Anda di halaman 1dari 27

Makalah Journal Reading

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi

Salah Diagnosis Osteosarcoma Menjadi Cementoblastoma Bersasarkan

Pembengkakan Mandibula Yang Tidak Normal: Sebuah Laporan Kasus


Pe m be s aran da
Pembimbing: Pe ng e cilan Lo g

drg. Fahmi Oscandar, M.Kes., Sp. OF


1 cm

Mahasiswa:
2 cm
Ratu Sarisyamsiah Nurhani 160112190061

3 cm

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FALKUTAS KEDOKTERAN GIGI


4 cm

BANDUNG
Pe rlakuan Pe mbe s aran / Pe ng e c
Pembesaran / pengecilan Logo har
2021
dilakukan secara skalatis (prosenta
secara keseluruhan), sehingga
tampilannya selalu nampak propor
tidak berkesan meninggi ataupun m

5 cm
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4

2.1 Odontoma............................................................................................................4

2.1.1 Definisi.........................................................................................................4

2.1.2 Epidemiologi................................................................................................4

2.1.3 Etiologi.........................................................................................................5

2.1.4 Gambaran Klinis...........................................................................................6

2.1.5 Gambaran Radiografi.................................................................................10

2.1.6 Diagnosis Banding......................................................................................12

2.1.7 Penatalaksanaan..........................................................................................12

BAB III JOURNAL READING....................................................................................14

BAB IV DISKUSI.......................................................................................................22

BAB V KESIMPULAN..............................................................................................24

BAB VI REFERENSI.................................................................................................25

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

Cementoblastoma merupakan lesi jinak langka yang seringkali ditemukan

pada regio mandibula. Lesi ini mewakili 1% dari lesi tumor odontogenik. Umumnya

lesi ini ditemukan pada regio premolar dan molar mandibula dengan karakteristik

yaitu berkembang dari jaringan yang merupai sementum. Gejala umum yang

ditimbulkan oleh lesi ini adalah nyeri dan bengkak yang dapat bersifat asimptomatik.

Gigi yang terlibat pada cementoblastoma seringkali menunjukan tanda vital, namun

pada beberapa kasus tahap lanjut ditemukan juga pada kondisi gigi yang non-vital.

Interpretasi radiografi pada kasus cementoblastoma umumnya menunjukkan

gambaran radioopak, tetapi gambaran radiolusen juga dapat muncul dalam beberapa

kasus tertentu.1

Osteosarcoma merupakan keganasan dari sel mesenkimal dan umumnya

terjadi pada tulang panjang. Osteosarcoma pada rahang masih tergolong langka, yaitu

hanya terhitung dari 1% pada total kasus keganasan pada daerah kepala dan leher.

Penyakit ini memiliki predileksi lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan

wanita. Gejala klinis osteosarcoma pada rahang meliputi pembengkakan (dengan atau

tanpa rasa sakit) dan kehilangan gigi. 2

3
Penting bagi dokter gigi ntuk dapat membedakan antara osteosarcoma dan

cemetoblastoma karena karakteristik kedua lesi ini hampir menunjukan gejala dan

karakteristik yang sama. Cementoblastoma merupakan salah satu jenis tumor

odontogenik jinak, dengan perawatan optimal yang terdiri dari pencabutan gigi dan

pemeriksaan follow up, sementara itu osteosarcoma merupakan penyakit ganas yang

langka dengan prognosis yang buruk serta gambaran klinis dari lesinya sangat

bervariasi.2

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Osteosarcoma

2.1.1 Definisi

Osteogenic sarcoma atau yang lebih sering diketahui sebagai osteosarcoma

merupakan tumor tulang yang paling umum ditemui pada pasien berusia dibawah 40

tahun. Osteosarcoma merupakan neoplasma ganas yang dihasilkan oleh strima ganas.

