sosial dalam kaitanya dalam pemanfaatan pekerja sosial , dalam hal
pembinaan mental dan sosial anak didik, pemanfaatan Lembaga Sosial Desa
untuk mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah;
b. Departemen Agama, dalam kaitannya dalam pembinaan kesehatan mental pada
sekolah-sekolah pada Departemen di lingkungan agama dan pembinaan mental
dan spititual pada anak didik.
5. Kerjasama dengan masyarakat yang ada hubungannnya dengan anak didik, misalnya:
BP3, yang meliputi: bantuan pembiayaan Usaha Kesehatan Sekolah; dan pembianaan
kebiasaan hidup sehat dan pengawasan kesehatan anak didik diluar sekolah.
6. Kerjasama dengan badan-badan/organisasi bukan pemerintah, seperti: Palang Merah
Indonesia; Pramuka, KSR; dan Organisasi-organisasi lain yang ada hubungannya
dengan kesehatan anak didik.
Pendahuluan
Sebagian besar masyarakat kita sepakat berpandangan bahwa perpustakaan memiliki
posisi yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah.
Bahkan di antara anggota masyarakat menganggap perpustakaan sebagai jantung pendidikan
di sekolah. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Keberadaan perpustakaan sekolah
belum mendapat perhatian serius dunia pendidikan. Bahkan di beberapa sekolah,
perpustakaan sekolah masih diposisikan sebagai pelengkap penderita dan kurang terurus
secara baik. Tentu saja, kondisi ini menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat informasi
dan media pembelajaran kurang dapat berfungsi secara optimal.
Sebagai unit kerja yang menghimpun, mengolah, dan menyajikan kekayaan intelektual
(Lasa Hs, 2007), maka seharusnya perpustakaan sekolah bermanfaat bagi peningkatan
kualitas pembelajaran di sekolah. Keberadaan perpustakaan sekolah akan memberikan
kemungkinan para guru dan siswa memperoleh kesempatan untuk memperluas dan
memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui perpustakaan sekolah, selain para
siswa dapat melakukan kegiatan belajar mandiri atau belajar kelompok, para guru juga dapat
memperkaya materi-materi yang disajikan dalam proses belajar-mengajar.
Untuk dapat berfungsi optimal sebagaimana digambarkan di atas, maka perpustakaan
sekolah harus dikelola secara professional dan, tentu saja, dilakukan oleh personil-personil
yang terdidik di bidang perpustakaan. Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan memegang peranan penting.
Fungsi Perpustakaan
Peter Platt dalam “Librarien Colleges of Education” mengatakan bahwa fungsi
perpustakaan adalah:
1. menyediakan buku-buku, majalah dan bahan-bahan lain yang dipelukan oleh para
siswa/mahasiswa untuk kegiatan belajarnya;
2. menyediakan bahan-bahan penunjang dalam pengajaran dan penelitian oleh staf
pengajar untuk mata pelajaran yang diajarkannya;
3. memenuhi keperluan yang lebih khusus yang disebabkan oleh kekhususan suatu
perguruan tinggi, bahan-bahan yang akan diperlukan oleh mahasiswa dalam praktik
1. Aspek komunikasi/informasi
a. mahasiswa dapat mengambil ide-ide dari berbagai sumber, bidang ilmu yang ditulis
oleh para ahli dibidangnya masing-masing, dan bahan-bahan tersebut tersedia
/tersimpan secara sistematis di perpustakaan.
b. menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri dalam menyerap informasi yang tersedia
dan dapat memberikan pertimbangan/memilih informasi atau ide-ide yang mana saja
yang patut dimanfaatkan;
c. mahasiswa mendapat kesempatn me4makai informasi yang tersedia untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu seperti pengetahuan tentang perubahan- perubahan datang
ekonomi, politik, kondisi kehidupan masyarakat dan lain sebagainya;
d. melalui informasi/ide yang diperolehnya, mahasiswa dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan masyarakat dimana ia berada.
2. Aspek Pendidikan
a. dengan perpustakaan, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mendidik diri
sendiri berkesinambungan seumur hidup;
b. mahasiswa dapat membangkitkan dan mengembangkan minat akademis secara luas,
memperringgi kreativitas, dan kegiatan intelektual yang bebas;
3. Aspek Kebudayaan
a. meningkatkan mutu kehidupan, melaui bahan bacaa yang dibaca di perpustakaan;
b. meningkatkan minat terhadap keindahan dan kesenian;
c. mendorong tumbuhnya kreativitas seni dan kemerdekaan berbudaya;
d. mengembangkan sifat-sifat hubungan manusia yang positif dan menunjang
kehidupan antar kultur yang harmonis diantara suku bangsa dan antar bangsa.
4. Aspek Rekreasi
a. menggalakan kehidupan yang seimbang antara rokhani dan jaminan;
b. memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat rekreasi/hoby serta
pemanfaatan waktu senggang;
c. menunjang penggunaan yang kreatif dari kegiatan hiburan yang positif, melalui
bacaan yang tersedia di perpustakaan.
Perpustakaan sebagai sumber belajar akan memiliki kinerja yang baik apabila di
manajemeni secara baik. Dengan manajemen yang baik, pepustakaan akan berfungsi secara
optimal sesuai tujuan yang diharapkan.
1. Pengadaan
Yang dimaksud dengan pengadaan di sini adalah meliputi pengadaan gedung/ ruangan
perpustakaan, peralatan atau perlengkapan perpustakaan, dan koleksi perpustakaan.
c. Pengadaan koleksi
Alokasi jumlah koleksi perpustakaan sekolah meliputi:
1. buku teks, minimum tersedia 5 judul untuk setiap disiplin Ilmu (anggaran 15%);
2. buku reference, tergantung dari jenis dan tingkat sekolag (anggaran 10%);
3. buku fiksi dan non fiksi, tersedia minimum 10 judul (anggaran 50%);
4. Koleksi yang menunjang profesi guru (anggaran 10%)
5. Bacaab tentang daerah (anggaran 5%);
6. Buku tentang perpusakaan sendiri (5%);
7. Audio Visual Aid (5%)
Pengadaan bahan-bahan/koleksi perpustakaan dapat dilakukan melalui beberapa cara,
yaitu:
1. mengumpulkan koleksi milik sekolah, kemudian dijadikan koleksi milik perpustakaan
sekolah;
2. menambah koleksi yang sudah ada dengan jalan membeli menerma hadiah dari siswa
yang lulus, tukar-menukar dan sebagainya;
3. kerjasama antar perpustakaan sekolah.
ILMU-ILMU SOSIAL
130, 150 Ilmu Jiwa C Sejarah dan ilmu Penggiring
300 Ilmu Sosial D Sejarah Umum dan Kuno
900 Sejarah, Geografi H Ilmu Sosial
Biografi J Ilmu Politik
K Hukum
L Pendidikan
4. Personalia Perpustakaan
Personil perpustakaan terdiri dari: (a) Kepala perpustakaan, dan (b) Pegawai /petugas
perpustakaan. Jumlah pegawai/petugas perpustakaan didasarkan pada banyaknya pekerjaan
yang harus ditangani. Bidang teknis perpustakaan memerlukan keahlian khusus., Oleh karena
itu pegawai di bidang ini sebaiknya yang sudah pernah mendapat pendidikan/latihan
perpustakaan.
a. Pelayanan sirkulasi
Pelayanan sirkulasi adalah pelayanan yang bekenaan dengan peminjaman dan
pengembalian buku koleksi perpustakaan. Kesibukan layanan sirkulasi ini dapat dipakai
sebagai ukuran untuk mengukur kegiatan suatu perputakaan. Tugas pokok pelayanan
sirkulasi inni adalah:
1. melayani dan menyelesaiakan administrasi peminjaman dan pengembalian buku;
2. membuat tata tertib serta pengumuman tentang hal yang berkenaan dengan tata tertib
pemakain ruang baca, peminjaman dan pengembaliann buku;
Ada beberapa bentuk peminjaman yang dapat dilakukan dalam rangka layanan sirkulasi:
1. Sistem daftar (ledger-system)
Yaitu dengan memakai buku bergaris dan dibuatkan kolom untuk mencatat tanggal
peminjaman, nama peminjam, dan identitas lainnya. Cara ini paling sederhana dan
sudah kuno.