Pada umumnya tumor ini cukup jarang ditemui pada rahang atas dan bawah dan

penyebabnya belum diketahui. Tumor ini memuluki tiga tipe histologi yaitu

chondroblastic, osteoblastic, dan fibroblastic osetosarcoma3,4

2.1.2 Etiopatogenesis

Pada umumnya terdapat berbagai macam osteosarcoma pada tulang rahang.

Namun, jenis yang paling sering ditemui adalah tipe primer dan sekunder. Etiologi

dati tipe primer belum diketahui dan dicurigai dipengaruhi oleh genetic dan faktor

lingkungan. Sedangkan osteosarcoma craniofasial sekunder pada umunya sering

ditemukan pada pasien yang menderita paget’s disesase, fibrous dysplasia tulang dan

sekuela lanjutan irradiasi kraniofasial. Selainitu terdapat beberapa faktor resiko

penyebab osteosarcoma seperti rapid bone growth. Insidensi meningkat pada periode

5
growth spurt karena lokasi tumor namun, insidensi osteosarcoma pada rahang

meingkat 10-20 tahun setelah mas pubertas sehingga mengurangi kemungkinan

pertumbuhan tulang sebagai faktor etiologi osteosarcoma pada rahang. Selain itu

faktor lingkungan seperti radiasi dapat menjadi faktor etiologi osteosarcoma. Mutase

genetic pada gen supresor tumor p53 dan mutase retinoblastoma dapat menjadi

etiologi osteosarcoma 5–7

2.1.4 Gambaran Klinis

Osteosarcoma pada umumnya ditemukan pada bagian tulang yang tumbuh

seperti tulang tibia dan femur. Osteosarcoma kraniofasial ditemukan pada pasien laki

laki berusia diatas 48 tahun. Tanda utama dari lesi ini adalah pembengkakan yang

muncul 6 bulan sebelum di diagnosis. Pembengkakan terjadi secara cepat, indikasi

lain adalah rasa sakit, lunak, eritema pada mukosa, ulserasi, gigi goyang, pendarahan,

obstruksi nasal, trismus dan kebutaan, selain itu hipostesia dapat ditemukan pada

kasus yang melibatkan kanal neurovascular.

2.1.5 Gambaran Radiografi

1. Lokasi

Tumor ini lebih sering ditemukan pada rahang bawah dibandingkan dengan

rahang atas terutama pada bagia posterior mandibula seperti ramus vertical

dan tempat tumbuhnya gigi. Selain itu lesi juga ditemukanbagian posterior

maksila seperti alveolar ridge, antrum, dan palatum. Lesi dapat melewati

midline.

6
2. Bentuk dan batas

Lesi metastatic tidak memiliki enkapsulasi pad margin tumor, dan memiliki

margin yang berbatas tidak jelas. Pada umumnya lesi berbentuk

polymorphous. Tumor pada awalnya berbentuk seperti zona kerusakan tulang

yang dipisahkan oleh tulang normal yang kemudian meluas menjadi massa

yang berbatas tidak jelas dan tidak tegas. Rahang pun dapat membesar

7
3. Struktur internal

Lesi radiolusen yang merupakan kombinasi dari residu tulang trabekula

normal yang bersatu dengan tulang lisis. Apabila terdapat metastasis sclerotic,

area radiolusen menjadi sclerosis yang membentuk tulang baru yang berasal

dari stimulasitulang sehat sekitar. Apabila tumor terdapat pada berbagai

daerah rahnag tumor tampakt multifocal dengan tulang sehat diantara foci.