2. Sistm bon (book-system)
Yaitu blangko peminjaman yang ditulis sendiri oleh peminjam dengan
memakai karbon dan dapat disimpan sesuai dengan keperlua. Pekerjaan ini terlalu
lama dan kurang praktis.
3. Sistem kartu
Sistem ini paling praktis namun mahal
b. Pelayanan reference
Reference berasal dari kata “to refer” yang berarti “menunjuk kepada”. Biasanya koleksi
reference ini memiliki tempat penyimpan sendiri yang disebut ruang reference. Buku-buku
reference ini sifatnya memberi petunjuk, sehingga harus selalu tersedia di perpustakaan
supaya dapat dipakai setiap saat. Oleh karena itu buku reference tidak boleh dipinjam untuk
dibawa pulang. Bagi peminjam yang memerlukan harus datang dan membacanya di ruang
reference.
Implementasi layanan Perpustakaan pada Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah
Kegiatan belajar mengajar mencakup usaha penataan dan penggunaan sarana dan
bahan/materi pelajaran pada sebelum, sewaktu dan sesudah proses belajar mengajar itu
Dari rasional di atas, jelas betapa pentingnya bagi guru ilmu sosial untuk merencanakan
bersama ahli perpustakaan/media untuk mengintegrasikan yang sistematis sumber-sumber
perpustakaan/media dan layanan pusat perpustakaan /media dalam rangka suatu program
pengajaran menyeluruh.
1. Bidang “personnel”
Kesuksesan perpustakaan sekolah sebagai sarana penunjang pendidikan dan pengajaran
di sekolah sangat tergantung pada kualifikasi personil perpustakaan itu sendiri. Mengingat hal
tersebut, seorang, seorang kepala sekolah hendaknya menaruh perhatian pada personalia dan
pengelolaannya, yakni:
a. memilih pemimpin atau kepala perpustakaan yang tidak hanya sebagai seorang
pembagi buku (dispenser of books), namun lebih dari itu adalah seorang pemimpin
perpustakaan, organisator, guru, administrator, dan seorang personnel-worker;.
Disamping itu ia tidak hanya sebagai seorang “librarian” yang terlatih dan terdidik
dalam bidang perpustakaan, namun juga harus mengerti dan memahami bagaimana
2. Bidang “service”
Perpustakaan harus dilihat sebagai bagian yang terintegrasi dalam program pendidikan di
sekolah. Berkenaan dengan itu, maka tugas kepala sekolah dalam bidang “service” akan
terlaksana dengan baik apabiola mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. mengenal, memahami dan mengembangkan peranan perpustakaan dalam rangka
mengembangkan program pengajaran;
b. mengenal masyarakat, negara, dam lembaga perpustakaan nasional;
c. menyediakan secara memadai dan menarik, ruang/gedung dan perlengkapan
perpustakaan;
d. menyusun jadwal agar pelayanan perpustakaan agar pelayanan lebih efektif;
e. membantu pimpinan perpustakaan sekolah dalam mengembagkan policy, penyusun
staf, dan disiplin dalam perpustakaan.
f. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk menstimulasi dan membimbing
stafnya bekerja sama dengan pimpinan, serta membentuk 'library-committes” untuk
memilih dan memesan buku-buku baru bagi perpustakaan memutuskan bahan-bahan
koleksi mana yang boleh “dicabut” dari perpustakaan untuk keperluan pengajaran di
kelas, serta membantu mengembangkan peraturan/tata tertib serta penjadwalan;
g. Menyediakan biaya secara memadai berdasarkan anggaran tahunan, juga dengan
perencanaan yang dapat dikerjakan (aplicable)
Pendahuluan
Kompetensi professional yang dimiliki peserta didik selain mengandung ranah
pengetahuan dan ketrampilan, juga harus menngandung ranah sikap. Untuk itu,
pembentukannya tidak cukup hanya melalui proses pembelajaran di kelas, namun dibutuhkan
suatu kondisi atau lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat mengenal,
menghayati, dan menerapkan nilai-nilai yang terkait dengan kompetensi profesional yang
hendak dibentuk.
Salah satu lingkungan yang memungkinkan terbentuknya sikap profesional peserta didik
adalah asrama sekolah. Di asrama sekolah, peserta didik akan dikenalkan dengan kebiasaan-
kebiasaan dan nilai-nilai luhur terkait dengan profesi yang hendak dibentuk. Melalui
peraturan-peraturan yang disusun dan dilaksanakan oleh dan untuk mereka sendiri serta di
bawah bimbingan para pengasuh, mereka akan mengenal, menghayati, dan pada akhirnya
mengamalkan nilai-nilai tersebut kelak kalau sudah terjun di masyarakat.
Mengingat betapa pentingnya peranan asrama sekolah terutama dalam pembentukan
sikap bagi peserta didik, maka asrama sekolah perlu direncanakan, diorganisasikan serta
dievaluasi secara terus menerus dengan melibatkan personil-personil sekolah di bawak
koordinasi kepala sekolah.
Di samping penyediaan sarana dan fasilitas yang disebutkan di atas, kiranya yang lebih
perlu untuk diperhatikan adalah pengaturan sarana serta lokal asrama. Di dalam upaya
mengatur sarana dan lokal-lokal tersebut, hendaknya pertimbangan lebih difokuskan pada
gagasan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tempat-tempat itu masing-masing dapat
mencapai hasil yang maksimal. Jangan sampai terjadi kegiatan-kegiatan yang satu dapat
menghambat kemajuan kegiatan lain yang juga sama pentingnya.
Ada beberapa hal yang perlu untuk dipertimbangkan dalam pengaturan sarana serta
letak/lokasi ruangan asrama, yakni:
a. kamar mandi hendaknya selalu bersih, serta saluran air buangan harus lancar dan
terpelihara;
b. persediaan air cukup banyak, bersih dan lancar airnya;
c. letak WC sebaiknya terpisah dari kamar mandi, demi penghematan waktu dan
sebagainya;
d. WC harus tetap terpelihara bersih dan tidak berbau;
e. Tempat belajar tidak boleh menjadi satu dengan kamar tidur, agar situasi yang
berlawanan ini tidak saling mengganggu pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pemisahan ini berarti sekali untuk “conditioning” kebutuhan belajar.
f. Kamar belajar harus tenang, penerangan baik, sanitasi menyenagkan dan tidak berbau.
Karena itu hendaknya terletak jauh dari kebisingan/lalu lintas jalan raya dan jauh
pula dari WC atau tempat pembuangan sampah;
g. Kamar makan hendaknya di atur sedemikian rupa agar meja kursi dapat dipergunakan
dengan bebas leluasa;
h. Persediaan makanan ditaruh berdekatan dengan meja makan sehingga mempermudah
layanan makanan;
i. Letak tempat tidur harus diatur sebaik mungkin, agar tampak rapi dan memudahkan
untuk dibersihkan;
j. Jumlah alat-alat yang bersifat individual, misalnya: almari, tempat tidur, dan
sejenisnya, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan;
6. Pengawas kesehatan
Untuk menanggulangi anggota/penghuni yang menderita sakit diperlukan
petugas/pengawas kesehatan.
Tugas pengawas kesehatan adalah:
membantu si penderita untuk pindah tempat tidur ke ruang khusus untuk penghuni
yang sakit;
melaporkan kepada Bapak/Ibu asrama identitas penderita;
mengantarkan makanan dan minuman (obat) untuk penderita ke ruang sakit;
memintakan obat atau mengantarkan obat;
melaporkan perkembangan sipenderita itu kepada bapak/Ibu asrama.