Diseminasi metastasis yang signifian pada tumor menyebabtan tumor terlihat

radiolusen menyerupai osteopenia

4. Struktur sekitar

Karsinoma metastatic dapat mensimulasikan reaksi periosteal yang memiliki

pola spikulasi. Lesi mempengaruhi lamina dura dan menyebabkan perabaran

membrane periodontal. Apabila tumor terdapat pada papilla gigi yang

berkembang. Benih gigi dapat dihancurkan sebagian. Gigi dapat tampak

mengambang di jaringan lunak dan posisinya berubah karena kehilangan

tulang.soket akibat ekstrasi tidak dapat sembuh dan membesar. Tulang

kortikal pada jaringan sekitar seperti kanal neurovascular, sinus, dan fossa

nasak hancur dan menjadi tumor intraoral

2.1.6 Evaluasi Hisopatologi

Diagnosis osteosarcoma pada umumnya didasarki oleh adanya produksi

osteoid oleh sel tumor. Berdasarkan tipe matriks ekstraselular predominan,

8
osteosarcoma dapat diklasidikasikan menjadi osteoblastic, chondroblastic, dan

fibroblastic. Subtype osteoblastic terdiri dari tumor osteoid yang dikelilingi sel

menyerupai fibroblast. Pada osteosarcoma chondroblastic sel tumor berada pada

lacunae dan membentuk lobul. Pada tengah lobul terdapat trabekula yang menyerupai

bulu dan pada perifer tumor menjadi hiperselular. Kebanyakan jaringan chondroid

terdapat kondrosit. Osteosarcoma fibroblast merupakan varian yang paling jarang

ditemui dimana sel tumor berbentuk spindle dan menyerupai fibrosarcoma.

2.1.7 Perawatan

Wide radical resection merupakan perawatan yang dilakukan pada

osteosarcoma rahang dengan margin keberhasilan 1,5-2 cm. bedah dan kemoterapi

dan radiogradi diperlukan pada kasus tertentu. Pada mandibula hemandibulectomi

lebih digunakan. Maksilektomi sulit dilakukan karena terlibatnya jaringan sekitar

seperti sinus maksilaris, fossa pterygoplatain, dan fossa orbital. Setelah itu pasien

diresepkan orburator untuk mengisi defek. Orburator bedah ditempatkan pada saat

bedah dan digunakan hingga kontraksi jaringan minimal dan sebelum ditempatjan

orburator permanen. Orburator didesain dengan penggunaan cast preoperative yang

dimodifikasi untuk menggangtikan daerah yang diangkat. Waktu pengangtakan dan

pemasangan orburator harus seminimal mungkin untuk menghindari konstraksi

jaringan. Orburator pengganti ditempatkan 3-12 bulan setelah tindakan bedah

9
BAB III

JOURNAL READING

Salah Diagnosis Osteosarcoma Menjadi Cementoblastoma Bersasarkan

Pembengkakan Mandibula Yang Tidak Normal: Sebuah Laporan Kasus

Abstrak:

Cementoblastoma merupakan tumor odontogenik jinak dengan perawatan

yang terdiri dari ekstraksi gigi dan pemeriksaan lanjutan. Namu, pada kasus tertemtu

dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan tanpa tindakan bedah. Osteosarkoma pada

rahang merupakan tumor mesenkimal yang langka dan ganas yang diasosiasikan

dengan tingkat mortalitas tinggi dan insidensi metastasis rendah. Cementoblastoma

dan osteosarcoma pada rahang memiliki perbedaan tipe histologi dan prognosis

namun, terdapat beberapa persamaan tersembunyi pada keduanya. Laporan kasus

inimendeskripsikan kasus pasien wanita berusia 20 tahundengan pembengkakan tidak

wajar pada rahang bawah kiri sejak dua tahun yang lalu. Awalnya pasien

didiagnosisdengan cementoblastoma namun, setelah dilakukan pemeriksaan patologis

diagnosis ditegakan sebagai osteosarcoma dan dilakukan perawatan mandibulektomi

total pada rahang bawah kiri, dengan fibular osteomyocutaneous flap digunakan

10
untuk rekonstruksi. Pada pemeriksaan post-operatif enam bulan pasien menunjukan

oklusi dan oral commissure dan tidak ada rekurensi atau metastasis pada pengamatan

selama dua tahun

Kata Kunci: Cementoblastoma, osteosarcoma, bedah mulut dan maksilofasial,

histopatologi, radiologi

Pendahuluan:

Menurut WHO, cementoblastoma diklasifikasikan sebagai tumor jinak,

mayoritas pasien tidak menunjukan adanya tanda klinis, dengan tumor seringnya

diidentifikasi setelah ortopantomography. Perawatan cementoblastoma pada

umumnya terdiri dari pengangkatan lesi dengan ekstraksi gigi yang bersangkutan.

Namun, pasien dapat menolak tindakan bedah dan hanya melakukan follow up.

Osteosarcoma merupakan tumor ganas non hematopoetik pada tulang, dengan sel

neoplastic lesi menghasilkan osteoid. Tumor ini dikarakteristikan oleh keganasan,

metastasis, dan mortalitas yang tinggi. . tumor ini pada umumnya dapat ditemukan

pada pemukaan metafisial tulang Panjang seperti lutut dan pelvis. Pada umumnya

osterosarkoma pada rahang jarang dan hanya mencakup 5-13 % dari seluruh kasus.

Hingga saat ini etiologi osteosarcoma pada rahang belum diketahui. Pada sekelompok

pasien terdapat perbedaan yang banyak berdasarkan jenis kelamin, subtype tumor,

dan potensi metastatic osteosarcoma ditemukan dan penggambaran yang lebih jelas,

diagnosis dini, dan perawatan yang lebih agresif diindikasikan dapat meningkatkan

11
keberhasilan bedah pada tumor, studi kasus ini melaporkan kasus pasien wanita yang

menunjukan adanya pembengkakan yang tidak wajar pada rahang bawah kiri.

Laporan Kasus:

Pada bulan desember 2012. Wanita berusia 20 tahun datang dengan kasus

pembengkakan pada mandibula kiri tanpa rasa sakit atau ketidaknyamanan sejak dua

tahun yang lalu. Gejala yang dikeluhkkan adalah kegoyangan gigi molar. Pada satu

bulan sebelum kedatangan pembengkakan membesar dengan kecepatan yang tinggi

dan beserta rasa sakit yang signifikan dan kesemutan. Pasien pada awalnya diperiksa

oleh dokter gigi yang melakukan pemeriksaan orthopantomography. Hasil gambar

menunjukan perubahan yang tegas, berdensitas tinggi pada tulang alveolar sekitar

molar pertama mandibula kiri dengan gambaran radiolusen peripheral. Setelah

orthopantomography diagnosis klinik awal disebut sebagai sementoblastoma dan

dilakukan ekstraksi gigi molar pertama mandibula kiri.

Setelah diagnosis dan perawatan ekstraksi dilakukan pasien di transfer ke

departemen oral maksilofasial onkologi leher dan kepala rumah sakit ninth people’s

(shanghai, china). Untuk perawatan lanjutan, pemeriksaan lanjutan menemukan lesi

berukuran 2.5 x 2.5 cm, pembengkakan keras pada rahang bawah kiri dengan

ekspansi primer pada bagian kortikal bukal, tidak ada pembesaran nodul limfa pada

bagian servikofasial dan setelah dilakukan orthopantomograhy lanjutan ditemukan

lesi radiolusen dengan margin kasar, melibatkan akar gigi premolar kedua dan molar

pertama dan ditemukan tempat berdensitas tinggi di area radiolusen. Pada radiografi

12
dada tidak ditemukan abnormalitas. Pasien kemudia diberi perawatan

mandibulektomi kiri total dan rekonstruksi menggunakan vascularized fubular

osteocutanous flap dan titanium plate.

Tumor menunjukan karakteristik osteosarcoma pada umumnya seperti tulang

kompak dan struktur menyerupai trabekula mengelilingi osteoblast aktif yang

berlebihandengan pemeriksaanpatologi terakhir mengkonfirmasi lesi sebagai

sclerosing osteosarcoma radioterapi dan kemoterapi sebagai penunjang bedah tidak

dilakukan. Keadaan pasien membaik dan pasien dipulangkan setelah dua minggu

tanpa komplikasi lanjutan. Pada pemeriksaan follow up setelah 6 bulan pasien

menunjukan oklusi normal dan pada pengamatan selama dua tahun tidak ditemukan

rekurensi atau metastasis dan tidak ditemukan abnormalitas pada pengamatan CT

scan pad kepala leher dan dada

Diskusi:

True cementoma, yang sekarang dikenal dengan cementoblastoma,

merupakan tumor odontogenik bersifat jinak yang umumnya ditandai dengan rasa

sakit disertai pembengkakan pada daerah alveolar ridge (1). Lesi ini memiliki

predileksi lebih sering terjadi pada rahang bawah disekitar regio gigi molar pertama.