Pengawas kesehatan dipilih secara bergilir untuk jangka waktu tertentu di antara para
penghuni asrama.
7. Pengawas dan regu kerja bidang hiburan/rekreasi
Untuk mengisi waktu senggang di antara kegiatan belajar dan atau kegiatan lainnya,
diperlukan alat-alat hiburan ringan ataupun buku-buku perpustakaan. Alat-alat itu misalnya:
catur, dam, kartu alat musik sederhana, tennis meja, dan sebagainya. Alat-alat dan buku
perpustakaan ini harus ada yang bertanggung jawab mengatur., menyimpan dan merawatnya,
agar tetap dipakai, awet serta tidak cepat rusak atau hilang. Untuk maksud ini dibentuk
pengawas dan regu kerja hiburan/rekreasi, dengan pembagian kerjanya sekali.
Tugas pengawas dan regu kerja adalah:
menyiapkan dan menyerahkan alat-alat itu serta memberikan pesan untuk
bertanggung jawab akan keutuhan dan kebersihannya;
menerima kerja kembali alat-alat itu serta mengecek dengan teliti julah dan hal-hal
yang lain;
menyiapkan dan mengatur kembali alat-alat tersebut pada tempat semula;
begitupun untuk peminjaman buku, majalah, surat kabar, atau bacaa yang lain,
kecuali buku-buu perpustakaan yang mempunyai aturan tersendiri.
Pengawas dan regu kerja hiburan/rekreasi ini, dipilih untuk jangka waktu saat semester
atau jangka waktu tertentu.
a. Di ruang belajar
Di ruang belajar setiap penghuni asrama dituntut untuk:
- harus menjaga ketenangan ruangan;
- belajar pada tempat yang telah ditentukan;
b. Di ruang pakaian
Di ruang pakaian setiap penghuni dituntut untuk:
- menjaga kebersihan ruangan;
- menjaga ketertiban ruangan;
- mengatur isi almari, menyusun pakaian dengan rapi, mengatur sandal/sepatu pada
tempatnya secara tertib.
c. Diruang makan
Di ruang makan setiap penghuni dituntut untuk;
- menjaga ketertiban dan kesopanan dalam makan;
- duduk di tempat masing-masing;
- menggunakan alat-alat makan di meja makan secra tetib dan sopan;
- mengatur kembali kursi tanpa bersuara;
- tidak boleh bergurau pada saat makan;
- waktu makan harus berpakaian rapid an sopan.
d. Di kamar tidur
Di ruang kamar tidur setiap penghuni dituntut untuk:
- masuk dan kelua kamar tidur harus tetap tenang dan tidak gaduh;
- pergi tidur tepat pada waktunya, sesuai dengan jadwal tidur;
- dilarang meninggalkan kamar tidur sebelum usai waktu tidur.
e. Di kamar mandi
Di kamar mandi setiap penghuni dituntut untuk:
- menunggu ketertiban di kamar mandi dan antri menunggu giliran secara tertib.
- diwaktu mandi harus hemat air dan waktu;
- berlaku sopan dalam tindak dan berpakaian;
- menjaga kebersihan bak mandi dan ruangan;
- dilarang mencuci apapun di kamar mandi.
Pendahuluan
Banyak sekolah menghadapi kesulitan mengatur kedisiplinan siswanya untuk menepati
waktu pelajaran dikarenakan siswa harus membeli atau 'jajan” makanan atau minuman di luar
sekolah. Begitu juga untuk memperoleh makanan yang sehat dan bersih serta layanan yang
baik guna menciptakan pikiran dan konsentrasi siswa pada pembelajaran, merupakan
permasalahan yang harus dipecahkan sekolah.
Sebagai salah satu unit layanan khusus di sekolah, keberadaan kafetaria dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan siswa dan staf sekolah terutama dalam memperoleh layanan
makanan yang sehat dan bersih. Di samping itu, kafetaria juga dapat dimanfaatkan sebagai
media untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai yang terkait dengan hidup
sehat. Kebiasaan memilih makanan yang sehat dan bersih misalnya, merupakan salah satu
kebiasaan yang dapat dibentuk melalui kafetaria sekolah.
Oleh karena itu, keberadaan kafetaria sekolah merupakan salah satu alternatif untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan yang diduga dapat menghambat kelancaran
penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah, terutama dalam mencapai tujuan yang telah
dtetapkan. Tentu saja, kafetaria sekolah perlu dikelola dengan baik serta mempertimbangkan
karakteristik sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Pengertian
Kafetaria merupakan pelayanan khusus yang menyediakan makanan dan minuman untuk
para siswa dan staf sekolah yang biasanya menempati suatu bangunan yang merupakan
bagian dari bangunan sekolah. Hal ini dimaksudkan agar para siswa tidak perlu pergi keluar
komplek sekolah selama waktu istirahat hanya untuk memenuhi kebutuhan makan dan
minum selama belajar.
A. S. Harnby dalam bukunya “Oxford Anvanced Learnes Dictionary of Current
English” memberikan batasan pengertian “ Cafetaria” adalah:
1. Café Place where the public my by and drink coffe bear, wine, spirites, etc., tea,
shop small restaurant atwch weal.
2. Cafetaria is restaurant which custumers called their meal on terais at counters and
carry them to table”
Secara lebih khusus, Good (1959) dalam bukunya Dictionary of Education mengatakan
bahwa: “cafetaria a room or building in which public school pupuils or college student select
prepared food and serve themselves” Kafetaria adalah suatu ruang atau bangunan yang
berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat
untuk siswa dan dilayani oleh petugas kafetaria.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa kafetaria sekolah adalah suatu usaha
(tempat) yang dilakukan sekolah untuk memberikan pelayanan kepada para siswa atau unsur
sekolah lainya yang membutuhkan makanan maupun minuman sehat sehingga kegiatan-
belajar mengajar di sekolah dapat mencapai tujuan secara maksimal. Kafetaria merupakan
bagian integral dari keseluruhan program sekolah.
Dilihat dari tujuan kafetaria sekolah di atas, maka kafetaria sekolah dapat berfungsi
untuk:
1. membantu pertumbungan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan
yang sehat, bergizi, dan praktis;
2. mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
3. untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
4. memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan
seseorang;
5. memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata;
6. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di
masyarakat;
7. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan tempat
menunggu apabila ada jam kosong.
Sehubungan dengan tujuan dan fungsi kafetaria diatas, maka sekolah harus menyediakan
kafetaria yang bersih, hangat, menyenangkan, menarik, tenang dan tertib.
Atkinson, M. (et.al). The Educators Encyclopedia; Prentice Hall, Inc. Englewowod Cliffs,
New York.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1979. Administrasi dan Metodologi
Pengajaran (jilid 2). Proyek BPGT. Bandung.
Elsbree, et al. 1998. Elementary School Administration and Supervision. New York:
American Book Company.
Good, C. V. 1959. Dictionaryof Education. New York Toronto-London: Mc Graw Hill Book
Company. Inc.
Hack, W. G. et.al. 1965. Educational Administration; Selected Readings, Boston: Allyn and
Bacon. Inc.
Hunt, H. C. and Piere, P.R. 1965. The Practice of School Administration. Cambrige: The
Riberside Press.
Jones, J.J. Secondary School Administration. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah.(Jilid 2). Malang: OPF IKIP
Malang.
Shuster, A.H. and Wetzel, W.F. 1958. Leadership in Elementary School Administration and
Supervision. Boston: H. Mifflin Company.
Sutisna, O. 1983. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktik Profesional.
Bandung : Penerbit Angkasa.
Willgoose, Carl E. 1960. Health Education in the Elementary School. Toronto: W.B.
Soundera Company.
Wiyono, B.B. 1999. Manajemen Layanan Khusus di Sekolah. Malang: IKIP Malang.