Vitalitas pulpa dari gigi yang terlibat umumnya tetap utuh. Cementoblastoma paling

sering ditemukan pada pria dengan usia rata-rata 21 tahun (8). Mayoritas pasien

biasanya tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimptomatik), dan diagnosis

seringkali dibuat berdasarkan observasi dengan menggunakan sinar-X. Beberapa

13
pasien mengalami gejala seperti pembengkakan, rasa nyeri, mobilitas gigi,

paresthesia atau ekspansi kortikal mandibula. Pada kasus ini, satu-satunya gejala

klinis awal dari penyakit ini adalah pembengkakan.

Data pencitraan yang diperoleh dari dokter gigi menunjukkan kesamaan

gambaran radiografi dari cementoblastoma, yang meliputi formasi jaringan keras

pada akar gigi, batas yang tegas, serta zona radioopak mixed-density yang dikelilingi

batas radiolusen yang tipis disekitarnya (1). Pada kasus ini, 1 bulan sebelumnya,

rahang bawah terlihat mulai membengkak dengan cepat, rasa nyeri juga meningkat

dan gejala mati rasa dialami pasien. Detail temuan penting kemudian dicatat untuk

dilihat lebih lanjut pada tahap inisial orthopantomography, akar dari gigi yang terlibat

telah terkikis oleh tumor dan menunjukan gambaran struktur gigi yang tidak lengkap.

Saat dikombinasikan dengan gejala yang dialami pasien, temuan ini menunjukan

bahwa perhatian lebih lanjut harus dipertimbangkan diatas diagnosis

cementoblastoma.

Osteosarcoma merupakan keganasan dari sel mesenkimal dan umumnya

terjadi di sekitar tulang panjang. Osteosarcoma pada rahang masih tergolong langka,

terhitung dari 1% pada total kasus keganasan pada daerah kepala dan leher (9).

Penyakit ini memiliki predileksi lebih sering terjadi pada pria, dengan puncak

insidensi pada umur dekade ke dua sampai ke tiga (10). Pada rahang atas dan bawah

daerah yang terinfeksi tumor ini hampir setara, dimana alveolar ridge dan antrum

maksila serta badan dari mandibula merupakan daerah yang sering dihinggapi tumor

14
ini. Terdapat sejumlah faktor risiko yang diketahui terkait dengan osteosarcoma

seperti faktor geneik, paget’s disease pada tulang, retinoblastoma herediter, trauma,

riwayat fibrous dysplasia, oksidasi kromik, dan radiasi (11).

Tetapi, etiologi penyakit ini belum jelas diketahui. Gejala klinis osteosarcoma

pada rahang meliputi pembengkakan (dengan atau tanpa rasa sakit) dan kehilangan

gigi. Beberapa tumor yang berdiferensiasi dengan baik dapat tumbuh perlahan dan

muncul sebagai lesi jinak. Karena diklasifikasikan sebagai tumor ganas,

osteosarcoma bersifat invasif dan dapat mengakibatkan gejala mati rasa yang

irreversible jika neoplasma menyerang saraf alveolaris inferior (10). Gejala mati rasa

ini berbeda dengan parasthesia yang dialami oleh pasien cementoblastoma, yang

mana disebabkan karena tekanan dari tumor. Kadang-kadang, parameter laboratorium

telah menunjukkan peningkatan alkaline phospatase atau dehidrogenasi laktat dalam

kadar serum (12), dimana parameter serum yang tidak menguntungkan dianggap

menunjukan prognosis yang buruk untuk pasien dengan osteosarcoma.

Secara umum, gambaran radiografi dari osteosarcoma pada rahang

bergantung dari tiga proses : i) Formasi tulang dan mineralisasi; ii) destruksi tulang;

dan iii) formasi tulang periosteal. Pada mayoritas kasus, tumor dapat berupa lesi

lytic/blastic campuran yang bergantung pada derajat osifikasi (13). Selama tahap awal

osteosarcoma, pengamatan dari pelebaran ruang ligamen periodontal dan saluran gigi

inferior adalah ciri umum dari penyakit ini, namun sangat sulit untuk dikenali (14).

Pada kasus tertentu, tampilan ‘sunray’ mungkin dapat terlihat di perifer tumor pada

15
gambaran radiografi dasar dan CT Scan. Ciri dari cementoblastoma adalah batas

tajam antara dentin tubular dari akar gigi dan komponen sementum (15).

Pada kasus ini, osteosarcoma nampak menyerupai cementoblastoma dan

meniru perkembangan tulang yang ‘jinak’, serta tidak terdapat observasi gambaran

radiografi khas yang menyerupai ‘sunray’. Namun, perlu dicatat bahwa tumor dapat

menunjukan bentuk yang tidak teratur dengan margin yang kasar. Akar dari gigi

molar pertama dan kanalis mandibula telah terinvasi oleh tumor. Struktur saluran akar

gigi telah hancur, dan dinding kanalis mandibula terputus-putus.

Secara makroskopis, osteosarcoma osteblastic tertentu cenderung berwarna

abu-abu kecoklaan dan tergranulasi secara acak, sementara pada yang lainnya terlihat

lebih padat, sklerotik, dan juga lebih berwarna putih kekuningan (16). Secara

histologis, observasi dari osteoid merupakan kunci diagnosis dari osteosarcoma.

Osteoid merupakan materi interseluler berwarna merah muda, padat, berbentuk

lengkung dengan nubs yang kecil disertai arborisasi (Gambar. 4) (16). Sclerosing

osteosarcoma merupaka subtipe dari osteoblastic osteosarcoma yang muncul dengan

osteoid compact dan tulang disekitar tumor; beberapa studi telah melaporkan bahwa

deposisi dari matriks tulang terjadi diantara adiposit pada rongga sumsum tulang (16).

Karena lesi umumnya mengalami dekalsifikasi, tulang imatur yang dikelilingi oleh

adiposit dapat menjadi tidak terlihat (17).

Pada kasus tertentu, matriks tulang dapat disimpan pada trabekula tulang yang

normal, dan sel-sel tumor mungkin terlihat kecil, piknotik, dan dikelilingi oleh

16
banyak matriks tulang; fenomena ini diketahui sebagai ‘normalisasi’ (16). Jika

dibandingkan dengan karakteristik patologis osteosarcoma, cementoblastoma terdiri

dari lembaran sementum dan kolom perifer dari jaringan yang tidak termineralisasi,

mirip dengan normalisasi (18). Untuk alasan tersebut, sulit untuk membedakan antara

cementoblastoma dan osteosarcoma jika hanya spesimen jaringan kecil yang tersedia.

Karakteristik lebih lanjut dari osteosarcoma adalah jumlah variabel matriks kartilago

dan jaringan fibrosa. Pada kasus ini, tumor menunjukkan karakteristik khusus

osteosarcoma; yang mana terdiri dari tulang kompak, struktur jaringan menyerupai

trabekula, yang dikelilingi oleh limpahan osteoblas aktif dengan morfologi yang

bervariasi dan pembelahan inti sel yang tidak biasa, jaringan ikat fibrosa dan lesi

yang terinfeksi.

Jika diagnosis pada kasus ini merupakan cementoblastoma, maka perawatan

yang optimal adalah berupa pencabutan gigi dan post-operative follow up. Beberapa

pasien tertentu yang tidak menunjukan gejala klinis mungkin tidak memutuskan

untuk menjalani operasi dan malah menjalani pemeriksaan follow up saja. Namun,

jika pasien dengan diagnosis osteosarcoma salah dididagnosis sebagai

cementoblastoma dan menjalani pencabutan gigi, maka sel tumor akan mengalami

pertumbuhan yang sangat cepat (19).

Tanpa intervensi agresif, ostesarcoma pada rahang dapat menjadi fatal, dan

reseksi radikal secara cepat saat ini dapat menjadi alternatif pengobatan. Reseksi

ekstensif membutuhkan pembedahan untuk menghilangkan tumor dengan margin

17
sebesar 1.5 – 2 cm. Sebelumnya telah dilaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup

sebesar 5 tahun pada pasien dengan osteosarcoma di mandibula adalah sebesar 34.8%

dan di maksila sebesar 25.8% (20). Usia berfungsi sebagai faktor prognostik

osteosarcoma, dengan pasien yang lebih tua menunjukkan prognosis yang lebih baik

dibandingkan pasien yang lebih muda (21).

Kekambuhan lokal dan metastasis juga dapat terjadi pada pasien. Metastasis

umumnya terjadi melalui aliran darah dan paling sering muncul di paru-paru (22).

Metastasis pada kelenjar getah bening regional paling jarang ditemukan. Metastasis

terjadi hanya sekitar 18% pada pasien dengan osteosarcoma di rahang, dan telah

dilaporkan bahwa umumnya laki-laki lebih sering terkena (21). Dengan

menggunakan uji deteksi imunogenik, Bruland et al (23) memeriksa sampel darah

dan sumsum tulang dari 60 pasien yang diduga mengalami osteosarcoma. Telah

ditunjukan bahwa jenis teknik ini dapat berhasil digunakan untuk mendeteksi

metastasis pada kasus osteosarcoma. Pada kasus ini, radiografi di area dada tidak

mendeteksi adanya metastasis. Pada pemeriksaan follow up setelah 2 tahun, pasien

tidak menunjukan tanda-tanda kekambuhan lokal dan metastasis.

Terdapat banyak kontroversi mengenai kinerja radioterapi dan kemoterapi

pasca operasi. Karena keadaan anatomi terdapat di daerah kraniofasial, maka sulit

untuk mencapai pembedahan margin reseksi yang bebas tumor. Mayoritas ahli

menganggap bahwa waktu kelangsungan hidup pasien sangat terbatas jika

ostersarcoma hanya diobati dengan operasi ablatif saja. Namun, penelitian lain telah

18
menunjukan bahwa reseksi ekstensif saja sudah cukup, dengan tingkat kelangsungan

hidup selama 5 tahun pada pasien yang menjalani reseksi tercatat ~60% (24,25).

Telah dipertimbangkan bahwa radioterapi harus dibatasi pada pengobatan

tumor yang tidak dapat direseksi, residual dan rekuren, karena radioterapi itu sendiri

merupakan faktor risiko osteosarcoma. Dari hasil penelitian sebelumnya, tidak dapat

dipastikan apakah kemoterapi berpengaruh terhadap prognosis pasien dengan

osteosarcoma (26, 27); ini mungkin karena keragaman dalam regimens kemoterapi

yang dierikan. Sejumlah penelitian sebelumya melaporkan bahwa kemoterapi ajuvan

modern menigkatkan waktu kelangsungan hidup pasien, dan dalam kasus tertentu,

juga mengontrol metastasis (10).

Cementoblastoma merupakan salah satu jenis tumor odontogenik jinak,

dengan perawatan optimal yang terdiri dari pencabutan gigi dan pemeriksaan follow

up. Osteosarcoma pada rahang termasuk penyakit ganas yang langka dengan

prognosis yang buruk, dan gambaran serta gambaran klinis dari lesi ini sangat

bervarasi. Alternatif pengobatan yang lebih disukai adalah termasuk mandibulektomi

segmental atau menunjukkan pasien dengan sclerosing osteosarcoma, yang terjadi

pada mandibula, dan menyerupai maksilektomi, sementara radioterapi dan

kemoterapi pasca operasi masih kontroversial. Karena perilaku biologis yang

berlawanan pada kedua penyakit ini dengan prognosis yang bervariasi, penting bagi

ahli bedah untuk dapat membedakan antara osteosarcoma dan cemetoblastoma.

Kasus ini cementoblastoma. Temuan yang dibahas pada penelitian ini bertujuan

19
untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang karakteristik yang

membedakan osteosarcoma dan cementoblastoma, dan mungkin membantu untuk

mengetahui perbedaannya pada kasus klinik.

20
BAB IV

DISKUSI

21
BAB V

KESIMPULAN

Cementoblastoma merupakan salah satu jenis tumor odontogenik jinak,

dengan perawatan optimal yang terdiri dari pencabutan gigi dan pemeriksaan follow

up. Osteosarcoma pada rahang termasuk penyakit ganas yang langka dengan

prognosis yang buruk, dan gambaran serta gambaran klinis dari lesi ini sangat

bervarasi. Alternatif pengobatan yang lebih disukai adalah termasuk mandibulektomi

segmental atau menunjukkan pasien dengan sclerosing osteosarcoma, yang terjadi

pada mandibula, dan menyerupai maksilektomi, sementara radioterapi dan

kemoterapi pasca operasi masih kontroversial. Karena perilaku biologis yang

berlawanan pada kedua penyakit ini dengan prognosis yang bervariasi, penting bagi

ahli bedah untuk dapat membedakan antara osteosarcoma dan cemetoblastoma.

Kasus ini cementoblastoma. Temuan yang dibahas pada penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang karakteristik yang

membedakan osteosarcoma dan cementoblastoma, dan mungkin membantu untuk

mengetahui perbedaannya pada kasus klinik.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

1. Gracea RS, Firman RN. Gambaran sementoblastoma tahap awal pada cone

beam computed tomography ( CBCT ) 3D : laporan kasus.

2020;3(January):49–51.

2. Fang ZAO, Jin S, Zhang C, Wang L, He YUE. Misdiagnosis of osteosarcoma

as cementoblastoma from an atypical mandibular swelling : A case report.

2016;3761–5.

3. Chaudhary M, Chaudhary SD. Osteosarcoma of jaws. J Oral Maxillofac Pathol

[Internet]. Mei 2012;16(2):233–8. Tersedia pada:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22923896

4. Forteza G, Colmenero B, López-Barea F. Osteogenic sarcoma of the maxilla

and mandible. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. Agustus 1986;62(2):179–84.

5. Huvos AG, Woodard HQ, Cahan WG, Higinbotham NL, Stewart FW, Butler

A, et al. Postradiation osteogenic sarcoma of bone and soft tissues. A

clinicopathologic study of 66 patients. Cancer. Maret 1985;55(6):1244–55.

6. Garrington GE, Scofield HH, Cornyn J, Hooker SP. Osteosarcoma of the jaws.

Analysis of 56 cases. Cancer. Maret 1967;20(3):377–91.

7. Nissanka EH, Amaratunge EAPD, Tilakaratne WM. Clinicopathological

24
analysis of osteosarcoma of jaw bones. Oral Dis. Januari 2007;13(1):82–7.

25
1

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal 3
    Soal 3
    Dokumen23 halaman
    Soal 3
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Dvhidsjfoejf
    Dvhidsjfoejf
    Dokumen2 halaman
    Dvhidsjfoejf
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Sdihciacish
    Sdihciacish
    Dokumen6 halaman
    Sdihciacish
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Pasak
    Pasak
    Dokumen23 halaman
    Pasak
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Surat Konsul
    Surat Konsul
    Dokumen26 halaman
    Surat Konsul
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Teknik Oklusal
    Teknik Oklusal
    Dokumen7 halaman
    Teknik Oklusal
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    100% (1)